Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses manajemen berlaku untuk semua orang yang mencari cara untuk mempengaruhi
perilaku orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Proses ini dilakukan dengan
menggunakan pendekatan proses manajemen dengan melibatkan semua anggota untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.

Keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Selain
itu, pelayanan keperawatan mempakan faktor penentu baik buruknya mutu dan citra dari rumah
sakit, oleh karena itu kualitas pelayanan keperawatan perlu dipertahankan dan ditingkatkan
hingga tercapai hasil yang optimal. Dengan memperhatikan hal tersebut, proses manajemen yang
baik perlu diterapkan dalam memberikan asuhan keperawatan sehingga dicapai suatu asuhan
keperawatan yang memenuhi standar profesi yang ditetapkan, sumber daya untuk pelayanan
asuhan keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efisien, efektif, aman bagi pasien dan tenaga
keperawatan, memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan serta aspek sosial, ekonomi,
budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat diperhatikan dan dihormati.

Manajemen keperawatan merupakan suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan
untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Gillies, l986). Manajemen
keperawatan merupakan pelayanan keperawatan profesional dimana tim keperawatan dikelola
dengan menjalankan empat fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, motivasi
dan pengendalian. Keempat fungsi tersebut saling terkait serta saling berhubungan dan
memerlukan ketrampilan ketrampilan teknis, hubungan antar manusia dan konseptual yang
mendukung tercapainya asuhan keperawatan yang bermutu, berdaya guna dan berhasil guna
kepada klien. Dengan alasan tersebut, manajemen keperawatan perlu mendapat perhatian dan
prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di masa depan. Hal tersebut berkaitan dengan
tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan
pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi (Nursalam,
2002).
Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat kompleks dan sangat penting dalam upaya
peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Rumah sakit sebagai salah
satupenyelenggara pelayanan kesehatan, salah satunya adalah penyelenggara pelayanan asuhan
keperawatan senantiasa memberikan pelayanan yang memuaskan kepada klien maupun
keluarganya (Depkes, 1987). Oleh karena itu, diperlukan cara pengelolaan pelayanan
keperawatan yang mengikuti prinsip-prinsip manajemen.

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi sebagai salah satu penyelenggara pelayanan
kesehatan, pendidikan dan penelitian serta usaha lain di bidang kesehatan, bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan senantiasa berorientasi kepada kepentingan masyarakat,
maka rumah sakit perlu didukung dengan adanya organisasi yang mantap dan manajemen yang
baik dengan berorientasi pada mutu pelayanan bagi masyarakat.

Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk memiliki
kemampuan manjerial yang tangguh sehingga pelayanan yang diberikan mampu memuaskan
kebutuhan klien. Kemampuan manajerial yang dimiliki perawat dapat dicapai melalui banyak
cara. Salah satu cara untuk dapat meningkatkan ketrampilan manajerial yang handal selain
didapatkan di bangku kuliah juga harus melalui pembelajaran di lahan praktik.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan praktek ini mahasiswa diharapkan mampu: Melakukan
pengkajian manajemen ruangan dan menyusun Plan of Action.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan praktek ini mahasiswa diharapkan mampu:
a. Melakukan pengkajian di ruang rawat meliputi gambaran rumah sakit dan ruang
rawat inap dengan metode 6 M yaitu Man, Material, Money, Method, Market dan
Mutu.
b. Melakukan analisis SWOT pada ruangan OMEGA
c. Menentukan masalah managemen keperawatan ruangan OMEGA
d. Menyusun Plan of Action (POA)
BAB II
HASIL PENGKAJIAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

A. Gambaran Umum RSJD Provinsi Jambi


1. Sejarah
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi merupakan salah satu SKPD Pemerintah
Provinsi Jambi yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah No. l4 Tahun 2002 Tentang Struktur
Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi dan pada tahun 2008
mengalami reorganisasi sesuai dengan Peraturan Daerah No. 15 Tahun 2008 tentang
pembentukan Struktur Organisasi Inspektorat, Bappeda dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi
Jambi. Selanjutnya sesuai Keputusan Gubernur Jambi Nomor : l49/Kep.Gub/RSJD/2011 tanggal
7 April 2011,Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi telah menjadi Badan Layanan Umum
Daerah, dimana semua pendapatan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi dapat digunakan
langsung untuk membiayai operasional dan biaya kegiatan rumah sakit.

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi terletak di Desa Kenali Besar, Kecamatan
Alam Barajo, lebih kurang 9,5 km ke arah Barat dan Pusat Kota Jambi. Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Jambi ini berasal dari Rumah Sakit Jiwa Pusat Jambi yang dibangun melalui dana
Proyek Peningkatan Pelayanan Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan RI Tahun 1981/1982,
dibangun di alas tanah seluas 98.693 M dengan luas bangunan yang ada pada waktu itu 3.366 M .

Sesuai perkembangannya, pada tahun 2006 dengan Surat Keputusan Direktur Rumah
Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi Nomor : 188.46/05/TU/RSJ tanggal 2 Januari 2006 tentang
Penetapan Perubahan Jumlah Tempat Tidur Rawat Inap pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Jambi, jumlah tempat tidur ditetapkan menjadi 150 tempat tidur.

Selanjutnya pada tahun 2008 berdasarkan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Jambi Nomor : 188.46/18/TU/RSJ tanggal 3 Januari 2008, jumlah tempat tidur
yang tersedia telah ditetapkan menjadi 200 tempat tidur.

Pada tanggal 1 Nopember 2012 berdasarkan Surat Keputusan Direktur Utama Rumah
Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi Nomor : SK-33l/RSJ l.].3/XII/2012. jumlah tempat tidur
ditetapkan menjadi 270 tempat tidur, dan saat ini tahun 2015 jumlah tempat tidur ditetapkan
sebanyak 340 tempat tidur. Adapun izin Operasional Rumah Sakit telah diperbaharui oleh Badan
Penanaman Modal Daerah dan Pelayanan Perizinan Terpadu Jambi Nomor : 16/1500/IO/I/2012.

2. Visi, Misi, Motto dan Budaya Kerja RSJD Provinsi Jambi


Setiap organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai dan dijadikan acuan dalam
pelaksanaan kegiatan-kegiatannya. Adapun visi, misi, motto dan budaya kerja RSJD Provinsi
Jambi, yaitu:
a. Visi
“Menjadi Rumah Sakit Jiwa hebat dengan pelayanan prima”
b. Misi
1) Memberikan pelayanan kesehatan jiwa dan penanggulangan narkoba yang bermutu.
2) Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kesehatan jiwa dan penanggulangan
narkoba.
3) Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana, prasarana, peralatan medic dan
penunjang medic Rumah Sakit.
4) Meningkatkan tata kelola rumah sakit yang baik dan kualitas serta kesejahteraan
SDM Rumah Sakit.
5) Meningkatkan fungsi Rumah Sakit sebagai sarana pendidikan dan latihan serta
penelitian.
c. Motto dan Budaya Kerja
“Melayani secara professional dengan sentuhan insani”

B. Gambaran Umum Ruang Perawatan


1. Gambaran Umum
Ruang perawatan OMEGA merupakan salah satu ruang rawat inap Psiko Geriatri di
RSJD Provinsi Jambi. Di ruangan ini merupakan ruangan khusus pasien ODGJ lansia. Pada ruang
OMEGA terdapat 1 kamar tidur laki-laki dan 1 kamar tidur perempuan, kamar tidur terdapat 24
tempat tidur, setiap kamar berjumlah 12 tempat tidur, 1 ruang makan/dapur, 1 ruang perawat,
terdapat 1 nurse station ditengah-tengah ruangan omega, 1 meja administrasi, 1 meja Kepala
Ruangan, 1 ruang tamu, 1 ruangan tempat pasien menonton televisi sekaligus sebagai tempat
senam pasien.
Tabel 1.1
Jumlah Petugas Ruang OMEGA

Petugas Jumlah

Kepala Ruangan 1

Ketua Tim 2

Perawat Pelaksana 8

Administrasi 1

Total 12 orang

Tabel 1.2
Pendidikan Petugas Ruang OMEGA

Petugas Jumlah

S1 (Ners) 3

DIII Kep 8

DIII Gigi 1

Total 12

Tabel 1.3
Jumlah Pasien
Laki-laki Perempuan Total

5 2 7 orang

2. Visi, Misi, Motto, Filosofi Ruangan Omega (Psiko Geriatri)


a. Visi
“Terwujudnya ruangan psiko geriatri omega yang unggul dalam pelayanan kesehatan
jiwa secara holistic”

b. Misi
1) Melaksanakan asuhan keperawatan jiwa psiko geriatric secara komprehensif
2) Mengembangkan pelayanan berdasarkan mutu dan profesionalisme
3) Melaksanakan tata kelola ruangan psiko geriatric yang baik (good corporate
governance)
c. Motto
1) Cepat
2) Inisiatif
3) Tepat
4) Ramah
5) Aman
d. Filosofi
“Kesembuhan dan kepuasan klien adalah kebahagiaan kami”
C. Pengkajian
1. M1 (Man)

Kepala Ruangan

Ns. Henifitriyanti, S.Kep

Perawat Pelaksana

Ketua Tim 1 Riska Ketua


Nuriyanti,
TimAm.Kep
2

Ns. Mirnasari, S.Kep Ns.Imelda, Am.Kep


M Firman A, Skep

Nursyamsiah, Am.Kep

Agust Mardiansyah,
Am.Kep
Perawat Pelaksana

Pitria, Am.Kep

Naimatul, Am.Kep

Mardiana, Am.Kep

Dwi Kartika, Am.Kep

Administrasi

Alexander,
Pembagian tugas di ruangan sudah sesuai Am.KG
dengan struktur organisasi yang terdiri dari 1 kepala
ruangan, 2 ketua tim (Nurse Primary), 8 perawat pelaksana (Associate Nurse), dan 1
Administrasi.

Kepala ruangan sudah melaksanakan tugas dengan optimal sesuai dengan tugas yang tercantum
didalam modul MPKP Jiwa, diantaranya:

 Management approach
a. Perencanaan: menyusun visi, misi, filosofi dan menyusun rencana jangka pendek
b. Pengorganisasian: menyusun struktur organisasi, menyusun jadwal dinas
c. Pengarahan: memimpin operan, melakukan supervise
d. Pengendalian: mengevaluasi indicator mutu, melakukan audit dokumentasi
 Compensantory reward
a. Melakukan penilaian kinerja ketua Tim dan perawat pelaksana
b. Merencanakan dan melaksanakan pengembangan staf
 Professional relationship
a. Memimpin rapat keperawatan
b. Memimpin konferensi kasus
 Pasien care delivery
a. Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan semua diagnose
gangguan jiwa

Ketua tim sudah melaksanakan tugas sesuai dengan tugas yang berpedoman pada modul MPKP,
diantaranya sebagai berikut:
 Management approach: menyusun rencana jangka pendek, menyusun jadwal dinas,
memimpin pre dan post conference
 Compensantory reward: menilai kinerja perawat pelaksana
 Professional relationship: melaksanakan konferensi kasus
 Patient care delivery: mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan
diagnose gangguan jiwa

Perawat pelaksana sudah melaksanakan tugas sesuai dengan modul MPKP, sebagai berikut:

 Perencanaan: menyusun rencana jangka pendek (rencana harian)


 Patient care delivery: mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan
diagnose gangguan jiwa

Karena ruang Omega merupakan ruangan perawatan Psiko Geriatri, perawat ruangan Omega
membutuhkan pelatihan atau pendidikan tambahan untuk melaksanakan pekerjaan di ruangan
yang berhubungan dengan perawatan lansia. Kebijakan Rumah Sakit mengharuskan perawat
ruangan mengikuti pelatihan atau pendidikan demi menunjang kinerja di ruangan perawatan,
seperti pelatihan Komunikasi Efektif, Indikator Mutu, dan Keselamatan Kerja (K3).

Dalam 1 hari kerja, pershift lamanya jam kerja yaitu 7 jam, dalam 1 minggu (6 hari kerja) selama
±40 jam kerja. Selama selama 1 bulan perawat ruangan bekerja selama 24 hari maka rata-rata
jam kerja dalam sebulan ±168 jam. Jam kerja diruangan Omega sudah sesuai dan berpedoman
pada Lokakarya Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) yaitu 40 jam kerja dalam 1
minggu, dengan total jam kerja antara 160-170 jam kerja dalam 1 bulan atau juga sesuai dan
berpedoman pada peraturan pemerintah tentang ketentuan jam kerja pada UU No. 13/2003 pasal
77 ayat 1 yaitu 7 jam kerja dalam satu hari atau 40 jam kerja dalam satu minggu untuk 6 hari
kerja. Perawat ruang Omega mendapatkan cuti selama 12 hari dalam satu tahun untuk PNS dan 6
hari untuk perawat honorer. Ketentuan tersebut sudah sesuai dengan pasal 79 ayat 2 UU No. 13
tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan.

Pendapatan perawat sudah disesuaikan dengan latar belakang pendidikan. Pendapatan


Rp3.000.000,00 untuk PNS Golongan III, pendapatan Rp900.000,00 untuk perawat honorer.

Tingkat beban kerja perawat di ruang Omega adalah berdasarkan aspek fisik, yaitu beban kerja
ditentukan berdasarkan jumlah pasien yang harus dirawat dan banyaknya perawat yang bertugas
dalam satu unit ruangan(Irwady, 2007). Rasio jumlah perawat dengan pasien sudah sesuai yaitu
1:1 dengan jumlah perawat pelaksana 8 orang dan jumlah pasien 7 orang. Tingkat beban kerja
perawat juga didasarkan pada tingkat ketergantungan pasien. Pasien di ruang Omega
diklasifikasikan kedalam tingkat perawatan mandiri, yaitu pasien memerlukan 1-2 jam perawatan
langsung per 24 jam (Douglas, 1984).

Berdasarkan jumlah pasien (7 orang) hanya terdapat 3 masalah keperawatan yaitu DPD (Defisit
Perawatan Diri), HDR (Harga Diri Rendah), dan Halusinasi.

Ruang Omega memiliki 12 tempat tidur pasien laki-laki dan 12 tempat tidur pasien perempuan, 5
orang pasien laki-laki dan 2 orang pasien perempuan, berdasarkan jumlah tempat tidur dan
jumlah pasien dapat dihitung persentase pemakaian tempat tidur (Bed Occupancy Rate) dan
penghitungan lama rawat (Average Length of Stay), sebagai berikut:

Jumlah hari perawatan


BOR = x 100%
Jumlah TT x jumlah hari persatuan waktu

Keterangan:

 Jumlah hari perawatan adalah jumlah total pasien dirawat dalam satu hari dikali jumlah
hari dalam satu satuan waktu.
 Jumlah hari persatuan waktu. Kalau diukur per satu bulan, maka jumlahnya 28-31 hari,
tergantung jumlah hari dalam satu bulan tersebut.

Diketahui:

 Jumlah pasien = 7 orang


 Jumlah tempat tidur (TT) = 24
 Satuan waktu = 1 bulan / 30 hari

7 x 30
BOR = x 100% = 29,1% per 1 bulan
24 x 30

ALOS = Jumlah perawatan pasien keluar

Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

Keterangan:
 Jumlah hari perawatan pasien keluar adalah jumlah hari perawatan pasien keluar hidup
atau mati dalam satu periode waktu.
 Jumlah pasien keluar (hidup atau mati) = jumlah pasien yang pulang atau meninggal
dalam satu periode waktu.

Diketahui:

 Pasien keluar dalam bulan November : 7 orang


 Hari perawatan (HP) :
 P1 = 92 hari
 P2 = 23 hari
 P3 = 6 hari
 P4 = 11 hari
 P5 = 11 hari
 P6 = 14 hari
 P7 = 7 hari
+
Total HP 164 hari

164
ALOS = = 23 hari
7

2. M2 (Material/Sarana dan Prasarana)

Denah ruangan
Tabel 2.1 Inventaris peralatan medis, non medis, dan administrasi penunjang
KONDISI
NO. NAMA ALAT JUMLAH
BAIK RUSAK
1 Tensimeter 2 2
2 Stetoskop 2 2
3 Thermometer 1 1
4 Bengkok/nierbeken 1 1
5 Nebulizer portable 1 1
6 Timbangan digital 1 1
7 Korentang set 1 1
8 Bak instrumen 1 1
9 Kursi roda 1 1
10 Gunting perban 1 1
11 Urinar 1 1
12 Pispot 1 1
13 Minor surgery 1 1
14 Overbad table 1 1
15 Alat terapi jari 4 4
16 Alat bantu jalan stroke 2 2
17 Alat bantu jalan lansia 2 2
18 Pinset chiruges 1 1
19 Pinset anatomies 1 1
20 Gunting jarum tajam 1 1
21 Gunting jarum tumpul 1 1
22 Sarung tangan disposible 1 1
23 Medical regulator 1 1
24 Regulator oksigen 1 1
25 Mosquito lurus 1 1
26 Mosquito bengkok 1 1
27 Masker 1 kotak 1 kotak
28 Handscoon 1 kotak 1 kotak
29 Mask penutup kepala 1 kotak 1 kotak
30 Computer 1 1
31 Printer 1 1
32 Telepon 1 1
33 Meja 7 7
34 Kursi perawat dan administrasi 17 17
Ruangan Omega merupakan ruangan psiko geriatric yang merupakan ruangan khusus
pasien lansia dan tidak ada tingkatan kelas pada ruangan ini. Kondisi ruangan bersih dan
layak untuk ruang rawat inap bagi pasien. Di dalam kamar pasien terdapat fasilitas tempat
tidur, kipas angin, tempat air minum, kamar mandi dan wc, dan loker penyimpanan baju.

Lokasi dan denah ruangan sudah sangat ideal. Dari hasil wawancara dengan kepala
ruangan, akan direncanakan pengembangan dan penambahan ruangan yaitu ruang isolasi
pasien dan ruang makan pasien.

Berdasarkan data tabel inventaris alat peralatan medis sudah sangat memadai dan lengkap
untuk merawat pasien. Perawat diruangan mampu menggunakan semua peralatan dengan
baik. Administrasi penunjang yang ada diruangan sudah memadai seperti computer, printer,
dan telepon.

3. M3 (Metode)
A. MAKP

B. Operan

C. Supervisi
Perawat mengerti tentang pelaksanaan supervisi. Didalam pelaksanaannya supervisi
dilakukan 1 kali/bulan. Supervisi dilaksanakan oleh personil atau bagian yang
bertanggung jawab, antara lain (Suyanto 2008; Dina Mariana 2016): kepala ruangan,
pengawas perawatan (supervisor), dan kepala bidang keperawatan.

Pelaksanaan supervise di ruang Omega dilaksanakan oleh kepala ruangan. Kepala


ruangan mengawasi perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan baik
secara langsung maupun tidak langsung disesuaikan dengan metode penugasan yang
diterapkan diruang Omega. Ruang omega menerapkan metode Tim, maka kepala ruangan
dapat melakukan supervise secara tidak langsung melalui ketua tim masing-masing
(Suarli dan Bahtiar 2009; Dina Mariana 2016).
REVISI

Swansburg (1999) mengatakan bahwa ada beberapa teknik yang diperlukan dalam
melaksanakan supervisi dalam keperawatan antara lain:
a. Cara langsung
Dilakukan pada saat kegiatan sedang berlangsung. Supervisor terlibat dalam kegiatan
secara langsung agar proses pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan
sebagai suatu “perintah”. Pada kondisi ini, umpan balik dan perbaikan dapat
sekaligus dilakukan tanpa bawahan merasakan sebagai suatu beban. Proses supervisi
langsung dapat dilakukan dengan cara perawat pelaksana melakukan secara mandiri
suatu tindakan keperawatan didampingi supervisor. Selama proses supervisi
supervisor dapat memberikan dukungan, reinforcement dan petunjuk, kemudian
supervisor dan perawat pelaksana melakukan diskusi untuk menguatkan yang telah
sesuai dengan apa yang direncanakan dan memperbaiki segala selalu yang dianggap
masih kurang. Agar pengarahan, petunjuk dan reinforcement efektif maka harus
memenuhi syarat-syarat tertentu, seperti pengarahan harus lengkap tidak terputus dan
bersifat partial, mudah dipahami, menggunakan kata-kata yang tepat dan alur yang
logis, dan jangan terlalu kompleks, berbicara dengan jelas, berikan arahan yang logis,
hindari memberikan banyak arahan pada satu saat, pastikan bahwa arahan anda
dipahami, serta yakinlah bahwa arahan anda dilaksanakan atau perlu tindak lanjut
(Arwani 2005; Depkes 2008).
Selain itu, Dharma (2003) mengemukakan bahwa agar dapat memimpin secara
efektif, seorang supervisor harus mampu melakukan empat teknik, yaitu:
1) Berkomunikasi dengan jelas dengan cara menggunakan kata kata atau istilah
yang dapat dimengerti langsung tanpa membuang buang waktu dengan
membicarakan hal-hal lain yang dapat mengaburkan isi pesan yang akan
disampaikan ringkas serta menghindarkan pesan pesan yang bertolak belakang.
2) Mengharapkan yang terbaik dari karyawan dengan cara menghargai martabat
karyawan, menyampaikan sebuah harapan dengan penuh keyakinan, serta
menekankan pada kebutuhan masa datang, bukan pada masalah di waktu lampau,
3) Berpegang pada tujuan dengan cara berbicara atau berfokus pada satu topik,
mengarahkan kegiatan dan topik pembicaraan (perilaku) sesuai dengan tujuan
pekerjaan, serta membatasi adanya interupsi pada saat berbicara.
4) Berusaha memperoleh komitmen dengan cara meringkas dan mengulangi
kembali halhal yang telah dibicarakan, minta keikutsertaan, mendengarkan
sungguh-sungguh pada saat orang lain sedang berbicara, pastikan bahwa semua
orang telah memahami hal hal yang telah dibicarakan atau didiskusikan, serta
menindaklanjuti hal-hal yang telah disepakati.

Wiyana (2008) mengemukakan bahwa supervisi langsung dilakukan pada saat


perawat sedang melaksanakan pengisian formulir dokumentasi asuhan keperawalan.
Supervisi dilakukan pada kinerja pendokumentasian dengan mendampingi perawat
dalam pengisian setiap komponen dalam proses keperawatan mulai dari pengkajian
sampai dengan evaluasi. Langkah langkah supervisi langsung sebagai berikut:

1. Informasikan kepada perawat yang akan disupervisi bahwa


pendokumentasiannya akan disupervisi.
2. Lakukan supervisi asuhan keperawatan pada saat perawat melakukan
pendokumentasian. Supervisor melihat hasil pendokumentasian secara langsung
di hadapan perawat yang mendokumentasikan.
3. Supervisor menilai setiap dokumentasi sesuai dengan standar asuhan
keperawatan.
4. Supervisor menjelaskan, mengarahkan dan membimbing perawat yang
disupervisi setiap komponen pendokumentasian mulai dari pengkajian diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kepada perawat yang sedang
melakukan pencatatan dokumentasi asuhan keperawatan.
5. Mencatat hasil supervisi dan menyimpan dalam dokumen supervisi.

D. Perencanaan Pulang
E. Dokumentasi Keperawatan

4. M4 (Money)

5. M5 (Market dan Mutu)

D. Analisis SWOT

E. Diagram/Tabel

F. Identifikasi Masalah Manajemen Keperawatan

G. Plan of Action
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai