A. Kasus
Ny. Nally umur 29 tahun, TB 150 cm, BB 48 kg, status menikah, di
diagnose susp DHF, Anemia, Dispepsia. Pasien bekerja sebagai PNS dengan
pendidikan terakhir S1. Keluhan pasien nyeri kepala, mual dan muntah. Hasil
pemeriksaan biokimia Hb=8,8g/dl, Eritrosit=3,29jt/UL,
Leukosit=29.100/mm3, Trombosit 26.000mm3. Data klinis pasien TD: 120/80
mmHg, nadi:84x/menit, suhu 38oC, Pasien terlihat sangat lemah dan dehidrasi
di cek dari warna urine, terkadang pasien bisa berjalan sendiri ke kamar
mandi. Riwayat makan pasien : makan tidak teratur, sering tidak sarapan
karena tidak sempat, makan siang selalu diluar, dan tidak suka mengkonsumsi
sayur-sayuran serta suka minum teh saat makan. Hasil recall 24 jam : Energy
1100 kkal, Protein 30 gram, lemak 42 gram, KH 159 gram.
B. NCP DHF & MENU
ASSESMENT
MONITORING &
IDENTIFIKASI DIAGNOSIS INTERVENSI
DATA DASAR EVALUATION
MASALAH
CH (Client History)
Usia (29 tahun)
JK (perempuan)
Riwayat Penyakit Dahulu :
Ny. Nelly menderita susp
DHF, anemia, dispepsia
Keluhan pasien nyeri kepala,
mual, dan muntah
Pasien bekerja sebagai PNS
dan pendidikan terakhir S1
FH (Food History)
Riwayat gizi dahulu :
- makan tidak teratur
FH. 1.2.1.3 Pola makan NI-1.4 Kekurangan intake C.1.1 Konseling mengenai pola FH.1.2.1.3 Pola
- tidak sempat sarapan
salah energi berkaitan dengan makan makan.
- makan siang di luar
kurangnya pengetahuan
- tidak suka makan sayur
pasien terhadap makanan
- minum teh saat makan
dan zat gizi ditandai
dengan pola makan salah
Riwayat gizi sekarang :
Recall 24 jam FH.1.1.1 asupan energi NI-2.1Kekurangan intake ND.1.2 Modifikasi distribusi, FH.1.1.1 Asupan
defisit berat makanan dan minuman jenis, atau jumlah makanan energi
Energi : 1100 kkal (48,8%)
FH.1.5.2 Asupan protein oral berkaitan dengan (mengganti nasi biasa menjadi FH.1.5.2. Asupan
Protein : 30 gr (50%)
defisit berat kurangnya pengetahuan nasi tim, menambah asupan protein
Lemak : 42 gr (64,6% FH.1.5.1 Asupan lemak terhadap kecukupan protein dan cairan) FH.1.5.1.1 Asupan
defisit berat kebutuhan makanan dan lemak
KH : 159 gr (44,1%)
minuman ditandai dengan
FH.1.5.3 Asupan FH.1.5.3. Asupan
Defisit tingkat berat (<70%) hasil recall E, P, L, KH
karbohidrat defisit berat karbohidrat
defisit tingkat berat
AD
TB : 150 cm AD 1.1.1 Tinggi badan AD 1.1.1 Tinggi
(150 cm) badan
AD 1.1.2 Berat Badan AD 1.1.2 Berat
BB : 48 kg
(48 kg) badan
AD 1.1.5 IMT 21,3 AD 1.1.5 IMT
Imt : 21,3
(normal)
BD
NI 5.5 ND 1.2 Modifikai jenis BD 1.10.1 HB
ketidakseimbangan zat makanan tinggi FE dan (Normal)
Hemoglobin : 8,8 g/Dl BD 1.10.1 HB 8,8 g/Dl
gizi berkaitan dengan Vitamin C.
(Rendah) Normal 12 –
tidak gemar
14 g/Dl
mengkonsumsi sayuran
dan gemar
mengkonsumsi teh pada
saat makan ditandai
dengn nilai HB rendah
Eritrosit 3,29 jt/UL RC 1.3 Kolaborasi/rujukan ke
8,8 g/Dl Eritrosti (Normal)
Eritrosit : 3,29 jt/UL
(Rendah) Normal 4 – 5 NC 2.2 Perubahan nilai provider lain
jt/UL laboratorium terkait zat
Leukosit : 29.100/mm3 Leukosit (Normal)
Leukosit 29.100/mm3 gizi khusus yaitu vit. C
(Tinggi) Normal 4000 – yang berkaitan dengan
10.000 gangguan fungsi
PD
Suhu : 38˚C PD-1.9.1, suhu 38˚C. NI.3.1 intake cairan yang E.1.7 memberikan edukasi PD-1.1.9 Tanda –
Nadi : 84×/menit terkandung pada kepada pasien dan keluarga tanda vital
Tekanan darah : 120/80 makanan rendah mengenai kebutuhan cairan
dibandingkan dengan dalam sehari dan warna urine
refrensi standar berkaitan yang sehat.
dengan adanya demam
yang mengakibatkan
kehilangan cairan yang
tidak sesuai yang ditandai
dengan suhu 38 ˚C dan
urine kuning pekat.
NC.2.1
Perubahan kemampuan
mengabsorpsi atau
metabolisme zat gizi atau
zat bioaktif berkaitan
dengan gangguan
metabolisme ditandai
dengan mual dan muntah.
Lemak = 20 – 30%
= 25% × 1.808,56
= 50,2 (±10% = 45,18 – 55,22)
KH = 50 – 60%
= 60% × 1.808,56
= 271,2 kkal (±10% = 244,08 – 298,32)
Kebutuhan Cairan
BB = 48 kg
10 kg I = 1000 CC
10 kg II = 500 CC
28 kg × 20 mL = 560 CC
1000 CC + 500 CC + 560 CC = 2060 CC (2 L)
D. INTERVENSI KONSELING GIZI
1. Tujuan
a. Memberikan edukasi tentang pola makan yang benar
b. Memberikan informasi tentang pentingnya makan makanan yang
bergizi seimbang
2. Materi
1. Pengaturan pola makan yang baik
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah
dan jenis makanan dengan informasi gambaran dengan meliputi
mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu
kesembuhan penyakit (Depkes RI, 2009).
Secara umum pola makan memiliki 3 (tiga) komponen yang terdiri
dari: jenis, frekuensi, dan jumlah makanan :
1) Jenis makan
Jenis makan adalah sejenis makanan pokok yang dimakan setiap
hari terdiri dari makanan pokok, Lauk hewani,Lauk nabati,
Sayuran ,dan Buah yang dikonsumsi setiap hari Makanan pokok
adalah sumber makanan utama di negara indonesia yang
dikonsumsi setiap orang atau sekelompok masyarakat yang terdiri
dari beras, jangung, sagu, umbi-umbian, dan tepung.
(Sulistyoningsih,2011).
2) Frekuensi makan
Frekuensi makan adalah beberapa kali makan dalam sehari
meliputi makan pagi, makan siang, makan malam dan makan
selingan (Depkes, 2013). sedangkan menurut Suhardjo (2009)
frekuensi makan merupakan berulang kali makan sehari dengan
jumlah tiga kali makan pagi, makan siang, dan makan malam.
3) Jumlah makan
Jumlah makan adalah banyaknya makanan yang dimakan dalam
setiap orang atau setiap individu dalam kelompok.Willy (2011).
E. MENU DHF
F. Hasil Praktikum
Makan Pagi 1. Warna menu monoton coklat
2. Jamur kuping diganti dengan sayuran lain karena tidak
cocok untuk bahan makanan lunak
Snack Pagi -
Makan Siang Sebaiknya untuk wortel pada sayur bening dipotong lebih
kecil
Snack Sore -
Makan Malam Sudah sesuai dengan bentuk makanan lunak
G. Pembahasan
Pada praktikum dietetik penyakit infeksi pada hari jumat, 06 maret 2020,
kelompok kami mendapatkan kasus DHF (Dengue Hemoragic Fever) dan
membuat diet TETP (tinggi energi tinggi protein) dengan konsistensi makanan
lunak. Setelah proses pengolahan makanan DHF dan dicicipi oleh panelis,
masakkan kami mendapatkan beberapa komentar untuk menjadi bahan
evaluasi menu kami.
Pada menu makan pagi, panelis memberikan komentar bahwa warna
masakan tersebut terlalu monoton dengan warna coklat dan penggunaan jamur
kuping tidak cocok menjadi bahan makanan lunak sehingga harus diganti
dengan sayuran lain yang lebih cocok dijadikan sayuran tumis dengan pepaya
muda.
Pada snack pagi panelis tidak memberikan komentar. Namun kami
menyadari adanya kesalahan pada saat melakukan proses pembuatan puding
jeruk. Saat memasukkan bubuk agar – agar kedalam air, ternyata bubuknya
terlalu banyak sehingga menyebabkan puding jeruk tersebut menjadi agak
keras saat disajikan, tetapi pudingnya tetap terasa manis dan sedikit asam dari
buah jeruk.
Pada makan siang panelis memberikan komentar pada sayur bening,
wortel pada sayur bening seharusnya dipotong lebih kecil lagi. Pemotongan
wortel yang pas akan memberikan kemudahan pasien dalam proses mencerna
makanan tersebut.
Pada snack sore panelis tidak memberikan komentar. Namun kami
menyadari adanya kesalahan pada saat melakukan proses pembuatan kolak
ubi. Kolak ubi seharusnya dibuat menggunakan ubi ungu, tetapi kami
mendapatkan ubi yang berwarna putih. Kolak ubi ini juga seharusnya dibuat
menggunakan bahan tambahan gula merah. Namun karena kelompok kami
tidak kebagian gula merah, kami memutuskan untuk membuat kolak ubi
tersebut tanpa gula merah. Dan hal ini membuat warna kolak kami bewana
tidak menarik.
Pada makan malam panelis memberikan komentar bahwa makanan
tersebut sudah sesuai dengan bentuk makanan lunak. Warna makan malam
monoton berwarna cokelat. Dikarenakan kami menyadari adanya kesalahan
dalam melakukan proses pembuatan tumis terong kacang panjang. Seharusnya
tumis terong kacang panjang tidak dimasak menggunakan kecap, tetapi karena
terburu – buru memasak jadi kecap dimasukkan sebagai tambahan rasa.
Selain itu, panelis memberikan beberapa tambahan komentar pada menu
kami. Panelis memberikan saran jika setiap menu yang kami buat seharusnya
ditambahkan dengan minuman juga. Panelis juga memberikan saran bahwa
menu dikelompok kami masih kurang menyediakan asupan vitamin C. Asupan
vitamin C dibutuhkan untuk proses absorpsi zat besi menjadi lebih cepat.
Sehingga asupan vitamin C harus ditambahkan sesuai dengan kebutuhan
pasien menurut AKG.
Panelis juga memberikan tambahan komentar bahwa diet TETP ini
seharusnya membutuhkan protein yang lebih banyak termasuk protein
golongan hewani yang menjadi 2 porsi. Namun kebanyakan dari semua
kelompok hanya menggunakan protein hewani hanya 1 porsi saja.