OL E H :
KELOMPOK 1
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI IPA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul.................................................................................................................i
Kata Pengantar....................................................................................................................ii
Daftar Isi............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................2
C. Tujuan.....................................................................................................................2
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
iv
Ilmu tidak hanya berbicara tentang hakikat (ontologi) pengetahuan itu sendiri,
tetapi juga mempersoalkan tentang bagaimana (epistemologi) pengetahuan tersebut
dapat diproses menjadi sebuah pengetahuan yang benar-benar memiliki nilai guna
(aksiologi) untuk kehidupan manusia (Suaedi, 2016). Profesionalisme merupakan hal
penting bagi guru untuk melaksanakan tugasnya secara efektif. Sehingga pemahaman
tentang profesionalisme guru penting diketahui jika ditinjau dari aspek ontologi yaitu
mengkaji hakikat ada dalam peningkatan profesionalisme guru. Berdasarkan latar
belakang tersebut maka makalah ini disusun untuk mengetahui konsep peningkatan
profesionalisme guru ditinjau dari aspek ontologi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
v
BAB II
PEMBAHASAN
Objek telaah ontologi adalah ada. Ontologi membahas tentang yang ada dan
universal, menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi berupaya mencari inti
yang termuat dalam setiap kenyataan atau dalam rumusan Lorens Bagus, menjelaskan
yang ada, meliputi semua realitas dalam semua bentuknya. Objek formal ontologi
adalah hakikat seluruh realitas. Ontologi menjadi penting karena pertama, kesalahan
suatu asumsi akan melahirkan teori, metodologi keilmuan yang salah pula. Ontologi
membantu ilmu untuk menyusun suatu pandangan dunia yang integral, komprehensif,
dan koheren. Ilmu dengan ciri khasnya mengkaji hal-hal yang khusus untuk dikaji
secara tuntas yang pada akhirnya diharapkan dapat memperoleh gambaran tentang
objek (Suaedi, 2016).
Ontologi meliputi permasalahan apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan
kenyataan yang inheren dengan pengetahuan itu. Jadi, ontologi mengkaji apa yang ada.
vi
Peningkatan profesionalisme guru ditinjau dari aspek ontologi yaitu pengetahuan
(hakikat) tentang peningkatan profesionalisme guru.
Secara harfiah kata profesi berasal dari kata profession (Inggris) yang berasal
dari bahasa Latin profesus yang berarti mampu atau ahli dalam suatu bentuk pekerjaan.
(Echols dan Shadili, 1996 dalam Siahaan dan Hidayat, 2017). Arifin (2000)
mengemukakan bahwa profession mengandung arti yang sama dengan kata occupation
atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau
latihan khusus (Siahaan dan Hidayat, 2017).
Istilah profesionalisme berasal dari kata profession. Kunandar (2007)
menyatakan bahwa profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang
pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga diartikan sebagai
suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan
khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Jadi profesi adalah suatu
pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu (Siahaan dan Hidayat, 2017).
Dedi Supriadi (1999) dalam Leutuan (2010) mengatakan bahwa profesionalisme
menunjuk pada derajat penampilan seseorang sebagai profesional atau penampilan
suatu pekerjaan sebagai profesi, ada yang profesionalismenya tinggi, sedang, dan
rendah. Profesionalisme juga mengacu kepada sikap dan komitmen anggota profesi
untuk bekerja berdasarkan standar yang tinggi dan kode etik profesi. Dengan demikian,
profesionalisme merupakan performance quality dan sekaligus sebagai tuntutan
perilaku profesional dalam melaksanakan tugasnya.
Guru merupakan pekerjaan profesional yang tugas utamanya adalah
melaksanakan pembelajaran. Guru yang baik adalah guru yang profesional, yaitu guru
yang memiliki 4 kompetensi dasar, diantaranya, pedagogik, kepribadian, sosial dan
profesional. Secara sederhana, peningkatan profesional guru dapat diartikan sebagai
upaya untuk membantu guru yang belum matang menjadi matang, yang tidak mampu
mengelola sendiri menjadi mampu mengelola sendiri, yang belum memiliki kualifikasi
menjadi memenuhi kualifikasi, yang belum terakreditasi menjadi terakreditasi. Dengan
kata lain, peningkatan kompetensi profesional guru juga dapat diartikan sebagai upaya
membantu yang belum profesional menjadi profesional (Bafadal, 2000).
Profesionalisme guru sering dikaitkan dengan tiga faktor yang cukup penting,
yaitu kompetensi, sertifikasi, dan tunjangan profesi. Ketiga faktor tersebut diprediksi
mempengaruhi kualitas pendidikan. Sebagai guru profesional dan telah menyandang
sertifikat pendidik, guru berkewajiban untuk terus mempertahankan profesionalismenya
vii
sebagai guru. Program sertifikasi guru dilakukan supaya guru memiliki penguasaan
kompetensi sebagaimana dipersyaratkan UU Guru dan Dosen. Guru yang memperoleh
tunjangan profesi dikategorikan sebagai guru profesional (Slameto, 2014).
Guru yang berkualitas dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah
kualitas calon guru yang masuk di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK),
proses pendidikan di LPTK, dan manajemen guru yang diterapkan. Serta masalah
kesejahteraan peunjang profesionalisme guru. Menurut Alimuddin dalam Saleh (2016),
ada beberapa faktor yang mempengaruhi profesionalisme guru dalam mengajar yaitu :
a. Status akademik
Pekerjaan guru adalah bersifat profesi, secara sederhana pekerjaan yang bersifat
profesi adalah pekerjaan yang harus dilakukan oleh mereka yang secara khusus
disiapkan untuk itu dan bukan untuk pekerjaan lainnya.
b. Pengalaman Belajar
Dalam menghadapi peserta didik, tidak mudah untuk mengorganisir mereka, hal
tersebut banyak menjadi keluhan, serta banyak pula dijumpai guru yang mengeluh
karena sulit untuk menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang
menyenangkan. Ini karena guru kurang mampu untuk menguasai dan menyesuaikan
diri terhadap proses belajar mengajar yang berlangsung.
d. Berkepribadian
Secara bahasa, berkepribadian adalah keseluruhan sifat-sifat yang merupakan watak
seseorang. Dalam proses belajar mengajar, kepribadian seorang guru ikut serta
menentukan watak siswanya (Saleh, 2016).
Guru diharapkan tidak hanya sebatas menjalankan profesinya, tetapi guru harus
memiliki rasa keterpanggilan untuk menjalankan tugasnya dengan melakukan perbaikan
kualitas pelayanan terhadap peserta didik baik dari segi intelektual maupun kompetensi
lainnya yang akan menunjang perbaikan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
viii
Dalam Kurikulum 2013 terdapat standar proses yang merupakan pengembangan dari
standar proses kurikulum sebelumnya. Standar tersebut merupakan acuan bagi guru
dalam proses pembelajaran di sekolah. Guru yang profesional harus memiliki kriteria-
kriteria tertentu yang positif. Hamalik (2006) dalam Saleh (2016) menuturkan beberapa
persyaratan yang harus dimiliki guru profesional yaitu sebagai berikut :
a. Memiliki bakat sebagai guru
b. Memiliki keahlian sebagai guru
c. Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi
d. Memiliki mental yang sehat
e. Berbadan sehat
f. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas
g. Guru adalah manusia berjiwa pancasila
h. Guru adalah seorang warga yang baik.
Kemampuan atau kompetensi merupakan hal yang penting dimiliki guru agar
dapat melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar secara efektif dan efisien.
Moh. Uzer Usman menjelaskan bahwa kompetensi merupakan kemampuan dan
kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya (Usman, 2005).
Mulyasa (2008) menjelaskan tentang keempat aspek kompetensi yang harus
dimiliki guru professional tersebut sebagai berikut :
1. Kompetensi Pedagogik
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir a
dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemapuan mengelola pembelajaran
peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi pedagogik
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74
Tahun 2008 merupakan kemampuan Guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta
didik yang sekurang-kurangnya meliputi :
a. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan.
b. pemahaman terhadap peserta didik
c. Pengembangan kurikulum atau silabus.
d. Perancangan pembelajaran
ix
e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis.
f. Pemanfaatan teknologi pembelajaran.
g. Evaluasi hasil belajar.
h. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.
2. Kompetensi Kepribadian
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir b,
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah
kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi
teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Kompetensi kepribadian sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 Tahun 2008
sekurang-kurangnya mencakup kepribadian yang beriman dan bertakwa, berakhlak
mulia, arif dan bijaksana, mantap, stabil, dewasa, jujur, sportif, menjadi teladan bagi
peserta didik dan masyarakat, secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri dan
mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.
3. Kompetensi Profesional
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir c
dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi profesional adalah kemampuan
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan
membimbing pesrta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam
Standar Nasional Pendidikan. Kompetensi profesional sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 Tahun 2008 merupakan
kemampuan Guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi,
dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi
penguasaan :
a. Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program
satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang
akan diampu.
b. Konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang
secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan,
mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.
x
4. Kompetensi Sosial
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir d
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru
sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar. Kompetensi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 74 Tahun 2008 merupakan kemampuan Guru
sebagai bagian dari Masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk :
f.
xi
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
Adapun saran dalam makalah ini yaitu diharapkan pembaca dapat mengetahui
dan memahami konsep tentang peningkatan profesionalisme guru ditinjau dari aspek
ontologi.
xii
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. (2000). Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum). Jakarta : Bumi Aksara.
Usman, Moh. Uzer. (2005). Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya.
xiii