Mata kuliah:
Komunikasi dalam Keperawatan 1
Dosen Pengampu
Ns. Bayhakki, M.kep, Sp.KMB., Ph.D
Disusun Oleh
KELOMPOK 6 ( A 2019 2)
FAKULTAS KEPERAWATAN
PRODI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Komunikasi Pada Berbagai
Latar Budaya dan Keyakinan & Pengaruhnya dalam Komunikasi Keperawatan” ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Komunikasi dalam Keperawatan I. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak/ibu, selaku dosen mata kuliah
Komunikasi dalam Keperawatan I yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang..............................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.........................................................................................................2
1.3 Tujuan...........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep komunikasi dalam berbagai budaya dan keyakinan yang ada.......................3
2.2 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam komunikasi budaya minang…….................4
2.3 Hal-hal yang harus dihindari dalam komunikasi pada budaya minang………..........5
2.4 Pengaruh budaya dan keyakinan dalam komunikasi keperawatan.............................6
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
daerahnya masing-masing. Bahasa minang tentunya telah mendapat pengaruh dari bahasa
lain, pengaruh bahasa lain tersebut kemudian diserap ke dalam bahasa minang yang
umumnya berasal dari bahasa Sanskerta, Arab, Tamil, dan Persia. Lalu selanjutnya, kosakata
dari bahasa Sanskerta dan Tamil juga dapat kita jumpai dalam beberapa prasasti di
Minangkabau yang telah tertulis menggunakan berbagai macam aksara seperti Dewanagari,
Pallawa, danKawi. Menguatnya pengaruh agama Islam yang diterima secara luas juga telah
mendorong masyarakat minang menggunakan Abjad Jawi dalam penulisannya sebelum
berganti dengan Alfabet Latin.
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep komunikasi dalam berbagai
budaya dan keyakinan yang ada
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami hal-hal yang harus diperhatikan
dalam komunikasi budaya minang
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami hal-hal yang harus dihindari dalam
komunikasi budaya minang
4. Pengaruh budaya dan keyakinan dalam komunikasi keperawatan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Komunikasi pada berbagai latar budaya dan keyakinan & pengaruhnya dalam
komunikasi keperawatan
2.1.1 Konsep komunikasi dalam berbagai budaya dan keyakinan yang ada
Istilah “komunikasi” atau dalam bahasa inggris yaitu “communication”, berasal
dari bahasa latin “communis” yang berarti sama, communico, communicatio, atau
communicare yang berarti membuat sama “to make common”. (Dedy Mulyana,2005 :
41).
Komunikasi merupakan setiap proses pertukaran informasi, gagasan, dan
perasaan. Proses itu meliputi informasi yang disampaikan tidak hanya secara lisan
dan tulisan, tetapi juga dengan bahasa tubuh, gaya, maupun penampilan diri, atau
menggunakan alat bantu di sekeliling kita untuk memperkaya sebuah pesan.
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu “buddhayah” yang
merupakan bentuk jamak dari “buddhi” (budi atau akal) diartikan sebagai hal – hal
yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Berbicara masalah komunikasi antar budaya tidak dapat pisahkan dari pengertian
kebudayaan (budaya). Budaya itu sendiri adalah sesuatu cara hidup yang berkembang
dan dimiliki bersama oleh suatu kelompok orang dari generasi ke generasi.
Komunikasi dan kebudayaan tidak hanya sekedar dua kata tetapi dua konsep yang
tidak bisa dipisahkan. Bahkan untuk merumuskan budaya saja, Godykunts dan Yun
Kim (1992:3) menyebut bahwa “ more than one hundred defenition of the term have
been sugeested”. Sementara komunikasi itu sendiri begitu beragam dan kontroversi
dalam pendefenisiannya, atau dengan kata lain di antara para ahli komunikasi belum
ada keseragaman. Tetapi menurut William B. Hart II (dalam Liliweri, 2003:8)
menyatakan bahwa studi komunikasi antar budaya dapat diartikan sebagai studi yang
menekankan pada efek kebudayaan terhadap komunikasi. Bahkan Edward T Hall
(dalam Khotimah, 2000:48) dengan tegas menyatakan bahwa “culture is
communication and is cultur”.
3
Menurut Liliweri (2003:9) komunikasi antarbudaya adalah proses pengalihan
pesan yang dilakukan seseorang melalui saluran tertentu kepada orang lain yang
keduanya berasal dari latar belakang budaya yang berbeda dan menghasilkan efek
tertentu. Sementara itu menurut Dodd (1991:5) bahwa komunikasi antarbudaya
meliputi komunikasi yang melibatkan peserta komunikasi yang mewakili pribadi,
antar pribadi, dan kelompok, dengan tekanan pada perbedaan latar belakang
kebudayaan yang mempengaruhi perilaku komunikasi para peserta.
Dari berbagai uraian itu, dapat memberi pemahaman bahwa orang-orang yang
dipengaruhi kultur dan subkultur yang berbeda akan berkomunikasi secara berbeda.
Perbedaan kultur dan subkultur menjadi sumber untuk memperkaya pengalaman
komunikasi dan bukan sebagai penghambat dalam interaksi. Untuk itu perlu
memahami dan menghargai perbedean-perbedaan tersebut.
2.2 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam komunikasi pada budaya minang
1. Pemakaian tata bahasa lebih rapi, ungkapannya jelas
Ada empat langgam yang dipakai oleh orang Minang, yaitu kato mandaki (kata
mendaki), kato malereang (kata melereng), kato manurun (kata menurun),
dan kato mandata (kata mendatar).
a. Kato mandaki adalah bahasa yang digunakan untuk lawan bicara yang
lebih dewasa atau orang yang dihormati, seperti orang yang lebih muda
kepada orang yang lebih tua, murid kepada guru, dan bawahan kepada
atasan.
b. kato malereang merupakan bahasa yang digunakan untuk lawan bicara
yang disegani dan dihormati secara adat dan budaya. Umpamanya orang
yang mempunyai hubungan kekerabatan karena perkawinan, misalnya,
ipar, besan, mertua, dan menantu, atau antara orang-orang yang jabatannya
dihormati seperti penghulu, ulama, dan guru.
c. kato manurun adalah bahasa yang digunakan untuk lawan bicara yang
lebih muda seperti membujuk pada anak kecil, mamak pada
kemenakannya, guru kepada murid, dan atasan kepada bawahan.
4
d. kato mandata, yaitu bahasa yang digunakan dalam komunikasi biasa dan
dengan lawan bicara yang seusia dan sederajat. Selain itu, kato
mandata ini juga digunakan oleh orang yang status sosialnya sama dan
memiliki hubungan yang akrab.
2. Kesesuaian konteks komunikasi
Kesesuaian isi pembicaraan dengan tema dan konteks yang ada akan menentukan
keberlangsungan komunikasi yang baik.
3. Tahu seberapa banyak kita bicara
Saat berkomunikasi, kita harus memberi kesempatan kepada lawan bicara untuk
menyampaikan pendapatnya.
4. Mengubah peran dalam pembicaraan
Yaitu bermaksud harus memperhatikan kepada siapa lawan bicara. . Seperti kata
pepatah minang "nan tuo dihormati, nan ketek di sayangi, samo gadang baok
bakawan", yang bermakna selalulah menghormati orang tua, lebih – lebih ibu dan
bapak serta orang yang lebih tua umurnya dari kita, sayangi yang lebih kecil, dan
hormat menghormati sesaama sebaya.
2.3 Hal-hal yang harus dihindari dalam komunikasi pada budaya minang
5
2.4 Pengaruh budaya dan keyakinan dalam komunikasi keperawatan
Kebudayaan dan kepercayaan dapat mepengaruhi respon seseorang terhadap kesehatan, sakit,
pembedahan, dan kematian. Perawat harus sadar akan perbedaan kebudayaan agar ia bisa mengerti
respon pasien dan keluarganya terhadap pembedahan dan nyeri yang di alami pasien. Ajaran agama
dan iman dapat menjadi sumber kekuatan dan penghibur untuk pasien dan keluarga. Perbedaan ajaran
agama perlu juga di perhatikan dan dihargai. Misalnya, agama saksi yehova menolak transfusi darah
Pengaruh lingkungan budaya memiliki korelasi yang cukup signifikan dalam pembentukan
komunikasi antara perawat dan pasien. Oleh sebab itu, perawat juga sangat diharapkan memiliki
deskripsi singkat tentang lingkungan budaya tertentu dimana dia berada. Hal ini akan sangat
membantu kerja fleksibelitas komunikasi dan proses adaptasi dengan masyarakat dimana ia sedang
berada. Misalnya pemahaman perawat terhadap pasien yang berasal dari suku Batak dimana pola
percakapan terkesan lebih keras dan tegas.
Perlu disadari oleh perawat bahwa lingkungan budaya ini sering kali dibangkitkan atas
pembentukan sikap dan stereotip, opini, paradigma, dan prasangka tertentu dari pasien atas kegiatan
keperawatan yang akan diberikan perawat. Oleh sebab itu perawat harus cermat, jeli, bersikap
bijaksana dan peduli atas aspek-aspek lingkungan budaya pasien agar mereka tidak membentuk
prasangka negatif. Kegagalan perawat dalam beradaptasi pada lingkungan budaya pada gilirannya
akan dapat menghambat kelancaran dalam proses komunikasi dan tindakan keperawatan.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Budaya dan komunikasi tidak dapat dipisahkan. Budaya mengiringi setiap kebiasaan
seseorang dalam berkomunikasi karena budaya menjadi latar belakang yang melekat pada setiap
individu yang berbeda. Dengan adanya perbedaan yang relatif besar inilah yang dapat menjadi
faktor penghalang keberhasilan komunikasi yang berusaha dibangun oleh komunikator apabila
komunikator tidak dapat memahami kebudayaan komunikator lain. Jadi, komunikasi antar
budaya adalah komunikasi yang dilakukan oleh komunikator yang memiliki latar belakang
kebudayaan dan persepsi yang berbeda, tetapi masih memiliki kesamaan latar belakang negara
(bangsa).
Dengan keberagaman budaya dan bahasa di Indonesia menjadi kekayaan yang tak ternilai
yang menambah nilai dari bangsa Indonesia. Sehingga mengundang keingintahuan orang asing
untuk melihat keberagaman dari budaya dan bahasa di Indonesia.
3.2 Saran
Kita sebagai masyarakat indonesia yang hidup dengan keberagaman budaya bisa lebih
memahami bagaimana dinamika kehidupan masyarakat yang majemuk, serta bisa menangani
hambatanhambatan komunikasi antar budaya. Bisa mengaplikasikan strategi komunikasi antar
budaya efektif untuk meminimalkan potensi konflik.
7
DAFTAR PUSTAKA
Baredero, Mary. Wilfrid Dayrit., dan Yakobus Siswadi. 2009. Keperawatan Perioperatif :
Prinsip dan Praktik, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Gudykunst, W.B, & Yun Yun, Kim 1992. Communicating with strangers: An approach to
intercultural communication (Ed), New York: McGraw Hill, Inc
Khotimah, Emma. 2000. Memahami Komunikasi Antarbudaya, Dalam: Jurnal Editor, Vol, 1 No.
1, Bandung: Unisba.