Anda di halaman 1dari 9

FREEPORT: KEBERANIAN PEMERINTAH ATAU HANYA SEBAGAI DUSTA

POLITIK?

Oleh: Diaz Krisnayoga1

Negara Indonesia bukan satu negara untuk satu orang, bukan satu negara untuk satu
golongan walaupun golongan kaya. Tetapi kita mendirikan negara “Semua untuk semua”, “satu
untuk semua”, “semua untuk satu”

(Soekarno, 1 Juni 1945)

Pendahuluan

Sebagai bagian dari Negara Republik Indonesia (NRI), Papua merupakan pulau yang
terletak di wilayah timur Indonesia yang tentunya tak terpisahkan. Terlebih dalam konteks
sejarah Indonesia, baik dalam hal Sumber Daya Alam, maupun Politik, pulau ini memiliki cerita
yang sangat rumit. Pulau yang secara keseluruhan disebut New Guinea dan berada di sebelah
utara Australia ini merupakan pulau terbesar kedua di dunia setelah Greenland. Pulau ini terbagi
menjadi dua bagian besar di mana sebagian masuk wilayah Indonesia dikenal memiliki beberapa
nama semenjak pemerintah kolonial Hindia Belanda hingga hari ini yakni Netherlands New
Guienia, Irian Barat, Irian Jaya hingga Papua. Sementara sebagian lainnya merupakan wilayah
negara Papua Nugini2

Laksana sebuah puzzle, Papua telah melengkapi Wilayah Negara Indonesia (NRI) Sejak
Tahun 1963. Perjuangan Pembebasan Irian Barat dari cengkeraman pemerintah kolonial Belanda
tidaklah mudah karena diperlukan waktu selama bertahun-tahun melalui Amanat Tri Komando
Rakyat (Trikora)3

1
Penulis adalah mantan mahasiswa semester 2 Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, yang
sekarang telah pindah ke Fakultas Hukum Universitas Diponegoro sebagai mahasiswa semester 2
2
Norotouw, John Al. 2012. Save Our Papua: Indonesianisasi vs Papuanisasi. Jakarta: Cergas Media.
3
Luthfika, Rizka Agusniar. 2016. Indonesia Bergerak 2 (Mozaik Kebijakan Publik di Indonesia 2016) = Pergulatan
Asa di Tanah Papua: Diperjuangkan, Dilupakan dan Dirangkul Kembali. Yogyakarta: IGPA UGM, MAP UGM. Hal 257
Anugerah yang diberikan tuhan kepada Indonesia adalah kata yang tepat untuk
menggambarkan pulau papua. Banyak manfaat yang dapat diambil disana untuk
menyejahterakan rakyat secara menyeluruh. Namun kalau kita hanya berbicara Das Sollen tanpa
menyinggung Das Sein, saya rasa hal tersebut akan menjadi seperti dongeng, atau bahkan malah
seperti berutopis ria. Karena walaupun kemungkinan untuk menyejahterakan melalui papua itu
ada, namun keadaan yang sebenarnya belum tentu memungkinkan. Banyak aspek yang dapat
dijadikan pertimbangan, entah itu aspek sosiologis, yuridis, maupun politis.

Antara Papua, Pulau, Politik.

Papua sangat bisa dijadikan pusat perhatian dalam hal politis, bahkan salah satu pasangan
pilpres 2014 saat itu pun yakni pasangan Joko Widodo bersama Jusuf Kalla memulai rayuan dan
retorika politiknya dengan berujar: “Saya adalah calon presiden pertama yang kampanye di
papua” , Pada saat itu pula juga ia menyebut “Karena saya tahu matahari selalu terbit dari timur,
terbit dari Papua”. Dan pada akhirnya itu semua terbukti , pasangan tersebut memenangkan hati
rakyat papua, dengan meraih kemenangan dikedua provinsinya. Di Provinsi papua, Jokowi-Jk
memperoleh total suara 2.026.735 (72,49 persen) sementara di provinsi Papua Barat
mendapatkan jumlah suara 360.379 (67,63 persen).4

Bagaimanapun, Apapun atau siapapun yang memenangkan perhelatan kompetisi menjadi


orang nomor satu dinegeri ini, rakyat papua hanya berharap pemimpin yang terpilih dapat
membangun Papua kearah yang lebih baik menuju kesejahteraan yang telah lama mereka impi-
impikan. Problematika yang ada selama ini adalah janji politik tinggalah “Janji Kosong Tanpa
Isi”. Habis manis sepah dibuang adalah ungkapan yng dirasa cocok yang menggambarkan
praktik pemimpin maupun politisi negeri yang kerap ber-Lips Service semata. Rakyat tak
ubahnya sekedar sapi perah saat ajang pesta demokrasi lima tahunan.5

Bahwasannya negara ini dibentuk atas dasar kehendak rakyat didalamnya, lalu dengan
memberikan suatu amanah kepada salah seorang untuk nantinya memimpin negara tersebut,
suatu negara berjalan dengan kedaulatan dalam suatu pimpinan, namun lagi-lagi seseorang yang

4
Ibid., hal. 261
5
Ibid.
diberi amanah tersebut haruslah ingat bahwa dia dipilih untuk melindungi kehendak dari rakyat
yang memberikan amanah tersebut.

Salah Satu kehendak yang diimpi-impikan rakyat adalah hal kecil namun terlihat
kompleks dalam pelaksanaannya, yakni kesejahteraan. Hal tersebut tercantum dalam Pasal 33
ayat (3) Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) yang
berbunyi:

“Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”

Pada pasal diatas sudah jelas sekali bahwa peraturan tersebut dibuat berdasarkan keadaan
yang seharusnya, lalu keadaan yang seharusnya tersebut terbentuk atas kemauan rakyat. Maka
dari itu, konstitusi sudah sangat mendukung siapapun rezim yang sedang berkuasa untuk
bertindak agar memenuhi kemauan rakyat yang pada akhirnya berbentuk konstitusi ersebut.
Namun, lagi-lagi tergantung bagaimana sang rezim berkehendak. Apakah dia akan
mendengarkan suara rakyat? atau hanya sekedar angin lalu saja? Semua itu tergantung hati
nurani sang penguasa.

PT Freeport Indonesia: Sumber Pendapatan atau Sumber Masalah?

Pada sekitar tahun 1961, Presiden Soekarno gencar merevisi kontrak pengelolaan minyak
dan tambang-tambang asing di Indonesia. Minimal sebanyak 60 persen dari keuntungan
perusahaan minyak asing harus menjadi jatah rakyat Indonesia. Namun kebanyakan dari mereka,
gerah dengan peraturan itu. Akibatnya, skenario jahat para elite dunia akhirnya mulai
direncanakan terhadap kekayaan alam negeri tercinta, Indonesia6

Kalau melihat sikap yang diambil oleh Bapak besar revolusi kita itu, yang kita tahu
adalah bahwa negara kita punya kedaulatannya. Sehingga negara-negara asing hanya sebatas
kerja sama saja, bukan mengeruk keuntungan dari tanah air kita. Sedangkan setelah jatuhnya

6
https://indocropcircles.wordpress.com/2013/05/29/bongkar-konspirasi-antara-sukarno-suharo-dan-freeport/
Soekarno dengan berbagai macam interpretasi sejarah yang dilakukan, Rezim Orde Baru yang
dipimpin Soeharto sangat timpang dalam hal kebijakan. Dalam hal kebijakan luar negeri,
Presiden Soeharto jelas pro-pemodal asing. Hal ini ditandai dengan berbagai macam perusahaan
asing masuk kedalam negeri dengan dalih investasi. Salah satu contoh yang sekaligus menjadi
isu yang diangkat dalam tulisan ini adalah PT Freeport Indonesia. Untuk pertama kalinya setelah
bertahun-tahun Ir. Soekarno mempertahankan kewibawaan, kesangaran Negara Kesatuan
Republik Indonesia pada saat itu, yang salah satunya adalah memegang kuasa atas kekayaan
alam di tanah air sendiri, dengan mudah diserahkan kepada negara asing.

Yang pada akhirnya menghasilkan pendandatanganan kontrak kerja antara perusahaan


Freeport Sulphur of Delaware, AS dengan Pemerintah Indonesia yang diwakioli oleh Menteri
Pertambangan Ir. Slamet Bratanata dan Freeport oleh Robert C. Hills (Presiden Freeport
Shulpur) dan Forbes K. Wilson (Presiden Freeport Indonesia) pada Jum’at 7 April 1967
bertempat di Departemen Pertambangan7

Menurut siaran pers Freeport pada hari Selasa tanggal 21 bulan februari tahun 2012 lalu
di Jakarta, sejak pembaharuan Kontrak Karya (KK) tahun 1991, maka mulai tahun 1992 hingga
Desember 2011 total kewajiban keuangan Freeport kepada Pemerintah adalah sebesar 13,8 miliar
Dollar AS. Kalau dirupiahkan, dengan kurs rata-rata 7.500 per Dollar AS (Mengingat kalau tidak
salah tahun 1992 – 1997 kurs rupiah masih jauh di bawah 7.500 dan naik drastis pada saat
kerusuhan 1998 hingga melampaui angka 10.000 dan beberapa tahun belakangan ini cukup stabil
diangka 8 sampai 9 ribu per Dollar AS), maka total pendapatan negara dari PT. Freeport selama
20 tahun tersebut sekitar Rp100 Triliun lebih atau rata-rata Rp5 Triliun per tahun. Masih
menurut siaran pers PT Freeport tadi, 13,8 miliar Dollar AS itu terdiri atas Pajak Penghasilan
Karyawan, Pajak Daerah serta pajak-pajak lainnya 2,6 miliar Dollar AS; royalty 1,3 miliar Dollar
AS dan dividen sebesar 1,3 miliar Dollar AS. Sedangkan untuk pembangunan daerah (Papua),
selain berkontribusi melalui Pajak Daerah, PT Freeport Indonesia mengklaim telah berinvestasi
senilai kurang lebih 7,2 miliar Dollar AS pada berbagai proyek termasuk infrastruktur kota,
instalasi pembangkit listrik, bandara, pelabuhan, jalan, jembatan, sarana pembuangan limbah,
dann sistem komunikasi modern8

7
Ibid.
8
http://m.kompasiana.com/verona/inilah-kontribusi-pt-freeport-untuk-negara-dan-
papua_550e1eb7a33311b02dba7f8b
Dapat kita lihat diatas bahwa terlepas dari problema-probema yang terjadi, Freeport
hampir dapat dikatakan sebagai salah satu dari beberapa tulang punggung negara kita. Lalu inti
dari masalahnya adalah Pemerintah ingin memenuhi Pasal 33 ayat (3) Undang – Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) sekaligus menjalankan Nawacita9
dengan membuat Peraturan Pemerintah No.1 Tahun 2017 yang berisi point penting sebagai
berikut:10

1. Perubahan ketentuan tentang divestasi saham sampai dengan 51% secara bertahap.
Dalam PP No.1 Tahun 2017 pasal 97 ayat 2 dinyatakan tahapan divestasi yakni,
tahun keenam 20%, tahun ketujuh 30%, tahun kedelapan 37%, tahun kesembilan 44%
dan tahun kesepuluh 51% dari jumlah seluruh saham

2. Perubahan jangka waktu permohonan perpanjangan untuk izin usaha pertambangan (IUP)
dan izin usaha pertambangan khusus (IUPK), paling cepat 5 tahun sebelum berakhirnya
jangka waktu izin usaha

3. Pemerintah mengatur tentang harga patokan penjualan mineral dan batubara

4. Pemerintah mewajibkan pemehang kontrak karya itu untuk merubah ijinnya menjadi
rezim perijinan pertambangan khusus operasi produksi

5. Penghapusan ketentuan bahwa pemegang KK yang telah melakukan pemurnian dapat


melakukan penjualan hasil pengolahan dalam jumlah dan waktu tertentu

Peraturan Pemerintah No.1 Tahun 2017 diterbitkan dalam rangka pelaksanaan


peningkatan nilai tambah mineral logam melalui kegiatan pengolahan dan pemurnian mineral
logam sebagaimana dimaksud dalam UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara. Pemerintah terus berupaya mendorong terwujudnya pembangunan fasilitas pemurnian

9
Nawacita adalah istilah umum yang diserap dari bahasa Sanskerta, Nawa (Sembilan) dan Cita (Harapan, agenda,
keinginan). Dalam konteks perpolitikan Indonesia menjelang Pemilu Presiden 2014, istilah ini merujuk kepada visi-
misi yang dipakai oleh pasangan calon presiden/calon wakil presiden Joko Widodo/Jusuf Kalla berisi agenda
pemerintahan pasangan itu. ( https://id.m.wikipedia.org/wiki/Nawa_Cita )
10
http://esdm.go.id/index.php/post/view/Ini-Enam-Pokok-Point-Penting-PP-Nomor-1-Tahun-2017/
didalam negeri. Selain itu juga untuk memberikan manfaat yang optimal bagi negara serta
memberikan kepastian hukum dan kepastian berusaha bagi pemegang IUP Operasi Produksi,
IUPK Operasi Produksi, Kontrak Karya dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan
Batubara (SF)11
Lalu Klausul yang diajukan Pemerintah Negara Republik Indonesia berupa Izin Usaha
Pertambangan Khusus ditolak oleh PT Freeport, karena ada kewajiban dibestasi saham 51%.
Sedangkan Freeport hanya may divestasi hingga 30% dan tidak mau menyerahkan saham
mayoritas ke Indonesia. Pihak PT Freeport mengancam akan membawa masalah ini ke Arbitrase
Internasional, bila tidak ada titik temu. Pemerintah menyatakan siap menghadapi gugatan
tersebut.12
Anggota komisi VII DPR RI Adian Napitupulu menegaskan bahwa Indonesia tidaklah
menolak atau anti-Investor asing, tetapi yang diinginkan adalah sama seperti harapan semua
bangsa, yaitu berbagi dengan adil. Semua hal tersebut, menurut politisi Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan (PDIP) itu, dinilai akan menunjukan siapa sesungguhnya yang menjadi
tuan atas seluruh sumber daya alam, serta siapa yang sesungguhnya berdaulat di bawah tanah,
diatas tanah bahkan di udara Republik Indonesia. “Jika Freeport tidak mau bersikap adil setelah
48 tahun mendapatkan keistimewaan yang menguntungkan, maka tidaklah salah jika sekarang
pemerintah bersikap tegas.” Katanya.13
Sebelumnya, Menteri ESDM Ignasius jonan juga mengatakan bahwa, wacana PT
Freeport Indonesia mengajukan persoalan kontrak ke arbitrase merupakan hak. Namun tetap,
pemerintah tentunya tak ingin berselisih dengan negara manapun dalam konteks hukum. Karena
apapun hasilnya, dampak yang ditimbulkan akan selalu mengganggu relasi antar negara tersebut.
Pun dia berpendapat bawa langkah arbitrase tersebut jauh lebih baik daripada selalu
menggunakan isu pemecatan pegawai sebagai alat menekan pemerintah.14
Sementara itu, Muhammadiyah mengharapkan pemerintah mampu meredam PT Freeport
Indonesia yang dianggap arogan supaya mengikuti aturan pertambangan di Indonesia. “ Saya
berharap, Presiden melalui Menteri ESDM, Ignasius Jonan tidak kalah dan mengalah dengan

11
Ibid.
12
https://finance.detik.com/read/2017/02/21/210956/3428596/1034/luhut-sudah-saatnya-kita-kuasai-51-
sahamm-freeport
13
http://www/imcnews.id/read/pengamat-jika-freeport-tak-menghormati-uu-minerba-silahkann-keluar-dari-
indonesia
14
Ibid.
arognsi PTFI kali ini. Publik pasti mendukung penuh upaya mengembalikan sumber daya alam
Indonesia sepenuhnya untuk kepentingan rakyat Indonesia” kata Ketua Umum Pimpinan Pusat
Pemuda Muhammadiyah Danhil Anzar Simanjuntak. Menurut dia, bahkan setelah upaya
hilirisasi sesuai UU Minerba no.4 Tahun 2009 diundangkan, banyak pemegang KK belum
melaksanakannya, dan perilaku korporasi seperti ini telah mengabaikan UU yang berlaku di
Indonesia.15

Kontemplasi dan Solusi

Membincang dan membaca Indonesia tanpa melibatkan Papua merupakan sesuatu yang
jelas tak mungkin pernah ada karena Papua adalah bagian dari Indonesia. Apabila diibaratkan
tanpa Papua maka Nusantara ini tk akan pernah utuh. Berkaitan dengan hal ini, Presiden pertama
Republik Indonesia, Soekarno, pernah berujar:

“Republik adalah milik kita bersama, milik seluruh bangsa Indonesia. Repubik bukan miliknja
orang Indonesia jang berdiam di Djawa dan Sumatera sadja. Republik adalah djuga milik
saudara-saudara jang berdiam di Borneo, Sulawesi, dikepulauan Sunda Ketjil, di Maluku, di
Papua. Darah saudara-saudara ikut membasahi tanah, tatkala kita mendjelmakan Republik
ini!” (Dajoh, 1945: 205)

Menjaga keutuhan dan kesatuan negeri ini adalah sebuah keharusan. Sudah menjadi
kewajiban anak bangsa untuk turut mewujudkan dan melunasi janji kemerdekaan. Salah satunya
yaitu memajukan kesejahteraan umum di seluruh tumpah dara Indonesia tak terkecuali di Bumi
Papua. Sekedar memekikkan seruan: “NKRI harga mati” tentulah mudah. Semua orang bisa
melakukannya. Namun, turut dalam upaya dan aksi nyata dalam mewujudkan seruan tersebut

15
http://id.beritasatu.com/home/terkait-freeport-adian-napitupulu-tegakkan-amanat-uu-minerba/156751
tidaklah semudah membalik telapak tangan. Negara memang wajib memainkan peranan untuk
menghadirkan dirinya secara Omni Present (Hadir Untuk Semua.)16

Oleh karena itu, Pemerintah Negara Republik Indonesia (NRI) yang pada saat ini sedang
berkuasa, diharapkan dapat mampu menampung kemauan serta aspirasi dari rakyat secara
keseluruhan. Seperti Judul tulisan yang dicanangkan penulis, maka sebenarnya itu tak lebih dari
pertanyaan sindiran untuk pemerintah Negara Republik Indonesia (NRI) sekaligus sebagai suatu
cita-cita yang cukup fundamental, yakni keberanian. Seperti yang dikatakan oleh Niccolo
Machiavelli: “Jangan Biarkan suatu negara percaya bisa selalu mengikuti kebijakan yang
aman. Sebaliknya, biarkan negara berpikir semua meragukan. Ini terdapat pada sifat semua hal
bahwa orang tak pernah mencoba menghindari satu kesulitan tanpa lari ke kesulitan lainnya”
(The Prince, 1957: 185 – 186)

16
Luthfika, Rizka Agusniar. 2016. Indonesia Bergerak 2 (Mozaik Kebijakan Publik di Indonesia 2016) = Pergulatan
Asa di Tanah Papua: Diperjuangkan, Dilupakan dan Dirangkul Kembali. Yogyakarta: IGPA UGM, MAP UGM. Hal 270
DAFTAR PUSTAKA

- Luthfika, Rizka Agusniar. 2016. Indonesia Bergerak 2 (Mozaik Kebijakan Publik di


Indonesia 2016) = Pergulatan Asa di Tanah Papua: Diperjuangkan, Dilupakan dan
Dirangkul Kembali. Yogyakarta: IGPA UGM, MAP UGM.

- Machiavelli, Nicollo. 2015. The Prince: Sang Penguasa. Surabaya: Stomata


( Terjemahan Natalia Triaji)

- Norotouw, John Al. 2012. Save Our Papua: Indonesianisasi vs Papuanisasi. Jakarta:
Cergas Media.

- http://id.beritasatu.com/home/terkait-freeport-adian-napitupulu-tegakkan-amanat-uu-
minerba/156751

- https://finance.detik.com/read/2017/02/21/210956/3428596/1034/luhut-sudah-saatnya-
kita-kuasai-51-sahamm-freeport

- http://www/imcnews.id/read/pengamat-jika-freeport-tak-menghormati-uu-minerba-
silahkann-keluar-dari-indonesia

- https://indocropcircles.wordpress.com/2013/05/29/bongkar-konspirasi-antara-sukarno-
suharo-dan-freeport/

- https://id.m.wikipedia.org/wiki/Nawa_Cita )

- http://esdm.go.id/index.php/post/view/Ini-Enam-Pokok-Point-Penting-PP-Nomor-1-
Tahun-2017/

Anda mungkin juga menyukai