PENDAHULUAN
c) WUS lahir >1993 yang tidak mempunyai KMS balita dan kartu TT SD
d) WUS lahir setelah 1993 yang tidak mempunyai KMS balita dan
mempunyai kartu TT SD
TT 1 Imunisasi kelas 1 SD
TT 2 Imunisasi kelas 2 SD
TT 3 Imunisasi calon pengantin
TT 4 Imunnisasi pertama saat hamil
TT 5 Imunisasi kedua saat hamil
e) WUS lahir setelah 1993 yang mempunyai KMS balita dan mempunyai
Kartu TT SD
(Supriyadi, 2013)
9) Pola Kebiasaan Sehari-hari
a) Pola nutrisi, dikaji untuk mengetahui pola makan dan minum Selama
hamil dan makanan apa saja yang dikonsumsi oleh ibu. (Manuaba, 2010)
Ukuran kebutuhan pada wanita normal yaitu kebutuhan energi 2250
kall/hari, karbohidrat sebanyak 309 gr/hari, protein 56 gr/hari, lemak
total 75 gr/hari, serat 32 gr/hari, dan kebutuhan cairan sebanyak 2300
ml/hari. Penambahan nutrisi dari ukuran normal pada ibu hamil trimester
3 yaitu tambahan energi 300 kall/hari, karbohidrat sebanyak 40 gr/hari,
protein 20 gr/hari, lemak total 10 gr/hari, serat 4 gr/hari, dan penambahan
kebutuhan cairan yaitu 300 ml/hari. (Permenkes RI, 2013)
b) Pola istirahat, untuk menggali kebiasaan istirahat ibu supaya diketahui
hambatan yang mungkin muncul, pemenuhan kebutuhan istirahat untuk
ibu hamil. Menurut National Sleep Foundation (2007) , perempuan hamil
yang mengalami beberapa bentuk gangguan tidur mencapai 79%.
Sebanyak 72% dari ibu hamil akan mengalami frekuensi terbangun lebih
sering pada malam hari (Rezaei, 2015). Umumnya kebutuhan tidur orang
dewasa yakni selama 7–8 jam per hari[ CITATION Mar17 \l 1033 ].
Kebutuhan istirahat ibu hamil adalah 8 jam per harinya [ CITATION Ida09 \l
1033 ].
c) Aktivitas sehari-hari, perlu dikaji karena pekerjaan berat dan stress dapat
menimbulkan gangguan hormonal sampai keguguran hingga persalinan
prematur. Oleh karena itu, ibu hamil tidak boleh bekerja terlalu
keras[ CITATION Ida09 \l 1033 ]
d) Personal hygiene, perlu dikaji karena bagaimanapun hal ini akan
mempengaruhi kesehatan pasien dan bayinya. Normalnya minimal mandi
2 kali sehari, cuci rambut minimal 2-3 kali seminggu, ganti pakaian dan
pakaian dalam setiap hari, sikat gigi setelah sarapan dan mau tidur.
e) Aktivitas seksual, Hamil bukan halangan untuk melakukan hubungan
seksual. Hubungan seksual disarankan untuk dihentikan apabila ada
indikasi
(Manuaba, 2010)
f) Pola eliminasi, Untuk mengetahui kebiasaan buang air kecil maupun
buang air besar, menurut Booth (2005) sering BAK terjadi karena
kandung kemih pada ibu hamil tertekan oleh uterus sehingga selalu
merasa ingin BAK. Karena perubahan hormon menyebabkan otot
abdomen bawah melemah dan mengakibatkan susah BAB[ CITATION
Kev14 \l 1033 ]
10) Psikososial Spiritual
Mengkaji mengenai bagaimana perasaannya terhadap kehamilannya,
bagaimana respon suami dan keluarga dengan kehamilan ini, Karena respon
keluarga sangat penting untuk kenyamanan psikologis ibu. Pengkajian adat
istiadat juga sangat penting yang biasa dianut yang berkaitan dengan masa
kehamilan.[ CITATION Ari13 \l 1033 ]
b. Data Objektif
1) Keadaan Umum
Bertujuan untuk melakukan penilaian keadaan umum pasien dari ekspresi
wajah, sikap badan, cara berbicara, dan gaya berjalan pasien apakah
baik/cukup/lemah. [ CITATION Muf17 \l 1033 ]
2) Kesadaran
Dikaji untuk menilai kesadaran ibu, apakah ibu dalam kondisi
composmentis, somnolen, apatis atau koma dalam memberikan asuhan
kebidanan dengan efektif[ CITATION Mus08 \l 1033 ]
3) Pemeriksaan Umum
a) Tinggi badan
Mengukur tinggi badan (TB) yang bertujuan untuk deteksi risiko CPD,
normalnya TB adalah ≥145 cm, jika tinggi badan ibu hamil kurang dari
145 cm berisiko panggul sempit sehingga berisiko tidak bias lahir dengan
spontan.
b) Berat badan
1. Indeks Massa Tubuh, skrining ini dilakukan untuk mengetahui
pertumbuhan janin. Penambahan berat badan selama kehamilan
didasarkan pada BMI atau IMT ibu hamil. Ini adalah hasil perhitugan
yang menggambarkan lemak tubuh didasarkan pada perbandingan
berat badan dan tinggi badan. Penilaian body mass index dilakukan
dengan perhitungan berikut:
BB
=BMI dalamkg /m ²
TB
BB: Berat badan dalam kilogram
TB: Tinggi badan dalam meter
Interpretasi hasil perhitungan body mass index adalah sebagai berikut.
Tabel 2.2. Klasifikasi BMI
<16,5 Severe underweight
16,5-18,5 Under weight
18,5-25 Normal
25-30 Overweight
30-35 Moderate obesity
35-40 Severe obesity
>40 Morbid/massive
obesity
Sumber: [ CITATION Sur17 \l 1033 ]
Leopold I:
Tujuan pemeriksaan leopold I adalah menentukan tinggi fundus uteri
dan bagian janin yang terletak di fundus (dilakukan sejak trimester I)
Leopold II:
Tujuan menentukan bagian janin pada sisi kuri dan sisi kanan ibu
(dilakukan pada akhir trimester II)
Leopold III:
Tujuan menentukan bagian janin yang terletak di bagian bawah uterus
(dilakukan mulai akhir trimester II)
Leopold IV:
Tujuan menentukan berapa jauh masuknya janin ke pintu atas panggul
(dilakukan jika usia kehamilan >36 minggu)
[ CITATION Sur17 \l 1033 ]
Tabel 2.4. Usia Kehamilan dan Tinggi Fundus Uteri
Usia Kehamilan TFU Cm
12 minggu 3 jari diatas simfisis
16 minggu ½ simfisis dengan pusat
20 minggu 3 jari di bawah pusat 20 cm
28 minggu 3 jari diatas pusat 23 cm
32 minggu ½ pusat dengan px 29,5-30 cm
36 minggu Setinggi px 32 cm
40 minggu 4 jari di bawah px 37,7 cm
Sumber:[ CITATION Hel07 \t \l 1033 ]
Rumus TBJ yang umum digunakan hingga saat ini adalah Rumus
Johnson-Toshack yang didefinisikan sebagai BB (Berat Badan Bayi) =
(TFU – N) x 155. BB dalam satuan gram dan nilai N sebesar 11, 12, atau
disesuaikan dengan penurunan kepala bayi. Jika kepala bayi belum
masuk PAP maka TFU-12, jika kepala bayi sudah masuk PAP maka
TFU-11[ CITATION Sur17 \l 1033 ].
3) Auskultasi
Mendengar denyut jantung janin dihitung selama 1 menit penuh.
DJJ normal antara 120 sampai 160 denyut per menit. Apabila denyut
jantung janin kurang dari 120 denyut per menit atau lebih dari 160
denyut per menit, menunjukkan bayi dalam kondisi gawat
janin[ CITATION Sur17 \l 1033 ].
g) Genetalia :
Tujuan pemeriksaan ini untuk mengetahui adanya kelainan pada
genetalia atau jalan lahir dengan melihat apakah ada oedem, varises,
pembesaran kelenjar bartholini, kelenjar skeen, condiloma matalata
dan condiloma okuminata.
h) Ekstermitas:
Diperiksa dengan tujuan mendeteksi preeklampsi dengan palpasi apakah
ada oedem atau tidak, melihat apakah ada varises atau tidak, dan reflek
patella positif atau negatif.
(Sofian, 2012)
5) Pemeriksaan Panggul Luar
Hasil Keterangan
b) Masalah
Psikologis yang sering timbul pada kehamilan yaitu rasa cemas, ketidak
nyamanan seperti mual muntah, sering kencing dan nyeri punggung.
Masalah sering berhubungan dengan bagaimana wanita tersebut mengalami
kenyataan terhadap diagnosisnya[ CITATION Ari13 \l 1033 ].
3. Perencanaan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh berdasarkan
langkah sebelumnya. Semua perencanaan yang dibuat harus berdasarkan
pertimbangan yang tepat, meliputi pengetahuan, teori yang up to date, perawatan
berdasarkan bukti (evidence based care), serta divalidasikan dengan
asumsimengenai apa yang diinginkan dan tidak diinginkan oleh pasien.[ CITATION
Ari13 \l 1033 ]
1) Jelaskan pada ibu hasil pemeriksaan
R/ Hal ini diharapkan terjadi alih informasi dari petugas kesehatan pada ibu
dan keluarga, diharapkan ibu dan keluarga mengerti kondisi ibu saat ini.
2) Jelaskan mengenai penyebab keluhan yang dirasakan ibu
R/ Keluhan yang biasa terjadi pada ibu hamil trimester III dikarenakan
perkembangan janin dan plasenta serta turunnya kepala pada rongga
panggul menimbulkan pengaruh pada system organ maternal.
3) Jelaskan tentang P4K
R/ Mempersiapkan sedini mungkin kebutuhan persalinan ibu dan dapat
mencegah bila terjadi komplikasi
4) Berikan HE pada ibu pemenuhan nutrisi, pola istirahat, dan personal
hygiene.
R/ Nutrisi yang seimbang bermanfaat untuk meningkatkan tumbuh
kembang janin. Istirahat yang cukup bisa membuat sirkulasi darah menjadi
lancar dan membuat relaksasi. Personal hygiene dapat mengurangi resiko
terjadinya infeksi terhadap kehamilan.
5) Jelaskan pada ibu tanda-tanda persalinan
R/ Pengenalan tanda persalinan membantu ibu untuk segera ke pelayanan
kesehatan dan mendapat penanganan
6) Berikan suplemen tablet besi, asam folat, dan vitamin (sesuai kebutuhan)
R/ Tablet besi sebagai penambah darah sedangkan asam folat membantu
pertumbuhan janin.
7) Jadwalkan kunjungan ulang
R/ Kontrol ulang berguna dalam memantau perkembangan kehamilan.
4. Pelaksanaan
Langkah-langkah penatalaksanaan bergantung pada data dasar yang di
peroleh dan assessment[ CITATION Hel06 \t \l 1033 ].
1) Menjelaskan pada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
2) Memberikan asuhan kebidanan kepada ibu sesuai apa yang dikeluhkan:
a) Sering berkemih: menjelaskan pada ibu bahwa sering berkemih adalah hal
yang normal terjadi selama kehamilan, asuhan yang diberikan
menganjurkan ibu untuk mengurangi asupan cairan pada 2 jam sebelum
tidur.
b) Varises: menjelaskan bahwa varises dapat terjadi karena penekanan uterus
pada vena panggul, asuhan yang diberikan yaitu menganjurkan ibu untuk
tidur dengan kaki ditinggikan sedikit selama 10-15 menit dalam keadaan
miring, hindari duduk dengan posisi kaki menggantung.
c) Hemoroid: terjadi Karen adanya penekanan pada vena bagian dalam
ataupun bagian luar panggul, asuhan yang diberikan yaitu hindari
mengejan terlalu kuat saat BAB, konsumsi makanan berserat dan minum
air 8-10 gelas setiap hari.
d) Sesak nafas: menjelaskan bahwa penyebab sesak nafas adalah
hiperventilasi yang disebabkan oleh peningkatan kadar progesteron,asuhan
yang diberikan adalah mmenganjurkan ibu untuk mengurangi aktivitas
yang berat dan berlebihan, hindari posisi tidur terlentang .
e) Bangkak pada kaki: hal ini disebabkan oleh tekanan uterus yang menngkat
dan mempengaruhi sirkulasi cairan yang menyebabkan retensi cairan
semakin besar, asuhan yang diberikan adalah hindari posisi duduk dengan
kaki menggantung, lakukan latihan ringan seperti berjalansecara teratur
untuk memfasilitasi peningkatan sirkulasi, anjurkan ibu untuk
mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin B dan kalsium untuk
mencegah terjadinya kram akibat tidak terpenuhinya kebutuhan kalsium
tubuh.
f) Kram pada kaki: kram disebabkan oleh meningkatnya kadar fosfat dan
penurunan kadar kalsium terionisasi dalam serum, asuhan yang diberikan
yaitu meminta ibu meluruskan kaki yang kram dalam posisi berbaring,
menyarankan ibu untuk mengonsumsi vitamin B, C, D, kalsium dan fosfor
untuk keseimbangan kadar tersebut dalam tubuh.
g) Nyeri perut bawah: dapat disebabkan oleh muntah yang berlebihan dan
konstipasi yang dialami oleh sebagian besar ibu dalam kehamilannya.
Torsi uterus yang parah dan kontraksi Braxton hicks juga mempengaruhi
keluhan ibu terkait nyeri perut bagian bawah, asuhan yang diberikan dapat
dilakukan tirah baring, mengubah posisi ibu agar uterus dapat kembali ke
keadaan semula tanpa harus diberikan manipulasi.
h) Heartbun: keluhan ini disebabkan kadar esterogen dan progesteron yang
meningkat yang menyebabkan relaksasi otot polos, asuhan yang diberikan
menganjurkan ibu untuk menghindari berbaring dalam waktu 3 jam setelah
makan, menghindari makanan pedas, berminyak dan minum minuman
yang bersifat asam dan bersoda, jika panas perut masih berlanjut, maka
dianjurkan untuk mengonsumsi obat antasida.
i) Braxton hicks: keluhan ini terjadi karena persiapan menjelang persalinan
karena adanya peningkatan oksitosin yang dikeluarkan oleh kelenjar
hipofisis, asuhan yang diberikan yaitu untuk menarik nafas panjang saat
terjadi kontraksi.
3) Menjelaskan tentang P4K yaitu: tempat bersalin, penolong, pendamping,
transportasi, biaya, pendonor dan pengambil keputusan. Mempersiapkan
sedini mungkin kebutuhan persalinan ibu dan dapat mencegah komplikasi.
4) Memberikan health education:
a) Nutrisi : peningkatan konsumsi makanan hingga 300 kalori per hari,
mengkonsumsi makanan yang mengandung protein, zat besi, dan cukup
minum. Nutrisi yang cukup dan seimbang pada ibu hamil adalah faktor
utama dalam pemenuhan pola nutrisi untuk perkembangan dan
pertumbuhan janin
b) Istirahat : terkadang ibu kesulitan untuk menentukan posisi yang paling
baik dan nyaman untuk tidur. Fungsi istirahat pada ibu hamil dengan posisi
miring kiri, supaya aliran darah dari ibu ke janin tidak akan terhalangi dan
bayi bisa menerima asupan gizi dan oksigen dengan baik.
c) Personal hygiene : tetap menjaga personal hygiene dengan mandi,
keramas, dan sikat gigi secara teratur, mengeringkan kemaluan dengan
tissue setelah BAK/BAB, mengganti baju dan pakaian dalam secara
teratur.
5) Menjelaskan pada ibu tanda-tanda persalinan seperti adanya pengeluaran
darah, keluar air ketuban dan kontraksi semakin sering.
6) Memberikan suplemen tablet besi untuk pencegahan anemia, asam folat dan
vitamin untuk pertumbuhan dan perkembangan janin.
7) Menjadwalkan ibu untuk kontrol ulang atau sewaktu-waktu bila ada keluhan
5. Evaluasi
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang kita berikan
kepada pasien kita mengacu kepada beberapa pertimbangan berikut ini. [ CITATION
Ari13 \l 1033 ]
1) Ibu mengetahui keadaanya saat ini
2) Ibu mengetahui cara mengatasi keluhan yang dialaminya
3) Ibu telah memahami tentang P4K dan dapat mengulang kembali informasi
yang diberikan oleh petugas
4) Ibu telah mendapatkan HE tentang nutrisi, istirahat, dan personal hygiene dan
ibu bersedia melaksanakan anjuran petugas.
5) Ibu memahami tanda-tanda persalinan dan dapat mengulangi kembali
informasi yang diberikan petugas
6) Ibu sudah mendapatkan tablet besi, asam folat dan vitamin.
7) Ibu bersedia kontrol sesuai jadwal yang telah ditentukan.
2.2 Persalinan
2.2.1 Konsep Dasar Persalinan
A. Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau
bukan jalan lahir, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Mochtar,
2002). Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, hingga janin
turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban
didorong keluar melalui jalan lahir (Sarwono, 2001). Persalinan menurut APN
(2008) adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar dari rahim
ibu. Persalinan dianggap abnormal jika prosesnya terjadi pada usia cukup bulan
(setelah 37 minggu) tanpa disertai dengan penyulit [ CITATION Ann17 \l 1033 ].
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin.[ CITATION sau09 \l 1033 ].
B. Fisiologi Terjadinya Persalinan
1) Teori Penurunan Kadar Hormon Progesteron
Hormon progesterone merupakan hormone yang mengakibatkan
relaksasi pada otot-otot Rahim, sedangkan hormon estrogen meningkatkan
kerentanan otot rahim. Selama kehamilan, terdapat keseimbangan antara
progesterone dan estrogen di dalam darah. Progesteron menghambat
kontraksi selama kehamilan sehingga mencegah ekspulsi fetus. Sebaliknya,
estrogen mempunyai kecenderungan meningkatkan derajat kontraktilitas
uterus. Baik progesterone maupun estrogen disekresikan dalam jumlah yang
secara progresif makin bertambah selama kehamilan. Namun saat kehamilan
mulai masuk usia 7 bulan dan seterusnya, sekresi estrogen terus meningkat,
sedangkan sekresi progesterone tetap konstan atau mungkin sedikit menurun
sehingga terjadi kontraksi brakton hicks saat akhir kehamilan yang
selanjutnya bertindak sebagai kontraksi persalinan.
2) Teori Oksitosin
Menjelang persalinan terjadi peningkatan reseptor okstosin dalam otot
Rahim sehingga mudah terangsang saat disuntikkan oksitosin dan
menimbulkan kontraksi, diduga bahwa oksitosin dapat menimbulkan
pembentukan prostaglandin dan persalinan dapat berlangsung.
3) Teori Prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua menjadi salah satu sebab
permulaan persalinan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar
prostaglandin yang tinggi, baik dalam air ketuban maupun darah perifer ibu
hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan.
4) Teori Plasenta Menjadi Tua
Plasenta yang menjadi tua seiring bertambahnya usia kehamilan
menyebabkan kadar estrogen dan progesterone turun. Hal ini juga
mengakibatkan kejang pada pembuluh darah sehingga akan menimbulkan
kontraksi.
5) Distensi Rahim
Seperti halnya kandung kemih yang bila dindingnya meregang karena
isinya, demikian pula dengan rahim. Seiring dengan bertambahnya usia
kehamilan maka otot-otot rahim akan semakin meregang. Rahim yang
membesar dan meregang menyebabkan iskemi otot-otot rahim sehingga
mengganggu sirkulasi utero plasenter kemudian timbullah kontraksi.
6) Teori Iritasi Mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion servikale (Fleksus Franker
Hauser). Bila ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin
maka akan timbul kontraksi.
7) Pengaruh Janin
Hypofise dan kelenjar suprarenal janin juga memegang peran dalam
terjadinya persalinan pada janin anancepalus kehamilan lebih lama dari
biasanya.
[ CITATION Ann17 \l 1033 ]
2.2.2 Konsep Asuhan Kebidanan Pada Persalinan
1. Pengkajian
a. Data Subjektif
1) Identitas Ibu
Dikaji dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan saat memberikan asuhan
kebidanan.
a) Nama Ibu : Dikaji untuk mengenal pasien dan membedakan jika ada
kesamaan nama dengan pasien yang lain.
b) Umur : Usia reproduksi berkisar antara >20 th hingga < 35 th. Jika usia
ibu <20 tahun akan memicu terjadinya anemia, keguguran, prematuritas
dan berat bayi lahir rendah serta komplikasi kehamilan lainnya.
Sedangkan pada usia >35 tahun atau lebih rentan terjadi berbagai
penyakit dalam bentuk hipertensi dan eklampsia (Manuaba, 2010).
c) Agama: Untuk mengetahui keyakinan ibu sehingga dapat membimbing
dan mengarahkan ibu untuk berdoa sesuai dengan keyakinannya.
d) Suku Bangsa: Dikaji untuk mengetahui bahasa yang digunakan pasien
agar mempermudah cara berkomunikasi dengan pasien serta kebiasaan
budaya setempat.
[ CITATION Kem17 \l 1033 ]
e) Pendidikan: Tingkat pendidikan akan mempengaruhi pikiran kritis
seseorang, sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan maka
pengetahuan seseorang akan baik (Notoadmojo, 2003).
f) Pekerjaan: Status ekonomi seseorang dapat mempengaruhi pencapaian
status gizinya (Hidayat dan Uliyah, 2008). Hal ini dapat dikaitkan antara
asupan nutrisi ibu dengan tumbung kembang janin dalam kandungan,
yang dalam hal ini dipantau melalui tinggi fundus uteri ibu hamil.
g) Alamat: Bertujuan untuk mempermudah tenaga kesehatan dalam
melakukan follow up terhadap perkembangan ibu.
h) Nomor Telepon : Mempermudah petugas bila sewaktu-waktu terjadi
kegawatdaruratan pada pasien.
[ CITATION Kem17 \l 1033 ]
2) Keluhan Utama
Dikaji untuk mengetahui keluhan yang dirasakan ibu ketika datang ke
tempat bersalin.
Kala persalinan :
a) Kala I
Waktu antara mulai inpartu sampai pembukaan lengkap
1. Fase laten : dilatasi servik <4 cm
2. Fase aktif : dilatasi servik 4 – 10 cm
Perubahan pada uterus
Selama persalinan, SAR berkontraksi secara aktif dan menjadi lebih
tebal sedangkan SBR pasif akan mendorong bayi keluar.
Miometrum fundus tidak berelaksasi kembali setelah kontraksi
menjadi lebih pendek pada kontraksi berikutnya.
Gambar 2.1 Rangkaian perkembangan segmen dan cincin uterus pada
wanita dengan kehamilan cukup bulan dan pada persalinan
Sumber:[ CITATION Hel071 \l 1033 ]
Menipisnya SBR bersamaan dengan menebalnya SAR, Batas antara
keduanya ditandai oleh suatu lingkaran pada permukaan uterus disebut
“cincin retraksi fisiologis”. Jika pemendekan SBR terlalu tipis (seperti
pada partus macet), cincin ini sangat menonjol, cincin retraksi patologik
“cincin Bandl”.
Perubahan pada servik
1) Pendataran servik (efficement) : pemendekan saluran servik dari
panjang sekitar 2 cm menjadi muara melingkar dengan tepi hamper
setipis kertas (satuan 0 – 100%)
2) Dilatasi servik : uterus benrkontraksi, menekan selaput ketuban,
tekanan hidrostatik kantong amnion akan melebar saluran servik
(satuan 1 – 10 cm)
b) Kala II (waktu antara pembukaan servik langkap sampai janin lahir)
1. His semakin sering dan kuat.
2. Kepala janin semakin turun.
3. Bila kepala sudah di dasar panggul terjadi reflek mengejan
(dengan reflek mengejan tekanan intrauterine menjadi 3x lebih
kuat).
c) Kala III (waktu antara janin lahir sampai plasenta lahir)
Saat bayi selesai dilahirkan, kontraksi uterus akan mengecilkan ukuran
uterus penusutan uterus yang mendadak ini selalu disertai
pengurangan bidang tempat implantasi plasenta sehingga plasenta
terlepas.
Mekanisme lahirnya plasenta dibagi 2 tahap :
1. Fase separasi
Mulai dari tengah = secara Schultze
Mula dari tepi = secara Duncan
2. Fase ekspulsi : plasenta yang sudah lepas oleh kontraksi uterus
masuk ke vagina.
d) Kala IV (2 jam postpartum)
Evaluasi kontraksi uterus dan TFU, pendarahan, nadi dan tensi. Masa
postpartum merupakan saat paling kritis untuk mencegah kematian ibu,
terutama kematian disebabkan karena pendarahan. Selama kala IV,
petugas harus memantau ibu setiap 15 menit pada jam pertama setelah
kelahiran plasenta, dan setiap 30 menit pada jam kedua setelah
persalinan. Jika kondisi ibu tidak stabil, maka ibu harus dipantau lebih
sering.[ CITATION Mit \l 1033 ]
3) Riwayat Kesehatan/ Penyakit yang Pernah Diderita
c) Riwayat Kesehatan Ibu
Riwayat medis/ penyakit yang pernah dialami ibu perlu dikaji, yaitu:
Penyakit menahun seperti jantung dan ginjal, hal ini perlu dikaji
karena pada penyakit jantung dalam kehamilan, dapat mengurangi
cadangan kekuatan jantung sehingga dapat terjadi keadaan payah
jantung. Menurut Mochtar (1998), filtrasi glomerolus akan
berkurang karena aliran darah ke ginjal menurun. Hal ini
menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerolus menurun, sebagai
akibatnya terjadilah retensi garam dalam air. Filtrasi glomerolus
dapat turun hingga 50% dari normal sehingga pada kehamilan lanjut
dapat terjadi oliguria dan anuria. [ CITATION Tat12 \l 1033 ]
Penyakit menurun seperti hipertensi, diabetes, asma, hal ini perlu
dikaji karena berisiko menurunkan dari ibu ke bayi.
Penyakit menular, seperti HbsAg, HIV/AIDS, TBC, IMS, penyakit
ini perlu dikaji karena dapat menularkan virus pada bayi saat
melahirkan melalui kontak darah ibu yang terinfeksi. Jika penyakit
tersebut tidak di pantau dapat menimbulkan abortus, prematur, dan
IUFD. Dan diperlukan intervensi khusus pada pasien dengan
penyakit tersebut.
[ CITATION Hel06 \l 1033 ]
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ditanyakan untuk mengetahui adanya resiko penyakit menular atau
diturunkan, kelainan-kelainan dalam genetik[ CITATION Muf17 \l 1033 ].
4) Riwayat Menstruasi
Ditanyakan untuk mengetahui tentang faal alat reproduksi, hal yang dikaji
adalah usia menarche, siklus, lama menstruasi, nyeri, penjendalan,
perdarahan intra menstruasi, problem dan prosedur.
h) HPHT
Hari pertama haid terakhir ditanyakan untuk menghitung perkiraan waktu
persalinan[ CITATION Muf17 \l 1033 ].
i) Menarche
Menarche adalah usia haid pertama kali. Wanita Indonesia pada
umumnya mengalami menarche sekitar usia 12-16 tahun[ CITATION
Int14 \l 1033 ].
j) Siklus
Menurut Anwar (2011) Siklus menstruasi biasaya terjadi setiap 22-35
hari.
k) Lama haid
Dikaji untuk menentukan adanya kelainan pada organ reproduksi.
Lamanya menstruasi selama 2-7 hari.
[ CITATION Int14 \l 1033 ]
l) Volume
Dikaji untuk mengetahui seberapa banyak darah yang keluar saat
menstruasi. Banyak sedikitnya darah yang dikeluarkan mengetahui
kondisi alat reproduksi, dikaji dengan menanyakan berapa kali ganti
pembalut dalam sehari. Volume darah normal yang dikeluarkan selama
menstruasi berkisar 20 – 60 ml. [ CITATION Nur15 \l 1033 ]
m)Flour albus
Dikaji untuk mengetahui adanya infeksi pada organ reproduksi seperti
PMS yang akan berdampak pada ibu hamil. Yang dikaji adalah cairan
berwarna putih/hijau/kuning, berbau, sangat gatal, dan atau disertai nyeri
bawah[ CITATION Eny14 \l 1033 ]
n) Dismenorhoe
Dikaji untuk mengetahui keluhan yang dirasakan saat menstruasi.
Menstruasi yang sangat menyakitkan, terutama terjadi pada perut bawah
dan punggung biasanya terjadi seperti kram[ CITATION Hel06 \l 1033 ].
5) Riwayat Perkawinan
Tujuan dikaji karena dari data ini kita akan mendapatkan gambaran
mengenai suasana rumah tangga pasangan. Berapa usia ibu pertama
menikah, status pernikahan, lama pernikahan dan menikah berapa kali.
6) Riwayat Obstetri yang Lalu
Perlu dikaji untuk mengetahui riwayat kehamilan sebelumnya misalnya
adanya komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, faktor resiko diantaranya:
a) Hamil, tujuan dikaji adalah sebuah alat ukur statistik dalam studi
epidemiologi berdasarkan kemungkinan terjadinya suatu keadaan gawat
darurat obstetrik yang tidak diinginkan pada masa mendatang (Umah,
2015) ada atau tidaknya penyakit, upaya mengatasi penyakit tersebut,
usia kehamilan.
b) Persalinan, dikaji karena komplikasi persalinan dapat diartikan sebagai
suatu keadaan yang mengancam jiwa ibu ataupun janin karena
gangguan sebagai akibat langsung dari proses persalinan (Basu et al .,
2014). penyulit dalam persalinan, cara persalinan, siapa yang menolong.
c) Penyulit-penyulit dalam masa nifas dan Meneteki
d) Anak, dikaji untuk mengetahui BB lahir, BP lahir, jenis kelamin, hidup
umur, mati umur
e) Kb, kontrasepsi yang digunakan ibu sebelum hamil.
(Matondang, 2009)
Tabel 2.8. Pengkajian Riwayat Obstetri
K
Persalinan Nifas Anak
Hami B
l Umur Komplikasi
Tgl Jeni Menetek H/
Ke Kehamila Penolong Penyulit BB PB JK
Lahir s Ibu Bayi i M
n
Leopold IV:
Tujuan menentukan berapa jauh masuknya janin ke pintu atas
panggul (dilakukan jika usia kehamilan >36 minggu)
[ CITATION Sur17 \l 1033 ]
Tabel 2.9. Konversi Hasil Palpasi Leopold dengan Hasil VT
Periksa
Periksa Luar Keterangan
Dalam
Kepala diatas PAP, mudah
-
5/5 digerakkan
Sulit digerakkan, bagian
4/5 H I – II terbesar kepala belum
masuk panggul
Bagian terbesar kepala
H II – III
3/5 belum masuk panggul
Bagian besar kepala sudah
H III+
2/5 masuk panggul
Hasil Keterangan
(-) Tidak ada kekeruhan (-)
(+) Kekeruhan ringan tanpa butir-butir (+1)
(++) Keruh & terlihat butir-butir dalam kekeruhan (+2)
(+++) Kekeruhan berkeping-keping (+ 3)
(+++ sangat keruh, bergumpal/memadat (+4)
+)
Sumber: Wiknjosastro, 2005
Reduksi :
Untuk mengetahui kadar glukosa dalam urine serta mendeteksi
adanya diabetes mellitus pada ibu hamil yang menyebabkan
makrosomia pada bayi[ CITATION Hel06 \t \l 1033 ].
Tabel 2.13. Hasil Pemeriksaan Reduksi Urine
Hasil Keterangan
Negatif (-) Warna biru sedikit kehijau-hijauan dan sedikit
keruh
Positif 1 (+) Hijau kekuning-kuningan dan agak keruh
Positif 2 (++) Kuning keruh
Positif 3 (+++) Jingga keruh
Positif 4 (++++) Merah keruh
Sumber: Wiknjosastro, 2008
2. Interpretasi Data
Dikaji untuk melakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah dan
kebutuhan klien berdasarkan data subjektif dan data objektif yang telah
dikumpulkan.
a) Kala I
G...P...A...P...A...H... UK...minggu, T/H/I, Let Kep dengan Inpartu kala 1
fase laten/aktif, K/U ibu dan janin baik.
b) Kala II
G...P...A...P...A...H... UK...minggu, T/H/I, Let Kep dengan Inpartu kala II,
K/U ibu dan janin baik.
c) Kala III
P...A...P...A...H..., dengan Inpartu kala 1II, K/U ibu dan bayi baik.
d) Kala IV
P...A...P...A...H..., dengan Inpartu kala IV, K/U ibu dan bayi baik..
Masalah obstetrik merupakan bagian dari diagnosis sehingga
penatalaksanaan masalah tersebut memerlukan upaya penyerta atau tambahan
tersendiri selain upaya korektif terhadap diagnosis kerja yang telah dibuat.
[ CITATION Placeholder2 \l 1033 ]
3. Perencenaan
Rencana asuhan atau inervensi bagi ibu bersalin dibuat dari kajian data
obyektif dan subyektif, identifikasi kebutuhan dan kesiapan asuhan atau
intervensi efektif, dan mengatur sumberdaya atau kemampuan yang dimiliki.
Menurut JNPK-KR (2012), asuhan yang dilakukan saat persalinan meliputi :
A. Kala I
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga.
Rasional : Alih informasi dari petugas diharapkan ibu dan keluarga dapat
mengetahui keadaannya.
2. Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin bila ibu ingin berkemih.
Rasional :Mengosongkan kandung kemih dapat mempercepat penurunan
kepala dan memberikan rasa nyaman pada ibu.
3. Observasi tanda-tanda vital, HIS, dan pantau DJJ janin.
Rasional: Sebagai parameter kemajuan persalinan dan untuk mendeteksi
adanya kelainan.
4. Sarankan ibu untuk mengurangi rasa nyeri dengan cara:
a. Ajarkan ibu teknik relaksasi.
Rasional : Mengurangi rasa sakit saat kontraksi datang.
b. Ajarkan teknik bernafas panjang dengan cara menarik nafas
panjangkemudian dilepaskan dengan cara meniup udara keluar saat
terasa kontraksi.
Rasional: Mengurangi rasa nyeri serta menghindari mengejan agar jalan
lahir tidak bengkak.
5. Ajarkan ibu untuk melakukan penekanan pada lutut.
Rasional: Dengan menekan lutut dapat mengurangi ketegangan pada
ligamen sakroilliaca.
6. Sarankan ibu untuk berjalan-jalan dengan didampingi seseorang untuk
menemani.
Rasional: Mengalihkan sementara rasa nyeri ibu dengan jalan-
jalan.Sarankan ibu untuk miring ke kiri agar aliran darah menjadi lancar
dan penurunan kepala lebih cepat.
7. Sarankan ibu untuk tetap makan dan minum selama proses persalinan.
Rasional: Pemenuhan kebutuhan nutrisi, energi, dan mencegah dehidrasi.
8. Jelaskan kepada ibu pengenalan tanda bahaya kala I yaitu : riwayat bedah
Caesar, perdarahan pervaginam selain dari lendir bercampur darah,
kehamilan <37minggu, ketuban pecah disertai dengan keluarnya
mekonium, ketuban sudah pecah >24 jam, tanda-tanda gejala infeksi,
tanda-tanda pre-eklamsi, gerakan janin berkurang.
Rasional: Ibu dapat segera melapor jika terdapat tanda bahaya, sehingga
mendapatkan penanganan segera.
9. Mempersiapkan rujukan jika terjadi penyulit.
Rasional: Mencegah keterlambatan untuk merujuk ke fasilitas kesehatan
yang sesuai jika terjadi penyulit.
B. Kala II
1. Jelaskanhasilpemeriksaankepadaibu
Rasional :Alih informasi dari petugas di harapkan ibu dan keluarga dapat
mengetahui keadaannya.
2. Bantu ibu memilih posisi yang nyaman saat meneran.
Rasional: posisi yang nyaman dapat membantu ibu dalam mengejan
3. Anjurkan ibu hanya meneran apabila ada dorongan kuat untuk meneran.
Rasional: kekuatan kontraksi dan mengejan akan mendorong bagian
terendah janin.
4. Anjurkan ibu beristirahat diantara kontraksi.
Rasional: tenaga akan berkurang dan jalan lahir bisa membengkak.
5. Anjurkan ibu untuk minum selama proses persalinan kala II
Rasional: asupan minuman menambah energi bagi ibu saat persalinan.
6. Lakukan pemantauan DJJ.
Rasional: deteksi dini adanya stress pada janin.
7. Lakukan pertolongan persalinan sesuai APN.
Rasional: mengenali gejala dan tanda kala II, menyiapkan pertolongan
persalinan, memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik,
menyiapkan ibu dna keluarga untuk membantu proses bimbingan meneran,
persiapan pertolongan kelahiran bayi dan penanganan bayi baru lahir
(JNPK-KR, 2017).
C. Kala III
1. Jelaskanhasilpemeriksaanpadaibudankeluarga
Rasional: Alih informasi dari petugas di harapkan ibu dan keluarga dapat
mengetahui keadaanya.
2. Lakukan injeksi oksitosin 10 unit secara intramuskuler.
Rasional: pemberian injeksi oksitosin akan menyebabkan uterus
berkontraksi dengan kuat dan efektif guna membantu pelepasan plasenta
dan mengurangi kehilangan darah.
3. Pantau adanya tanda pelepasan plasenta
Rasional: pemantauan tanda pelepasan plasenta untuk memastikan tidak
terjadinya plasenta akreta .
4. Lakukan pengeluaran plasenta sesuai APN.
Rasional: dengan melepaskan dan melahirkan plasenta sesuai APN agar
tidak terjadinya perdarahan serta mencegah terjadinya inversio uteri
(JNPK-KR, 2017).
D. Kala IV
1. Jelaskanhasilpemerikaanpadaibudankeluarga
Rasional:alih informasi dari petugas di harapkan ibu dan keluarga dapat
mengetahui keadaannya
2. Anjurkan masasse uterus dan evaluasi tinggi fundus uteri.
Rasional: dengan melakukan masase fundus uteri akan merangsang
terjadinya kontraksi
3. Ajarkan ibu dan keluarga melakukan masase fundus uteri
Rasional: mencegah terjadinya perdarahan dan atonia uteri
4. Evaluasi keadaan umum ibu.
Rasional: deteksi dini adanya komplikasi
5. Lakukan dokumentasi semua asuhan dan temuan persalinan kala IV.
Rasional: alat bukti dilakukan asuhan persalinan.
4. Pelaksanaan
Menurut JNPK-KR (2017), asuhan yang dilakukan saat persalinan meliputi :
1) Kala I
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga.
2. Mnyarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin bila ibu ingin
berkemih.
3. Mengobservasi tanda-tanda vital, HIS, dan pantau DJJ janin.
4. Menyarankan ibu untuk mengurangi rasa nyeri dengan cara:
a. Menganjarkan pada ibu teknik relaksasi.
b. Mengajarkan teknik bernafas panjang dengan cara menarik napas
panjang kemudian dilepaskan dengan cara meniup udara keluar saat
terasa kontraksi.
5. Mengajarkan ibu untuk melakukan penekanan pada lutut.
6. Menyarankan ibu untuk berjalan-jalan dengan didampingi seseorang
untuk menemani.
7. Menyarankan ibu untuk tetap makan dan minum selama proses
persalinan.
8. Menjelaskan kepada ibu pengenalan tanda bahaya kala I yaitu : riwayat
bedah caesar, perdarahan pervaginam selain dari lendir bercampur darah,
kehamilan <37minggu, ketuban pecah disertai dengan keluarnya
mekonium, ketuban sudah pecah >24 jam, tanda-tanda gejala infeksi,
tanda-tanda pre-eklamsi, gerakan janin berkurang.
9. Mempersiapkan rujukan jika terjadi penyulit.
A. Kala II
1) Membantu ibu memilih posisi yang nyaman saat meneran.
2) Menganjurkan ibu hanya meneran apabila ada dorongan kuat untuk
meneran.
3) Menganjurkan ibu beristirahat diantara kontraksi.
4) Menganjurkan ibu untuk minum selama proses persalinan kala II
5) Melakukan pemantauan DJJ.Normalnya 120 – 160 kali/menit
6) Melakukan pertolongan persalinan sesuai APN. Menggunakan 60
langkah
a) Mengatur posisi ibu senyaman mungkin
b) Membimbing ibu meneran
c) Melahirkan kepala
d) Periksa adakah lilitan tali pusat
e) Melahirkan bahu
f) Melahirkan seluruh tubuh bayi
g) Memotong tali pusat
h) Melakukan IMD
B. Kala III
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
2. Melakukan injeksi oksitosin 10 unit secara intramuskuler di bagian
sepertiga paha bagian luar otot vestus lateralis
3. Memantau adanya tanda pelepasan plasenta seperti uterus globuler,
semburan darah dan tali pusat bertambah panjang.
4. Melahirkan plasenta dengan pegang plasenta dan putar plasenta searah
jarum jam hingga plasenta lahir
5. Melakukan massase fundus uteri untuk melihat kontraksi uterus, terasa
keras atau lembek selama 15x dalam waktu 15 detik
6. Memeriksa robekan jalan perineum derajat 1 ( kulit perineum) derajat II
(kulit perineum sampai otot) derajat III kulit perineum, otot, sampai
spinter ani eksterna) derajat IV ( kulit perineum, otot, spinter ani,
eksterna sampai dinding rectum anterior)
7. Melakukan heceting perineum jika terjadi ruptur atau telah dilakukan
episiotomy dengan teknik jelujur
8. Melakukan perkiraan perdarahan yang keluar, dengan melihat darah yang
keluar, normalnya<500 cc
C. Kala IV
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
2. Mengajarkan ibu dan keluarga melakukan masasse uterus secara mandiri
selama 15x dalam 15 detik, supaya involusi uterus berjalan dengan baik
3. Menjelaskan tanda bahaya post partum seperti demam tinggi, depresi,
infeksipost partum, lochea yang berbau busuk, pusing, penglihatan kabur,
penyulit dalam menyusui.
4. Memberikan HE tentang mobilisasi dini 2 jam secara bertahap, istirahat
saat bayi tidur, nutrisi yang seimbang dan bergizi, personal hygiene yaitu
sering mengganti pembalut jika sudah penuh.
5. Memotivasi ibu untuk tetap memberikan ASI ekslusif kepada bayinya
6. Memantau keadaan ibu setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30
menit pada jam kedua, Meliputi TTV, kontraksi uterus dan kandung
kemih.
7. Melakukan dokumentasi semua asuhan dan temuan persalinan kala IV.
5. Evaluasi
1) Kala I
a. Ibu mengerti kondisinya saat ini
b. Ibu bersedia untuk berkemih sesering mungkin bila merasa ingin
berkemih
c. Ibu bersedia diperiksa petugas kesehatan
d. Ibu bersedia melakukan anjuran dalam mengurangi rasa nyeri selama
proses persalinan
e. Ibu bersedia untuk melakukan penekanan pada lutut
f. Ibu bersedia untuk berjalan-jalan dengan didampingi seseorang untuk
menemani.
g. Ibu bersedia untuk tetap makan dan minum selama proses persalinan
h. Ibu mengerti dan memahami tanda bahaya kala I
2) Kala II
a. Ibu dan keluarga mengerti kondisinya saat ini
b. Ibu memilih posisi litotomi, yaitu posisi dengan mengangkat kedua kaki
ke atas
c. Ibu siap meneran apabila ada dorongan kuat untuk meneran.
d. Ibu bersedia beristirahat diantara kontraksi
e. Ibu bersedia untuk minum selama proses persalinan
f. Ibu bersedia diperiksa oleh petugas kesehatan
g. Pertolongan persalinan sesuai APN sudah dilakukan.
3) Kala III
a. Ibu dan kelurga mengerti keadaannya saat ini
b. Ibu telah di berikan injeksi oksitosin 10 unit secara intramuskuler
c. Peregangan tali pusat terkendali telah dilakukan
d. Pengeluaran plasenta sudah dilakukan sesuai dengan APN
e. Masase fundus uteri telah dilakukan 15 kali selama 15 detik
4) Kala IV
a. Ibu dan keluarga telah mengetahui keadaanya saat ini
b. Masase fundus uteri telah dilakukan
c. Evaluasi adanya perdarahan dan robekan perineum
d. Perdarahan yang keluar <500cc
e. Mengevaluasi keadaan umum ibu setiap 15 menit pada jam pertama dan
setiap 30 menit pada jam kedua sudah dilakukan
f. Mendokumentasikan hasil tindakan sudah dilakukan
2.3 Nifas
2.3.1 Konsep Dasar Masa Nifas
A. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (peurperium) dimaknai sebagai periode pemulihan
segera setelah lahirnya bayidan plasenta serta mencerminkan keadaan
sebelum hamil. Periode ini berlangsung enam minggu atau berakhir saat
kembalinya kesuburan. (Coad dan Dunstall, 2006)
Masa nifas adalah keluarnya darah dari jalan lahir setelah hasil
konsepsi dilahirkan yaitu antara 40-60 hari (Poerwadarminta, 2007).
Masa nifas (peurperium) adalah masa yang dimulai dari beberapa
jam setelah plasenta lahir dan selesai selama kira-kira 6 minggu saat alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. (Saifuddin, 2009)
Dengan demikian dapat diartikan bahwa masa nifas adalah masa
yang dilalui oleh seorang perempuan dimulai setelah melahirkan hasil
konsepsi (bayi dan plasenta) dan berakhir hingga 6 minggu setelah
melahirkan.
B. Fisiologi Masa Nifas
Pengawasan masa nifas penting dilakukan secara cermat terhadap
perubahan fisiologis masa nifas dan mengenali tanda-tanda keadaan
patologis pada tiap tahapannya. Kembalinya sistem reproduksi pada masa
nifas dibagi menjadi tiga tahap, yaitu sebagai berikut.
1. Puerperium dini
Beberapa jam setelah persalinan, ibu dianjurkan segera bergerak dan
mturun dari tempat tidur. Hal ini bermanfaat mengurangi komplikasi
kandung kemih dan konstipasi, menurunkan frekuensi trombosis dan
emboli paru pada masa nifas (Cuningham, 2005).
2. Puerperium intermedial
Suatu masa yakni kepulihan menyeluruh dari organ-organ reproduksi
internal maupun eksternal selama kurang lebih 6-8 minggu.
3. Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan
sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu persalinan
mengalami komplikasi. Rentang waktu remote puerperium setiap ibu
akan berbeda, bergantung pada berat ringannya komplikasi yang
dialami ibu hamil dan persalinan. Waktu sehat sempurna dapat
berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan.
2.3.2 Konsep Asuhan Kebidanan Masa Nifas
1. Pengkajian
A. Data Subjektif
1) Biodata
a. Nama: untuk mengidentifikasi klien.
b. Pekerjaan: untuk menentukan jenis pengobatan yang akan
diberikan diberikan.
c. Umur Ibu: untuk menentukan Prognosa.
d. Agama: untuk menentukan jenis bimbingan doa sesuai dengan
agama dan kepercayaan ibu.
e. Suku/bangsa: untuk mengetahui jenis adat dan kebiasaan ibu sesuai
suku dan bangsanya.
f. Alamat: untuk data saat bidan melakukan kunjungan rumah
[ CITATION Ris15 \l 1033 ]
2) Alasan Kunjungan
Dalam kebijakan program nasional paling sedikit 4x
kujungan dalam masa nifas, yaitu :
1. Kunjungan 1 : 6-8 jam setelah melahirkan
2. Kunjungan 2 : 6 hari setelah melahirkan
3. Kunjungan 3 : 2 minggu setelah melahirkan
4. Kunjungan 4 : 6 minggu setelah melahirkan
(Kementrian Kesehatan RI, 2018)
3) Keluhan Utama
Untuk mengetahui keluhan dan ketidaknyamanan yang
mungkin sering dirasakan pada ibu nifas, yaitu :
1) Inkontinensia Urin
Pada awal masa nifas terjadi proses diuresis
berat dimana jumlah urin yang dihasilkan
mencapai 3000 cc/hari atau sejumlah 500-1000
cc untuk setiap kali berkemih. Ibu harus
berkemih maksimal setiap 6-8 jam.
2) Inkontinesia Feses atau Konstipasi
Penyebab konstipasi antara lain lemahnya
gerakan peristaltik, persalinan dengan bedah
(anesthesi), adanya laserasi perineum dan
asupan makanan rendah serat.
3) After Birth Pains
Disebabkan oleh kontraksi dan relaksasi uterus
yang terus menerus.
4) Keringat berlebih
Hal ini disebabkan oleh peningkatan cairan
intersisial selama kehamilan.
5) Bendungan ASI
Disebabkan oleh penumpukan air susu,
tersumbat dan meningkatnya pembulu darah,
serta pembuluh lympha. Biasanya timbul adanya
rasa berat dan nyeri, ukuran payudara
membesar, kulit terlihat kencang, mengkilat dan
kemerahan, teraba hangat atau panas, pembulu
darah terlihat jelas, payudara sensitif, nyeri,
berdenyut, payudara terasa kaku, penuh dan
berat namun tidak terjadi peningkatan suhu
tubuh karena bukan merupakan proses
inflamasi.
6) Nyeri perineum
Disebabkan oleh laserasi atau episiotomi dan
jahitan.
7) Haemoroid
Jika haemoroid ada sejak kehamilan maka akan
menjadi semakin membesar akibat persalinan.
(Wahyu Puji A, 2016)
4) Riwayat Kesehatan/ Penyakit yang Pernah Diderita
e) Riwayat Kesehatan Ibu
Riwayat medis/ penyakit yang pernah dialami ibu perlu dikaji, yaitu:
Penyakit menahun seperti jantung dan ginjal, hal ini perlu dikaji
karena pada penyakit jantung dalam kehamilan, dapat mengurangi
cadangan kekuatan jantung sehingga dapat terjadi keadaan payah
jantung. Menurut Mochtar (1998), filtrasi glomerolus akan
berkurang karena aliran darah ke ginjal menurun. Hal ini
menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerolus menurun, sebagai
akibatnya terjadilah retensi garam dalam air. Filtrasi glomerolus
dapat turun hingga 50% dari normal sehingga pada kehamilan lanjut
dapat terjadi oliguria dan anuria. [ CITATION Tat12 \l 1033 ]
Penyakit menurun seperti hipertensi, diabetes, asma, hal ini perlu
dikaji karena berisiko menurunkan dari ibu ke bayi.
Penyakit menular, seperti HbsAg, HIV/AIDS, TBC, IMS, penyakit
ini perlu dikaji karena dapat menularkan virus pada bayi saat
melahirkan melalui kontak darah ibu yang terinfeksi. Jika penyakit
tersebut tidak di pantau dapat menimbulkan abortus, prematur, dan
IUFD. Dan diperlukan intervensi khusus pada pasien dengan
penyakit tersebut.
[ CITATION Hel06 \l 1033 ]
f) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ditanyakan untuk mengetahui adanya resiko penyakit menular atau
diturunkan, kelainan-kelainan dalam genetik[ CITATION Muf17 \l
1033 ].
5) Riwayat Obstetri yang Lalu
Perlu dikaji untuk mengetahui riwayat kehamilan sebelumnya misalnya
adanya komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, faktor resiko
diantaranya:
f) Hamil, tujuan dikaji adalah sebuah alat ukur statistik dalam studi
epidemiologi berdasarkan kemungkinan terjadinya suatu keadaan
gawat darurat obstetrik yang tidak diinginkan pada masa mendatang
(Umah, 2015) ada atau tidaknya penyakit, upaya mengatasi penyakit
tersebut, usia kehamilan.
g) Persalinan, dikaji karena komplikasi persalinan dapat diartikan
sebagai suatu keadaan yang mengancam jiwa ibu ataupun janin
karena gangguan sebagai akibat langsung dari proses persalinan
(Basu et al ., 2014). penyulit dalam persalinan, cara persalinan, siapa
yang menolong.
h) Penyulit-penyulit dalam masa nifas dan Meneteki
i) Anak, dikaji untuk mengetahui BB lahir, BP lahir, jenis kelamin,
hidup umur, mati umur
j) Kb, kontrasepsi yang digunakan ibu sebelum hamil.
(Matondang, 2009)
Tabel 2.13. Pengkajian Riwayat Obstetri
K
Persalinan Nifas Anak
Hami B
l Umur Komplikasi
Tgl Jeni Menetek H/
Ke Kehamila Penolong Penyulit BB PB JK
Lahir s Ibu Bayi i M
n
1 6-8 jam
Setinggi pusat, 2 jari 1000
setelah
dibawah pusat gram
melahirkan
3 2 minggu
Tidak teraba diatas
setelah 350 gram
simpisi
melahirkan
2. Pola eliminasi
Proses pengeluaran defekasi dan urin terjadi 24
jam pertama setelah lahir, konsistensinya agak
lembek, berwarna hitam kehijauan, selain itu
diperiksa juga urin yang normalnya berwarna
kuning.
3. Pola istirahat
Pola tidur normal bayi baru lahir ialah 14-18
jam/hari.
(Jenny J.S Sondakh, 2013
2. Data Objektif
1. Keadaan umum
Keadaan umum bayi dimulai 1 menit setelah ahir dengan
penggunaan nilai apgar, penilaian ini perlu untuk
mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak.
setiap penilaian di beri angka 0,1 dan 2
2. Kesadaran
Rentang normal tingkat kesadaran BBL adalah mulai dari
diam hingga sadar penuh dan dapat ditenangkan jika
rewel.[ CITATION Waf10 \l 1033 ]
3. Pemeriksaan tanda –tanda vital
a) Suhu
Suhu aksila normal pada 36,5 oC-37,5oC.
b) Nadi
Denyut nadi BBL normal antara 100-160 kali/menit.
c) Pernafasan
Pernafasan bayi baru lahir normal 30-60 kali/menit
tanpa retraksi dada dan tanpa suara merintih pada fase
ekspirasi.
[ CITATION Waf10 \l 1033 ]
4. Pemeriksaan Antropometri
a) Berat badan
Berat badan bayi baru lahir normal antara 2.500 – 4000
gram. [ CITATION Waf10 \l 1033 ]
b) Tinggi badan
Tinggi badan bayi baru lahir normal antara 48 – 52 cm.
1) SOB (Sub Occipito Frontalis) : 32 cm
2) FO (Fronto Occipitalis) : 34 cm
3) MO (Sirkumferensia Mento Occipitalis) : 35
cm
c) Lingkar dada
Lingkar dada bayi baru lahir normal 30,5 – 33 cm
d) Lingkar lengan atas
Lingkar lengan atas normalnya 10-11 cm
5. Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Dikaji ubun-ubun besar, ubun-ubun keil, sutura, molase,
caput succedaneum, cephalhematoma, hidrocefalus.
[ CITATION Waf10 \l 1033 ]
b) Muka
Periksa tanda paralisis pada wajah bayi. Pemeriksaan
ini dilakukan dengan menilai wajah asimetris atau tidak.
[ CITATION Nao16 \l 1033 ]
c) Mata
Dikaji keluar nanah atau tidak, bengkak pada kelopak
mata, perdarahan sub konjungtiva dan kesimetrisan.
d) Hidung
Dikaji lubang simetris, bersih, tidak ada sekret dan
adanya palatoskisis.
e) Mulut
Dikaji pada mulut bayi meliputi, labioskisis/palatoskisis,
adanya trush atau tidak, sianosis, dan mukosa bibir,
kering/lembab.
f) Telinga
Dikaji pada neonatus cukup bulan telah terbentuk
tulang rawan, dan apakah telinga simetris dengan mata
dan kepala.
[ CITATION Waf10 \l 1033 ]
g) Leher
Dikaji pada leher bayi apakah ada pembengkakan dan
masa abnor- mal pada kelenjar thyroid dan limfe.
[ CITATION Waf10 \l 1033 ]
h) Dada
Dikaji pada bayi meliputi bentuk dada : funnel chest,
pigeon chest, barrel chest. Puting susu, bentuk dada
normal silindris.[ CITATION Waf10 \l 1033 ]
i) Abdomen
Bentuk, penonjolan sekitar tali pusat pada saat
menangis, perdara- han tali pusat, adanya masa
abnormal atau tidak.
j) Punggung
Periksa punggung, apakah ada spina bivida atau
meningokel.
[ CITATION Waf10 \l 1033 ]
k) Kelamin
Kelamin laki-laki: testis berada dalam skrotum, penis
berlubang dan berada di ujung penis.
Kelamin perampuan: vagina dan uretra berlubang labia
mayora menutup labia minora
l) Anus
Anus berlubang atau tidak, sfingter ani berfungsi.
m) Extremitas atas dan bawah
Gerakan aktif, tidak sidaktili atau polidaktili
n) Refleks pada bayi baru lahir
Reflex rooting (mencari putting susu dengan
rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut)
Reflex sucking (isap dan menelan)
Reflex morro (gerakan memeluk jika dikagetkan)
Reflex graps (menggenggam)
[ CITATION viv10 \l 1033 ]
B. Interpretasi Data
Melakukan identifikasi yang benar terhadap diagnose
masalah dan kebutuhan bayi baru lahir berdasarkan data
yang dikumpulkan pada langkah awal.
Diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek
kebidanan yaitu :
Bayi baru lahir normal, umur.........jam/hari k/u bayi
dalam keadaan normal
C. Perencanaan
1) Lakukan informed consent untuk memberikan vit k, salep mata dan
Imunisasi Hb0
Rasional : informed consent sebagai bukti tanggung jawab dan tanggung
gugat.
2) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
Rasional : cuci tangan merupakan prosedur pencegahan kontaminasi
silang.
3) Beri identitas bayi
Rasional : identitas merupakan cara yang tepat untuk menghindari
kekeliruan.
4) Bungkus bayi dengan kain kering yang lembut.
Rasional : membungkus bayi merupakan cara mencegah hipotermi.
5) Rawat tali pusat dengan cara membungkus dengan kasa.
Rasional : dengan membungkus tali pusat dengan kassa dapat mecegah
bakteri yang masuk sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi.
6) Ukur suhu tubuh bayi, denyut jantung dan respirasi setiap jam.
Rasional : deteksi dini terhadap terjadinya komplikasi.
7) Sarankan ibu untuk memberikan ASI eksklusif.
Rasional : ASI adalah makanan terbaik bayi untuk tumbuh kembang dan
pertahanan tubuh/ kebutuhan nutrisi 60 cc/kg/hari.
8) Sarankan ibu cara menyusui yang benar, maka bayi akan merasa nyaman
dan tidak tersedak.
Rasional : dengan posisi menyusui yang benar maka bayi akan merasa
nyamandan tidak tersedak.
D. Pelaksanaan
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh dalam
langkah kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman.
Realisasi dari perencanaan dapat dilakukan oleh bidan,
pasien atau anggota keluarga yang lain. Jika bidan tidak
melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab
atas terlaksananya seluruh perencanaan (Sulistyowati,
2011).
E. Evaluasi
Tujuan dilakukan evaluasi asuhan kebidanan pada neonatus, yaitu untuk
mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan kebidanan yang dilakukan
pada neonatus, efektif jika sesuai dengan kriteria hasil
Apakah hari pertama Haid Terakhir 7 hari yang lalu atau lebih
Apakah anda menyusui dan kurang dari 6 minggu
pascabersalin1,2
Apakah mengalami perdarahan/ perdarahan bercak antara haid
setelah senggama
Apakah pernah ikterus pada kulit atau mata
Apakah pernah nyeri kepala hebat atau gangguan visual
Apakah pernah nyeri hebat pada betis, paha, dada, atau
tungkai bengkak
Apakah pernah tekanan darah di atas 160mmHg atau
90mmHg
Apakah ada massa atau benjolan pada payudara
Apakah anda sedang minum obat-obatan anti kejang3
AKDR Ya Tidak
Apakah hari pertama Haid Terakhir 7 hari yang lalu
Apakah klien atau pasangan memiliki pasangan seks lain
Apakah pernah mengalami infeksi menular seksual (IMS)
Apakah pernah mengalami penyakit radang panggul atau
kehamilan ektopik
Apakah pernah mengalami haid banyak (lebih 1-2 pembalut
tiap 4 jam)
Apakah pernah mengalami haid lama (lebih dari 8 hari)
Apakah pernah mengalami dismenorea berat yang
membutuhkan analgetika/ istirahat baring
Apakah pernah mengalami perdarahan/ perdarahan bercak
antara haid atau setelah senggama
Apakah pernah mengalami gejala penyakit jantung valvular
atau konginetal
5.1.2 Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana (KB)
5.1.3 Langkah- Langkah
1.Pengkajian
1. Subyektif
Pada langkah ini pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa tentang
keluhan pasien dan pengetahuan pasien tentang KB serta pilihan metode
kontrasepsi yang diinginkan pasien dalam hal ini dikumpulkan data dari pasien
sebagai pendukung data objektif penapisan klien.
2. Obyektif
Untuk menegakkan pemeriksaan khusus, pemeriksaan tergantung penapisan
kontraindikasi jenis kontrasepsi yang dipilih.Setelah mendapatkan data
subjektif , kita melakukan pengambilan data objektif melalui:
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum: untuk mengetahui keadaan ibu sekarang apakah
baik/tidak.
b) Tanda-tanda Vital (TTV):
Tekanan darah: untuk mengetahui apakah ibu mempunyai tekanan darah
tinggi/hipertensi atau pada batas normal 90/60 sampai 130/90 mmHg.
Nadi: normal nadi 60-100 kali/menit. Pernafasan: untuk mengetahui
apakah ibu sesak nafas atau tidak normalnya 20-24 kali/menit. Suhu:
untuk mengetahu suhu normal 36,50C-37,50C.
c) Pemeriksaan Fisik:
1. Muka : untuk mengetahui apakah ada odema/tidak, pucat atau tidak
(anemia).
2. Payudara : untuk mengetahui apakah ada benjolan atau tidak (kanker
payudara), ada pengeluaran ASI atau tidak.
3. Abdomen: untuk mengetahui pembesaran perut, apakah ibu sedang
hamil atau tidak, dilakukan pemeriksaan leopold. Ada nyeri saat tekan
atau tidak (penyakit hati akut).
4. Genetalia : untuk mengetahui apakah ada pengeluaran pervaginam
atau tidak, ada pembesaran kelenjar bartholini atau tidak, nyeri saat
digoyang atau tidak, adakah tumor di jalan lahir atau tidak.
2) Pemeriksaan penunjang
Beberapa pemeriksaan laboratorium harus dilakukan pada calon/
akseptor KB untuk menegakkan adanya kehamilan, maupun efek
samping/ komplikasi penggunaan kontrasepsi, meliputi pemeriksaan
tes kehamilan, USG, radiologi untuk memastikan posisi IUD/Implan,
kadar Hb, kadar gula, dan lain-lain (Wafi, 2009).
D.Perencanan
Perencanaan asuhan kebidanan di tentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya. Setiap rencana asuhan harus di setujui oleh kedua belah pihak (bidan
dan pasien).Dalam asuhan yang menyeluruh harus meliputi rasional dan benar-
benar valid berdasarkan teori up to date. (Kemenkes RI, 2011).
1. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu.
Rasional: alih informasi membuat ibu tahu tentang kondisinya.
2. Jelaskan tentang KB
Rasional: KB adalah tindakan untuk menunda kehamilan,
menjarangkankehamilan dan tidak hamil.
3. Jelaskan tentang metode-metode KB.
Rasional: metode kontrasepsi dibagi menjadi metode kontrasepsi sederhana
dan modern.
4. Lakukan konseling kepada ibu.
Rasional: memberikan informasi yang membahas tentang KB yang
diinginkan ibu.
5. Lakukan penapisan untuk penentuan alat kontrasepsi.
Rasional: adakah keadaan yang membutuhkan perhatian khusus dan masalah
(diabetes atau tekanan darah tinggi) yang membutuhkan pengamatan.
6. Berikan waktu kepada ibu untuk mempertimbangkan alat kontrasepsi yang
akan digunakan.
Rasional: kontrasepsi yang diinginkan dapat memberikan kenyamanan dan
kepuasan begi pemakai.
7. Berikan informed consent kepada ibu tentang pemilihan alat kontrasepsi.
Rasional: sebagai dasar bahwa ibu bersedai untuk dilakukan pemasangan atau
pemberian kontrasepsi.
8. Lakukan pemberian atau pemasangan alat kontrasepsi.
Rasional: tindakan pemberian atau pemasangan dilakukan oleh petugas
kesehatan.
9. Dokumentasikan ke dalam kartu KB dan status KB ibu.
Rasional: alat bukti telah dilakukan tindakan pemberian atau pemasangan
kontrasepsi.
10. Menganjurkan ibu untuk kontrol bila ada keluhan atau kontrol terjadwal.
Rasional: mewaspadai adanya hal yang tidak diinginkan terjadi pada ibu
E. Pelaksanaan
Tahap ini dilakukan dengan melaksanakan rencana asuhan kebidanan
secara menyeluruh yang dibatasi oleh standar asuhan kebidanan pada ibu akseptor
KB (Wildan dan Hidayat, 2008).
F. Evaluasi
Tujuan dilakukan evaluasi asuhan kebidanan pada ibu akseptor KB, yaitu
untuk mengetahui keberhasilan tindakan kebiyang dilakukan pada akseptor KB,
efektif jika sesuai dengan kriteria hasil menurut BKKBN (2013), yaitu:tidak
terjadi kehamilan tidak diinginkan, didapatkannya kehamilan yang memang
diinginkan, interval diantara kehamilan dapat diatur, waktu saat kehamilan dalam
hubungan dengan umur suami dan istri dapat terkontrol, dapat diaturnya jumlah
anak dalam keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. (2017). Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Kemenkes RI.
Kete, S. C. (2016). Pengelolaan Eko Wisata Berbasis Goa: Wisata Alam Goa
Pindul. Yogyakarta: Deepublish.
Kevin Lau . (2014). Panduan Esensial Untuk Skoliosis dan Kesehatan
Kehamilan. Kesehatan Di Tangan Anda.
Nanny, V. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Yogyakarta: Salemba
Medika.
Pitriani, R. (2015). Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal Askeb
III. Yogyakarta: Deepublish.
Wagiyo, dkk. (2016). Asuhan Keperawatan Antenatal Intranatal dan Bayi Baru
Lahir Fisiologis dan Patologis. Yogyakarta: Andi OFSET.
Yefi M dan Nyna P. (2015). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas dan
Menyusui. Jakarta: Salemba Medika.