159
Jurnal zootek (“zootek journal”) Vol 34 No 2: 159 - 169 (Juli 2014) ISSN 0852-2626
arise between them. Grooming behavior, berekor panjang, melompat dari pohon ke
resting behavior, seeking shelter behavior, pohon secara vertical dan merupakan
play behavior, data were analyzed and hewan insektivora serta karnivora yaitu
presented in a descriptive, which describes and
pemakan jenis serangga seperti belalang
explains the general description of the results
cicak ngengat,ulat, dan hewan melata
of direct observations, the results showed that
lainya.
more Tangkasi doing grooming on morning
Tarsius yang ada Cagar Alam
with a percentage of 37.15%. during the day
Tangkoko batu angus banyak mendiami
with a percentage of 31.19% early evening
with a percentage of 31.19%. Tangkasi resting rongga-rongga pohon ataupun pada
behavior is most prevalent during the day ie tumpukan akar.Sarang Tarsius merupakan
38.70%. At night with a percentage of 32.25%, tempat yang dianggap aman dari serangan
in the afternoon with 29.03% percentage. predator dan juga sebagai tempatnsumber
Sheltering behavior more activity in the makanan yang dapat memenuhi kebutuhan
morning with a percentage of 38.07% and the Tarsius, serta dijadikan tempat bernaung
time of day with the percentage of 33.02%.
dan beristirahat .Tarsius hidup
While in the afternoon with a percentage of
berkelompok disetiap sarang dan biasanya
28.89% behavior played almost evenly in each
dalam satu sarangterdapat 3-7 ekor
time. On the morning after finished foraging
Tarsius.
Tangkasi playing with percentage of 30, 18%,
and the percentage of time during the day with
Pelestarian Tarsius penting untuk
32.88% and a maximum in the late afternoon peningkatan populasi dan ini dapat
with a percentage of 37.38%. dilakukan dengan metode penangkaran
baik dihabitat asli (in-situ) maupun diluar
Keywords: Behavior Tangkasi (Tarsius habitat aslinya (ex-situ). Penangkaran
spectrum) Tarsius diluar habitat aslinya (ex-situ)
diperlukan pemahaman dasar perilaku
PENDAHULUAN secara komprehensif. Menurut
Sulawesi Utara memiliki Thomaszewka al ( 1991),bahwa dengan
keanekaragaman jenis fauna endemik, penguasaan tingkah laku satwa secara
salah satunya Tarsius spectrum jenis lengkap akan mempermudah tatalaksana
primata, yang sangat menarik untuk pemiliharaan dan peningkatan produksi
dipelajari mulai dari habitat, spesies, jenis satwa.Di Cagar Alam Tangkoko banyak
pakan alami, sebaran, daerah jelajah dan terjadi kunjungan para wisatawan lokal
tingkah lakunya dialam bebas. Tarsius maupun mancanegara yang tertarik
spectrum termasuk satwa primata kecil, dengan keberadaan dari Tarsius Spctrum .
160
Jurnal zootek (“zootek journal”) Vol 34 No 2: 159 - 169 (Juli 2014) ISSN 0852-2626
Bahkan ada sarang pohon tertentu yang menunjang kehidupan satwa liar yang
dijadikan lokasi tempat khusus bagi para khas di sulawesi utara.
pengunjung untuk dapat melihat dan
terkadang member makanan seperti
belalang, cicak , atau jenis makanan MATERI DAN METODE
insektifora atau karnivora yang masih PENELITIAN
hidup. Kebiasaan – kebiasaan ini diduga
ikut mengubah polah aktifitas sebagai
satwa nocturnal ( hewan malam) yang Penelitian dilaksanakan di Cagar
bayak beraktifitas di malam hari, Untuk Alam Tangkoko Batu Angus Kota Bitung
membuktikan apakah pengaruh kujungan Sulawesi Utara. Penelitian dilakukan
dan polah kebiasaan member makanan ini selama dua bulan dengan rincian satu
dapat memunculkan kebiasaan waktu bulan pra penelitian (orientasi lapagan)
beraktifitas dari Tarsius dengan tampilan dan satu bulan pengambilan data.
tingkah laku yang yang ditunjukan baru Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal
saat beraktifitas di sekitar sarang pohon, 1 April sampai dengan 31 mei tahun 2013.
maka perlu dilakukan suatu kajian ilmiah. Materi penelitian yang digunakan adalah,
Informasi tingkah laku Tarsius Tarsius spectrum yang berada dalam satu
spectrum saat beraktifitas disekitar sarang kelompok yaitu 7 ekor, dilokasi sarang
pohon belum pernah diteliti padahal pohon di cagar Alam Tangkoko Batu
pemahaman beberapa tingkah laku satwa angus Bitung.
merupakan dasar ilmiah yang dapat
digunakan untuk mengembangbiakan Peralatan Penelitian :
satwa baik semi in- situ maupun ex-situ Pita untuk penandaan lokasi sarang
dalam kaitan menujang upaya konservasi pohon yang akan dijadikan lokasi
agar satwa endemik ini tetap meningkat pengamatan di lapangan.
populasinya. Untuk itulah telah dilakukan Jam untuk mengukur waktu
suatu penelitian dasar tentang beberapa pengamatan, tingkah laku Tarsius
tingkah laku Tarsius spectrum saat spectrum selama beraktifitas di
beraktifitas disekitarsarang pohon yang sarang pohon.
ada di cagar alam tangkoko dimana hasil Penerangan (Senter) untuk
penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi membantu melihat tingkah laku
ilmiah yang sangat bermanfaat demi Tarsius spectrum selama
161
Jurnal zootek (“zootek journal”) Vol 34 No 2: 159 - 169 (Juli 2014) ISSN 0852-2626
162
Jurnal zootek (“zootek journal”) Vol 34 No 2: 159 - 169 (Juli 2014) ISSN 0852-2626
163
Jurnal zootek (“zootek journal”) Vol 34 No 2: 159 - 169 (Juli 2014) ISSN 0852-2626
40 37,15%
31,19% 31,19%
Persentase 30
20
10
0
Pagi ( 05.00 - 08.00 Siang(10.00 - 13.00 s0re(15.00 - 17.00
Tinkah laku groming
sebagai satwa (nocturnal ) yang tidak yang ditunjukan saat memasuki dan keluar
begitu berperan pada siang hari dari lubang sarang diawali dengan
konsekwensinya bahwa satwa nocturnal Tangkasi duduk bersebelahan satu dengan
ini akan membatasi aktifitas perilakunya di yang lain dan melakukan grooming
alam bebas di siang hari. ,dengan cara menjilat–jilat bagian kaki,
tangan, dada, perut, telinga, dan kadang–
Tingkah Laku Grooming kadang menggosok –gosok mulut.
Tingkah laku grooming atau Kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk
membersihkan diri atau bulu menurut kasih sayang induk pada anaknya.
Suratmo (1970), adalah sebuah aktifitas Sedangkan tingkah laku grooming
primata yang sifatnya umum. Saling Tangkasi dewasa mengarah pada bentuk
membersihkan bulu merupakan suatu membersihkan diri ini mengartikan suatu
mekanisme aplikasi yang penting dan kegiatan mencari kotoran tubuh sendiri
aktivitas digunakan untuk memperkuat atau dilakukan invidu lain saat bangun
jaringan di antara mereka. Hasil penelitian tidur saat tubuhnya basa dengan cara
didapati bahwa tingkah laku grooming menjilat – jilat tubuh dan menggosok -
Tangkasi paling banyak terjadi pada pagi gosok suatu tempat. Persentase Tingkah
dan sore hari. Hal ini menunjukan bahwa laku grooming Tangkasi terlihat pada
Tangkasi lebih suka membersihkan diri Gambar 1.
saat memasuki lubang sarang dan saat Tangkasi lebih banyak melakukan
akan keluar sarang dimana mereka grooming pada waktu pagi dengan
memasuki sarang pohon secara persentase 37,15% , siang hari persentase
berkelompok antara 2 sampai 6 ekor 31,19 %, dan sore hari dengan persentase
sehingga sangat memungkinkan terjadi 31,19%. Semua ini membuktikan bahwa
tingkah laku sosial seperti tingkah laku Tarsius lebih banyak beraktifitas pada
grooming. Adapun tingkah laku grooming malam hari (nocturnal) memulai
164
Jurnal zootek (“zootek journal”) Vol 34 No 2: 159 - 169 (Juli 2014) ISSN 0852-2626
40 38,70%
32,25%
30 29,03%
Persentase
20
10
0
Pagi( 05.00 - 08.00 Siang( 10.00 - 13.00 sore ( 15.00.17.00
Tingkah laku istrahat
165
Jurnal zootek (“zootek journal”) Vol 34 No 2: 159 - 169 (Juli 2014) ISSN 0852-2626
40 38,07%
33,02%
30 28,89%
Persentase
20
10
0
Pagi (05 -00 - Siang (10.00 - sore 15.00 -17.00
08.00 13.00
Tingkah laku mencari tempat berteduh
166
Jurnal zootek (“zootek journal”) Vol 34 No 2: 159 - 169 (Juli 2014) ISSN 0852-2626
40 37,38%
Persentase 30,18% 32,88%
30
20
10
0
Pagi(05.00 -08.00 Siang(10.00 -13.00 Sore(15 -17.00
Tingkah laku bermain
169