ASMA
Pembimbing :
dr. Taufiqur Rahman, Sp.A.
Disusun Oleh :
David Ari Prawira
Firda Mareta Triwandani
KATA PENGANTAR
topik “Asma”
ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
penyusunan responsi kasus ini, terutama kepada dr.Taufiqur Rahman, Sp.A selaku
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan kasus ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
Penyusun
3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................. 2
Daftar Isi........................................................................................................... 3
BAB 1. Pendahuluan......................................................................................... 4
BAB 3. Pembahasan......................................................................................... 8
BAB 4. Kesimpulan.......................................................................................... 18
Daftar Pustaka................................................................................................... 19
BAB 1
4
PENDAHULUAN
Asma adalah penyakit saluran napas kronik yang penting dan merupakan
Asma dapat bersifat ringan dan tidak mengganggu aktivitas, akan tetapi dapat
menurun akibat mangkir kerja atau sekolah, dan dapat menimbulkan disability
kualitas hidup.
diikuti dengan kemajuan penatalaksanaan asma, hal itu tampak dari data berbagai
kesakitan dan bahkan kematian karena asma. Akan tetapi juga disadari masih
National Institute of Heallth National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI)
masing.
Tujuan dari laporan kasus ini adalah untuk melaporkan dan membahas
BAB 2
5
LAPORAN KASUS
datang ke Poli anak hari senin tanggal 7 Juni 2015 pkl 10.15 diantar orang tua,
dengan keluhan batuk kering, batuk kering dirasakan sejak kecil. Tetapi 2 hari ini
batuk kering semakin sering. Keluarga pasien mengeluhkan batuk di rasakan terus
menerus dan di sertai dengan sesak. Sesak dirasakan saat batuk ngekel. Sesak
disertai dengan bunyi ngik-ngik. Hal seperti ini terjadi beulang. Sudah terjadi 5
kali ini. Keluarganya mengatakan saat terjadi serangan sering pada malam hari
tetapi tidak tahu apa yang membuat hal seperti ini. Dalam 3 bulan ini terjadi 3 kali
beraktivitas seperti biasa dan tidur seperti biasa, Mual dan muntah (-), panas
badan (-), riwayat penyakit dahulu tidak didapatkan panas badan (-). Riwayat
kejang (-). Riwayat keluarga didapatkan keluhan yang sama yaitu kakeknya.
Riwayat penyakit sosial tidak didapatkan keluhan serupa. Riwayat ASI eksusif.
Riwayat persalinan yaitu anak ketiga, lahir SC elektif, cukup bulan, langsung
menangis, BBL : 3.200 gram. Riwayat imunisasi dasar lengkap sesuai umur.
kesadaran compos mentis, GCS 456 dan kesan gizi cukup. Pada pemeriksaan vital
(pernapasan thorakoabdominal cepat dan dangkal), suhu oral 36.10C, dan SpO2
99% tanpa O2 support. Pada pemeriksaan kepala dan leher, didapatkan anemis (-),
sclera mata ikterik (-), sianosis (-), dyspneu (+), mukosa bibir kering (-),
pernapasan cuping hidung (-), meningeal sign (-), RC +/+ PBI Ф 3mm/3mm,
6
pembesaran kelenjar KGB (-). Pada pemeriksaan thoraks, didapatkan kedua dada
ekspirasi memanjang, suara napas vesicular pada kedua lapang paru. Terdapat
rhonki dan wheezing pada kedua paru. Pada pemeriksaan jantung tidak
simetris, soepel, turgor kembali cepat, liver teraba normal, lien, dan renal tidak
teraba, meteorismus (-), dan bising usus normal. Pada pemeriksaan akral teraba
Berdasarkan data di atas, didapatkan clue and cue sebagai berikut: Anak T,
perempuan, usia 9 tahun, BB aktual 21,6 kg, batuk berulang, sesak terutama
dirasakan saat batuk ngekel dan berbunyi ngik-ngik. Sudah terjadi 5 kali ini dan
sering pada malam hari tetapi tidak tahu apa yang membuat hal seperti ini. Dalam
3 bulan ini terjadi 3 kali serangan, setiap serangan kurang lebih 30 menit, diantara
serangan pasien beraktivitas seperti biasa dan tidur seperti biasa. KU: cukup,
dyspneu (RR 46x/menit), rhonki dan whezzing pada kedua lapang paru,
Berdasarkan clue and cue serta problem list, maka pasien dapat
ray, DL, spirometri, skin prick test dan uji tuberkulin. Adapun planing therapy
pada pasien ini akan di lakukan yaitu nebulasi PZ + ventolin 2cc+ bisolvon, inj.
Dexametason 10mg iv, salbutamol 2x2 mg, CTM 3x0,5 mg. .Planning monitoring
7
yang dilakukan adalah keadaan umum pasien, tanda-tanda vital (nadi, respiratory
Adapun prognosis pasien pada kasus ini adalah quo ad vitam dunia ad
juga menjelaskan kepada pasien dan orang tuanya untuk mencari dan menghindari
BAB 3
8
PEMBAHASAN
3.1 Diagnosis
sesak terutama dirasakan saat batuk ngekel dan berbunyi ngik-ngik. Sudah terjadi
5 kali ini dan sering pada malam hari tetapi tidak tahu apa yang membuat hal
seperti ini. Dalam 3 bulan ini terjadi 3 kali serangan, setiap serangan kurang lebih
30 menit, diantara serangan pasien beraktivitas seperti biasa dan tidur seperti
biasa. KU: cukup, dyspneu (RR 46x/menit), rhonki dan whezzing pada kedua
kondisi yang menyebabkan anak mengalami batuk kronik berulang, penyakit yang
paling sering menyebabkan batuk kronik berulang adalah asma atau alergi dan
terjadinya asma. Asma ialah gangguan inflamasi kronik saluran napas dengan
banyak sel yang berperan, khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit T. Pada
orang yang rentan, inflamasi ini menyebabkan episode mengi berulang, sesak
napas, rasa dada tertekan, dan batuk, khususnya pada malam atau dini hari. Gejala
ini biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan napas yang luas namun
terhadap berbagai rangsangan. Berikut ini algoritma diagnosis asma (gambar 1).
10
dan/atau batuk kronik berulang merupakan titik awal untuk menuju diagnosis.
11
Pasien ini menunjukkan batuk dan/atau mengi yang timbul secara episodik,
cenderung pada malam /dini hari (nokturnal / morning dip), musiman, setelah
aktivitas fisik, serta adanya riwayat asma dan atopi pada pasien atau keluarganya
Pada pemeriksaan penunjang, untuk anak yang sudah besar (>6 tahun)
pemeriksaan faal paru sebaiknya dilakukan. Uji fungsi paru yang sederhana
dengan peak flow meter, atau yang lebih lengkap dengan spirometer. Uji
kering dan dingin, atau dengan salin hipertonis, sangat menunjang diagnosis.
Pemeriksaan ini berguna untuk mendukung diagnosis asma anak melalui 3 cara
yaitu didapatkannya: Variabilitas pada PFR atau FEV1 >15%. Kenaikan >15%
pada PFR atau FEV1 setelah pemberian inhalasi bronkodilator. Penurunan >15%
Variabilitas adalah peningkatan dan penurunan hasil PFR dalam satu hari.
Penilaian yang baik dapat dilakukan jika pemeriksaannya berlangsung >2 minggu.
Penggunaan peak flow meter walaupun mahal merupakan hal yang penting dan
mengetahui keberhasilan tata laksana asma. Berhubung alat tersebut tidak selalu
ada, maka Lembar Catatan Harian dapat digunakan sebagai alternatif karena
mempunyai korelasi yang baik dengan faal paru. Lembar Catatan Harian dapat
digunakan dengan atau tanpa pemeriksaan PFR. Pada pasien ini belum dilakukan
Jika gejala dan tanda asmanya jelas, serta respons terhadap pengobatan
baik sekali maka tidak perlu pemeriksaan diagnostik lebih lanjut. Namun bila
respons terhadap obat asma tidak baik maka perlu dinilai dahulu apakah dosisnya
sudah adekuat, cara dan waktu pemberiannya sudah benar, serta ketaatan pasien
baik, sebelum melanjutkan pengobatan dengan obat yang lebih poten. Bila semua
aspek tersebut sudah baik dan benar maka perlu dipikirkan kemungkinan bukan
asma.
progresif dari gejala-gejala batuk, sesak napas, mengi, rasa dada tertekan atau
gagalnya penanganan asma jangka panjang, atau adanya pajanan dengan pencetus.
Derajat serangan asma bisa mulai dari serangan ringan hingga serangan berat yang
penggunaan steroid sistemik (belum lama atau baru lepas), kunjungan ke IGD
atau rawatan RS karena asma dalam setahun terakhir, tidak teratur berobat sesuai
rencana, berkurangnya persepsi tentang sesak napas, dan penyakit psikiatrik atau
masalah psikososial.
terjadinya kekambuhan.
Serangan ringan
selama 1-2 jam, jika respons tersebut bertahan, pasien dapat dipulangkan. Pasien
dibekali obat beta-agonis (hirupan atau oral) yang diberikan tiap 4-6 jam. Jika
14
pencetus serangannya adalah infeksi virus, dapat ditambahkan steroid oral jangka
pendek (3-5 hari). Pasien kemudian dianjurkan kontrol ke Klinik Rawat Jalan
dalam waktu 24-48 jam untuk reevaluasi tatalaksananya. Selain itu jika sebelum
serangan pasien sudah mendapat obat pengendali, obat tersebut diteruskan hingga
reevaluasi di Klinik Rawat Jalan. Namun jika setelah observasi 2 jam gejala
Serangan sedang
Jika dengan pemberian nebulisasi dua atau tiga kali, pasien hanya
serangannya sedang. Untuk itu perlu dinilai ulang derajatnya sesuai pedoman di
tidak diperlukan, namun untuk persiapan keadaan darurat, maka sejak di IGD
Serangan berat
respons (poor response), yaitu gejala dan tanda serangan masih ada (penilaian
ulang sesuai pedoman), maka pasien harus dirawat di Ruang Rawat Inap. Oksigen
2-4L/menit diberikan sejak awal termasuk saat nebulisasi. Pasang jalur parenteral
dan lakukan foto toraks. Jika sejak penilaian awal pasien mengalami serangan
antikolinergik.
napas, pasien harus langsung dirawat di Ruang Rawat Intensif. Untuk pasien
15
dengan serangan berat dan ancaman henti napas, langsung dibuat foto rontgen
memberikan perbaikan bermakna, anak sudah tidak sesak lagi. Maka, pasien ini
dapat digolongkan termasuk serangan ringan. Secara rinci, diagnosis pada kasus
3.2 Penatalaksanaan
Tujuan tata laksana asma anak secara umum adalah untuk menjamin
tercapainya potensi tumbuh kembang anak secara optimal. Secara lebih rinci
tujuan yang ingin dicapai adalah: pasien dapat menjalani aktivitas normal seorang
sekolah, gejala tidak timbul siang ataupun malam hari, uji fungsi paru normal,
tidak ada variasi diurnal yang mencolok pada PEF, kebutuhan obat seminimal
mungkin, kurang dari sekali dalam dua tiga hari dan tidak ada serangan, efek
samping obat dapat dicegah agar tidak atau sesedikit mungkin timbul, terutama
cukup diobati dengan bronkodilator beta-agonis hirupan kerja pendek bila perlu
saja, yaitu jika ada gejala/serangan Anjuran ini tidak mudah dilakukan berhubung
obat tersebut mahal dan tidak selalu tersedia di semua daerah. Di samping itu
pemakaian obat hirupan (metered dose inhaler) memerlukan pelatihan yang benar
(untuk anak besar), dan membutuhkan alat bantu (untuk anak kecil/bayi) yang
juga tidak selalu ada dan mahal harganya. Bila obat hirupan tidak ada/tidak dapat
16
oral tunggal dengan dosis besar seringkali menimbulkan efek samping berupa
palpitasi. Hal ini dapat dikurangi dengan mengurangi dosisnya serta dikombinasi
dengan teofilin.
merupakan tabel jenis obat asma yang beredar di Indonesia (Tabel 3).
Pada kasus ini, pasien diberikan terapi berupa nebulasi PZ + ventolin 2cc+
bisolvon, inj. Dexametason 10mg iv, salbutamol 2x2mg, CTM 3x0,5mg. Terapi
Anak dengan diagnosis asma episodik jarang (asma ringan). Terapi utama pada
asma episodik jarang adalah pemberian obat pereda berupa beta agonis atau tofilin
18
(hirupan atau oral). Sedangkan nebulasi bisolvon sebagai mukolitik dan oral CTM
Internasional III dan juga Konsensus Nasional tidak mengajurkan pemberian anti-
inflamasi untuk asma ringan. Pemberian anti inflamasi baru diberikan jika
beserta jenis obatnya, maka berikutnya adalah memikirkan cara pemberian obat.
Cara pemberian obat asma harus disesuaikan dengan umur anak karena perbedaan
dipertimbangkan. Lebih dari 50% anak asma tidak dapat memakai alat hirupan
biasa (metered dose inhaler). Perlu dilakukan pelatihan yang benar dan berulang
Pada pasien ini, cara penggunaan alat inhalasi yang tepat adalah bisa
dengan nebulizer, MDI, alat hirupan bubuk, dan autohaler. Pada kasus ini, pasien
menggunakan alat inhalasi nebulizer, dimana alat tersebut sudah sesuai dengan
BAB 4
KESIMPULAN
asma episodik jarang (asma ringan) . Setelah mendapatkan tata laksana yang tepat
waktu berobat ke poli, akhirnya keadaan pasien dapat kembali membaik.. Harus
rutin kontrol tiap bulan atau bila saat serangan mendadak segera ke rumah sakit.
Pada umumnya, prognosis pada anak baik. Harus segera menemukan faktor
mengetahui dengan pasti riwayat atopi, sehingga faktor pencetus dapat di hindari
DAFTAR PUSTAKA
Karen J. Mardante,, 2014, Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting.
Saunders.
WHO, 2009. Buku Saku Pelayanan Kesahatan Anak di Rumah Sakit. WHO 2005.
Nastiti N, Bambang, Dermawan, 2010. Buku Ajar Respirologi Anak edisi pertama
Landia, retno, makmuri, 2008. Pedoman Diagnosis dan Terapi SMF ilmu
kesehatan anak edisi ketiga. Rumah sakit umum dokter soetomo surabaya.