Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air susu ibu merupakan nutrisi ideal untuk bayi. World Health

Organization (WHO) menganjurkan pemberian ASI eksklusif hingga 6 bulan.

Data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003 dan

2007 menunjukkan angka ASI eksklusif di Indonesia cenderung turun.

Beberapa penelitian menunjukkan terdapat beberapa faktor yang memengaruhi

pemberian ASI eksklusif.

Penggunaan ASI (Air Susu Ibu) eksklusif telah diketahui memiliki

banyak manfaat terhadap bayi. ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal

dengan komposisi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan

bayi. ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi, meningkatkan

kecerdasan, serta meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi. 1

Risiko morbiditas berkurang hingga mendekati 70% saat seorang anak

mendapatkan ASI eksklusif.2 World Health Organization (WHO), United

Nations Children’s Fund (UNICEF), dan Kementerian Kesehatan

merekomendasikan bahwa bayi disusui segera setelah lahir dan tidak diberi

makanan apapun selain ASI selama 6 bulan pertama kehidupan.3 Namun, pada

kenyataannya pemberian ASI eksklusif di beberapa negara masih rendah,

seperti di Negara Ethiopia hanya 52% anak berusia kurang dari 6 bulan yang

mendapatkan ASI eksklusif, di Eropa Timur hanya sebesar 20%, dan di Asia

Selatan sebesar 44%.2’4

1
Berdasarkan data yang dihimpun dari UNICEF Indonesia tahun 2016,

dari 5 juta anak yang lahir setiap tahun di Indonesia, lebih dari setengahnya

tidak mendapatkan ASI secara optimal. 3 Sementara data dari profil kesehatan

Indonesia tahun 2017 menyebutkan bahwa pemberian ASI eksklusif di

Indonesia sebesar 35,73%.5 Hal ini masih jauh dari target cakupan ASI

eksklusif nasional, yaitu 80%.

Terdapat beberapa faktor penyebab rendahnya pemberian ASI eksklusif

pada bayi, salah satunya yaitu kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI

eksklusif. Hal tersebut dijelaskan Roesli yang menyebutkan bahwa faktor yang

memengaruhi pemberian ASI adalah karena kurangnya pengetahuan ibu

tentang ASI eksklusif yang diakibatkan kurangnya penyampaian informasi

tentang ASI eksklusif kepada para ibu.1 Pendapat itu juga sejalan dengan hasil

penelitian Mulugeta Wassie Alamirew dkk, yang menegaskan bahwa

rendahnya pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi rendahnya pemberian ASI eksklusif pada bayi.4

Pengetahuan ibu hamil bisa ditingkatkan dengan pendidikan kesehatan.

Dalam penyampaian pendidikan kesehatan kita harus memilih media yang

efektif sehingga mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi ibu

hamil. Di era saat ini, penggunaan teknologi informasi di lingkungan

masyarakat dalam bentuk elektronik semakin berkembang pesat sejalan dengan

kebutuhan informasi yang semakin meningkat, baik di kalangan anak-anak

maupun orangtua.

2
Hal tersebut membuat penulis ingin lebih mengetahui hal atau kegiatan

apa saja yang Bidan Budi lakukan di Poliklinik Kesehatan Desa Pandes

Kabupaten Klaten sehingga Bidan Budi mampu menjadi bidan yang bukan

hanya dapat memberikan pendidikan pada warga akan tetapi juga mampu

memberdayakan warga sekitar.

A. Tujuan
1. Untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan PKD Pandes.
2. Untuk mengetahui peran bidan dalam 1000 hari HPK.
3. Untuk mengetahui pengertian dari Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
4. Untuk mengetahui tujuan dilakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
5. Untuk mengetahui manfaat dari Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
6. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi Inisiasi Menyusui Dini
(IMD).
7. Unuk mengetahui posisi yang benar Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
8. Untk mengetahui langkah-langkah Inisiasi Menyusui Dini (IMD).

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Poliklinik Kesehatan Desa, PandesWedi Klaten


Poliklinik Kesehatan Desa Pandes adalah salah satu bangunan yang
berada di lingkungan kantor Desa Pandes. Terdapat beberapa ruangan
yang ada di Poliklinik Kesehatan Desa Pandes salah satunya adalah aula
yang sering digunakan untuk pertemuan-pertemuan termasuk kelas ibu
hamil.
Poliklinik Kesehatan Desa Pandes dibawah pimpinan bidan Sri Budiati
mengedepankan program bagi ibu dan anak untuk mencapai kesuksesan
dan keberlanjutan asuhan dalam golden periode. Golden periode
merupakan periode emas untuk membentuk bayi menjadi anak yang
cerdas, sehat, dan pertumbuhannya baik. Masa ini dimulai dari IMD
(Inisiasi Menyusu Dini), ASI Eklusif, MP-ASI dan menyusui hingga anak
berusia 2 tahun. Program tersebut mulai digagas pada tahun 2008 dan terus
mengalami perkembangan hingga sekarang. Program-program yang
menunjang kesuksesan dalam periode emas akan dibahas pada sub bab
berikutnya mengenai IMD (Inisiasi Menyusu Dini).
B. Peran Bidan Dalam 1000 HPK
Seribu hari pertama kehidupan (1000 HPK) adalah masa yang dimulai
dari kandungan sampai anak ber umur 2 tahun. Seribu hari pertama
kehidupan menjadi perhatian khusus bagi bidan bersama keluarga untuk
terus menjalankan asuhan yang berkelanjutan bagi ibu dan anak. Ibu Budi
selaku bidan yang ikut berperan dalam 1000 hari pertama kehidupan
(HPK) di desa Pandes bersama kader gencar melakukan pengawasan
terhadap masyarakat yang mana fokus dari pengawasan ini adalah ibu,
anak, dan keluarga. Perhatian bidan sebagai wujud peran dalam 1000 HPK
dimulai ketika ibu hamil mengandung dimana pada saat hamil banyak hal
yang perlu diperhatikan untuk memastikan ibu sehat serta tumbuh
kembang janin dalam keadaan baik. Bidan mendampingi ibu hamil dengan

4
terus memantau perkembangan, mencatat data jumlah ibu hamil,
menganjurkan ibu hamil untuk ANC terpadu, memberikan zat besi, dan
menganjurkan makan dengan gizi seimbang. Bidan mengajarkan ibu hamil
pula tentang bagaimana nantinya kesiapan fisik dan psikis pada saat
menghadapi proses persalinan serta pada saat merawat bayi pada bulan
pertama hingga bulan ke-24. Ibu Budi bersama tim rutin mengadakan
kelas ibu hamil setiap tanggal 17 di setiap bulannya. Kelas ibu hamil dapat
diikuti oleh seluruh ibu hamil di desa Pandes. Pada kelas ibu hamil akan
dikupas berbagai informasi penting seputar kehamilan, persalinan, masa
nifas, hingga perawatan bayi pada bulan pertama hingga ke-enam.
Enam puluh langkah asuhan persalinan normal yang berada di 60
langkah APN dijalankan oleh Ibu Budi dan tim dalam menolong
persalinan. Pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) diupayakan untuk
dilakukan selalu sejak tahun 2008 dimana pada tahun tersebut, Ibu Budi
mulai menggagas pentingnya kesuksesan berjalannya periode emas. Masa
nifas dan menyusui menjadi perhatian penting bagi Ibu Budi dan tim. Gizi
yang diberikan pada ibu dan bayi menjadi prioritas utama karena memiliki
dampak panjang dan dampak pendek terhadap kesehatan, perkembangan
otak anak, pertumbuhan anak, prestasi dan kognitif. Awal dari perhatian
terhadap asupan dan gizi adalah dengan melihat peta stunting di Desa
Pandes yang cukup banyak saat itu. Stunting adalah tinggi badan anak
yang tidak sesuai dengan umur juga terhambatnya perkembangan otak.
Desa Pandes mendirikan baby cafe, untuk memindaklajuti bayi yang
sudah sukses dalam ASI Eklusif ditambah MP-ASI yang bergizi. Program
ini digalakkan agar masa golden periode tidak terputus. Golden periode
merupakan periode emas untuk membentuk bayi menjadi anak yang
cerdas, sehat, dan pertumbuhannya baik. Masa ini dimulai dari IMD
(Inisiasi Menyusu Dini) yaitu dilakukan secepatnya setelah melahirkan
dimana bayi berada minimal satu jam di dada ibu mulai dari bayi menyusu
awal hingga bayi melepas hisapannya sendiri, ASI Eklusif, MP-ASI dan
menyusui hingga anak berusia 2 tahun.

5
C. Inisisasi Menyusui Dini
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah salah satu program Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, yang memberikan rangsangan awal
dimulai pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara dini, dan diharapkan
berkelanjutan selama enam bulan pertama. Kegagalan IMD dan pemberian
ASI eksklusif pada periode tersebut, berpotensi menimbulkan defisiensi
zat gizi pada bayi, serta memungkinkan terjadi status gizi kurang, yang
berujung pada penurunan poin kecerdasan intelektual bayi, dan menjadi
ancaman terhadap sumber daya manusia Indonesia peda masa mendatang.
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh faktor determinan
pendidikan, pengetahuan, sikap ibu, tindakan bidan dan dukungan
keluarga) terhadap Pelaksanaan IMD. Desain penelitian yang digunakan
adalah potong lintang, populasi adalah ibu yang bersalin di Puskesmas
Tilamuta, Kabupaten Boalemo. Sampel sebanyak 215 orang ditentukan
secara acak sederhana. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat
dengan uji kai kuadrat dan analisis multivariat dengan regresi linier ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga variabel yang
berkontribus meliputi dukungan keluarga, pendidikan, tindakan bidan
(nilai p < 0,05). Variabel dukungan keluarga, pendidikan dan tindakan
bidan adalah determinan penting, sedangkan variabel dukungan keluarga
adalah determinan utama terhadap pelaksanaan IMD.
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah suatu upaya mengembalikan hak
bayi yang selama ini terenggut oleh para praktisi kelahiran yang
membantu proses persalinan yang langsung memisahkan bayi dari ibu
sesaat setelah dilahirkan. Langkah ini tidak membuat bayi menjadi lebih
baik, tetapi justru menurunkan ketahanan tubuh bayi hingga 25 persen.
Pada kasus yang lebih parah, bayi dapat mengalami goncangan psikologis
akibat kehilangan perlindungan yang ia butuhkan dari ibu sehingga
berdampak buruk terhadap tumbuh kembang, khususnya kualitas fisik,
psikologis, dan kecerdasan anak. Bayi tersebut berpotensi mengalami
keterbelakangan kognitif yang dinilai melalui poin kecerdasan intelektual.

6
Penurunan poin kecerdasan intelektual sebesar 15% akan menjadi
ancaman bagi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di kemudian hari.
Dengan pemahaman dan pelaksanaan yang baik tentang IMD, seorang ibu
telah meletakkan dasar yang baik dan kuat bagi tumbuh kembang anak.
Pemenuhan Air Susu Ibu (ASI) yang dilakukan sejak bayi lahir sampai
usia 6 bulan berdampak pada poin kecerdasan intelektual yang lebih
tinggi, yaitu 12,9 pada usia 9 tahun.
D. Tujuan Inisiasi Menyusu Dini
1. Memperkenalkan “bonding attachment” dengan ibu sesegera mungkin
melalui inisiasi menyusu dini.
2. Mempertahankan kondisi bayi baru lahir dalam keadaan sehat secara
optimal
3. Mencegah hipotermi
4. Mencegah perdarahan pasca persalinan
5. Mempercepat produksi ASI
6. Memberi perlindungan alamiah (imunisasi) bagi bayi
E. Anatomi Payudara
Secara vertikal payudara terletak diantara kosta II dan IV, secara
horizontal mulaidari pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis.
Kelenjar susu berada dijaringan subkutan, tepatnya diantara jaringan
subkutan superficial dan profundus, yang menutupi muskulus pectoralis.
Ukuran normal 10-12 cm dengan beratnya pada wanita hamil 200 gram,
pada wanita hamil aterm 400-600 gram dan pada masa laktasi sekitar 600-
800 gram. Bentuk dan ukuran payudara akan bervariasi menurut aktivitas
fungsionalnya. Pembesaran ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan
struma jaringan penyangga dan penimbun jaringan lemak.
Ada 3 bagian utama payudara yaitu korpus (badan), areola, papilla atau
puting. Areola mamae letaknya mengelilingi putting susu dan berwarna
kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada
kulit. Putting susu terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubungan
adanya variasi bentuk dan ukuran payudara maka letaknya pun akan

7
bervariasi pula. Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang
merupakan muara dari ductus laktiferus, ujung-ujung serta otot polos yang
tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi mata ductus laktiferus
akan memadat dan menyebabkan putting susu ereksi, sedangkan serat-
serat otot yang longitudinal akan menarik kembali putting susu tersebut.
Ada 4 macam bentuk putting yautu bentuk normal/umum, pendek/datar,
panjang dan terbenam. Strutur payudara terdiri dari 3 bagian yaitu: kulit,
jaringan subkutan (jaringan baah kulit), dan corpus mamae. Corpus
mamae terdiri dari parenkim dan stroma. Parenkim merupakan suatu
struktur yang terdiri dari ductus laktiferus, ductulus, lobus dan alveolus.
Ada 15-20 duktus laktiferus. Tiap-tiap duktus bercabang menjadi 20-40
duktuli. Ductulus bercabang menjadi 10-100 alveolus dan masing-masing
dihubungkan dengan saluran air susu (sistem duktus) sehingga merupakan
suatu pohon. Bila diikuti pohon tersebut dari akarnya pada putting susu,
akan didapatkan saluran air susu yang disebut duktus laktiferus. Didaerah
kalang payudara duktus laktiferus ini melebar membentuk sinus laktiferus
tempat penampungan air susu. Selanjutnya duktus laktiferus terus
bercabang menjadi duktus dan ductulus, tapi duktulus yang pada
perjalanan selanjutnya disusun pada sekelompok alveoli. Didalam alveoli
terdiri dari duktulus yang terbuka, sel-sel kelenjar yang menghasilkan air
susu dan miopetilium yang berfungsi memeras air susu keluar alveoli.
F. Fisiologis Payudara
Dua reflek pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu reflek
prolaktin dan reflek aliran timbul akibat perangsangan putting susu oleh
hisapan bayi.
1. Reflek prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada putting
susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke
hipotalamus didasar otak, lalau memacu hipofise anterior untuk
mengeluarkan hormone prolactin kedalam darah. Melalui sirkulasi
prolactin memacu sel-sel kelenjar (alveoli) untk memproduksi ASI.

8
Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi
berkaitan dengan stimulus isapan yaitu frekuensi, intensitas dan
lamanya bayi menghisap.
2. Reflek aliran (let down reflek)
Rangsangan yang ditimbulkan oelh bayi saat menyusu selain
memengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormon prolaktin. Juga
mempengaruhi hopofise posterior mengeluarkan hormon oksitosin.
Diamna setelah oksitosin dilepas kedalam darah mengacu otot-otot
polos yang mengelilingi alveoli dan duktulus berkonsentrasi sehingga
memeras ASI dari alveoli, ductulus dan sinus menuju putting susu.
Reflek let-down dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau
dapat juga ibu merasakan sensasi apapun. Tanda-tanda lain let-down
adalah tetesan pada payudara lain yang sedang dihisap oleh bayi.
Reflek ini dipengaruhioleh kejiwaan ibu.
G. Definisi ASI
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam –
garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu,
sebagai makanan utama bagi bayi (Soetjiningsih, 1997).
H. Manfaat ASI
1. ASI sebagai nutrisi
2. ASI meningkatkan kecerdasan karena mengandung asam lemak yang
diperlukan untuk pertumbuhan otak
3. Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang
4. Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan
pertumbuhan bayi sampai usia 6 bulan.
5. Meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung berbagai zat anti-
kekebalan sehingga akan lebih jarang sakit. ASI juga
6. Mengurangi resiko terkena penyakit kencing manis, kanker pada anak,
dan diduga mengurangi kemungkinan menderita penyakit jantung.
7. Menunjang perkembangan motorik sehingga bayi ASI eksklusif akan
lebih cepat bisa jalan.

9
8. Menunjang perkembangan kepribadian, kecerdasan emosional,
kematangan spiritual, dan hubungan sosial yang baik (Roesli, U,
2005).
Tabel Perbedaan Kandungan ASI dengan Susu yang lain

Komponen ASI Susu Sapi Susu Formula

Protein Jumlah tepat Terlalu banyak Jumlah dikurangi


mudah dicerna Kualitas seperti
sapi
Lemak Ada asam lemak Tidak ada Ditambahkan asam
esensial asam lemak lemak esensial
Lipase untuk esensial Tidak ada lipase
mencerna tidak ada lipase

Karbohidrat Banyak laktosa Sedikit laktosa Laktosa+sukrosa


oligosakarida Oligos tidak kurang oligos
(anti-infeksi) cocok

Vitamin dan Adekuat jika ibu Zat besi, Vit A Tidak ada
mineral cukup dan C rendah

Faktor anti IgA, Laktoferin, Tidak ada Tidak ada


infeksi Lysozim, sel-sel
Faktor Ada Tidak ada
pertumbuhan

I. Bahaya Pemberian Susu Formula


1. Lebih mudah diare dan infeksi saluran pernafasan
2. Diare menetap (kronis)
3. Kurang gizi kekurangan vitamin A
4. Meningkatkan risiko kematian
5. Lebih mudah alergi dan tidak cocok (intoleransi)
6. Meningkatkan risiko beberapa penyakit kronik

10
7. Kelebihan berat badan
8. Nilai tes kecerdasan lebih rendah
9. Kemungkinan cepat hamil kembali pada ibu
10. Meningkatkan risiko anemia, kanker ovarium dan kanker payudara
pada ibu
J. Langkah – Langkah Menyusui Yang Benar
1. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada
putting dan sekitar kelang payudara. Cara ini mempunyai manfaat
sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban putting susu.
2. Bayi diletakkan menghadap perut ibu atau payudara
a. Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik
menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak menggantung
dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
b. Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala
bayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh
menengadah,dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan).
c. atau tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan yang satu
didepan.
d. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap
payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi).
e. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
f. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
3. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menipang
dibawah, jangan menekan putting susu.
4. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek) dengan
cara :
a. Menyentuh pipi dengan putting susu atau,
b. Menyentuh sisi mulut bayi.
5. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke
payudara ibu serta areola payudara dimasukkan ke mulut bayi

11
a. Usahakan sebagian besar kalang payudra dapat masuk ke mulut
bayi, sehingga putting susu berada di bawah langit – langit dan
lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan
ASI yang terletak di bawah kalang payudara. Posisi salah, yaitu
apabila bayi hanya menghisap pada putting susu saja, akan
mengakibatkan masukan ASI yang tidak adekuat dan putting lecet.
b. Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang atau
disangga (Kristiyanasari, 2008).
K. Posisi Menyusui
1. Menyusui dengan posisi duduk
a. Posisi duduk tegak, tapi santai
b. Usahakan kursi yang dipakai tanpa sandaran untuk tangan,
karenadapat mengganggu gerak ibu untuk menyusui
c. Gunakan bantal pada lengan tangan untuk meopang tubuh bayi saat
memangku
d. Posisikan telapak tangan untuk menahan bokong bayi dan tangan
yang lain membantu menuangkan asi kemulut bayi
e. Bangunkan dan susui bayi ketika bayi malas dan mengantuk
f. Sandarkan bagian dada bayi pada dada ibu dengan posisi kepala
diatas bahu ibu kemudian tepuk pelan punggung bayi sampai
bersendawa
g. Tidurkan bayi dengan posisi miring
2. Menyusui dengan berbaring
a. Ganjal punggung dengan bantal, kemudian berbaring miring.
b. Topang tubuh bayi mulai dari leher, punggung dan bokong dengan
lengan sebelah payudara mengarah ke mulut bayi
c. Tangan yang tidak digunakan untuk menopang tubuh bayi
digunakan untuk membantu memasukkan putting susu ibu kedalam
mulut bayi
d. Sebelum cara menyusui dengan cara berbaring ini dilakukan
dengan baik, jangan menggunakan dot dulu.

12
3. Menyusui dengan craa football hold
a. Pastikan untuk menggunkan kursi yang memiliki bantalan yang
nyaman
b. Tidak dianjurkannuntuk membungkuk selama menyusui agar
tidak menderita sakit punggung
c. Gendong dan arahkan bayi mendekat kesamping tubuh ibu
d. Pastikan posisi bayi seperti duduk dan kepala bayi tertopang cukup
baik
e. Arahkan putting ketengah dan kemudian bayi akan melekatkan
mulutnya
f. Indikasi posisi mulut bayi mengahadap payudara yang benar
adalah bibir bawah melengkung keluar.
L. Pelekatan
1. Langkah pertama pelekatan adalah dengan membuat bayi membuka
mulutnya secara lebar.
2. Arahkan puting ke hidung bayi dan posisi kepada bayi dibawah
payudara ibu. Sentuh bibir atas dengan puting, dan doronglah bayi
untuk membuka mulutnya dengan lebar, seolah-olah sedang menguap
3. Dagu yang pertama menempel pada payudara
4. Ketika bayi sudah membuka mulutnya secara lebar, dekaplah bayi
secara cepat ke arah payudara dengan cara menggerakan badan (bukan
kepala) bayi ke arah ibu dengan lengan yang sedang menopang.
5. Pastikan bahwa bayi yang digerakan ke arah payudara ibu, dan bukan
sebaliknya
6. Chin: pastikan bahwa dagu bayi menempel pada payudara ibu
7. Areola: pastikan bahwa yang masuk kedalam mulut bayi adalah puting
dan sebagian besar areola yang berada di bagian bawah mulut bayi,
sehingga areola yang berada diatas mulut bayi lebih banyak terlihat
8. Lips: pastikan bahwa baik bibir atas maupun bibir bawah bayi terputar
keluar (memble) dan tidak terlipat kedalam ataupun berbentuk
monyong

13
9. Mouth: pastikan bahwa mulut bayi terbuka lebar dan menempelkan
pada payudara ibu
10. Pelekatan yang benar bahwa bibir atas dan bibir bawah bayi terputar
keluar dan mulutnya terbuka lebar-lebar. Kondisi payudara ibu hampir
seluruh areola masuk kedalam mulut bayi
M. Cara Memerah ASI dengan Tangan
1. Mencuci tangan dengan sabun setiap akan memerah
2. Ibu butuh untuk membersihkan payudaranya hanya sekali sehari.
keseringan membersihkan khususnya dengan sabun, mengeringkan
kulit areola yang sensitif dan memudahkan terjadinya puting retak
3. Buatlah dirinya nyaman. Duduk atau berdiri dengan nyaman,
4. Pegang wadah dibawah areola dan puting, dengan tangan lainnya.
5. Meletakkan ibu jarinya pada payudara di atas puting dan areola, dan
jari telunjuknya pada payudara di bawah puting dan areola,
berseberangan dengan ibu jari. Ibu menopang payudara dengan jari-
jari lainnya.
6. Menekankan dan melepas jaringan payudara diantara ibu jari dan
telunjuk beberapa kali. Kadang pada payudara ibu yang menyusui
mungkin merasakan adanya bagian- bagian melebar dari duktus yang
membengkak karena ASI.
7. Jika ASInya tidak keluar, ibu sebaiknya memposisikan ulang ibu jari
dan telunjuknya sedikit lebih dekat ke puting atau ke arah belakang-
depan sampai menemukan tempat yang menghasilkan ASI dapat
mengalir. Lalu tekan lepas payudara seperti sebelumnya
8. Menekan dan melepaskan, menekan dan melepaskan. Ke semua arah
mengelilingi payudara. Jaga agar jari-jari kita jaraknya tetap sama dari
putting.
9. Perah satu payudara sampai ASI hanya mengalir perlahan dan
menetes. Ini memungkinkan akan memakan waktu sekitar 2-5 menit
dan perah lagi payudara satunya lagi dengan cara yang sama sampai
ASInya hanya menetes

14
10. Bergantian antara payudara setelah 5 atau 6 kali dengan minimal
waktu yang dibutuhkan untuk satu kali proses pemerahan minimal 20-
30 menit
11. Hentikan memerah ketika ASI sudah mengalir lambat
12. Jika memerah kolostrum pada satu hari pertama atau dua hari,
tampung ASI dalam spuit 2 ml atau 5 ml saat mengalir keluar dari
puting. Seorang penolong dapat melakukan ini. Ini akan mencegah
terbuangnya ASI yang mana bisa terjadi pada penggunaan wadah besar
sedangkan volume ASI yang keluar sedikit
13. Beberapa ibu memerah dengan agak mendorong kedalam dan keluar
dinding payudara pada saat yang bersamaan untuk meningkatkan
pengaliran ASI.
N. Tanda Bayi Cukup ASI
1. Dengan pemeriksaan kebutuhan ASI dengan cara menimbang BB bayi
sebelum mendapatkan ASI dan sesudah minum ASI dengan pakaian
yang sama, dan selisih berat penimbangan dapat diketahui banyaknya
ASI yang masuk dengan konvera 1 gr BB-1 ml ASI.
2. Secara subyektif dapat dilihat dari pengamatan dan perasaan ibu yaitu
bayi merasa puas, tidur pulas setelah mendapatkan ASI dan ibu
merasakan ada perubahan tegangan pada payudara pada saat menyusui
bayinya ibu merasa ASI mengalir deras.
3. Sesudah menyusui tidak memberikan reaksi apabila dirangsang
(disentuh pipinya, bayi tidak mencari arah sentuhan).
4. Bayi tumbuh dengan baik
5. Buang air kecil (BAK) 5-6 kali/hari sejak usia 7 hari sedangkan Buang
air besar (BAB) 2 kali atau lebih sebelum usia 28 hari
6. Penurunan BB faali selama 2 minggu sesudah lahir tidak melebihi 10%
BB waktu lahir.
O. Upaya Memperbanyak ASI
Upaya untuk memperbanyak ASI antara lain:

15
1. Pada minggu-minggu pertama harus lebih sering menyusui untuk
merangsang produksinya
2. Memberikan bayi, kedua belah dada ibu tiap kali menyusui, juga untuk
merangsang produksinya
3. Biarkan bayi mengisap lama pada tiap buah dada. Makin banyak
dihisap makin anyak merangsangnya
4. Jangan terburu-buru memberi susu formula bayi sebagai tambahan.
Perlahan-lahan ASI akan cukup diproduksi
5. Ibu dianjurkan minum yang banyak (8-10 gelas/hari) baik berupa susu
maupun air putih, karena ASI yang diberikan pada bayi mengandung
banyak ASI.
6. Makanan ibu sehari-hari harus cukup dan berkualitas, baik untuk
menunjang pertumbuha dan menjaga kesehatan bayinya. Ibu yang
sedang menyusui harus harus tambah energi, protein maupun vitamin
dan mineral.
7. Ibu harus banyak istirahat dan banyak tidur, keadaan tegang dan
kurang tidur dapat menurunkan produksi ASI
8. Jika jumlah ASI yang diproduksi tidak cukup, maka dapat dicoba
dengan pemberian obat pada ibu, seperti tablet Moloco B12 untuk
menambah produksi ASI

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Poliklinik Kesehatan Desa Pandes adalah salah satu bangunan yang
berada di lingkungan kantor Desa Pandes. PKD Pandes dibawah pimpinan
bidan Sri Budiati mengedepankan program bagi ibu dan anak untuk
mencapai kesuksesan dan keberlanjutan asuhan dalam golden periode.
Dalam menjalankan program tersebut, PKD Pandes merupakan poliklinik
yang baik dan inovatif. Program yang dilaksanakan oleh PKD Pandes
adalah program-program yang sangat inovatif dan menarik dimana
program tersebut mengalami perkembangan sejak pertama digagas dan
dibentuk. Program yang inovatif tersebut menjadi daya tarik tersendiri
contohnya adalah pendirian baby café serta pemberian sertifikat kepada
ibu dan bayi yang lolos ASI Ekslusif.
Golden periode merupakan periode emas untuk membentuk bayi
menjadi anak yang cerdas, sehat, dan pertumbuhannya baik. Masa ini
dimulai dari IMD (Inisiasi Menyusu Dini) yaitu dilakukan secepatnya
setelah melahirkan, ASI Eklusif, MP-ASI dan menyusui hingga anak
berusia 2 tahun. Periode emas ini tidak boleh terputus sehingga bidan
berperan penting untuk membantu menyukseskan empat periode emas
tersebut.
B. Saran
Poliklinik Kesehatan Desa Pandes perlu mempertahankan dan
mengembangkan lagi program-program untuk menunjang kesuksesan
masa menyusui dan periode emas. Lebih baik lagi jika desa pandes bisa
mengajak desa – desa lainnya untuk mensukseskan dan meratakan
program – program tersebut agar semakin meningkatnya persentase
pemberian ASI ekslusif. Program tersebut diantaranya kelas Hamil,
pelaksanaan penyuluhan ibu dan balita, posyandu rutin, pemberian
sertifikat penghargaan bagi ibu dan bayi yang sukses ASI ekslusif, dan

17
pendirian baby cafe. Karena program tersebut sangat berpengaruh terhadap
pola fikir dan perilaku masyarakat agar lebih sadar bahwa pentingnya
kesehatan, ASI ekslusif serta periode emas dalam masa pertumbuhan bayi.
Mahasiswa dapat memahami dan mengerti materi yang dipaparkan
oleh narasumber di Poliklinik Kesehatan Desa Pandes. Mahasiswa diminta
lebih aktif dan lebih kereatif pada setiap kegiatan yang diadakan oleh
kampus guna menjadikan mahasiswa yang lebih cerdas dan terampil.
Sebaiknya, kegiatan seperti ini selalu diselenggarakan agar mahasiswa
memiliki wawasan yang luas, mendapat motivasi serta terbiasa turun
langsung ke masyarakat.

18
DAFTAR PUSTAKA
1. Tim. 2014. Cara Memerah Asi dengan Tangan. Diakses pada tanggal
20 Januari 2020 jam 16.20 wib. http://www.njo.nl.pdf
2. Tim. 2015. Tips Memperbanyak ASI. Diakses pada tanggal 20 Januari
2020 jam 19.55 Wib. http://rsudarifinachmad.riau.go.id. pdf
3. Tim. 2016. Cara Menyusui yang Baik dan Benar. Diakses pada
tanggal 20 Januari 2020 jam 20.15 Wib.
https://www.kesehatanmanusia.com
4. Walyani Elisabeth dan Endang. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas
dan Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
5. Sutanto Andina. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press
6. (Sumber ppt materi dari pandes)

19

Anda mungkin juga menyukai