DENGAN HIPERTENSI
DISUSUN OLEH :
1. LINDAYATI
2. NIA MEDIAWATI
3. NURHIDAYAH
4. ROHLIANA SAFITRI
5. TRIA RIZKY ANANDA
6. ARIATI
Assalamualaikum wr.wb
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyeslesaikan tugas makalah ini.
Solawat beriring salam tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan besar kita Nabi
Muhammad SAW. Yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang
terang benderang.
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu sehingga memperlancar
proses pembuatan makalah ini. Untuk itu kami mengucapkan terimakasi sebesar-besarnya
kepada pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalh ini dapat bermanfaat dan menginspirasi
untuki para pembaca.
Wassalamualaikum wr.wb
PENDAHULUAN
1. Batasan.
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi
sebelum kehamilan atau timbul pada awal kehamilan atau permulaan nifas.
(Sastrawinata,S 1984: 90)
2. Klasifikasi hipertensi
Menurut american committee and maternal welfare yang dikutip oleh Sulaiman
Sastrawinata dalam buku Obstetri Patologi tahun 1981,klasifikasi hipertensi
adalah sebagai berikut:
a) Hipertensi yang hanya terjadi dalam kehamilan dan khas untuk kehamilan
ialah preeklampsia dan eklampsia.
b) Hipertensi kronis
Diagnosa dibuat atas adanya hipertensi sebelum kehamilan atau
penemuan hipertensi sebelum minggu ke 20 dari kehamilan dan hipertensi
ini tetap setelah kehamilan berakhir.
c) Preeklampsia dan eklampsia yang terjadi atas dasar hipertensi
kronis.pasien dengan hipertensi kronis sering memberat penyakitnya
dalam kehamilan dengan gejala- gejala hipertensi yang naik,proteinuria
dan edema serta kelainan retina.
d) Transient hipertensi
Diagnosa dibuat kall timbul hipertensi dalam kehamilan atau dalam 24
jam pertama dalam nifas pada wanita yang tadinya normotensi dan hilang
dalam 10 hari post partum.
e) Hipertensi esensial
Hipertensi esensial adalah kondisi permanen meningkatnya tekanan darah
dimana tidak ada penyebab yang nyata, kadang- kadang penyakit ini
dihubungkan dengan penyakit ginjal, pheochromocytoma atau
penyempitan aorta , dan keadaan ini lebih sering muncul pada saat
kehamilan.
Faktor resiko yang terkait dengan perkembangan hipertensi pada ibu hamil:
1. Kongenital.
2. Grand Multigravida.
3. Janin besar.
4. Kehamilan dengan janin besar.
5. Morbit obesitas
2.3 Patofisiologi
Terdapat banyak akibat hypertensi karena kehamilan yang terjadi pada ibu,
berikut akan dibahas berdasarkan analisa kelainan kardiovaskuler, hematologic,
endokrin,elektrolit, renal, hepatic, dan serebral (Pritchard, Mac Donald, Gant. 1991:
616).
a) Sistem kardiovaskuler
Meskipun terdapat peningkatan curah jantung pada ibu hamil normal, tekanan
darah tidak meningkat, tetapi sebenarnya menurun sebagai akibat resistensi perifer
berkurang. Pada ibu hamil dengan hypertensi, curah jantung biasanya tidak
berkurang, karena curah jantung tidak berkurang sedang konstriksi anteriol dan
tahanan perifer naik, maka tekanan darah akan meningkat. (Pritchard, Mac Donald,
Gant. 1991: 616).
b) Hematologic
e) Perubahan hepar
Pada HKK (Hipertensi Karena Kehamilan) yang berat, kadang terdapat kelainan
hasil pemeriksaan hati yang meliputi peningkatan SGOT (Serum GlutamicOxaloacetic
Transaminace), hyperbilirubin yang berat jarang terjadi.(Pritchard, Mac Donald, Gant.
1991: 616).
2.4 Manifestasi Klinis
1. Hipertensi kronis
a. Menderita hipertensi sebelum hamil atau usia kehamilan sebelum 20 minggu.
b. Tekanan darah melebihi 140/90 mmHg.
c. Tidak ada proteinuria.
d. Kadar asam urat serum normal.
e. Menetap sampai masa nifas hari ke-42.
2. Preeklamasi dan eklamasi
a. Pre eklamasi
Tanda dan gejala :
1) Usia kehamilan lebih dari 20 minggu.
2) Proteinuria lebih 0,3 g/l dalam air kencing 24 jam.
3) Proteinuria melebihi 1 g/l dalam 2x pengambilan urin dengan kateter dalam
jarak waktu 6 jam.
4) Edema, pittin oedema didaerah pretibial, dinding abdomen, lumbosacral,
wajah dan tangan setelah tirah baring.
5) Kenaikan berat badan yang melebihi 500 gr/minggu, 2000 gr/bulan atau 13
gr/seluruh kehmilan.
Pre eklamasi dikatakan berat apabila :
1) Tekanan sistolik 160 mmHg dan diastolic 110 mmHg atau lebih.
2) Proteinuria 5 gr atau lebih dalam 24 jam.
3) Oliguria, air kencing 400 ml/kurang dalam 24 jam.
4) Keluhan serebral, gangguan pengelihatan/nyeri didaerah epigastrium.
5) Edema paru atau sianosis.
Beberapa factor predisposisi untuk preeklamasi antara lain :
1) Primigarvida, 6-8 kali lebih tinggi daripada multipatra.
2) Hipertensi kronis.
3) Factor keturunan.
4) Kehamilan ganda.
5) Diabetes militus.
6) Molahidatidosa.
7) Hidrocepalus.
8) Umur lebih dari 35 tahun.
9) Obesitas.
b. Eklamasi
Gejalanya sama dengan preeklamasi ditambah adanya kejang atau konvulsi atau
koma. Konvulsi dapat muncul didahului gangguan neurologis konvulsi terjadi
akibat efek serebral berat pre eklamasi.
3. Preeklamasi pada hipertensi kronis
a. Superimposisi pre eklamasi pada penderita hipertensi kronis meningkatkan
ancaman bagi ibu atau janin.
b. Peningkatan sistolik 30 mmHg.
c. Peningkatan diastolic 20 mmHg.
d. Proteinuria.
e. Oedema.
4. Hipertensi transian
Terjadi pada masa kehamilan dalam waktu 24 jam pertama sesudah melahirkan.
Tanpa disertai gejala preeklamasi dan hipertensi kronis.
Hilang setelah 10 hari pasca persalinan.
2.5 Komplikasi
Dikatakan 60% dari wanita yang mengalami hypertensi kronis, pada saat hamil
akan mengalami kenaikan tekanan darah 15-30% mempunyai resiko untuk mendapatkan
superimposed pre eklampsia.
Dengan meningkatnya tensi pada saat hamil resiko lain juga menjadi lebh tinggi
misalnya infark miokard akut, CVA, payah jantung, gagal ginjal, hematuria. (Winard. B,
1991: 6).
2.6 Penatalaksaan
b. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Biasanya pada ibu hamil dengan hipertensi keluhan utamya adalah pusing,
keletihan.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji apakah klien merasa pusing, dan lelah.
c) Riwayat kesehatan Terdahulu
Kaji apakah klien pernah mengalami hipertensi pada kehamilan sebelumnya.
d) Riwayat kesehan keluarga
Kaji apakah sebelumnya ada keluarga klien mengalami penyakit yang sama
seperti klien.
e) Genogram
c. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan Inspeksi
Pemeriksaan Insfeksi ialah memeriksa penderita dengan melihat atau memandang.
Tujuan dari inspeksi ialah melihat keadaan umum penderita melihat gejala-gejala
kehamilan dan kemungkinan adanya kelainan-kelainan.(Ibrahim. C, 1996: 111)
Keadaan leher (kelenjar gondok, linfe, Dengan melihat keadaan leher adalah
struma, pembesaran vena jogularis) pembesaran kemungkinan adanya
gangguan kardiovaskuler . . (Ibrahim. C,
1996:113 )
Keadaan buah dada (bentuk, perut, Dengan melihat buah dada dapat
pembesaran, striae, linea, luka perut) diketahui bentuk putting susu sehingga
bila ada kelainan harus mendapatkan
perawatan atau pemeliharaan yang baik
(Ibrahim. C, 1996 : 114)
Keadaan vulva (aedema, tandu chadwik, Dengan melihat keadaan vulva untuk
verisei, fluxus, flour, candi lama) nencegah terjadinya infeksi waktu
Keadaan tungkai (aedema, varises, luka persalinan maupun nifas. (Ibrahim. C,
dari pangkal paha sampai ujung kaki). 1996 : 115)
Pemeriksaan Rasional
Leher meliputi kelenjar thygroid, linfe dan Dengan pemeriksaan palpasi pada leher
vena jogularis untuk mengetahui kelainan secara dini
Dada meliputi benjolan, nyeri tekan pada Dengan pemeriksaan dada untuk mengetahui
payudara, pengeluaran coloustrum adanya tumor payudara dan pengeluaran
coloustrum
Umur kehamilan Tinggi Findus Uteri (jari) Tinggi Firdus Uteri (cm)
0-12 minggu Belum berubah -
16 minggu 3 jari diatas symphisis -
20 minggu 3 jari bawah pusat 20cm
24 minggu Setinggi pusat 23cm
28 minggu 3 jari diatas pusat 26cm
32 minggu Anatara pusat dan processus 30cm
xyphoideus
36 minggu Lengkungan tulang iga atau
lebih kurang 3 jari dibawah
proccessus xyphoideus
3 jari dibawah processus 33cm
40 minggu xyphoideus
(Ibrahim. C, 1996 : 124)
3. Pemeriksaan Auskultasi
Pemeriksaan auskultasi adalah memeriksa klien dengan mendengarkan detik
jantung, janting untuk menentukan keadaan janin didalam rahim hidup atau mati.
(Ibrahim. C, 1996 :137)
4. Pemeriksaan perkusi
Pemeriksaan perkusi adalah memeriksa klien dengan mengetuk lutut bagian depan
menggunakan refleksi hammer untuk mengetahui kemungkinan klien mengalami
kekurangan vitamin B1. (Syahlan.JH, 1993:68).
d. Pengkajian Pola Fungsi ( Bio – Psiko – Sosio dan Spiritual ) menurut Virginia
Henderson
a) Bernafas dengan normal
Bantuan yang dapat diberikan kepada klien oleh perawat adalah membantu
memilih tempat tidur, kursi yang cocok, serta menggunakan bantal, alas dan
sejenisnya sabagai alat pembantu agar klien dapat bernafas secara normal dan
kemampuan mendemonstrasikan dan menjelaskan pengaruhnya kepada klien.
b) Kebutuhan akan nutrisi
Perawat harus mampu memberikan penjelasan mengenai tinggi dan berat
badan yang normal, kebutuhan nutrisi yang diperlukan.Pemilihan dan penyediaan
makanan, dengan tidak lupa memperhatikan latar belakang dan social klien.
c) Kebutuhan eliminasi
Perawat harus mengetahui semua saluran pengeluaran dan keadaan normalnya,
jarak waktu pengeluaran, dan frekuensi pengeluaran.
l) Kebutuhan bekerja
Dalam perawatan dasar maka penilaian terhadap interprestasi terhadap
kebutuhan klien sangat penting, dimana sakit bisa menjadi lebih ringan apabila
seseorang dapat terus bekerja
m) Kebutuhan bermain dan rekreasi
Perawat mampu memkilihkan aktifitas yang cocok sesuai umur, kecerdasan,
pengalaman dan selera klien, kondisi, serta keadaan penyakit.
n) Kebutuhan belajar
Perawat dapat membantu klien belajar dalam mendorong usaha penyembuhan
dan meningkatkan kesehatan, serta memperkuat dan mengikuti rencana terapi yang
diberikan.
Etiologi Problem
Umur Gangguan Perfusi Jaringan
Hipertensi
Hipertensi
Pembulih Darah
Pembuluh Darah
Intoleransi Aktifits
Hipertensi
3.3 DIAGNOSA
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipertensi ditandai dengan
penyalahgunaan zat
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung ditandai
dengan tekanan darah meningkat
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen ditandai dengan respons tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kehamilan ditandai dengan pasien mengeluh
tidak puas tidur.
3.4 INTERVENSI
Diagnosa Rencana keperawatan
keperawatan/masalah Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
kolaborasi
Gangguan perfusi NOC: NIC:
Setelah dilakukan tindakan 1) Monitor kemampuan
jaringan perifer
keperawatan selama 2x24 jam pasien
berhubungan dengan diharapkan dengan 2) Mengatur posisi
Kriteria Hasil : 3) Monitor intake cairan
kurang suplai oksigen ke
1) pengisian kapiler ke pasien
jaringan jaringan normal
2) edema perifer tidak ada
3.5 Implementasi/Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah inisiatf dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik.Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada
nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.Oleh karena itu
rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien (Nursalam, 2001).
3.6 Evaluasi
Evaluasi ditulis setiap kali setelah semua tindakan dilakuakan terhadap pasien.
Pada tahapevaluasi dibagi menjadi 4 yaitu SOAPIER atau SOAP :
S Subyektif Hasil pemeriksaan terahir yang dikelukan oleh
pasien biasanya biasanya data ini berubungan
dengan kriteria hasil
R Revisi
3.7 Dokumentasi
Pengertian dokumentasi keperawatan menurut Carpenito (1999), merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang rumit dan sangat beragam serta memerlukan waktu yang cukup
banyak dalam proses pembuatannya.
Terkait dengan model dalam pendokumentasian asuhan keperawatan, menurut
Nursalam (2008), terdapat beberapa model dari penerapan dokumentasi asuhan
keperawatan yang sering diterapkan di tempat praktik yaitu: 1) catatan yang berorientasi
pada sumber (source oriented record), 2) catatan yang berorientasi pada
perkembangan/kemaj uan pasien (progress oriented record), 3) charting by exception
(CBE), 4) Problem Intervention Evaluation (PIE), 5) Process Oriented Sistem (pocus).
Agar pelaksanaan kegiatan dokumentasi asuhan keperawatan berjalan efektif
hendaknya memperhatikan hal di bawah ini:
1. Harus menggunakan standar terminologi yang terdiri dari pengkajian, diagnosis,
perencanaan, pelaksanaan/implementasi dan terakhir evaluasi dari proses perawatan
yang diberikan.
2. Mengumpulan serta mendokumentasikan data yang diperoleh sesuai dengan keadaan
yang terjadi pada pasien ke dalam catatan yang permanen.
3. Menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang telah dianalisis dengan
cermat dan akurat.
4. Mendokumentasikan hasil observasi secara akurat, lengkap sesuai dengan urutan
waktu kejadiannya.
5. Merevisi rencana asuhan keperawatan berdasarkan hasil yang diharapkan dan yang
ditemukan terhadap pasien.
BAB IV
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Kehamilan merupakan suatu kondisi fisioligis, tetapi ada beberapa keadaan yang
dapat menyebabkan kehamilan penuh dengan ancaman. Salah satu penyakit yang sering
mengancam kehamilan adalah hipertensi dalam kehamilan keadaan ini dapat
menyebabkan morbiditas pada janin (termasuk petumbuhan janin terhambat di dalam
rahim, kematian janin di dalam rahim, dan kelahiran premature) serta mordibitas pada
ibu (termasuk kejang eklamsia, perdarahan otak, edema paru, gagal ginjal akut, dan
penggumpalan darah di dalam pembuluh darah) bahkan menyebabkan kematian ibu
(Prawirohardjo, 2009 dalam Jurnal Keperawatan Liawaai DKK, 2018).
Hipertensi kronis dalam kehamilan adalah adanya penyakit hipertensi sebelum
hamil ataupun ditemukan sebelum usia kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang
menetap 6 minggu pasca persalinan, apapun yang menjadi sebabnya
(Winardi.B,1991:2).
DAFTAR PUSTAKA
Kaimmudin, L. D. (2018). Hubungan Usia Ibu Saat Hamil Dengan Kejadian Hipertensi
Di RSU GMIM Pancaran Kasih. Jurnal Keperawatan , 1-5.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.