Anda di halaman 1dari 25

RMK PEREKONOMIAN INDONESIA

EKONOMI DUNIA

OLEH : KELOMPOK 7

1. I G. A. P. Nadya Aundria Paramita (1707532119)


2. Ni Kadek Juniartini (1707532121)
3. Kadek Karya Dwi Jayanti (1707532136)
4. Ni Luh Putu Sukma Pradnyani (1707532110)
5. I Gusti Bagus Diva Adhiyatma Wijaya (1707532053)

PRODI S1 AKUNTANSI REGULER DENPASAR


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2019/2020
PEMBAHASAN MATERI
A. PEREKONOMIAN INDONESIA DAN GLOBALISASI
Kata ”globalisasi” diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal atau
internasional. Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama
dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan, tetapi tidak
dengan istilah universalisasi. Namun istilah globalisasi mungkin lebih mantap untuk
menunjukkan berkurangnya peran negara atau batas-batas negara. Dari arti katanya sendiri
dapat dikatakan bahwa globalisasi adalah satu proses peningkatan keterkaitan dan
ketergantungan antarmanusia dan antar bangsa di seluruh dunia melalui aliran modal
(investasi), tenaga kerja, perdagangan,dan interaksi lainnya seperti perj alanan, budaya
populer, dan lain-lain sehingga batas-batas satu negara menjadi bias. Untuk melihat kaitan
globalisvasi dengan perekonomian Indonesia, kita harus memperhatikan bagaimana aliran-
aliran tersebut terjadi baik di dalam negeri Indonesia maupun dengan negara lain.
Aliran modal. Aliran modal dari luar negeri sudah terjadi sejak jaman penjajahan
Belanda melalui penanaman modal oleh perusahaan asing Belanda di Indonesia termasuk
di bidang transportasi, perdagangan, perkebunan, perbankan dan sebagainya Pada masa
pemerintahan Sukarno diadakan nasionalisasi terhadap perusahaan asing (terutama milik
swasta asing Belanda) dan tidak diperkenankan modal asing masuk ke Indonesia.
Nasionalisasi perusahaan swasta asing ini dilaksanakan sekitar 1957/58, namun tidak lama
kemudian pemerintahan Sukarno jatuh digantikan oleh Suharto. Presiden Suharto malah
mengundangkan UUPMA (Undang-undang Penanaman Modal Asing) pada tahun 1971,
yang berarti mengundang pengusaha asing untuk beroperasi di Indonesia. Tidak cuma
pengusaha swasta asing yang berdatangan ke Indonesia seperti misalnya McDonald, KFC,
perusahaan-perusahaan Eropa, Freeport dan Exxon dari Amerika Serikat, Unilever dari
Belanda, British Petroleum dari Inggris dan banyak lagi tetapi juga bank asing
diperkenankan beroperasi di Indonesia. Investasi asing langsung dan porto folio
diperlancar dengan adanya pasar modal dan pasar uang. Perusahaan swasta diperkenankan
langsung mencari dana dari sumber dana luar negeri. Dana dari Bank Dunia dan IMF
mengalir ke sektor pemerintah. Sehingga dengan demikian aliran dana investasi boleh
dikatakan sudah bebas bergerak di Indonesia, malah berlebihan dan kurang pengawasan
sehingga mengakibatkan krisis moneter pada tahun 1997/98. Setelah krisis sampai
sekarang, investasi asing bukan dilarang melainkan diatur dengan lebih ketat dari
sebelumnya. Jadi aliran modal boleh dikatakan bebas bergerak di Indonesia; semua daerah
(pemerintah daerah) mengundang investor dalam/luar negeri.
Aliran tenaga kerja. Yang dimaksud di sini adalah aliran manusia untuk mencari
kerja baik di dalam negeri maupun masuk dan ke luar negeri. Dalam hal aliran di dalam
negeri, tenaga kerja umumnya bebas berm dari satu tempat ke tempat lainnya. Namun
karena kepadatan penduduk dan pembangunan ekonomi antar daerah yang berbeda
beberapa provinsi/kabupaten seperti misalnya DI Jakarta dan Bali mengawasi pendatang
baru dengan ketat. Bahwa seorang harus menjadi penduduk daerah untuk dapat mencari
kerja di tempat tersebut. Keadaan yang demikian ini sama dengan aliran tenaga kerja ke
dalam dan ke luar negeri yang penuh dengan hambatan. Memang akhir-akhir ini makin
banyak warga Indonesia yang bekerja di luar negeri sebagai tenaga kerja wanita, di kapal
pesiar, namun karena ketatnya aturan masih lebih banyak lagi yang terpaksa harus menjadi
tenaga kerja gelap di luar negeri seperti misalnya di Malaysia. Demikian juga halnya
pekerja asing di Indonesia, tidak sedikit jumlah orang asing yang secara resmi mendapat
izin bekerja di Indonesia, namun lebih banyak lagi yang tidak resmi. Ini adalah keadaan
umum hampir di semua negara di dunia bahwa aliran masuk tenaga kerja menghadapi
berbagai-bagai kendala.
Aliran barang (perdagangan). Keadaan yang normal di masa lalu mengenai
aliranbarang ke luar masuk satu negara adalah adanya berbagai hambatan tarif dan
nontarif. Hal ini tidak terkecuali untuk perekonomian Indonesia, meskipun hambatan
tersebut tampaknya sudah makin berkurang karena berbagai negosiasi dagang yang diikuti
oleh Indonesia. Aliran barang antardaerah di dalam negeri untuk produksi nasional sering
menghadapi berbagai pungutan, entah pungutan itu dilaksanakan oleh pemerintah
daerahnya atau oleh oknum tertentu. Hal ini berkaitan dengan masalah korupsi, sehingga
muncul istilah ekonomi biaya tinggi. Bayangkan saja, misalnya, satu barang yang
dihasilkan di Bali akan dikirim ke Jakarta, berapa pos setoran yang resmi dari pemerintah
daerah dan yang tidak resmi yang harus di lalui, sehingga harga barang tersebut menjadi
sangat mahal. Pungutan liar ini juga terjadi untuk barang impor/ekspor, sehingga duane
dikatakan sebagai sarang korupsi. Pemerintah telah berkali-kali berusaha menghilangkan
praktek korupsi dan pungutan liar yang mengakibatkan ekonomi biaya tinggi.
Interaksi lainnya. Yang dimaksudkan di sini adalah aliran informasi karena
kemajuan teknologi seperti televisi, radio, media cetak, internet, telepon genggam,
literatur, pariwisata dan sebagainya sehingga masyarakat satu negara dapat mengonsumsi
dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka
ragam budaya, dan dunia menjadi satu unit Yang utuh. Interaksi internasional yang
demikian ini rupanya tidak bisa lagi dibendung meskipun bukan tanpa
hambatan/pengawasan pemerintah.
Jadi perekonomian Indonesia sejak semula telah berinteraksi dengan perekonomian
dunia dengan berbagai hambatan, ada yang lebih ringan seperti misalnya pada interaksi
lainnya dan investasi asing, ada juga yang hambatannya lebih berat seperti tenaga kerja
dan perdagangan barang. Namun dengan perkembangan ekonomi dan perdagangan dunia,
Indonesia telah masuk dalam beberapa negosiasi ekonomi dan perdagangan baik yang
bersifat bilateral maupun multilateral yang bertujuan untuk mengurangi hambatan
perdagangan, dan malah menjadi tuan rumah pertemuan Kerja Sama Ekonomi Asia
Pasifik (APEC) pada tahun 1994.
Kebaikan globalisasi. Dari literatur dapat dikatakan bahwa globalisasi
ekonomi/perdagangan mempunyai setidaknya 5 butir kebaikan, yakni:
 Meningkatkan Produksi global. Pandangan ini sesuai dengan teori 'Keuntungan
Komparatif dari David Ricardg. Melalui spesialisasi dan perdagangan faktor-faktgr
prgduksi dunia dapat digunakan dengan lebih efisien, output dunia bertambah dan
masyarakat akan memperoleh keuntungan dari spesialisasi dan perdagangan dalam
bentuk pendapatan yang meningkat, yang selanjutnya dapat meningkatkan
pembelanjaan dan m.
 Meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam satu negara. Perdagangan yang lebih
bebas memungkinkan masyarakat dari berbagai negara mengimpor lebih banyak
barang dari luar negeri. Hal ini menyebabkan konsumen mempunyai pilihan barang
yang lebih banyak. Selain itu, konsumen juga dapat menikmati barang yang lebih baik
dengan harga yang lebih rendah.
 Meluaskan pasar untuk produk dalam negeri. Perdagangan luar negeri yang lebih
bebas memungkinkan setiap negara memperoleh msn: yang jauh lebih luas dari pasar
dalam negeri.
 Meningkatkan akses akan modal dan teknologi yang lebih baik. Modal dapat
diperoleh dari investasi asing dan terutama dinikmati oleh negara-negara berkembang
karena masalah kekurangan modal dan tenaga ahli serta tenaga terdidik yang
berpengalaman kebanyakan dihadapi oleh negara-negara berkembang.
 Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan sektor
industri dan berbagai sektor lainnya bukan saja dikembangkan oleh perusahaan asing,
tetapi terutamanya melalui investasi yang dilakukan oleh perusahaan swasta domestik.
Perusahaan domestik ini sering kali memerlukan modal dari bank atau pasar saham.
Dana dari luar negeri terutama dari negara-negara maju yang memasuki pasar uang
dan pasar modal di dalam negeri dapat membantu menyediakan modal yang
dibutuhkan tersebut.
Keburukan globalisasi. Globalisasi perdagangan/ekonomi sering membawa
keburukan sebagai berikut:
 Menghambat pertumbuhan sektor industri. Salah satu efek dari globalisasi adalah
perkembangan sistem perdaganganluarnegeriyanglebihbebas.Perkembangan
inimenyebabkannegara-negara berkembang tidak dapat lagi menggunakan tan'f yang
tinggi untuk memberikan proteksi kepada industri yang baru berkembang (infant
industry). Dengan demikian, perdagangan luar negeri yang lebih bebas menimbulkan
hambatan kepada negara berkembang untuk memajukan sektor industri domestik
yang lebih cepat. Selain itu, ketergantungan kepada industri-industri yang dimiliki
perusahaan multinasional semakin meningkat.
 Memperburuk neraca pembayaran. Globalisasi cenderung menaikkan barang-barang
impor. Sebaliknya, apabila satu negara tidak mampu bersaing, maka ekspor tidak
berkembang. Keadaan ini dapat memperburuk kondisi W. Efek buruk lain dari
globalisasi terhadap neraca pembayaran adalah pembayaran neto pendapatan faktor
produksi dari luar negeri cenderung mengalami defisit. Investasi asing yang
bertambah banyak menyebabkan aliran pembayaran keuntungan (pendapatan)
investasikeluarnegeri semakinmeningkat. Tidak berkembangnya ekspor dapat
berakibat buruk terhadap neraca pembayaran.
 Sektor keuangan semakin tidak stabil. Salah satu efek penting dari globalisasi adalah
pengaliran investasi (modal) portofolio yang semakin besar. Investasi ini terutama
meliputi partisipasi dana luar negeri ke pasar saham. Ketika pasar saham sedang
meningkat, dana ini akan mengalir masuk, neraca pembayaran bertambah baik dan
nilai uang akan bertambah baik. Sebaliknya, ketika harga-harga saham di pasar saham
menurun, dana dalam negeri akan mengalir ke luar negeri, neraca pembayaran
cenderung menjadi bertambah buruk dan nilai mata uang domestik merosot.
Ketidakstabilan di sektor keuangan ini dapat menimbulkan efek buruk kepada
kestabilan kegiatan ekonomi secara keseluruhan.
Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Apabila hal-hal yang
dinyatakan di atas berlaku dalam satu ne gara, maka dalam j angka pendek pertumbuhan
ekonominya menjadi tidak stabil. Dalam jangka panjang pertumbuhan yang seperti ini
akan mengurangi lajunya pertumbuhan ekonomi. 13W dan kesempatan kerja akan
bertumbuh dengan lambat dan masalah pengangguran tidak dapat diatasi atau malah
semakin memburuk. Pada akhimya, apabila globalisasi menimbulkan efek buruk kepada
prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang satu negara, distribusi pendapatan menjadi
semakin tidak adil dan masalah sosial ekonomi masyarakat semakin bertambah buruk.

B. GATT DAN PUTARAN URUGUAY


1. GATT
Pada tahun 1944 sekitar 24 negara bertemu di Bretton Woods New Hampshire
dalam satu konferensi yang diprakarsai oleh UN Conferencee on Trade and
Employment untuk memetakan strategi pasca perang dalam membangun kembali
perekonomian dunia. Dari konferensi ini pada tahun 1947 dibentuk tiga organisasi
Internasional, yakni the General Agreement on Tarrifs and Trade ( GATT), the
International Bank for Reconstruction and Development (IBRD, sekarang Bank
Dunia), dan the International Monetary Fund ( IMF).
Sesungguhnya salah satu gagasan yang muncul dalam konferensi tersebut adalah
membentuk satu organisasi (di samping Bank Dunia dan IMF) yang mengatur
perdagangan sebagai bagian yang lebih luas dalam rencana membangun kembali
perekonomian dunia. Organisasi yang dimaksud adalah the International Trade
Organisation (ITO). Sementara diadakan negosiasi mengenai pembentukan ITO, 15
negara mulai mengadakan negosiasi paralel untuk GATT sebagai cara awal dalam
pengurangan tarif. Negosiasi pendirian ITO mengalami kegagalan pada tahun 1950,
sehingga yang masih tertinggal hanyalah kesepakatan GATT. Perlu diingat bahwa
GATT itu bukanlah organisasi, melainkan hanya berupa kesepakatan walaupun dia
menempati kantor sekretariat di the Centre William Rappard, Geneva, Switzerland.
Menurut Anggaran Dasarnya, tujuan utama dari GATT adalah pengurangan tarif dan
segala jenis hambatan lain dalam perdagangan internasional, dan menghilangkan
preferensi dagang atas dasar timbal balik dan keuntungan bersama. Dengan berpegang
pada prinsip-prinsip tertentu tujuan tersebut dicapai melalui serangkaian kesepakatan
sekitar 150 negara anggota.
Prinsip-prinsip yang mendasari kesepakatan pada GATT adalah bahwa
perdagangan seharusnya:
- Tanpa diskriminasi. Satu negara seharusnya tidak melakukan diskriminasi di
antara partner dagangnya. Kalau satu negara mengenakan tarif tertentu (paling
murah) kepada satu negara partner dagangnya, maka perlakuan yang demikian
itu juga harus diberikan kepada partner dagang lainnva. Prinsip ini dikenal
dengan most favoured Nation (MFN). Di samping itu, satu negara tidak
diperkenankan mendiskriminasikan barangbarang buatan negara partner
dagangnya terhadap produk dalam negeri. Harus dilakukan perlakuan yang
sama, yang dikenal dengan istilah National treatment.
- Perdagangan yang lebih bebas (freeer), yakni pengurangan hambatan dagang
melalui negosiasi.
- Perdagangan terprediksi, yang artinya bahwa pengusaha asing, investor dan
pemerintah harus mempunyai keyakinan bahwa hambatan perdagangan
(termasuk tarif dan nontarif) tidak diubah seenaknya saja; tarif dan pembukaan
pasar dalam negeri terhadap partner dagang bersifat mengikat.
- Lebih kompetittf, yang berarti satu negara seharusnya tidak melaksanakan
praktek dagang yang tidak jujur seperti misalnya subsidi ekspor dan
melaksanakan dumping pada harga lebih rendah dari biaya untuk merebut
pasar.
- Lebih menguntungkan negara terbelakang (leastdeveloped Countries) yakni
dengan memberikan kelonggaran-kelonggaran tertentu, perlakuan khusus dan
memberikan waktu yang lebih lama untuk menyesuaikan diri.
GATT secara berkala melakukan negosiasi untuk merumuskan kesepakatan
dagang baru yang harus dipatuhi oleh semua negara anggota. Rangkaian kesepakatan
tersebut dikenal dengan istilah Putaran (round). Umumnya, setiap kesepakatan
mengikat negara anggOta untuk mengurangi tarif tertentu. Biasanya kesepakatan baru
tersebut juga menyangkut kasus-kasus tertentu untuk produk terterltu dengan
pengecualian dan modifikasinya.
GATT telah melaksanakan 8 putaran, yakni:
1. Putaran Geneva, dilaksanakan selama 7 bulan pada April 1947, diikuti
oleh 23 negara. Topik yang disepakati adalah Pengurangan tarif dan
menghasilkan 45.000 konsesi tarif Yang mencakup perdagangan dengan
nilai sekitar $10 miliar.
2. Putaxan Annecy, dilaksanakan selama7bu1an pada tahun 1949 di
Annecy, Prancis yang diikuti oleh 26 negara. Topik Utama yang
disepakati adalah pengurangan tarif yang menghasilkan sekitar 5000
konsesi tarif.
3. Putaran Torquay, dilaksanakan selama 5 bulan pada tahun 1950 di
Torquay, Inggris Raya, diikuti oleh 38 negara. Hasilnya adalah 8.700
konsesi tarif sehingga menjadi sekitar tiga perempat dari semua tarif yang
berlaku pada tahun 1948. Penolakan Amerika Serikat atas Piagam Havana
menandakan bahwa pendirian GATT sebagai badan pengatur perdagangan
dunia.
4. Putaran Geneva II, dilaksanakan di Geneva selama 5 bulan dari Januari-
Juni 1956, diikuti oleh 26 negara. Hasil kesepakatan adalah penurunan
tarif senilai $2,5 miliar dan penerimaan Jepang masuk anggota.
5. Putaran Dillon, kembali dilaksanakan di Geneva dari 1960 sampai 1962.
Putaran ini diberi nama sesuai dengan nama Sekretaris Departemen
Keuangan Amerika Serikat, sebelumnya di bawah Sekretaris Negara,
Douglas Dillon, yakni yang mengusulkan putaran ini, diikuti oleh 26
negara. Sejalan dengan pembahasan mengenai pengurangan tarif dengan
nilai lebih dari $4,9 miliar, putaran ini juga membahas pendirian European
Economic Community (EEC).
6. Putaran Tokyo, dilaksanakan di Tokyo, Jepang selama 74 bulan dari
September 1973 sampai 1979. Agenda utama adalah penurunan tarif dan
mengeluarkan aturan baru yang ditujukan untuk mengawasi pelaksanaan
hambatan nontarif dan pembatasan ekspor sukarela. Putaran ini diikuti
oleh 102 negara dan menghasilkan konsesi tarif seharga $190 miliar.
7. Putaran Uruguay, dilaksanakan di Uruguay selama 87 bulan dari 1986
sampai 1993, diikuti oleh 123 negara. Pada putaran ini disetujui pendirian
World Trade Organization (WTO), yang mulai operasi pada tahun 1995
menggantikan GA'IT. Semua aturan-aturan GAT sejak itu dijalankan oleh
WTO dan Putaran Doha . (Putaran Uruguay dan the World Trade
Organization dibicarakan lebih rinci dalam seksi selanjutnya).
8. Putaran Doha, dilaksanakan di Doha dari November 2001 sampai
sekarang (belum selesai), diikuti oleh 141 negara dan berada di bawah
WTO, bukan lagi di bawah GA'I'I'. Agendanya meliputi pengurangan
hambatan tarif dan nontarif, masalah perdagangan hasil-hasil pertanian,
penentuan standar tenaga kerja (buruh), masalah lingkungan, persaingan,
investasi, transparansi dan sebagasinya.
Dari pemaparan aktivitas pencapai kesepakatan dagang dalam GATT seperti di
atas dapat dikatakan bahwa sejarah GATT dapat dibagi menjadi tiga fase, yakni
pertama, dari tahun berdirinya, 1947, sampai Putaran Torquay, yang pada dasarnya
mengagendakan barang-barang mana saja yang dimasukkan dalam kesepakatan dan
memberlakukan tarif yang ada. Fase ke dua mencakup tiga putaran, dari tahun 1959
sampai 1979, yang memfokuskan perhatiannya pada kesepakatan penurunan tarif.
Fase ke tiga, yang hanya meliputi Putaran Uruguay dari 1986 sampai 1994,
memperluas cakupan kesepakatan untuk meliputi masalah yang baru seperti
perdagangan jasa, pergerakan modal (investasi), hak atas kekayaan intelektual
(intelectual property right) dan masalah perdagangan hasil-hasil pertanian. WTO
lahir dalam putaran ini, 1995.
2. Putaran Uruguay dan WTO
Putaran Uruguay dalam GATT dimulai September 1986 sampai 1993 (selama
87 bulan). Putaran ini adalah yang paling ambisius dari semua putaran GATT dan
diharapkan untuk memperluas kompetensinya sehingga tidak hanya meliputi
perdagangan barang saja melainkan juga mencakup masalah penting seperti
perdagangan jasa, modal atau investasi, kekayaan intelektual, tekstil, penyelesaian
sengketa dagang dan perdagangan hasil pertanian. Pada tahun 1993 GATT telah
disesuaikan (updated) untuk mencakup tugas barunya di samping tugas lama. Putaran
ini diikuti oleh 123 negara.
Salah satu perubahan yang mendasar pada GATT adalah berdirinya WTO (the
World Trade Organization). 75 negara anggota GATT yang lama ditambah dengan
anggota Uni Eropa menjadi anggota pendiri WTO pada 1 Januari 1995. 52 negara
anggota GA'IT lainnva masuk meniadi anggota WTO dua tahun kemudian (yang
terakhir adalah Kongo pada tahun 1997). Sejak berdirinya WTO, 21 negara bukan
anggota GATT masuk menjadi anggota dan 29 negara sedang bernegosiasi akan
menjadi anggota. Sampai saat ini tercatat 153 negara anggota WTO.
Pertanian umumnya dikeluarkandarikesepakatansebelumnya karena diberikan
perlakuan khusus mengenai kuota impor dan subsidi ekspor. Namun, ketika Putaran
Uruguay, banyak negara berpendapat bahwa pengecualian sektor pertanian dari
kesepakatan agaknya kurang dapat diterima dan mereka menolak untuk
menandatangani kesepakatan baru tanpa adanya sedikit kemajuan dalambidanghasil-
hasil pertanian. Empatbelas negarainikemudian dikenal sebagai ”kelompok Cairns”,
dan pada umumnya termasuk negara kecil dan menengah dalam ekspor produk
pertanian seperti Australia, Brazilia, Kanada, Indonesia dan New Zealand.
Kesepakatan di bidang pertanian dalam Putaran Uruguay terus merupakan
kesepakatan liberalisasi perdagangan yang paling menonjol sepanjang sejarah
negosiasi dagang. Tujuan dari kesepakatan ini adalah untuk meningkatkan akses
terhadap produk pertanian, mengurangi bantuan dalam negeri terhadap sektor
pertanian dalam bentuk subsidi harga dan kuota, mengurangi secara bertahap subsidi
ekspor terhadap produk pertanian dan menyelaraskan sejauh mungkin kebijaksanaan
sanitasi di antara negara anggota.
Secara de facto GATT berfungsi sebagai satu organisasi, yang telah
melaksanakan delapan putaran pembicaraan mengenai berbagai masalah perdagangan
dan penyelesaian sengketa perdagangan internasional. Putaran Uruguay yang telah
selesai pada tanggal 15 Desember 1993, setelah mengadakan negosiasi selama tujuh
tahun, menghasilkan kesepakatan di antara 117 negara anggota (termasuk Amerika
Serikat) untuk menurunkan (mengurangi) hambatan perdagangan dan untuk
menciptakan aturan perdagangan internasional yang lebih komprehensif dan dapat
dilaksanakan. Kesepakatan yang muncul dari putaran ini, the Final Act Embodying the
Results of the Uruguay Round of Multilateral Trade Negotiations, ditandatangani pada
April 1994. Kesepakatan tersebut disetujui dan dilaksanakan oleh Kongres Amerika
Serikat pada bulan Desember 1994, dan mulai diberlakukan pada Januari 1995.
Sementara GATT hanyalah serangkaian aturan kesepakatan yang dipatuhi oleh negara
anggota, WTO adalah sebuah organisasi. WTO memperluas cakupan masalahnya dari
perdagangan barang ke perdagangan di sektor jasa dan hak atas kekayaan intelektual.
Kesepakatan di WTO pada umumnya bersifat multilateral seperti mekanisme pada
GATT.
(Dikerjakan oleh Ni Kadek Juniartini/1707532121)

C. SENGKETA DAGANG ANTAR NEGARA


Di seluruh dunia, berbagai Negara melakukan tindakan-tindakan dergulasi maupun
regulasi secara silih berganti. Peraturan perundang-undangan tersebut dalam proses
perkembangannya semakin terasa pengaruhnya atas pelaksanaan tindakan-tindakan
pengusaha dalam perdagangan internasional tersebut. Dalam kaitan tersebut, kegiatan para
pelaku perdagangan internasional di suatu saat dapat menimbulkan terjadinya perselisihan
yang melahirkan sengketa dalam perdagangan internasional.
1. Subyek hukum perdagangan internasional
Dalam aktifitas perdagangan internasional terdapat beberapa subyek hukum
yang berperan penting di dalam perkembangan hukum perdagangan internasional.
Yang dimaksud subyek hukum disini adalah para pelaku (Stakeholders) dalam
perdagangan internasional yang mampu mempertahankan hak dan kewajibannya
di hadapan badan peradilan; dan para pelaku (stakeholders) yang mampu dan
berwenang untuk merumuskan aturan-aturan hukum di bidang hukum
perdagangan internasional.
Beberapa stakeholders atau subyek hukum dalam hukum perdagangan
internasional yaitu; Negara, perusahaan atau individu, dan lain-lain. Para pihak
yang bersengketa disini dibatasi pada pihak pedagang (badan hukum atau
individu) dan Negara. Karena sifat dari hukum perdagangan internasional adalah
lintas batas, maka pembahasan pun dibatasi hanya antara; pertama pedagang dan
pedagang. Kedua, pedagang dan Negara asing.
- Sengketa Antara pedagang dengan pedagang adalah sengketa yang sering
terjadi. Sengketa diselesaikan melalui berbagai cara tergantung pada
kebebasan dan kesepakatan dari para pihak.
- Sengketa Antara pedagang dengan Negara asing. Sengketa Antara
pedagang dengan Negara juga bukan merupakan kekecualian. Kontrak-
kontrak dagang Antara pedagang dengan Negara sudah lazim
ditandatangani. Oleh karena itu, dalam hukum internasional berkembang
pengertian jure imperii dan jure gestiones. Jure Imperii adalah tindakan-
tindakan Negara di bidang public dalam kapasitasnyasebagai negra
berdaulat, sehingga tindakan-tindakannya tidak akan pernah diuji atau di
adili di hadapan badan peradilan. Jure Gestiones, yaitu tindakan-tindakan
Negara di bidang keperdataan atau dagang. Jika di kemudian menimbulkan
sengketa dapat saja diselesaikan di hadapan badan-badan peradilan umum,
arbitrase, dan lain-lain.
2. Prinsip-prinsip penyelesaian sengketa
Dalam hukum perdagangan internasional, dapat dikemukakan disini prinsip-
prinsip mengenai penyelesaian sengketa perdagangan internasional, yaitu :
- Prinsip kesepakatan para pihak (consensus)
Prinsip kesepakatan para pihak merupakan prinsip fundamental dalam
penyelesaian sengketa perdagangan internasional. Prinsip inilah menjadi
dasar untuk dilaksanakan atau tidaknya suatu proses penyelesaian
sengketa. Prinsip ini pula dapat menjadi dasar apakah suatu proses
penyelesaian sengketa yang sudah berangsung diakhiri. Jadi prinsip ini
sangat esensia. Badan- badan peradilal (terasuk arbritase) harus
menghormati apa yang para pihak sepakati.
- Prinsip kebebasan memilih cara-cara penyelesaian sengketa
Prinsip penting kedua adaah prinsip dimana para pihak memiliki
kebebasan penuh untuk menentukan dan memilih cara atau mekanisme
bagaimana sengketanya diselesaikan (principle of free choice of means).
- Prinsip kebebasan memilih hokum
Prinsip kebebasan para pihak untuk menentukan sendiri hukum apa yang
akan diterapkan (bila sengketanya diselesaikan) oleh badan peradilan
(arbitrase) terhadap pokok sengketa. Kebebasan para pihak untuk
menentukan hukum ini termasuk kebebasan untuk memilih kepatutan dan
kelayakan (ex aequo et bono).
- Prinsip itikad baik (Good Faith)
Prinsip ini dapat dikatakan sebagai prinsip fundamental dan paling sentral
dalam penyelesaian sengketa. Prinsip ini mensyaratkan dan mewajibkan
adanya itikad baik dari para pihak dalam menyelesaikan sengketa. Dalam
prinsip ini tercermin dalam kedua tahap. Pertama, prinsip itikad baik
diisyaratkan untuk mencegah timbulnya sengketa. Kedua, penyelesaian
sengketa melalui cara-cara yang dikenal dalam hukum (perdagangan)
internasional, yakni negosiasi mediasi, konsiliasi, arbitrase pengadian atau
cara- cara pilihan para pihak lainnya.
- Prinsip Exhaustion of Local Remidies.
Prinsip ini berawal lahir dari prinsip hukum kebiasaan internasional.
Dalam upayanya merumuskan pengaturan mengenai prinsip ini, Komisi
Hukum Nasional PBB (International Law Commission) memuat aturan
khusus mengenai prinsip ini dalam Pasal 22 mengenai ILC draft articles on
state responsibility. Menurut prinsip ini, hukum kebiasaan internasional
menetapkan bahwa sebelum para pihak mengajukan sengketanya ke
pengadilan internasional, langkah-langkah penyelesaian sengketa yang
tersedia atau diberikan oleh hukum nasional suatu negara harus terlebih
dahulu ditempuh (exhausted).
3. Forum Penyelesaian Sengketa
Forum penyelesaian sengketa dalam hukum perdagangan internasional pada
prinsipnya juga sama dengan forum yang dikenal dalam hukum penyelesaian
sengketa (internasional) pada umumnya.
- Negosiasi
Negosiasi adalah cara penyelesaian sengketa yang paling dasar dan yang
paling tua digunakan. Penyelesaian melalui negosiasi merupakan cara
yang paling penting. Banyak sengketa diselesaikan setiap hari oleh
negosiasi ini tanpa adanya publisitas atau menarik perhatian publik. Alasan
utamanya adalah karena dengan cara ini, para pihak dapat mengawasi
prosedur penyelesaian sengketanya. Setiap penyelesaiannya pun
didasarkan pada kesepakatan atau consensus para pihak.
- Mediasi
Mediasi adalah suatu cara penyelesaian melalui pihak ketiga. Pihak ketiga
(sebagai pihak yang netral) ini bisa individu (pengusaha) atau lembaga
atau organisasi profesi atau dagang. Mediator ikut serta secara aktif dalam
proses negosiasi dan berupaya mendamaikan para pihak dengan
memberikan saran penyelesaian sengketa.
- Konsiliasi
Konsiliasi memiliki kesamaan dengan mediasi. Kedua cara ini adalah
melibatkan pihak ketiga untuk menyelesaikan sengketa secara damai,
namun konsiliasi lebih formal daripada mediasi
- Arbitrase
Arbitrase adalah penyerahan sengketa secara sukarela kepada pihak ketiga
yang netral. Pihak ketiga ini bisa individu, arbitrase lembaga atau arbitrase
sementara (ad hoc).
- Pengadilan (Nasional dan Internasional)
Metode yang memungkinkan untuk menyelesaikan sengketa selain cara-
cara tersebut di atas adalah melalui pengadilan nasional dan internasional.
Penggunaan cara ini biasanya ditempuh apabila cara-cara penyelesaian
yang ada ternyata tidak berhasil. Penyelesaian sengketa dagang melalui
badan peradilan biasanya dimungkinkan ketika para pihak sepakat, yang
dituangkan dalam klausul kontrak.
4. Prosedur penyelesaian sengketa dalam GATT
Prosedur penyelesaian sengketa dalam GATT dapat dikelompokkan ke dalam
dua macam prosed Pertama, di antara tahun 1948- 1978. Dalam kurun waktu ini,
prosedur penyelesaian sengketa GATT dapat dikelompokkan sebagai
'penyelesaian sengketa secara diplomatik, diselesaikan antara kedua pemerintahan
yang sedang dalam sengketa. Kedue kurun waktu antara 1980-1994. Dalam kurun
waktu ini prosedur penyelesaian sengketa GATT beralih dari semula yang bersifa
diplomatik menjadi penyelesaian sengketa secara hukum (judicial or juridical
settlement of disputes).
Masalah atau isu mengenai penyelesaian sengketa di dalam GATT hanya
dibahas pada pertemuan- pertemuan reguler atau tetap dan bukan secara langsung
mengatur penyelesaian sengketa. Namun demikian ada dua pasal, yakni Pasal
XXII dan XXIII GATT yang dapat dirujuk dalam hal adanya sengketa dagang.
Jadi dalam GATT pada prinsipnya ada dua cara penyelesaian sengketa dagang
internasional, yakni;
- Melalui jalur diplomatic
Penyelesaian sengketa melalui jalur diplomatik Negara anggota peserta
kesepakatan dagang pada GATT diharapkan menyelesaikan sendiri
masalah sengketa yang dialaminya melalui konsultasi secara bilateral. Hal
ini sesuai dengan bunyi Pasal XXII GATT Mereka disyaratkan untuk
memberikan pertimbangan simpatik (sympathetic consideration) terhadap
setiap sengketa mengenai segala sesuatu hal yang menyangkut
pelaksanaan GATT
- Melalui jalur "contracting party" GATT
Penyelesaian sengketa melalui jalur GATT. Apabila cara di atas tidak
memuaskan atau tidak dijalani oleh ke dua belah pihak yang bersengketa,
maka mereka dapat menyelesaikan masalah sengketa dagangnya melalui
GATT. Untuk jalur ini salah satu pihak atau kedua-duanya harus
mengajukan keberatan (komplain) dengan memberikan dasar pembenaran
yang lengkap (to provide a detailed justification) kepada GATT (yang
dalam hal ini kepada badan dalam GATT yang disebut contracting party).
Selanjutnya Contracting party, sesuai dengan sifat dan beratnya sengketa
dapat membentuk satu working party (satuan tugas) atau satu panel dari
beberapa negara, yang dibentuk khusus untuk satu sengketa. Anggota dari
satuan tugas berasal dari negara yang mengalami sengketa dan dari GATT,
sedangkan anggota dari satu Panel tidak hanya dari negara yang
bersengketa tetapi juga dari negara ke tiga. Tugas mereka adalah: (i)
mempertimbangkan tuduhan-tuduhan yang dialamatkan oleh negara yang
bersengketa ; dan (ii) memberi rekomendasi dan putusan kepada the
contracting party. Pembentukan satu satuan tugas atau pun panel dalam
menyelesaikan sengketa dagang ini kemudian diikuti oleh sengketa-
sengketa selanjutnya dan telah menjadi praktek kebiasaan dalam GATT.
Dengan atau tanpa pembentukan satuan tugas atau panel, contracting party
GATT dapat:
1) mengeluarkan rekomendasi kepada negara yang sedang bersengketa;
atau
2) memberikan putusan pada satu sengketa; atau
3) memberi wewenang kepada satu negara peserta untuk
menangguhkan penerapan konsesi atau kewajibannya kepada pihak
lainnya berdasarkan perjanjian GATT.
Melalui jalur mana pun sengketa dagang diputus tidak ada jaminan
bahwa putusan tersebut akan secara efektif dapat dilaksanakan.
5. Prosedur penyelesaian sengketa perdagangan internasional dalam kerangka WTO
(World Trade Organization)
Sistem Penyelesaian Sengketa World Trade Organization (WTO)/Dispute
Settlement Understanding (DSU) adalah tulang punggung dari rejim perdagangan
multilateral saat ini. Sistem ini diciptakan oleh para Negara anggota WTO pada
saat Uruguay Round dengan harapan untuk menciptakan suatu sistem yang kuat
dan dapat mengikat semua pihak dalam rangka menyelesaikan sengketa
perdagangan dalam kerangka WTO. Dengan sistem penyelesaian sengketa ini juga
diharapkan agar negara anggota dapat mematuhi peraturan-peraturan yang
disepakati dalam WTO Agreement. Sistem penyelesaian sengketa ini juga dinilai
sebagai kontribusi unik dari WTO terhadap kestabilan perekonomian global.
Sistem penyelesaian sengketa WTO dibentuk sebagai pembaruan dari sistem
penyelesaian sengketa General Agreement on Tariff and Trade (GATT) yang
sebelumnya ada. Dengan sistem penyelesaian sengketa WTO diharapkan akan
diperoleh kestabilan dan perkiraan peraturan perdagangan internasional yang
berpihak pada kegiatan bisnis, petani, pekerja dan konsumen dari seluruh dunia.
Sistem penyelesaian sengketa WTO memainkan peran penting dalam
mengklarifikasi dan penegakan kewajiban anggota dalam WTO Agreement.
Penyelesaian sengketa memang bukan kegiatan utama dalam kinerja organisasi
WTO, namun penyelesaian sengketa adalah bagian yang sangat penting dalam
kenyataan kinerja organisasi. Penyelesaian sengketa WTO juga menjadi perangkat
penting dalam manajemen negara anggota WTO dan kaitannya dengan hubungan
ekonomi yang luas.
Jika suatu negara telah melanggar aturan WTO dengan menetapkan aturan
yang tidak konsisten dengan WTO, maka negara tersebut harus segera mengoreksi
kesalahannya dengan menyelaraskan aturannya dengan aturan WTO. Jika negara
tersebut masih melanggar aturan WTO, maka harus membayar kompensasi atau
dikenai “retaliasi”. Biasanya kompensasi/retaliasi diterapkan dalam bentuk
konsesi atau akses pasar. Walaupun suatu kasus sudah diputuskan, masih banyak
hal yang harus dilakukan sebelum sanksi perdagangan diterapkan.
Dalam tahap ini yang penting adalah tergugat harus menyelaraskan
kebijakannya dengan rekomendasi atau keputusan DSB. Persetujuan WTO
mengenai penyelesaian sengketa menetapkan bahwa “tindakan yang cepat dalam
hal mematuhi rekomendasi atau putusan DSB sangat penting untuk menjamin
bahwa putusan penyelesaian tersebut efektif dan menguntungkan seluruh anggota
WTO. Negara yang kalah sengketa harus mengikuti rekomendasi yang disebutkan
dalam laporan Panel (panel report) atau laporan banding (appelate Body report).
Secara prinsipil, sanksi diterapkan pada bidang yang sama dengan bidang yang
disengketakan.
Prosedur penyelesaian sengketa perdagangan internasional di dalam
kerangka WTO , dapat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :
- Konsultasi (Concultations)
Tujuan dari mekanisme penyelesaian sengketa dagang di WTO adalah
untuk menguatkan solusi yang positif terhadap sengketa.
- Pembentukan Panels (Establishment Panels)
Jika suatu anggota tidak memberikan jawaban untuk meminta diadakan
konsultasi dalam waktu 10 hari atau jika konsultasi gagal untuk
diselesaikan dalam waktu 60 hari, penggugat dapat meminta ke DSB untuk
membentuk suatu panel untuk menyelesaikan masalah pembentukan panel.
Panel harus segera disusun dalam waktu 30 hari pembentukan.
- Prosedur-prosedur Panel (Panels Procedures)
Yaitu periode dimana panel melaksanakan pengujian masalah, selanjutnya
term of reference dan komposisi panel disetujui, kemudian panel
memberikan laporan kepada pihak-pihak yang bersengketa tidak boleh
lebih dari 6 bulan.
- Penerimaan Laporan Panel ke DSB (Adoption of Panels Report)
Prosedur WTO menunjukkan bahwa laporan panels harus diterima oleh
DSB dalam waktu 60 hari dari pengeluaran. Jika tidak, satu pihak
memberitahukan keputusannya untuk menarik atau consensus terhadap
pengesahan laporan.
- Peninjauan Kembali (Appellate Review)
Mekanisme penyelesaian sengketa di WTO memberikan kemungkinan
penarikan terhadap salah satu pihak dalam berlangsungnya suatu panel.
Semua permohonan akan didengar oleh suatu Badan Peninjau (appellate
body) yang dibentuk oleh DSB.
- Implementasi (Implementation)
Kebijakan menekankan bahwa peraturan dari DSB sangat penting agar
mencapai resolusi yang efektif dari persengketaan-persengketaan yang
bermanfaat untuk semua anggota. Pada pertemuan DSB berlangsung
dalam waktu tiga puluh hari dari adopsi panel, pihak yang bersangkutan
harus menyatakan niat untuk menghargai implementasi dari rekomendasi-
rekomendasi. Bila hal itu tidak berguna untuk segera menyetujui, anggota
akan diberikan suatu periode waktu yang beralasan yang ditentukan oleh
DSB (Disputes Settlement Body).
6. Contoh kasus sengketa dagang antar negara
Sengketa dagang terjadi sekitar tahun 2007 antara RI-Tiongkok terkait dengan
saling penolakan sejumlah produk makanan. Saat itu ramai dimunculkan dalam
media massa bahwa produk impor asal Tiongkok dan demikian pula Tiongkok
menemukan bahwa produk impor asal Indonesia tidak memenuhi syarat. Sengketa
lain terjadi tahun lalu, Amerika dan Tiongkok saling tuduh bahwa pihak lain
melanggar peraturan perdagangan dunia. Kementerian perdagangan Tiongkok
sedang menyelidiki keluhan bahwa suku cadang mobil dan daging ayam Amerika
yang diekspor ke Tiongkok dijual dengan harga murah dan merugikan industri
dalam negeri. Pemerintah Tiongkok mengumumkan hal ini hanya dua hari setelah
pemerintah Amerika mengenakan tarif impor tinggi atas ban mobil yang diimpor
dari Tiongkok. Tiongkok mengatakan tarif impor ban itu melanggar peraturan
perdagangan WTO, tapi juru bicara gedung putih membantah tuduhan itu. la
mengatakan, keputusan Amerika tentang tarif ban impor itu justru untuk
menjalankan peraturan perdagangan yang adil dan bukan untuk memulai perang
dagang. Kasus sengketa macam ini tidak hanya terjadi antara dua negara saja
seperti kasus di atas, tetapi bisa terjadi terhadap negara mana saja yang
mengadakan perjanjian dagang atau melanggar ketentuan dagang dunia sesuai
aturan GATT/WTO. Malah majalah Tempo, Alternatif mengatakan jumlah
sengketa dagang internasional meningkat setelah adanya krisis moneter pada
tahun 1998.
(Dikerjakan oleh I G. A. P. Nadya Aundria Paramita/1707532119)

D. KERJASAMA PERDAGANGAN DAN EKONOMI ANTAR WILAYAH DAN


REGIONAL
Kerjasama perdagangan antar negara bisa dilaksanakan oleh dua Negara (bilateral)
atau oleh lebih banyak Negara (multilateral) yang bersifat regional ataupun internasional.
1. Kerjasama Perdagangan
a. ASEAN Free Trade Area (AFTA)
AFTA adalah satu perjanjian dagang untuk mendorong manufaktur di seluruh
negara-negara ASEAN. Perjanjian ini ditandatangani pada tanggal 28 Januari
1992 di Singapura. AFTA awalnya hanya ditandatangani oleh enam negara
ASEAN yaitu Brunei, Indonesia, Malaysia, Filiphina, Singapura dan Thailand.
Kemudian Vietnam masuk pada tahun 1995, Laos dan Myanmar pada tahun 1997
dan Kamboja pada tahun 1999. Tujuan utama dari AFTA adalah untuk
meningkatkan daya saing ASEAN di pasar dunia melalui penurunan hambatan
perdagangan, tarif dan nontarif, dan menarik lebih banyak investasi asing melalui
Common Effective Preferential Tarif (CEPT), yakni tarif impor 0-5% berlaku
untuk perdagangan antar negara anggota ASEAN. Masing-masing negara
ASEAN bebas menentukan tarif untuk barang dari luar anggota. Negara anggota
diberikan 3 jenis perkecualian yaitu pengecualian sementara (untuk barang yang
yang sementara harus dikindungi, tetapi kemudian akan memenuhi ketentuan tarif
yang berlaku) , pengecualian untuk barang hasil pertanian yang sensitif seperti
beras dan pengecualian umum (yang dianggap perlu dengan alasan keamanan,
moral publik, perlindungan atas kehidupan maumat manusia, binatang atau
tanaman, perlindungan barang antik, bersejarah dan bernilai arkeokogi).
b. Asia Pasific Economic Coorporation (APEC)
APEC adalah forum utama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, kerja
sama, perdagangan dan investasi di wilayah Asia dan Pasifik dan satu satunya
blok antar pemerintah di dunia yang berdasarkan atas janji yang tidak mengikat,
dialog terbuka dan kesamaan derajat dari semua peserta. Berbeda dengan WTO
atau badan perdagangan multilateral lainnya, APEC tidak mempunyai pakta
kewajiban bagi setiap anggota. Keputusan dan janji dalam APEC dicapai lewat
konsensus dan atas dasar sukarela. APEC mempunyai 21 anggota yang disebut
Member Economies Yaitu, Australia, Amerika Serikat, Brunei Darussalam, Cili,
RRC, Hongkong, Cina, Indonesia, Jepang, Kanada, Republik Korea Selatan,
Malaysia, Meksiko, New Zealand, Papua New Guinea, Peru, Filipina, Federasi
Rusia, Singapura, Taipe, Thailand dan Vietnam.
APEC memiliki visi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan, serta memperkuat komunitas di Asia Pasifik melalui misinya,
yakni pengurangan tarif dan hambatan perdagangan lain di wilayah Asia Pasifik,
menciptakan perekonomian dalam negeri yang efisien dan peningkatan ekspor.
c. South Asian Association for Regional Cooperation (SAARC)
SAARC adalah suatu organisasi dibidang ekonomi dan politik dari 8 negara
negara Asia selatan pada tahun 1985. Kedelapan negara tersebut yaitu
Bangladesh, Bhuthan , Maldives, Nepal, Pakistan, India, Sri Lanka Dan
Afganistan yang bergabung pada April 2007.
Tujuan dari asosiasi ini yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk di
Asia Selatan, percepatan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan budaya,
meningkatkan percaya diri kolektif dari negara negara di Asia Selatan di forum
internasional, dan mendorong kerja sama aktif dan solidaritas di bidang ekonomi,
sosial, budaya dan dibidang teknologi dan ilmu pengetahuan.
Anggota asosiasi ini pada awalnya menyatakan keengganannya untuk
menandatangani persetujuan mengenai perdagangan bebas. Pada tahun 1993,
mereka menandatangani kesepakatan yang secara bertahap menurunkan tarif
impor dalam wilayah ini. Lebih dari 10 tahun kemudian, pada rapat puncak ke 12,
para negara anggota asosiasi ini telah menerapkan kesepakatan pasar bebas yang
sehingga mengarah ke berdirinya area perdagangan bebas yang meliputi 1.5
miliar penduduk. Kesepakatan sebagai wilayah pasar bebas ini berlaku efektif
mulai 1 Januari 2006. Dengan kesepakatan ini, anggota asosiasi negara negara
Asia Selatan ini berjanji akan menurunkan tarifnya menjadi 20 % pada tahun
2007.
d. Australia New zealand Closer economic agreement (ANZCERTA)
ANZCERTA adalah perjanjian dagang bilateral antara australia dan new
zealand, yang efektif berlaku sejak 1983, dan mencakup hampir semua masalah
perdagangan barang dan jasa. Semua barang yang dapat diperdagangkan di satu
negara dapat juga diperdagangkan secara legal di negara lainnya. Aturan
kepabeanan juga diadakan penyesuaian untuk kedua negara, misalnya mengenai
kebijaksanaan, prosedur administrasi, investigasi dan pencegahan dan
penyelesaian pelanggaran sistem pabean, termasuk masalah karantina, dan
peraturan standar perdagangan. Pemerintah telah menghilangkan hampir semua
hambatan perdagangan tarif dan normatif di antara kedua negara.
Prinsip dasar dari ANZCERTA adalah perlakuan nasional (national
treatment),akses ke pasar, hak untuk masuk pasar tanpa hambatan dan perlakuan
yang paling menguntungkan (most favoured nation). Dalam waktu seperempat
abad jumlah perdagangan dua arah Australia-New Zealand telah berkembang
dengan kecepatan 9%.
e. The North American free trade agreement (NAFTA)
NAFTA adalah satu perjanjian dagang yang ditandatangani oleh amerika
serikat, kanada dan meksiko yang menimbulkan blok dagang tiga negara di
negara amerika utara. Perjanjian tersebut mulai efektif sejak 1 januari 1994 dan
menggantikan perjanjian perdagangan bebas antara amerika serikat dan kanada.
NAFTA mempunyai 2 perjanjian tambahan yaitu, The North American
Agreement Of Envoronmental Cooperation dan The North American Agreement
On Labour Cooperation. NAFTA bertujuan untuk menghilangkan hambatan
perdagangan dan investasi di antara amerika serikat, kanada dan meksiko.
NAFTA juga bertujuan untuk menghilangkan hambatan perdagangan nontarif
diantara negara anggota.
Menurut para ahli NAFTA ini memiliki dampak positif seperti penurunan
tingkat kemiskinan dan peningkatan pendapatan riil di meksiko meskipun setelah
krisis ekonomi 1994-1995. Namun dampak negatifnya yaitu, para petani Meksiko
merugi karena harga bahan makan yang jatuh sebagai akibat .dari impor yang
murah dari Amerika serikat dan berpengaruh negatif juga terhadap buruh amerika
serikat di bidang manufaktur dan industri perakitan yang telah kehilangan kerja
mereka.
f. European Union
Uni Eropa adalah sebuah organisasi antar pemerintahan dan supranasional,
yang terdiri dari negara negara Eropa, yang sejak 1 januari 2007 telah memiliki
27 negara anggota. Persatuan ini didirikan di bawah perjanjian uni eropa
(perjanjian maastricth) pada 1992.
Lembaga organisasi ekonomi dan politik penting di dalam EU yang telah
dibentuk adalah komisi eropa, dewan uni eropa, dewan eropa, mahkamah eropa
dan bank sentral eropa. Terdapat pula parlemen eropa yang anggota anggotanya
dipilih langsung oleh warga negara anggota. Kebijakan ue ke dalam meliputi
pemberlakuan satu unit mata uang (euro), undang undang kompetisi, kontrol
bantuan negara dan liberalisasi, harmonisasi hukum melalui proses legislatif
sehingga hukum melalui proses legislatif sehingga hukum uni eropa semakin
terasa hadir dalam sistem sistem negara anggota dan negara negara anggota
bertemu sebagai dewan uni Eropa untuk bekerja sama dan mengkoordinasikan
kebijakan kebijakan dalam negeri mereka.
Sedangkan kebijakan EU keluar dengan membentuk sebuah pasar tunggal dan
memberlakukan tarif bea cukai bersama dengan posisi yang sama dalam
perundingan perundingan perdagangan internasional, pendanaan untuk program
program di negara negara calon anggota dan negara negara eropa timur lainnya
serta bantuan kebanyak negara berkembang.

2. Integrasi ekonomi
Menurut teori integrasi ekonomi bela balasa 1961, terdapat enam tahapan
kerja sama perdagangan untuk menuju ke integrasi ekonomi, yaitu :

Tahapan pertama adalah Prefential Trading Area (PTA)


Sering juga disebut sebagai preferential trading agreement yang merupakan
kelompok blok perdagangan yang memberikan preferensi (keringanan) terhadap jenis
produk tertentu kepada negara anggota, dilaksanakan dengan cara mengurangi tarif.
PTA dapat muncul melalui perjanjian (kesepakatan) dagang dan kadang kadang
dicampur adukkan saja dengan FTA dimana pada umumnya PTA mengarah ke FTA
sesuai dengan GATT.
Contoh : The Europe Agreements, The European Economic Area, India Afganistan,
India-Mauritius, NAFTA, GSP (Generalized System Of Preferences) Amerika
Serikat.

Tahapan kedua adalah Free Trade Area (FTA)


Tujuan dari FTA adalah untuk menurunkan hambatan perdagangan sehingga
volume perdagangan meningkat karena spesialisasi, pembagian kerja dan yang
terpenting melalui teori keuntungan komparatif. Menurut teori ini dalam pasar bebas
yang ekuilibrium, setiap sumber produksi cenderung untuk berspesialisasi dalam
aktivitas dimana terjadi keunggulan komparatif (bukan keunggulan absolut).
Contoh : India yang telah menandatangani kesepakatan bilateral dengan ASEAN, Sri
Lanka, Thailand (Kesepakatan FTA lain dengan ASEAN)

Tahapan ketiga adalah Custom Union


Custom Union adalah satu perjanjian dagang dimana sejumlah negara
memberlakukan perdagangan bebas di antara mereka dan menerapkan serangkaian
tarif bersama terhadap barang dari negara lain dan memperkenankan pergerakan
bebas dari para sumber daya termasuk modal dan tenaga kerja diantara negara
anggota.
Tujuan dari pendirian custom union adalah untuk meningkatkan efisiensi dan
mendekatkan hubungan diplomatik (politik dan budaya) di antar negara anggota.
Contoh : Europian Union dan North american freetrade agreement(Nafta)
Tahap keempat adalah Single Integrated Market (Common Market)
Adalah sejenis blok dagang yang merupakan gabungan dari custom union
dengan kebijaksanaan bersama terhadap produk, dan pergerakan yang bebas atas
faktor produksi dan wirausaha yang bertujuan untuk memudahkan bagi mereka untuk
mencapai efisiensi ekonomi yang lebih tinggi.
Pasar tunggal kadang sebagai bentuk selangkah lebih maju dibandingkan
common market karena satu pasar tunggal membutuhkan lebih banyak usaha untuk
menghilangkan hambatan fisik, teknis dan fiskal di antara negara anggota. Hambatan
tersebut dapat mempersulit kebebasan gerak pada faktor produksi. Untuk
menghilangkan hambatan tersebut negara anggota memerlukan kemauan politik dan
mereka harus merancang kebijaksanaan ekonomi bersama.
Contoh : pembentukan pasar tunggak uni eropa yang dimulai pada tahun 1987 dengan
target selesai pada 31 desember 1992

Tahap kelima adalah Economic And Monetary Union (Kesatuan Ekonomi Dan
Moneter)
Adalah satu blok dagang seperti pasar tunggal dengan kesatuan moneter untuk
semua negara anggota. Bentuk ini berbeda dari latin monetary union pada tahun 1980
yang hanya menerapkan mata uang bersama tanpa diikuti oleh adanya pasar tunggal.
Kesatuan ekonomi dan moneter dilaksanakan melalui pakta dagang dari semua sistem
moneter yang berlaku dinegara anggota.
Contoh : Uni Eropa, terdapat pasar tunggak dan memakai satu kesatuan moneter yaitu
euro.

Tahap ke enam adalah Complete Economic Integration


Adalah tahap akhir dari integrasi ekonomi dimana tidak lagi diperlukan
kebijaksanaan pengawasan ekonomi kepada unit unit yang bergabung, mereka telah
menjadi satu kesatuan moneter dan fiskal secara penuh atau mendekati penuh.
Contoh : Uni Eropa
(Dikerjakan oleh Kadek Karya dwi
Jayanti/1707532136)

E. PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI INDONESIA


Struktur perkonomian adalah komposisi peranan masing-masing sektor dalam
perekonomian baik menurut lapangan usaha maupun pembagian sektoral ke dalam sektor
primer, sekunder, dan tersier. Ada beberaoa faktor yang menentukan terjadinya perubahan
struktur ekonomi antara lain:
(a) Produktivitas tenaga kerja per sektor secara keseluruhan
(b) Adanya modernisasi dalam proses peningkatan nilai tambah bahan baku, barang
setengah jadi dan barang jadi.
(c) Kreativitas dan penerapan teknologi yang disertai kemampuan untuk memperluas
pasar produk/jasa yang dihasilkannya.
(d) Kebijakan pemerintah yang mendorong pertumbuhan dan pengembangan sektor
dan komoditi unggulan.
(e) Ketersediaan infrastruktur yang menentukan kelancaran aliran distribusi barang
dan jasa serta mendukung proses produksi.
(f) Kegairahan masyarakat untuk berwirausaha dan melakukan investasi secara terus-
menerus.
(g) Adanya pusat-pusat pertumbuhan baru yang muncul dalam wilayah daerah.
(h) Terbukanya perdagangan luar daerah dan luar negeri melalui ekspor-impor
Struktur ekonomi dapat diartikan sebagai komposisi peranan masing-masing sektor
dalam perekonomian baik menurut lapangan usaha maupun pembagian sektoral ke dalam
sektor primer, sekunder, tersier. Struktur ekonomi dapat dilihat setidaknya berdasarkan 4
macam sudut tinjauan yaitu:
(a) Tinjauan makro-sektoral, sebuah perekonomian dapat berstruktur misalnya
agraris, industrial atau niaga tergantung pada sektor produksi yang menjadi tulang
punggung perekonomian yang bersangkutan. Sadano (2006) menjelaskan bahwa,
berdasarkan lapangan usaha maka sektor-sektor ekonomi dalam perekonomian
Indonesia dibedakan dalam tiga kelonpok utama yaitu:
- Sektor pimer, yang terdiri-dari: sektor pertanian, peternakan, kehutanan,
perikanan pertambangan dan penggalian.
- Sektor sekunder, terdiri-dari industri pengolahan, listrik, gas dan air,
bangunan.
- Sektro tersier, terdiri-dari perdagangan, hotel, restoran, pengangkutan dan
komunikasi, keuangan, sewa dan jasa perusahaan, jasa-jasa lain (termasuk
pemerintah).
(b) Tinjauan keuangan, perekonomian dapat dinyatakan berstruktur tradisional dan
berstruktur modern. Hal ini bergantung pada apakah wilayah pedesaan dengan
teknologinya yang tradisional mewarnai kehidupan perekonomian itu, ataukah
wilayah perkotaan dengan teknologinya yang sudah relatif modern yang
mewarnainya.
(c) Tinjauan penyelenggaraan kenegaraan, perekonomian yang berstruktur etatis,
egaliter, atau borjuis. Struktur ini bergantung pada siapa atau kalangan mana yang
menjadi pemeran utama dalam perekonomian yang bersangkutan.
(d) Tinjauan birokrasi pengambilan keputusan, pengambilan keputusan dapat
dibedakan antara struktur ekonomi yang sentralistis dan yang desentralistis.
Dua tinjauan pertama merupakan tinjauan ekonomi murni, sedangkan dua tinjauan
yang terakhir merupakan tinjauan politik.
1. Perubahan Struktur Ekonomi
Pembangunan ekonomi jangka panjang dengan pertumbuhan PDB akan
membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi
tradisional dengan pertanian sebagai sektor utama ke ekonomi modern yang
didominasi oleh sektor-sektor nonprimer, khususnya industri manufaktur dengan
increasing returns to scale (relasi positif antara pertumbuhan output dan
pertumbuhan produktivitas) yang dinamis sebagai motor utama penggerak
pertumbuhan ekonomi (Weiss, 1988).
Ada kecenderungan bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi yang
akan membuat semakin tinggi pendapatan masyarakat per-kapita, semakin cepat
perubahan struktur ekonomi, dengan asumsi faktor-faktor penentu lain
mendukung proses tersebut, seperti manusia (tenaga kerja), bahan baku, dan
teknologi tersedia.
2. Teori perubahan Struktur Ekonomi
Teori tentang perubahan struktur ekonomi, yaitu Teori Hollis Chenery (Teori
transformasi structural atau pattern of development). Teori ini memfokuskan
pada perubahan struktur ekonomi di negara berkembang yang mengalami
transformasi dari pertanian tradisional ke sektor industri sebagai penggerak utama
pertumbuhan. Penelitian Chenery menunjukkan peningkatan pendapatan perkapita
merubah, pola konsumsi dari makanan dan kebutuhan pokok ke produk
manufaktur dan jasa, akumulasi capital secara fisik dan SDM, perkembangan kota
dan industri, penurunan laju pertumbuhan penduduk, ukuran keluarga yang kecil,
sektor ekonomi di dominasi oleh sektor nonprimer terutama Industri. Chenery
menyatakan bahwa proses transformasi struktural dapat dipercepat jika pergeseran
pola permintaan domestik kearah produk manufaktur dan diperkuat dengan
ekspor.
Kenaikan produksi sektor manufaktur merupakan kontribusi 4 faktor:
(a) Kenaikan permintaan domestik, yang memuat permintaan langsung
untuk produksi industri manufaktur plus efek tidak langsung dari
kenaikan permintaan domestik untuk produk sektor-sektor lainnya
terhadap sektor industri manufaktur.
(b) Perluasan ekspor (pertumbuhan dan diversifikasi), atau efek total dari
kenaikan jumlah ekspor terhadap produk industri manufaktur.
(c) Subsitusi impor atau efek total dari kenaikan proporsi permintaan di
tiap sektor yang dipenuhi lewat produksi domestik terhadap output
industri manufaktur.
(d) Perubahan teknologi, atau efek total dari perubahan koefisien input-
output di dalam perekonomian akibat kenaikan upah dan tingkat
pendapatan terhadap sektor industri manufaktur.
Kelompok negara berkembang mengalami proses transisi ekonomi yang pesat dengan pola
dan proses yang berbeda-beda sebagai akibat dari perbedaan antar negara.
(a) Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri (basis ekonomi)
Suatu negara yang awal pembangunan ekonomi/industrialisasinya
sudah memiliki industri-industri dasar, seperti mesin,besi dan baja
yang relatif kuat akan mengalami proses industrialisasi yang lebih
cepat dibandingkan negara yang hanya memiliki industri-industri
ringan, seperti tekstil, pakaian jadi, alas kaki, makanan, dan mimuman.
(b) Besarnya pasar dalam negeri
Besarnya pasar domestik ditentikan oleh kombinasi antara jumlah
populasi dan tingkat pendapatan riil per kapita. Pasar dalam negeri
yang besar, seperti Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200
juta orang (walaupun tingkat pendapatan per kapita rendah),
merupakan salah satu factor insentif bagi pertumbuhan kegiatan
ekonomi, termasuk industri, karena menjamin adanya skala ekonomis
dan efisiensi dalam proses produksi (dengan asumsi bahwa faktor-
faktor penentu lainnya mendukung).
(c) Pola distribusi pendapatan
Faktor ini sangat mendukung faktor pasar diatas. Walaupun tingkat
pendapatan rata-rata perkapita naik pesat, tetapi kalau distribusinya
sangat pincang, kenaikan pendapatan tersebut tidak terlalu berarti bagi
pertumbuhan industri-industri selain industri-industri yang membuat
barang-barang sederhana, seperti makanan dan minuman, sepatu dan
pakaian jadi (tekstil). Misalnya, kalau hanya 20% dari PDB atau PN
dinikmati oleh 80% dari jumlah penduduk (berarti kelompok kaya 20%
dari jumlah populasi), maka sesuai teori Engel mengenai perbedaan
elastisitas pendapatan terhadap permintaan antara barang-barang dari
kategori ferior dan inferior, maka permintaan efektif terhadap barang-
barang dari kategori pertama tersebut kecil, dan ini tidak terlalu
merangsang pertumbuhan industri-industri yang membuat barang-
barang tersebut.
(d) Karakteristik dari industrialisasi
Misalnya, cara pelaksanaan atau strategi pengembangan industri yang
diterapkan, jenis industri yang diunggulkan, pola pembangunan
industri, dan insentif yang diberikan. Aspek-aspek ini biasanya berbeda
antarnegara yang menghasilkan pola industrialisasi yang juga berbeda
antarnegara.
(e) Keberadaan SDA
Ada kecenderungan bahwa yang kaya SDA mengalami pertumbuhan
ekonomi yang lebih rendah atau terlambat melakukan industrialisasi
atau tidak berhasil melakukan diversifikasi ekonomi (perubahan
struktur) daripada negara yang miskin SDA. Contoh, Indonesia yang
awalnya sangat mengandalkan kekayaan SDA terutama migas dapat
dikatakan relatif terlambat melakukan industrialisasi dibandingkan
negara-negara kecil dan miskin SDA di Asia Tenggara dan Timur,
seperti Jepang, Singapura, Korea Selatan, dan Taiwan.
(f) Kebijakan perdaganagn luar negeri
Fakta menunjukkan bahwa di Negara yang merupakan kebijakan
ekonomi tertutup (inward looking), pola dan hasil industrialisasinya
berbeda dibandingkan di negara-negara yang menerapkan kebijakan
ekonomi terbuka, pada awal pembangunan menerapkan kebijakan
protektif terhadap sektor industrialisasinya, kebijakan yang umum
disebut kebijakan subsitusi impor. Hasilnya, sektor industri mereka
berkembang tidak efisien, sangat tergantung pada tingkat diversivikasi
rendah, khususnya lemah dikelompok industri-industri tengah, seperti
industri barang modal, input perantara, dan komponen-komponen
untuk kelompok industri-industri hilir, pada umumnya menerapkan
sistem produksi assembling. Sedangkan negara-negara berpendapatan
di Asia Tenggara dan Timur, seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan,
Singapura dan Hongkong, China yang menerapkan kebijakan ekonomi
terbuka atau kebijakan promosi ekspor sangat berhasil dalam struktur
ekonomi mereka dengan tingkat efisiensi dan pertumbuhan ekonomi
yang tinggi dalam periode yang relatif tidak terlalu lama.
(Dikerjakan oleh Ni Luh Putu Sukma Pradnyani/1707532110)

F. PEREKONOMIAN INDONESIA DIMASA YANG AKAN DATANG


1. Sistem Negara dan Pemerintahan.
Pada masa pemerintah Sukarno, Indonesia merupakan Negara kesatuan,kemudian
berubah menjadi Negara federasi,setelah itu kembali lagi ke Negara kesatuan
sampai sekarang setelah melewati Pemerintahan Sukarno,Habibie,Abdulrahman
Wahid,Megawati Sukarno Putri,dan terakhir Susilo Bambang Yudhoyono.Namun
pada masa reformasi dari tahun 1998 muncul kembali wacana untuk mengubah
sistem negara kesatuan menjadi negara federal.
Pada masa pemerintahan Sukarno Indonesia memakai sistem pemerintahan
demokratis dengan multipartai.Pada saat itu muncul pendapat bahwa demokrasi
Barat tidak cocok untuk bangsa Indonesia sehingga terjadi perubahan menjadi
demokrasi terpimpin,atau demokrasi pancasila;dan dari demokrasi parlementer ke
demokrasi presidensial.Pada masa itu sering terjadi pertikaian dalam negeri,DI-TII
di Jawa Barat,Sulawesi Selatan,Permesta di Sumatera Barat dan peperangan
melawan Belanda,Inggris,Malaysia dan terakhir perebutan Irian Jaya.Pada masa
pemerintahan Suharto partai disederhanakan menjadi tiga partai dan sistem
pemerintahan adalah diktator militer,pada saat Suharto jatuh Indonesia kembali ke
sistem banyak partai,malah jumlah partai jauh lebih banyak dibandingkan pada
masa pemerintahan Sukarno.Sulit menghubungkan antara bentuk negara kesatuan
atau federasi dengan tujuan pembangunan ekonomi.
Banyak ahli berpendapat bahwa dalam jangka panjang sistem pemerintahan yang
demokratis mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari pada
sistem pemerintahan yang diktator,dan sistem perekonomian sosialis atau komunis
mempunyai tingkat ketimpangan distribusi pendapatan yang lebih baik dari pada
sistem pemerintahan yang kapitalis.Dari pengalaman sejak Indonesia merdeka
rupanya tidak terbukti bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi pemerintahan yang
demokratis(masa presiden Sukarno dan setelah Suharto)lebih tinggi dari
pertumbuhan ekonomi pada pemerintahan diktator militer pemerintahan
Suharto.Mungkin memerlukan waktu yang lebih lama untuk membuktikan
pendapat para ahli tersebut.
Namun rupanya terbukti bahwa stabilitas dalam satu sistem memegang peran
penting,yakni tingkat pertumbuhan ekonomi dalam pemerintahan diktator militer
yang stabil (masa Suharto) tinggi dibandingkan dengan sistem demokrasi dengan
stabilitas politik yang goyah (kurang) .Mengenai beda distribusi pendapatan pada
berbagai sistem pemerintahan,Indonesia hanya mengalami sistem sosialis dalam
kurun waktu yang pendek,pada masa akhir pemerintahan Sukarno,barangkali tidak
sampai 5 tahun,sedangkan masa dengan perekonomian dalam kurun waktu yang
jauh lebih lama,masa pemerintah Suharto dan sesuadahnya sampai sekarang (lebih
dari 40 tahun). Distribusi pendapatansejak Suharto sampai sekarang,sebagaimana
ditunjukan pada bab 2 dengan rasio Gini,rasio Kuznets ataupun IPM selalu
menunjukan tingkat ketimpangan yang sedang(menengah) .Mungkin dapat diduga
bahwa tingkat ketimpangan distribusi pendapatan pada masa Indonesia dengan
sistem ekonomi sosialis ala Indonesia lebi jelek dari pada perekonomian dengan
sistem bukan sosialis.Jadi dari sudut sistem negara dan pemerintahan,tampaknya
perekonomian Indonesia di masa yang akan datang tetap berada dibawah naungan
NKRI dengan sistem pemerintah yang demokratis dan sistem ekonomi yang
bukan sosialis melainkan condong ke pasar bebas dengan peranan pemerintah
yang cukup besar dalam bidang ekonomi untuk meningkatkan laju pertumbuhan
dan mempertahankan ketimpangan distribusi pendaptan setidak-tidaknya pada
tingkat yang sedang.

2. Politik,Ekonomi,dan Hukum
Perjuangan membuat kemerdekaan tidak saja ketika kemerdekaan
diproklamasikan pada tahun 1945 tetapi telah mulai lama sebelumnyadan selesai
pada lama setelah itu.Dalam kancah politik tidak ada masalah benar salah,yang
ada adalah siapa mendapat apa.Dapat dibayangkan bagaimana akibatnya terhadap
kesejahteraan masyarakat kalau politik adalah komando dari setiap
kebijaksanaan,salah satunya adalah korupsi.Korupsi sesungguhnya telah banyak
dipraktekkan pada masa pemerintahan Sukarno,dan usaha untuk memberantas
korupsi pun waktu itu telah banyak,namun usaha tersebut macet.Ucapan bung
Karno pada waktu itu adalah”kalau kita mencari tikus jangan sampai membakar
rumahnya” .Ucapan tersebut memacetkan usaha pemberantasan korupsi kalau
korupsi itu menyangkut pejabat tinggi dalam pemerintahan.
Kita dapat membayangkan akibatnya terhadap kesejahteraan masyarakat,kalau
politik sebagai komando tindakan pemerintah dan tindakan masyarakat.Hanya
segelintir orang yang mengalami keuntungan dari keadaan tersebut,sebagian besar
masyarakat miskin dan miskin sekali.Dalam kancah Internasional,Indonesia
dikatakan sebagai “a Nation of coolie among Nations (negara yang terdiri dari
kuli,dan negara kuli di antara bangsa-bangsa)” .Pemerintahan Sukarno diakhiri
dengan demonstrasi mahasiswa dan masyarakat yang antara lain,menuntut
ekonomi “YES”,politik “NO” .Kemudian pada pemerintahan Suharto,ekonomi
sebagai komando setiap kebijaksanaan pemerintah.
Ekonomi sebagai komando juga akan menghasilkan pemerintahan dan masyarakat
yang korup.Korupsi malah merata di seluruh negeri,dan sulit membedakan mana
perbuatan yang korup dan mana yang tidak korup.Korupsi sudah dianggap sebagai
kebudayaan.Istilah yang terkenal adalah KKNKroni,Korupsi,dan Nepotisme)
.Dibidang ekonomi,karena ekonomi sebagai komando,terlihat adanya kemajuan
dalam arti pertumbuhan,malah sepanjang pemerintahan Suharto pertumbuhan
ekonomi termasuk tinggi,rata-rata 7-8 persen per tahun.
Pemerintah Suharto juga jatuh melalui demonstrasi mahasiswa dan masyarakat
yang menuntut,antara lain pemberantasan korupsi (pemerintahan yang bersih) dan
penegakan hukum.Kebijaksanaan pemerintah dan tindakan masyarakat yang
dikomandoi oleh ekonomi selama pemerintahan Suharto (32 tahun) menimbulkan
berbagai pungutan resmi maupun tidak resmi oleh oknum pemerintah dan swasta
yang tidak bertanggung jawab dan menimbulkan istilah ekonomi biaya
tinggi,penuh pungutan yang tidak perlu.Masalah korupsi dan ekonomi biaya tinggi
bukan tidak diusahakan untuk dihapus,namun belum selesai.Di masa
datang,masalah korupsi,masalah ekonomi biaya tinggi dan masalah penegakan
hokum rupanya tidak bisa ditolerir,kalau Indonesia menghadapi persaingan bebas
dalam bidang ekonomiyang dijanjikan oleh proses globalisasi ekonomi.

3. Kemajuan teknologi dan pertumbuhan ekonomi


Pengalaman pembangunan ekonomi pada masa orde baru, dengan tingkat
pertumbuhan yang tinggi, mungkin perlu ditiru di masa mendatang. Kalau
demikian halanya, maka pembangunan ekonomi di samping menggunakan sumber
daya dalam negeri juga menggunakan sumber daya dari luar negeri. Pmdn dan
pma terus digalakkan, swasta asing dibiarkan bersaing joint venture didorong
berkembang di bumi pertiwi ini. Pinjaman dalam luar negeri mungkin diperlukan
untuk menambah modal dalam negeri. Penerimaan yang demikian ini rupanya
tidak bisa di bendung lagi karena globalisasi tidak hanya terjadi di sektor barang
tetapi juga di sektor jasa dan penanaman modal (investasi), dan bahkan di sektor
pertanian.
Todaro dan smith (2003 h.115) mengatakan bahwa inggris menggandakan
output per orang dalam 60 tahun pertama sejak revolusi industrinya, sejarah
pertumbuhan ekonomi juga menunjukkan bahwa semakin terlambat satu negara
memulai pertumbuhan ekonomi modernnya, maka waktu yang diperlukan untuk
menggandakan output perorang juga makin singkat. Untuk indonesia kalu
dihitung mulai sekarang (tahun 2010), barangkali tidak sampai memerlukan waktu
5 tahun untuk menggandakan output per orang. Caranya adalah pertama, loncat
jauh dalam bidang transfer teknologi, yang maksudnya langsung memakai
teknologi produksi yang paling mutakhir, dan yang kedua dengan memanfaatkan
kesediaan modal dan tenaga ahli yang berlimpah yang dimiliki oleh negara maju.

4. Subsidi dan program sosial


Kalau pemerintah indonesia termasuk dalam “kelompok cairns” dalam putaran
uruguay yanh menolak menandatangani kesepakatan kecuali ada kemajuan
dibidang pertanian, maka tidaklah konsisten kalau indonesia sendiri menerapkan
praktek subsidi pupuk di bidang pertanian dan dibidang lain seperti minyak bumi
dan listrik.
Dasar dari perekonomian indonesia dimasa datang adalah perdagangan
internasional yang bebas tanpa hambatan seperti pada prinsip prinsip yang
diterapkan pada GATT. Sistem ekonomi yang dianutnya adalah sistem pasar
berdasarkan atas kekuatan permintaan dan penawaran dengan intervensi yang
minimum oleh pemerintah. Dalam hal subsidi, harga dari barang yang
diperdagangkan ditentukan oleh pemerintah , bukan oleh kekuatan permintaan dan
penawaran. Misalnya subsidi bensin, atau subsidi pupuk, sering kali
mengakibatkan bensin dan pupuk hilang dari pasar dan timbul pasar gelap.
Disamping itu , yang menerima subsidi seperti ini kebanyakan golongan kaya,
bukan golongan yang semestinya di bantu oleh pemerintah. Selama harga tidak
ditentukan oleh pasar, maka hal tersebut tidak sesuai dengan sistem pasar.
Apabila pemerintah mengintervensi pasar, seperti misalnya pada pasar beras
melalui bulog, atau pasar devisa melalui cadangan devisa, maka hal ini masih
sesuai dengan dasar logika dari sistem pasar, karena harga masih tetap ditentukan
oleh kekuatan permintaan dan penawaran. Pemerintah bisa saja memberikan
subsidi kepada mereka yang betul betul memerlukannya, asalkan tidak dengan
cara menentukan harga. Jadi biarkan harga barang ditentukan oleh permintaan dan
penawaran, harga bisa distabilkan oleh intervensi pemerintahan, dan kalau harga
masih terlalu tinggi bagi kelompok miskin, maka mereka bisa dibantu oleh
pemerintah.
Pada prinsipnya sistem ekonomi yang disarankan oleh globalisasi adalah
penggunaan semua sumber daya masyarakat seefisien mungkin untuk mengejar
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan diimbangi oleh program sosial yang masih
untuk mengejar distribusi pendapatan yang tidak terlalu timpang.
(Dikerjakan oleh I Gusti Bagus Diva Adhiyatma Wijaya/1707532053)

DAFTAR PUSTAKA

Basri, Hasan, S.H. 2011. PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG INTERNASIONAL


DALAM KERANGKA WTO (WORLD TRADE ORGANIZATION). Jurnal Hukum
Academia vol.7. file:///C:/Users/USER/Downloads/files-20180329054852.pdf. jurnal diakses
pada tanggal 09/08/2019.
Huala Adolf. 2011. Hukum Perdagangan Perdagangan Internasional. Jakarta: Rajawali Press.
Nehen, Ketut. 2012. Perekonomian Indonesia. Denpasar: Udayana Press.

Anda mungkin juga menyukai