Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA


DEFISIT PERAWATAN DIRI

Disusun Oleh:
Bayu Andhika Prasetyo, S.Kep
2020 91 047

Dosen Pembimbing:
Ns. Daryanto, M. Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM
JAMBI
2020
A. Definisi
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi
aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene),
berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK (toileting) (Fitria, 2012).
Pasien gangguan jiwa akan mengalami kurangnya perawatan diri yang
terjadi akaibat perubahan proses pikir sehingga aktivitas perawatan diri
menurun.Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan
dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang
perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan
perawatan kebersihan untuk dirinya (Afnuhazi, 2015).
Defisit perawatan diri adalah kemampuan dasar yang dimiliki manusia
dalam melengkapi kebutuhannya dalam kelangsungan hidupnya sesuai kondisi
kesehatannya (Damaiyanti dan Iskandar, 2012).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan melakukan
aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan serta toileting) kegiatan itu
harus bisa dilakukan secara mandiri ( Herman, 2011).

B. Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah dalam Dermawan dan Rusdi (2013),
penyebab kurang perawatan diri adalah kelelahan fisik dan penurunan
kesadaran. Penyebab kurang perawatan diri adalah:
1. Factor predisposisi
a) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c) Kemampuan
Realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas
yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
d) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan
diri.

2. Faktor presipitasi
Faktor presivitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi,
kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami
individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:
a) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
b) Praktik Sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c) Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita
diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
g)  Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya.

C. Tanda dan Gejala


Menurut Tarwoto dan Wartonah dalam Dermawan dan Rusdi (2013)
tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:
1. Fisik
a) Badan bau, pakaian kotor.
b) Rambut dan kulit kotor.
c) Kuku panjang dan kotor.
d) Gigi kotor disertai mulut bau.
e) Penampilan tidak rapi.
2. Psikologis
a) Malas, tidak ada inisiatif.
b) Menarik diri, isolasi diri.
c) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Social
a) Interaksi kurang.
b) Kegiatan kurang.
c) Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
d) Cara makan tidak teratur.
e) BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu
mandiri.
D. Jenis-jenis
Menurut Nanda (2012) dalam Mukhripah Damaiyanti (2014) jenis
perawatan diri terdiri dari:
1. Defisit perawatan diri: mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktivitas perawatan diri sendiri.
2. Defisit perawatan diri: berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
berpakaian dan berhias untuk diri sendiri.
3. Defisit perawatan diri: makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
sendiri.
4. Defisit perawatan diri: eliminasi
Hambatn kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
eliminasi sendiri.

E. Rentang Respon
Adaptif maladaptif

Tidak melakukan
Pola perawatan diri Kadang perawatan diri,
perawatan diri pada saat
seimbang kadang tidak
stres

1. Pola perawatan diri seimbang: saat pasien mendapatkan stressor dan mampu
untuk berperilaku adaptif maka pola perawatan yang dilakukan klien
seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
2. Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak: saat pasien mendapatan
stressor kadang-kadang pasien tidak menperhatikan perawatan dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak perduli dan
tidak bisa melakukan perawatan saat stress (Ade, 2011).
F. Proses Terjadinya Masalah
Defisit perawatan diri terjadi diawali dengan proses terjadinya
gangguan jiwa yang dialami oleh klien sehingga menyebabkan munculnya
gangguan defisit perawatan diri pada klien. Pada klien skizofrenia dapat
mengalami defisit perawatan diri yang signifikan. Tidak memerhatikan
kebutuhan higiene dan berhias biasa terjadi terutama selama episode psikotik.
Klien dapat menjadi sangat preokupasi dengan ide-ide waham atau halusinasi
sehingga ia gagal melaksanakan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari (Keliat,
2014).
Faktor biologis terkait dengan adanya neuropatologi dan
ketidakseimbangan dari neurotransmiternya. Dampak yang dapat dinilai
sebagai manifestasi adanya gangguan adalah pada perilaku maladaptif pasien.
Secara biologi riset neurobiologikal mempunyai fokus pada tiga area otak yang
dipercaya dapat melibatkan perilaku agresi yaitu sistem limbik, lobus frontalis
dan hypothalamus.
Sistem Limbik merupakan cicin kortek yang berlokasi dipermukaan
medial masing-masing hemisfer dan mengelilingi pusat kutup serebrum.
Fungsinya adalah mengatur persyarafan otonom dan emosi. Menyimpan dan
menyatukan informasi berhubungan dengan emosi, tempat penyimpanan
memori dan pengolahan informasi. Disfungsi pada sistem ini akan
menghadirkan beberapa gejala klinik seperti hambatan emosi dan perubahan
kebribadian (Kusumawati dan Hartono, 2012).
Lobus Frontal berperan penting menjadi media yang sangat berarti
dalam perilaku dan berpikir rasional, yang saling berhubungan dengan sistem
limbik. Lobus frontal terlibat dalam dua fungsi serebral utama yaitu kontrol
motorik gerakan voluntir termasuk fungsi bicara, fungsi fikir dan kontrol
berbagai ekspresi emosi. Kerusakan pada daerah lobus frontal dapat
meyebabkan gangguan berfikir, dan gagguan dalam bicara/disorganisasi
pembicaraan serta tidak mampu mengontrol emosi sehingga berperilaku
maladaptif seperti tidak mau merawat diri: mandi, berpakaian/berhias, makan,
toileting. Kondisi ini menunjukkan gejala defisit perawatan diri.
Hypotalamus adalah bagian dari diensefalon yaitu bagian dalam dari
serebrum yang menghubungkan otak tengah dengan hemisfer serebrum. Fungsi
utamanya adalah sebagai respon tingkah laku terhadap emosi dan juga
mengatur mood dan motivasi. Kerusakan hipotalamus membuat seseorang
kehilangan mood dan motivasi sehingga kurang aktivitas dan dan malas
melakukan sesuatu. Kondisi seperti ini sering kita temui pada klien dengan
defisit perawatan diri, dimana klien butuh lebih banyak motivasi dan dukungan
untuk dapat merawat dirinya (Keliat, 2014).
Ganguan defisit perawatan diri juga dapat terjadi karena
ketidakseimbangan dari beberapa neurotransmitter. misalnya: Dopamine
fungsinya mencakup regulasi gerak dan koordinasi, emosi, kemampuan
pemecahan masalah secara volunteer. Transmisi dopamin berimplikasi pada
penyebab gangguan emosi tertentu. Pada klien skizoprenia dopamin dapat
mempengaruhi fungsi kognitif (alam pikir), afektif (alam perasaan) dan
psikomotor (perilaku) kondisi ini pada klien dengan defisit perawatan diri
memiliki perilaku yang menyimpang seperti tidak berkeinginan untuk
melakukan perawatan diri.
Serotonin berperan sebagai pengontrol nafsu makan, tidur, alam
perasaan, halusinasi, persepsi nyeri, muntah. Serotonin dapat mempengaruhi
fungsi kognitif (alam pikir), afektif (alam perasaan) dan psikomotor (perilaku).
Jika terjadi penurunan serotonin akan mengakibatkan kecenderungan perilaku
yang kearah maladaptif. Pada klien dengan defisit perawatan diri perilaku yang
maladaptif dapat terlihat dengan tidak adanya aktifitas dalam melakukan
perawatan diri seperti: mandi, berganti pakaian, makan dan toileting
(Kusumawati dan Hartono, 2012).
Norepinephrin berfungsi untuk kesiagaan, pusat perhatian dan
orientasi; proses pembelajaran dan memori. Jika terjadi penurunan kadar
norepinephrine akan dapat mengakibatkan kelemahan sehingga perilaku yang
ditampilkan klien cendrung negatif seperti tidak mau mandi, tidak mau makan
maupun tidak mau berhias dan toileting (Kusumawati dan Hartono, 2012).
G. Pohon Masalah

Isolasi Sosial : Menarik Diri Effect

Defisit Perawatan Diri: mandi, berdandan Core Problem

Harga Diri Rendah Kronis Causa

H. Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan dibagi menjadi 2
menurut Damaiyanti 2012 yaitu:
1. Mekanisme koping adaptif Mekanisme koping yang mendukung fungsi
integrasi pertumbuhan belajar dan mencapai tujuan. Kategori ini adalah
klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan diri secara mandiri.
2. Mekanisme koping maladaptif Mekanisme koping yang menghambat fungsi
integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung
menguasai lingkungan. Kategorinya adalah tidak mau merawat diri.

I. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a. Obat anti psikosis: Penotizin.
b. Obat anti depresi: Amitripilin.
c. Obat antu ansietas: Diasepam, bromozepam, clobozam.
d. Obat anti insomia: phnebarbital.
2. Terapi
a. Terapi Keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah
klien dengan memberikan perhatian:
1) Jangan memancing emosi klien.
2) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga.
3) Berikan kesempatan klien mengemukakan pendapat.
4) Dengarkan, bantu, dan anjurkan pasien untuk mengemukakan
masalah yang dialaminya.
b. Terapi Aktivitas Kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan sosial, atau
aktivitas lainnya, dengan berdiskusi serta bermain untuk
mengembalikan keadaan klien karena maslah sebagian orang
merupakan perasaan dan tingkah laku pada orang lain. Ada 5 sesi yang
harus dilakukan :
1) Manfaat perawatan diri.
2) Menjaga kebersihan diri.
3) Tata cara makan dan minum.
4) Tata cara eliminasi.
5) Tata cara berhias.
c. Terapi Musik
Dengan musik klien bisa terhibur, rileks, dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran pasien.
Penatalaksanaan manurut herman (Ade, 2011) adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri.
2. Membimbing dan menolong klien merawat diri.
3. Ciptakan lingkungan yang mendukung.

J. Akibat
Akibat dari Defisit Perawatan Diri Menurut Damiyanti, 2012 sebagai berikut.
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak tidak
terpeliharanya kebersihan perorangandengan baik, gangguan 12 fisik yang
seering terjadi adalah: gangguan integritas kulit, gangguan membrane
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal
hygine adalah gangguan kebutuhan aman nyaman , kebutuhan cinta
mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi
sosial.

K. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Defisit perawatan diri
2. Isolasi sosial
3. Harga diri rendah

L. Rencana Tindakan Keperawatan


1. Strategi Pelaksanaan 1 (SP 1)
a. Mengkaji kemampuan klien melakukan perawatan diri meliputi
mandi/kebersihan diri, berpakaian/ berhias, makan, serta BAB/BAK
secara mandiri
b. Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.
2. Strategi Pelaksanaan 2 (SP 2)
a. Mengevaluasi jadwal harian kegiatan klien.
b. Memberikan latihan cara melakukan mandi/kebersihan diri secara
mandiri.
c. Menganjurkan klien memasuakan dalam jadwal kegiatan harian.
3. Strategi Pelaksanaan 3 (SP 3)
a. Mengevaluasi jadwal harian kegiatan klien.
b. Memberikan latihan cara berpakian/berhias secara mandiri.
c. Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.

4. Strategi Pelaksanaan 4 (SP 4)


a. Mengevaluasi jadwal harian kegiatan klien
b. Memberikan latihan cara makan sendiri.
c. Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.
5. Strategi Pelaksanaan 5 (SP 5)
a. Mengevaluasi jadwal harian kegiatan klien
b. Memberikan latihan cara BAB/BAK secara mandiri
c. Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.
Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti
mandi/membersihkan diri, berpakaian, berhias, makan, dan BAB/BAK. Tindakan
keperawatan untuk klien :
a. Mengkaji kemampuan melakukan perawatan diri yang meliputi
mandi/membersihkan diri, berpakaian/berhias makan, BAB/BAK secara
mandiri.
b. Memberikan latihan cara melakukan mandi/membersihkan diri,
berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK secara mandiri
c. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masih kurang
perawatan diri.
M. Pelaksanaan

Strategi Pelaksanaan Tindakan


Keperawatan

No Klien No Keluarga
SP 1 SP 1
. .
1. Menjelaskan pentingnya 1. Mendiskusikan masalah yang
kebersihan diri dirasakan keluarga dalam
2. Menjelaskan cara menjaga merawat klien
kebersihan diri 2. Menjelaskan pengertian, tanda
3. Membantu klien mempraktikkan dan gejala defisit perawatan diri
cara menjaga kebersihan diri dan jenis defisit perawatan diri
4. Menganjurkan klien memasukkan yang dialami klien beserta proses
dalam jadwal kegiatan harian penyakitnya.
3. Menjelaskan cara-cara merawat
klien defisit perawatan diri
SP 2 SP 2
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan 1 Melatih keluarga mempraktikkan
harian klien cara merawat klien dengan defisit
2 Menjelaskan cara makan yang perawatan diri
baik 2 Melatih keluarga mempraktikkan
3 Membantu klien mempraktikkan cara merawat langsung kepada
cara makan yang baik klien defisit perawatan diri
4 Menganjurkan klien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
SP 3 SP 3
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan 1 Membantu kelaurga mebuat
harian klien jadwal aktivitas dirumah
2 Menjelaskan cara eliminasi yang termasuk jadwal minum obat
baik 2 Menjelaskan follow up pasien
3 Membantu klien mempraktikkan setelah pulang
cara eliminasi yang baik
4 Menganjurkkan klien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan klien
SP 4
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian klien
2 Menjelaskan cara berdandan
3 Membantu klien mempraktikkan
cara berdandan
4 Menganjurkan klien
memamsukkan dalam jadwal
kegiatan harian

4.
DAFTAR PUSTAKA

Ade Herman Surya.2011.Buku Asuhan Keperawatan Jiwa.Nuha Medika,


Yogyakarta.
Afnuhazi, R,(2015).Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Gosyen Publishing
Damaiyanti. (2012). Asuhan keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika
Aditama.
Damayanti, M.& Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika
Aditama.
Dermawan, D dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa Konsep dan
Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan . Yogyakarta:Gosyen
Publishing.
Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar dan Amplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan. Jakarta: Salemba Medika.
Heardman dalam Nanda International. 2012. Diagnosa Keperawatan
Definisi dan          Klasifikasi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Keliat, B A. dkk. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas :
CMHN (Basic Course). Jakarta : Buku Kedokteran EGC.  
Kusumawati, F dan Yudi Hartono, 2012. Buku Ajar Keperawatan
Jiwa. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai