Anda di halaman 1dari 29

KEPERAWATAN MATERNITAS II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL

DENGAN HIPERTENSI

DISUSUN OLEH :

1. LINDAYATI
2. NIA MEDIAWATI
3. NURHIDAYAH
4. ROHLIANA SAFITRI
5. TRIA RIZKY ANANDA
6. ARIATI

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyeslesaikan tugas makalah ini.
Solawat beriring salam tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan besar kita Nabi
Muhammad SAW. Yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang
terang benderang.

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu sehingga memperlancar
proses pembuatan makalah ini. Untuk itu kami mengucapkan terimakasi sebesar-besarnya
kepada pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut.Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih


banyak kekurangan baik dari segi susuna kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini

Akhir kata kami berharap semoga makalh ini dapat bermanfaat dan menginspirasi
untuki para pembaca.

Wassalamualaikum wr.wb

Mataram, 7 Maret 2020


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
2.2 ETIOLOGI
2.3 PATOFISIOLOGI
2.4 MANIFESTASI KLINIS
2.5 KOMPLIKASI
2.6 PENATALAKSANAAN
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
3.2 ANALISIS DATA
3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN
3.4 INTERVENSI
3.5 IMPLEMENTASI
3.6 EVALUASI
3.7 DOKUMENTASI
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah lebih dari normal.
Hipertensi merupakan kenaikan nilai tekanan sistolik sebesar 30 mmHg atau lebih
atau kenaikan diastolic sebesar 15 mmHg diatas nilai tekanan darah dasar ibu (Bobak,
2004).
Kehamilan merupakan suatu kondisi fisioligis, tetapi ada beberapa keadaan yang
dapat menyebabkan kehamilan penuh dengan ancaman.Salah satu penyakit yang sering
mengancam kehamilan adalah hipertensi dalam kehamilan keadaan ini dapat
menyebabkan morbiditas pada janin (termasuk petumbuhan janin terhambat di dalam
rahim, kematian janin di dalam rahim, dan kelahiran premature) serta mordibitas pada ibu
(termasuk kejang eklamsia, perdarahan otak, edema paru, gagal ginjal akut, dan
penggumpalan darah di dalam pembuluh darah) bahkan menyebabkan kematian ibu
(Prawirohardjo, 2009 dalam Jurnal Keperawatan Liawati DKK, 2018).
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu hipertensi dalam kehamilan?
2. Apa etiologi hipertensi dalam kehamilan?
3. Apa patofisiologi hipertensi dalam kehamilan?
4. Apa manifestasi klinis hipertensi dalam kehamilan?
5. Apa saja komplikasi hipertensi dalam kehamilan?
6. Bagaimana penatalaksanaan hipertensi dalam kehamilan?
7. Bagaimana Konsep asuhan keperawatan hipertensi dalam kehamilan?
1.3 TUJUAN
Untuk mengetahui hubungan ibu saat hamil dengan hipertensi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Hipertensi merupakan kenaikan nilai tekanan sistolik sebesar 30 mmHg atau lebih atau
kenaikan diastolic sebesar 15 mmHg diatas nilai tekanan darah dasar ibu (Bobak, 2004).
Multigravida adalah seorang wanita yang telah beberapa kali hamil (Sastradinata, 1983:
156).
Hipertensi kronis dalam kehamilan adalah adanya penyakit hipertensi sebelum hamil
ataupun ditemukan sebelum usia kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang menetap 6
minggu pasca persalinan, apapun yang menjadi sebabnya (Winardi.B,1991:2).

Batasan atau konsep hipertensi kronis.

1. Batasan.
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi
sebelum kehamilan atau timbul pada awal kehamilan atau permulaan nifas.
(Sastrawinata,S 1984: 90)

2. Klasifikasi hipertensi
Menurut american committee and maternal welfare yang dikutip oleh Sulaiman
Sastrawinata dalam buku Obstetri Patologi tahun 1981,klasifikasi hipertensi
adalah sebagai berikut:

a) Hipertensi yang hanya terjadi dalam kehamilan dan khas untuk kehamilan
ialah preeklampsia dan eklampsia.

b) Hipertensi kronis
Diagnosa dibuat atas adanya hipertensi sebelum kehamilan atau
penemuan hipertensi sebelum minggu ke 20 dari kehamilan dan hipertensi
ini tetap setelah kehamilan berakhir.
c) Preeklampsia dan eklampsia yang terjadi atas dasar hipertensi
kronis.pasien dengan hipertensi kronis sering memberat penyakitnya
dalam kehamilan dengan gejala- gejala hipertensi yang naik,proteinuria
dan edema serta kelainan retina.
d) Transient hipertensi
Diagnosa dibuat kall timbul hipertensi dalam kehamilan atau dalam 24
jam pertama dalam nifas pada wanita yang tadinya normotensi dan hilang
dalam 10 hari post partum.

e) Hipertensi esensial
Hipertensi esensial adalah kondisi permanen meningkatnya tekanan darah
dimana tidak ada penyebab yang nyata, kadang- kadang penyakit ini
dihubungkan dengan penyakit ginjal, pheochromocytoma atau
penyempitan aorta , dan keadaan ini lebih sering muncul pada saat
kehamilan.

Wanita hamil dikatakan mempunyai atau menderita hipertensi jika tekanan


darah pada awal kehamilannya mencapai 140/90 mmHg,yang
membedakan dengan preeklampsia yaitu faktor- faktor hipertensi esensi
muncul pada awal kehamilan, jauh sebelum terjadi preeklampsia,serta
tidak terdapat edema dan proteinuria.

Selama trimester ke II kehamilan tekanan darah turun di bawah batas


normal, selanjutnya selanjutnya mengikat lagi sampai ke nilai awal kadang
- kadang lebih tinggi, setelah UK 18 minggu lebih sulit hipertensi esensial
dari preeklamsia.
f) Hipertensi dalam kehamilan
Hipertensi yang ditimbulkan atau diperberat oleh kehamilan lebih
mungkin terjadi pada wanita yang:

1. Terpapar vili korialis untuk pertama kalinya.


2. Terpapar vili korialis yang terdapat jumlah yang banyak seperti
pada kehamilan kembar atau mola hidatidosa.
3. Mempunyai riwayat penyakit vaskuler.
4. Mempunyai kecenderungan genetik untuk penderita penyakit
hipertensi dalam kehamilan.
Kemungkinan bahwa mekanisme imunologis disamping endokrin
dan genetik turut terlibat dalam proses terjadinya preeklamsia dan
masih menjadi masalah yang mengundang perhatian. Resiko
hipertensi karena kehamilan dipertinggi pada keadaan dimana
pembentukan antibodi penghambat terhadap tempat- tempat yang
bersifat antigen pada plasenta terganggu.

Preeklamsia mungkin lebih sering terdapat pada wanita yang


keluarga tidak mampu, namun bisa juga terjadi pada wanita
ekonomi yang menengah ke atas , bahkan pengamatan
menyebutkan bahwa makanan yang kurang mengandung protein
sebagai penyebab penurunan insiden eklampsia,kehamilan juga
menyebabkan wanita hamil kurang nutrisi, seharusnya
preeklampsia ditemukan pada multipara daripada nulipara, tetapi
kenyataannya sama - sama menyebabkan preeklamsia.

g) Derajat beratnya hipertensi pada kehamilan.

Hipertensi pada kehamilan dapat diklasifikasikan kedalam bagian ringan


atau berat, menurut hipertensi dan intensitas kegunaannya adalah penting
untuk menyadari bahwa suatu keadaan yang kelihatannya ringan menjadi
berat.( winardi, B. 1999:8).
2.2 Etiologi

Belum jelas diketahui

Faktor resiko yang terkait dengan perkembangan hipertensi pada ibu hamil:

1. Kongenital.
2. Grand Multigravida.
3. Janin besar.
4. Kehamilan dengan janin besar.
5. Morbit obesitas

2.3 Patofisiologi

Terdapat banyak akibat hypertensi karena kehamilan yang terjadi pada ibu,
berikut akan dibahas berdasarkan analisa kelainan kardiovaskuler, hematologic,
endokrin,elektrolit, renal, hepatic, dan serebral (Pritchard, Mac Donald, Gant. 1991:
616).

a) Sistem kardiovaskuler

Meskipun terdapat peningkatan curah jantung pada ibu hamil normal, tekanan
darah tidak meningkat, tetapi sebenarnya menurun sebagai akibat resistensi perifer
berkurang. Pada ibu hamil dengan hypertensi, curah jantung biasanya tidak
berkurang, karena curah jantung tidak berkurang sedang konstriksi anteriol dan
tahanan perifer naik, maka tekanan darah akan meningkat. (Pritchard, Mac Donald,
Gant. 1991: 616).

b) Hematologic

Perubahan-perubahan hematologik penting yang di temukan pada wanita


hypertensi ialah penurunan atau sebenarnya tidak terjadinya hypervolemia yang
normal pada kehamilan, perubahan-perubahan mekanisme koagulasidan adanya
peningkatan dekstruksi eritrosit. (Pritchard, Mac Donald, Gant. 1991: 616).
c) Endokrin
Pada kehamilan normal, kadar plasma renin, angiotensin II dan aldosterone
meningkat. Sebaliknya pada hypertensi karena kehamilan, bahan tersebut biasanya
menurun mendekati batas normal pada keadaan tidak hamil.

Peningkatan aktivitas hormone anti deuritik juga menyebabkan oliguria, kadar


chorionic gonadotropin dalam plasma meningkat secara tidak tetap sebaliknya
laktogen placenta menurun. (Pritchard, Mac Donald, Gant. 1991: 616).

d) Cairan dan elektrolit

Biasanya volume cairan ekstraseluler pada wanita dengan preeklampsia dan


eklampsia sangat bertambah melebihi penambahan volume yang biasanya terjadi pada
kehamilan normal.Mekanisme yang menyebabkan ekspansi cairan yang patologis belum
jelas. (Pritchard, Mac Donald, Gant. 1991: 616)

e) Perubahan hepar

Pada HKK (Hipertensi Karena Kehamilan) yang berat, kadang terdapat kelainan
hasil pemeriksaan hati yang meliputi peningkatan SGOT (Serum GlutamicOxaloacetic
Transaminace), hyperbilirubin yang berat jarang terjadi.(Pritchard, Mac Donald, Gant.
1991: 616).
2.4 Manifestasi Klinis

1. Hipertensi kronis
a. Menderita hipertensi sebelum hamil atau usia kehamilan sebelum 20 minggu.
b. Tekanan darah melebihi 140/90 mmHg.
c. Tidak ada proteinuria.
d. Kadar asam urat serum normal.
e. Menetap sampai masa nifas hari ke-42.
2. Preeklamasi dan eklamasi
a. Pre eklamasi
Tanda dan gejala :
1) Usia kehamilan lebih dari 20 minggu.
2) Proteinuria lebih 0,3 g/l dalam air kencing 24 jam.
3) Proteinuria melebihi 1 g/l dalam 2x pengambilan urin dengan kateter dalam
jarak waktu 6 jam.
4) Edema, pittin oedema didaerah pretibial, dinding abdomen, lumbosacral,
wajah dan tangan setelah tirah baring.
5) Kenaikan berat badan yang melebihi 500 gr/minggu, 2000 gr/bulan atau 13
gr/seluruh kehmilan.
Pre eklamasi dikatakan berat apabila :
1) Tekanan sistolik 160 mmHg dan diastolic 110 mmHg atau lebih.
2) Proteinuria 5 gr atau lebih dalam 24 jam.
3) Oliguria, air kencing 400 ml/kurang dalam 24 jam.
4) Keluhan serebral, gangguan pengelihatan/nyeri didaerah epigastrium.
5) Edema paru atau sianosis.
Beberapa factor predisposisi untuk preeklamasi antara lain :
1) Primigarvida, 6-8 kali lebih tinggi daripada multipatra.
2) Hipertensi kronis.
3) Factor keturunan.
4) Kehamilan ganda.
5) Diabetes militus.
6) Molahidatidosa.
7) Hidrocepalus.
8) Umur lebih dari 35 tahun.
9) Obesitas.
b. Eklamasi
Gejalanya sama dengan preeklamasi ditambah adanya kejang atau konvulsi atau
koma. Konvulsi dapat muncul didahului gangguan neurologis konvulsi terjadi
akibat efek serebral berat pre eklamasi.
3. Preeklamasi pada hipertensi kronis
a. Superimposisi pre eklamasi pada penderita hipertensi kronis meningkatkan
ancaman bagi ibu atau janin.
b. Peningkatan sistolik 30 mmHg.
c. Peningkatan diastolic 20 mmHg.
d. Proteinuria.
e. Oedema.
4. Hipertensi transian
Terjadi pada masa kehamilan dalam waktu 24 jam pertama sesudah melahirkan.
Tanpa disertai gejala preeklamasi dan hipertensi kronis.
Hilang setelah 10 hari pasca persalinan.

2.5 Komplikasi

Dikatakan 60% dari wanita yang mengalami hypertensi kronis, pada saat hamil
akan mengalami kenaikan tekanan darah 15-30% mempunyai resiko untuk mendapatkan
superimposed pre eklampsia.

Resiko terajadinya superimposed pre eklampsia tidak tergantung pada tingkat


hypertensinya. Bila terjadi penurunan fungsi renal (BUN >20mg%) kreatinin serum >
1,5% pada keadaan hypertensi kronis, amka resiko terjadinya superimposed pre eklampsi
mendekati angka 100%.

Dengan meningkatnya tensi pada saat hamil resiko lain juga menjadi lebh tinggi
misalnya infark miokard akut, CVA, payah jantung, gagal ginjal, hematuria. (Winard. B,
1991: 6).
2.6 Penatalaksaan

1. Anjurkan melakukan latihan isotonik dengan cukup istirahat baring.


2. Hindari konsumsi garam yang berlebih.
3. Hindari kafein,merokok dan alkohol
4. Diet makanan yang sehat dan seimbang.
5. Lakukan pengawasan terhadap kehidupan dan perkembangan janin dengan USG.
6. Pembatasan aktivitas fisik.
7. Kolaborasi pemberian anti hipertensi.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
a. Identitas

Kaji identitas klien seperti :

Nama: untu membedakan pasien yang satu dengan yang lainnya.


Umur : untuk mengetahui masa lanjutan pasien beresiko tinggi atau tidak.
Agama : untuk menentukan bagaimana kita memberikan dukungan pada ibu sesuai
dengan kepercayaannya.
Pendidikan : untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien tentang kesehatan.
Pekerjaan : untuk mengetahui status sosial, ekonomi, dan pengaruhnya terhadap
hipertensi.
Alamat : untuk mengetahui tempat tinggal dan untuk memudahkan menghubungi
keluarga klien jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Penanggung jawab : untuk mengetahui penanggung jawab klien jika terjadi sesuatu
yang tidak diinginkan.

b. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Biasanya pada ibu hamil dengan hipertensi keluhan utamya adalah pusing,
keletihan.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji apakah klien merasa pusing, dan lelah.
c) Riwayat kesehatan Terdahulu
Kaji apakah klien pernah mengalami hipertensi pada kehamilan sebelumnya.
d) Riwayat kesehan keluarga
Kaji apakah sebelumnya ada keluarga klien mengalami penyakit yang sama
seperti klien.
e) Genogram
c. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan Inspeksi
Pemeriksaan Insfeksi ialah memeriksa penderita dengan melihat atau memandang.
Tujuan dari inspeksi ialah melihat keadaan umum penderita melihat gejala-gejala
kehamilan dan kemungkinan adanya kelainan-kelainan.(Ibrahim. C, 1996: 111)

Hal-hal yang diperiksa Rasional


Kepala dan muka (muka, mata, hidung, Dengan melihat kepala dan muka
bibir dan gigi), apakah ada edema dan disampaikan keadaan klien sehat,
gangguan penglihatan. gembira, sakit atau sedih. (Ibrahim. C,
1996:112)

Keadaan leher (kelenjar gondok, linfe, Dengan melihat keadaan leher adalah
struma, pembesaran vena jogularis) pembesaran kemungkinan adanya
gangguan kardiovaskuler . . (Ibrahim. C,
1996:113 )

Keadaan buah dada (bentuk, perut, Dengan melihat buah dada dapat
pembesaran, striae, linea, luka perut) diketahui bentuk putting susu sehingga
bila ada kelainan harus mendapatkan
perawatan atau pemeliharaan yang baik
(Ibrahim. C, 1996 : 114)

Keadaan vulva (aedema, tandu chadwik, Dengan melihat keadaan vulva untuk
verisei, fluxus, flour, candi lama) nencegah terjadinya infeksi waktu
Keadaan tungkai (aedema, varises, luka persalinan maupun nifas. (Ibrahim. C,
dari pangkal paha sampai ujung kaki). 1996 : 115)

Keadaan tungkai (aedema,varises, luka Dengan melihat anggota bagian bawah


dari pangkal paha sampai ujung kaki) terutama tungkai dapat dipakai untuk
menegakkan diagnose. (Ibrahim, C. 1996
:115)
2. Pemeriksaan palpasi
Pemeriksaan palpasi ialah memeriksa klien dengan meraba. Tujuan dari pemeriksaan
palpasi meliputi usia kehamilan, posisi, letak dan presentasi janin serta adanya
kelainan.
Hal-hal yang diperiksa meliputi:

Pemeriksaan Rasional
Leher meliputi kelenjar thygroid, linfe dan Dengan pemeriksaan palpasi pada leher
vena jogularis untuk mengetahui kelainan secara dini

Dada meliputi benjolan, nyeri tekan pada Dengan pemeriksaan dada untuk mengetahui
payudara, pengeluaran coloustrum adanya tumor payudara dan pengeluaran
coloustrum

Abdomen meliputi leopold I,II,III,IV Dengan palpasi abdomen maka dapat


diketahui usia kehamilan dan posisi janin

Tungkai Dengan palpasi tungkai maka dapat


diketahui adanya kelainan yang menyertai
kehamilan. (Ibrahim. C, 1996 : 121)
Untuk menentukan tinggi fundus uteri dan umur kehamilan:

Umur kehamilan Tinggi Findus Uteri (jari) Tinggi Firdus Uteri (cm)
0-12 minggu Belum berubah -
16 minggu 3 jari diatas symphisis -
20 minggu 3 jari bawah pusat 20cm
24 minggu Setinggi pusat 23cm
28 minggu 3 jari diatas pusat 26cm
32 minggu Anatara pusat dan processus 30cm
xyphoideus
36 minggu Lengkungan tulang iga atau
lebih kurang 3 jari dibawah
proccessus xyphoideus
3 jari dibawah processus 33cm
40 minggu xyphoideus
(Ibrahim. C, 1996 : 124)

3. Pemeriksaan Auskultasi
Pemeriksaan auskultasi adalah memeriksa klien dengan mendengarkan detik
jantung, janting untuk menentukan keadaan janin didalam rahim hidup atau mati.
(Ibrahim. C, 1996 :137)
4. Pemeriksaan perkusi
Pemeriksaan perkusi adalah memeriksa klien dengan mengetuk lutut bagian depan
menggunakan refleksi hammer untuk mengetahui kemungkinan klien mengalami
kekurangan vitamin B1. (Syahlan.JH, 1993:68).

d. Pengkajian Pola Fungsi ( Bio – Psiko – Sosio dan Spiritual ) menurut Virginia
Henderson
a) Bernafas dengan normal
Bantuan yang dapat diberikan kepada klien oleh perawat adalah membantu
memilih tempat tidur, kursi yang cocok, serta menggunakan bantal, alas dan
sejenisnya sabagai alat pembantu agar klien dapat bernafas secara normal dan
kemampuan mendemonstrasikan dan menjelaskan pengaruhnya kepada klien.
b) Kebutuhan akan nutrisi
Perawat harus mampu memberikan penjelasan mengenai tinggi dan berat
badan yang normal, kebutuhan nutrisi yang diperlukan.Pemilihan dan penyediaan
makanan, dengan tidak lupa memperhatikan latar belakang dan social klien.
c) Kebutuhan eliminasi
Perawat harus mengetahui semua saluran pengeluaran dan keadaan normalnya,
jarak waktu pengeluaran, dan frekuensi pengeluaran.

d) Gerak dan keseimbangan tubuh


Perawat harus mengetahui tentang prinsip-prinsip keseimbangan tubuh,
miring, dan bersandar.
e) Kebutuhan isthirahat dan tidur
Perawat harus mengetahui intensitas istirahat tidur pasien yang baik dan
menjaga lingkungan nyaman untuk istirahat.
f) Kebutuhan berpakaian
Perawat dasarnya meliputi membantu klien memilihkan pakaian yang tepat
dari pakaian yang tersedia dan membantu untuk memakainya.
g) Mempertahankan temperature tubuh atau sirkulasi
Perawat harus mengetahui piosiologi panas dan bisa mendorong kearah
tercapainya keadaan panas maupun dingin dengan mengubah temperature,
kelembapan atau pergerakan udara, atau dengan memotivasi klien untuk
meningkatkan atau mengurangi aktifitasnya.
h) Kebutuhan akan personal hygiene
Perawat harus mampu untuk memotivasi klien mengenai konsep konsep
kesehatan bahwa walaupun sakit klien tidak perlu untuk menurunkan standard
kesehatannya, dan bisa menjaga tetap bersih baik fisik maupun jiwanya
i) Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Perawat mampu melindungi klien dari trauma dan bahaya yang timbul yang
mungkin banyak factor yang membuat klien tidak merasa nyaman dan aman.
j) Berkomunikasi
Berkomunikasi dengan orang lain dan mengekspresikan emosi, keinginan, rasa
takut dan pendapat. Perawat menjadi penerjemah dalam hubungan klien dengan tim
kesehatan lain dalam memajukan kesehatannya, dan membuat klien mengerti akan
dirinya sendiri, juga mampu menciptakan lingkungan yang teraupeutik.
k) Kebutuhan spiritual
Perawat mampu untuk menghormati klien dalam memenuhi kebutuhan
spiritualnya dan meyakinkan pasien bahwa kepercayaan, keyakinan dan agama
sangat berpengaruh terhadap upaya penyembuhan.

l) Kebutuhan bekerja
Dalam perawatan dasar maka penilaian terhadap interprestasi terhadap
kebutuhan klien sangat penting, dimana sakit bisa menjadi lebih ringan apabila
seseorang dapat terus bekerja
m) Kebutuhan bermain dan rekreasi
Perawat mampu memkilihkan aktifitas yang cocok sesuai umur, kecerdasan,
pengalaman dan selera klien, kondisi, serta keadaan penyakit.
n) Kebutuhan belajar 
Perawat dapat membantu klien belajar dalam mendorong usaha penyembuhan
dan meningkatkan kesehatan, serta memperkuat dan mengikuti rencana terapi yang
diberikan.

3.2 Analisa data

Etiologi Problem
Umur Gangguan Perfusi Jaringan

Hipertensi

Suplai O2 Otak menurun

Gangguan Perfusi Jaringan

Gaya Hidup Penurunan Curah Jantung

Hipertensi

Pembulih Darah

Penurunan Curah Jantung

Suplai O2 Otak menurun Intoleransi Aktifits


Hipertensi

Pembuluh Darah

Intoleransi Aktifits

Jenis Kelamin Gangguan Pola Tidur

Hipertensi

Resistensi Pembuluh Otak

Gangguan Pola Tidur

3.3 DIAGNOSA
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipertensi ditandai dengan
penyalahgunaan zat
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung ditandai
dengan tekanan darah meningkat
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen ditandai dengan respons tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kehamilan ditandai dengan pasien mengeluh
tidak puas tidur.

3.4 INTERVENSI
Diagnosa Rencana keperawatan
keperawatan/masalah Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
kolaborasi
Gangguan perfusi NOC: NIC:
Setelah dilakukan tindakan 1) Monitor kemampuan
jaringan perifer
keperawatan selama 2x24 jam pasien
berhubungan dengan diharapkan dengan 2) Mengatur posisi
Kriteria Hasil : 3) Monitor intake cairan
kurang suplai oksigen ke
1) pengisian kapiler ke pasien
jaringan jaringan normal
2) edema perifer tidak ada

Diagnosa Rencana keperawatan


keperawatan/masalah Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
kolaborasi
Penurunan curah jantung NOC: NIC :
Setelah dilakukan asuhan 1) Manajemen
berhubungan dengan
keperawatan 2x24 jam lingkungan
perubahan irama jantung diharapkan 2)
Kriteria Hasil:
ditandai dengan tekanan
1) Tekanan darah
darah meningkat normal

Diagnosa Rencana keperawatan


keperawatan/masalah Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
kolaborasi
Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
Setelah dilakukan tindakan 1) Manajemen energi
berhubungan dengan
keperawatan 2x24 jam 2) Edukasi latihan
ketidakseimbangan antara diharapkan fisik
Kriteria Hasil : 3) Terapi musik
suplai dan kebutuhan
oksigen ditandai dengan 1) Curah jantung klien
normal
respons tekanan darah
2) Toleransi aktivitas
abnormal terhadap meningkat
aktivitas

Diagnosa Rencana keperawatan


keperawatan/masalah Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
kolaborasi
Gangguan pola tidur NOC: NIC :
Setelah dilakukan tindakan 1) dukungan tidur
berhubungan dengan
keperawatan selama 2x24 2) menejemen
kehamilan ditandai dengan jam diharapkan lingkungan
Kriteria hasil : 3) dukungan meditasi
pasien mengeluh tidak
1) pola tidur pasien 4) edukasi
puas tidur. teratur aktivitas/istirahat
2) status kenyamanan 5) terapi relaksasi
pasien meningkat

3.5 Implementasi/Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah inisiatf dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik.Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada
nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.Oleh karena itu
rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien (Nursalam, 2001).

Beberapa pedoman atau prinsip dalam pelaksanaan implementasi keperawatan


(kozier et al,. 1995) adalah sebagai berikut :
a. Berdasarkan respon klien
Berdasarkan ilmu pengetahuan, hasil penelitian keperawatan, standar pelayanan
professional, hukum dan kode etik keperawatan.
b. Berdasarkan penggunaan sumber-sumber yang tersedia.
Sesuai dengan tanggung jawab dan tanggung gugat profesi keperawatan.Mengerti
dengan jelas pesanan-pesanan yang ada dalam rencana intervensi keperawatan.Harus
dapat menciptakan adaptasi dengan klien sebagai individu dalam upaya
meningkatkan pesan serta untuk merawat diri sendiri (self care).Menekankan pada
aspek pencegahan dan upaya peningkatkan status kesehatan.Dapat menjaga rasa
aman, harga diri, dan melindungi klien.Memberi pendidikan, dukungan dan
bantuan.Bersifat holistic. Kerjasama dengan profesi lain. Melakukan dokumentasi.

3.6 Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang


menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan
sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor
“kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa data, perencanaan, dan
pelaksanaan tindakan (Ignatavicius & Bayne, 1994).
Meskipun tahap evaluasi di letakkan pada akhir proses keperawatan, evaluasi
merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan. Pengumpulan data
perlu direvisi untuk menentukan apakah informasi yang telah dikumpulkan sudah
mencukupi dan apakah perilaku yang diobservasi sudah sesuai. Diagnose juga perlu
dievaluasi dalam hal keakuratan dan kelengkapannya. Tujuan dan intervensi dievaluasi
adalah untuk menentukan apakah tujuan tersebut, dapat dicapai secara efektif.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan
respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat
mengambil keputusan :
a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang
ditetapkan).
b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami kesulitan untuk
mencapai tujuan).
c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih
lama untuk mencapai tujuan) (Iyer et al., 1996).
Salah satu format catatan perkembangan yang diorientasikan kearah proses
keperawatan adalah metode SOAPIER (Fischbach, 1991). Hal ini meliputi sebagai
berikut :
S Subjective data (data subyektif) Pernyataan atau
interaksi klien

O Objective data (data obyektif) Pengamatan dan


penilaian perawat

A Analysis (analisis) Status diagnosa


keperawatan

P PlanOf Care ( rencana asuhan) Hasil dan tindakan


yang direncanakan

I Implementation (implementasi) Tindakan yang


diimplementasikan

E Evaluation (evaluasi) Respon klien terhadap


tindakan /hasil

R Revision (revisi) Perubahan rencana saat


diperlukan

Evaluasi ditulis setiap kali setelah semua tindakan dilakuakan terhadap pasien.
Pada tahapevaluasi dibagi menjadi 4 yaitu SOAPIER atau SOAP :
S Subyektif Hasil pemeriksaan terahir yang dikelukan oleh
pasien biasanya biasanya data ini berubungan
dengan kriteria hasil

O Obyektif Hasil pemerikasaan terakhir yang dilakukan


oleh perawat biasanya data ini juga
berhubungan dengan kriteria hasil

A Analisia Pada tahap ini dijelaskan apakah masalah


kebutuhan pasien telah telah terpenuhi atau
tidak

P Rencana asuhan Dijelaskan rencana tindakan lanjut yang akan


dilakukan terhadap pasien

I Intervensi Tindakan prawat untuk mengatasi masalah yang


ada
E Evaluasi Evaluasi terhadap tindakan keperawatan

R Revisi

Untuk penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian,atau tidak teratasi adalah


dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan criteria hasil yang telah
ditetapkan. Formaat evaluasi menggunakan :
S Subjektif adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien
setelah tindakan diberikan

O Objektif adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,


penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan
dilakukan

A Analisis adalah membandingkan antara informasi subjective dan


objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil
kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebagian atau tidak
teratasi.

P Planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan


berdasarkan hasil analisa

3.7 Dokumentasi
Pengertian dokumentasi keperawatan menurut Carpenito (1999), merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang rumit dan sangat beragam serta memerlukan waktu yang cukup
banyak dalam proses pembuatannya.
Terkait dengan model dalam pendokumentasian asuhan keperawatan, menurut
Nursalam (2008), terdapat beberapa model dari penerapan dokumentasi asuhan
keperawatan yang sering diterapkan di tempat praktik yaitu: 1) catatan yang berorientasi
pada sumber (source oriented record), 2) catatan yang berorientasi pada
perkembangan/kemaj uan pasien (progress oriented record), 3) charting by exception
(CBE), 4) Problem Intervention Evaluation (PIE), 5) Process Oriented Sistem (pocus).
Agar pelaksanaan kegiatan dokumentasi asuhan keperawatan berjalan efektif
hendaknya memperhatikan hal di bawah ini:
1. Harus menggunakan standar terminologi yang terdiri dari pengkajian, diagnosis,
perencanaan, pelaksanaan/implementasi dan terakhir evaluasi dari proses perawatan
yang diberikan.
2. Mengumpulan serta mendokumentasikan data yang diperoleh sesuai dengan keadaan
yang terjadi pada pasien ke dalam catatan yang permanen.
3. Menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang telah dianalisis dengan
cermat dan akurat.
4. Mendokumentasikan hasil observasi secara akurat, lengkap sesuai dengan urutan
waktu kejadiannya.
5. Merevisi rencana asuhan keperawatan berdasarkan hasil yang diharapkan dan yang
ditemukan terhadap pasien.
BAB IV
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Kehamilan merupakan suatu kondisi fisioligis, tetapi ada beberapa keadaan yang
dapat menyebabkan kehamilan penuh dengan ancaman. Salah satu penyakit yang sering
mengancam kehamilan adalah hipertensi dalam kehamilan keadaan ini dapat
menyebabkan morbiditas pada janin (termasuk petumbuhan janin terhambat di dalam
rahim, kematian janin di dalam rahim, dan kelahiran premature) serta mordibitas pada
ibu (termasuk kejang eklamsia, perdarahan otak, edema paru, gagal ginjal akut, dan
penggumpalan darah di dalam pembuluh darah) bahkan menyebabkan kematian ibu
(Prawirohardjo, 2009 dalam Jurnal Keperawatan Liawaai DKK, 2018).
Hipertensi kronis dalam kehamilan adalah adanya penyakit hipertensi sebelum
hamil ataupun ditemukan sebelum usia kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang
menetap 6 minggu pasca persalinan, apapun yang menjadi sebabnya
(Winardi.B,1991:2).
DAFTAR PUSTAKA

Kaimmudin, L. D. (2018). Hubungan Usia Ibu Saat Hamil Dengan Kejadian Hipertensi
Di RSU GMIM Pancaran Kasih. Jurnal Keperawatan , 1-5.

Marmi, D. (2011). Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Padila. (2015). Asuhan Keperawatan Maternitas II. Yogyakarta: Medical Book.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus


Pusat PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus


Pusat PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.

Purwaningsih, W. &. (2010). Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Medical


Book.

Anda mungkin juga menyukai