Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM MATERIAL TEKNIK

UJI BRINELL

Pengajar : Putra Pratama S.T

Disusun oleh :

Kelompok 2

1.Agfrizha Tyaswati 2018310017


2.Akmal Alparidzi 2018310006
3.Rifqi Farhan R. 2018310014
4.Muhamad M.R.P 2018310021
5.Daniel Francisco 2018320008
6.Muhamad Wafie 2018310020
7.Muhammad Djauhar 2018320009
8.Berlianto Lasuardi 2018310008

FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN


UNIVERSITAS DARMA PERSADA
JAKARTA
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……................................................................................................ 2

DAFTAR TABEL dan Grafik............................................................................... 3

DAFTAR GAMBAR........................................................................................... 4

BAB I

1. Latar Belakang...................................................................................... 5
2. Tujuan .................................................................................................. 5
BAB II
1. Alan dan Bahan...............................................................................6
2. Teori...............................................................................................6
BAB III
1. Melakukan Percobaan....................................................................12
2. Analisa..........................................................................................16
BAB IV
1. Kesimpulan....................................................................................19
2. Saran.............................................................................................19
3. Daftar Pustaka...............................................................................19

2
Daftar Tabel & Grafik

Tabel 3.1 Tabel hasil pengujian sebelum pembakaran………………………16

Tabel 3.2 Data pengujian setelah Pembakaran………………………………16

Grafik 3.1 Data pengujian sebelum pembakaran……………………………18

Grafik 3.2 Data pengujian setalah Pembakaran……………………………..18

3
Daftar Gambar

Gambar 2.1 Diagram TTT(Time Temperature Transformation)……………8

Gambar 2.2 contoh uji brinell……………………………………………….10

Gambar 3.1 Test piece preparing…………………………………………….12

Gambar 3.2 Test piece setelah dihaluskan…………………………………..12

Gambar 3.3 Mesin Uji brinell……………………………………………......13

Gambar 3.4 Tungku Pembakaran…………………………………………....14

Gambar 3.5 Pendinginan test piece...........................................................14

Gambar 3.6 Melakukan Penghitungan bersama.........................................15

Gambar 3.7 Pengujian sebelum pembakaran..............................................17

Gambar 3.8 Pengujian setelah pembakaran................................................18

4
BAB I

A. Latar Belakang

Makna nilai kekerasan suatu material berbeda untuk kelompok bidang ilmu yang
berbeda. Bagi insinyur metalurgi nilai kekerasan adalah ketahanan material terhadap penetrasi
sementara untuk para insinyur disain nilai tersebut adalah ukuran dari tegangan alir, untuk
insinyur lubrikasi kekerasan berarti ketahanan terhadap mekanisme keausan, untuk para
insinyur mineralogi nilai Itu adalah ketahanan terhadap goresan, dan untuk para mekanik
work-shop lebih bermakna kepada ketahanan material terhadap pemotongan dari alat potong.
Begitu banyak konsep kekerasan material yang dipahami oleh kelompok ilmu, walaupun
demikian konsep-konsep tersebut dapat. Dihubungkan pada satu mekanisme yaitu tegangan
alir plastis dari material yang diuji. Uji kekerasan merupakan pengujian yang paling efektif
karena dengan pengujian ini, kita dapat dengan mudah mengetahui gambaran sifat mekanis
suatu material. Meskipun pengukuran hanya dilakukan pada suatu titik, atau daerah tertentu
saja, nilai kekerasan cukup valid untuk menyatakankekuatan suatu material. Dengan dengan
melakukan uji keras, material dapat dengan mudah di golongkan sebagai material ulet atau
getas. Uji keras jugadapat digunakan sebagai salah satu metode untuk mengetahui pengaruh
perlakuan panas atau dingin terhadap material. Material yang telah mengalami cold working,
hot working, dan heat treatment, dapat diketahui gambaran perubahan kekuatannya, dengan
mengukur kekerasan permuakaan suatu material. oleh sebab itu, dengan uji kekerasan kita
dapat dengan mudah melakukan quality control terhadap material untuk mengetahui kualitas
dari material yang diuji sehingga dapat digunakan atau dipakai pada benda sesuai dengan
kapasitasnya. Maka dari itu praktikum pengujian kekerasan ini sangat penting dilakukan oleh
mahasiswa agar memahami dan mampu melakukan pengujian kekerasan material, dan juga
mampu melakukan perhitungan nilaikekerasan dari material yang diuji.

B. Tujuan.

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui nilai kekerasan suatu spesimen material yang diuji.


2. Untuk mengetahui macam-macam metode pengujian kekerasan material serta
aplikasinya.
3. Untuk mengetahui prosedur dan standar pengujian keras.
4. Untuk mengetahui sistem kerja dan bagian dari mesin uji kekerasan.
5. Untuk mengetahui alat-alat yang digunakan pada saat melakukan pengujian uji
kekerasan.

5
BAB II

A. Alat dan Bahan

1. Pipa
2. Resin
3. Katalis
4. Papan

B. Teori
a. Kekerasan
Kekerasan adalah sifat mekanik dari suatu material.kekwrasan didefinisikan
sebagai kemampuan suatu material untuk menahan beban identasi atau penetrasi
(penekanan). Kekerasan merupakan ukuran ketahanan bahan terhadap deformasi
tekan. Deformasi yang terjadi dapat berupa kombinasi perilaku elastis dan plastis.
Deformasi elastis kemungkinan terjadi pada permukaan yang keras, sedangkan
deformasi plastis terjadi pada permukaan yang lebih lunak. Pengaruh deformasi
bergantung pada kekerasan permukaan bahan (logam). Nilai kekerasan berkaitan
dengan kekuatan luluh atau tarik logam, karena selama indentasi (penjejakan)
logam mengalami deformasi sehingga terjadi regangan dengan persentase tertentu.
Nilai kekerasan Vickers didefinisikan sama dengan beban dibagi luas jejak
piramida (indentor) dalam kg/mm2 dan besarnya kurang lebih tiga kali besar
tegangan luluh untuk logam-logam yang tidak mengalami pengerjaan pengerasan
cukup berarti.

Faktor – faktor yang mempengaruhi kekerasan :

1. Pengaruh kadar karbon terhadap kekerasan suatu bahan.


Pengaruh kadar karbon terhadap kekerasan suatu bahan merupakan sifat mekanik
yang dimiliki baja. Penambahan kadar karbon sangat mempengaruhi kekerasan,
dimana dengan meningkatnya kadar karbon maka kekerasannya semakin meningkat
pula.

2. Unsur Paduan.
Unsur paduan logam juga berpengaruh dalam sifat kekerasan logam, beberapa jenis
unsur dalam paduan logam adalah sebagai berikut:
a. Karbon (C)
Pada baja karbon biasanya kekerasan dan kekuatannya meningkat sebanding
dengan kekuatan karbonnya, tetapi keuletannya menurun dengan naiknya kadar
karbon. Persentase kandungan karbon akan memberikan sifat lain pada baja
karbon.
b. Mangan (Mn).
Mangan berfungsi untuk memperbaiki kekuatan tariknya dan ketahanan ausnya.
6
Unsur ini memberikan pengerjaan yang lebih mengkilap atau bersih dan
menambah kekuatan dan ketahanan panas.
c. Silikon (Si).
Silikon untuk memperbaiki homogenitas pada baja. Selain itu, dapat menaikkan
tegangan tarik dan menurunkan kecepatan pendinginan kritis sehingga baja
karbon lebih elastis dan cocok dijadikan sebagai bahan pembuat pegas.
d. Posfor (P).
Posfor dalam baja dibutuhkan dalam persentase kecil yaitu maksimum 0,04 %
yang berfungsi untuk mempertinggi kualitas serta daya tahan material terhadap
korosi. Penambahan posfor dimaksudkan pula untuk memperoleh serpihan kecil-
kecil pada saat permesinan.
e. Belerang (S).
Sulfur dimaksudkan untuk memperbaiki sifat-sifat mampu mesin. Keuntungan
sulfur pada temperatur biasa dapat memberikan ketahanan pada gesekan tinggi.
f. Khrom (Cr).
Khrom dengan karbon membentuk karbida dapat menmbah keliatan, menaikkan
daya tahan korosi dan daya tahan terhadap keausan yang tinggi, keuletan
berkurang.
g. Nikel (Ni).
Sebagai unsur paduan dalam baja konstruksi dan baja mesin, nikel memperbaiki
kekuatan tarik, sifat tahan panas dan sifat magnitnya.
h. Molibden (Mo).
Molibden mengurangi kerapuhan pada baja karbon tinggi, menstabilkan karbida,
serta memperbaiki kekuatan baja.
i. Titanium (Ti).
Titanium adalah logam yang lunak tetapi biola dipadukan dengan nikel dan
karbon akan lebih kuat, tahan aus dan tahan korosi.
j. Wolfram/Tungsten (W/T).
Paduan ini dapat membentuk karbida yang stabil yang sangat keras, menahan
suhu pelumasan dan mengembalikan perubahan bentuk/struktur secara perlahan-
lahan.

3. Diagram keseimbangan Fe-Fe3C


Diagram ini menyatakan hubungan antara kandungan kadar karbon, Perubahan suhu

7
dan perubahan fase, struktur dari besi karbon (Fe3C). Diagram ini disebut juga
diagram fase atau diagram keseimbangan.  Pada diagram ini terdapat dua macam
keadaan besi, yaitu daerah cair total (fase cair), daerah cair dan beku (fase cair dan
padat) dan darah padat total (fase padat). Dari diagram fasa tersebut dapat diperoleh
informasi-informasi penting yaitu antara lain:
a. Fasa yang terjadi pada komposisi dan temperatur yang berbeda dengan kondisi
pendinginan lambat.
b. Temperatur pembekuan dan daerah-daerah pembekuan paduan Fe-C bila
dilakukan pendinginan lambat.
c. Temperatur cair dari masing-masing paduan.
d. Batas-batas kelarutan atau batas kesetimbangan dari unsur karbon pada fasa
tertentu.
e. Reaksi-reaksi metalurgis yang terjadi, yaitu reaksi eutektik, peritektik dan
eutektoid.

4. Diagram TTT
Diagram TTT adalah suatu diagram yang menghubungkan transformasi austenit
terhadap waktu dan temperatur.

Gambar 2. 1. Diagram TTT (Time TemperatureTransformation)(http://amazon.com/)

Jika dilihat dari bentuk grafiknya diagram ini mempunyai nama lain yaitu diagram S
atau diagram C. Proses perlakuan panas bertujuan untuk memperoleh struktur baja
yang diinginkan agar cocok dengan penggunaan yang direncanakan. Struktur yang
diperoleh merupakan hasil dari proses transformasi dari kondisi awal. Proses
transformasi ini dapat dibaca dengan menggunakan diagram fasa namun untuk
kondisi tidak setimbang diagram fasa tidak dapat digunakan, untuk kondisi seperti ini
maka digunakan diagram TTT. Melalui diagram ini dapat dipelajari kelakuan baja
pada setiap tahap perlakuan panas, diagram ini juga dapat digunakan untuk
memperkirakan struktur dan sifat mekanik dari baja yang diquench dari temperatur
austenitisasinya kesuatu temperatur dibawah A1.diagram ini menunjukan
8
dekomposisi austenit dan berlaku untuk macam baja tertentu. Baja yang mempunyai
komposisi berlainan akan mempunyai diagram yang berlainan, selainitu besar butir
austenit, adanya inclusi atau elemen lain yang terkandung juga mempunyai pengaruh
yang sama.

5. Perlakuan Panas
a. Hardening.
Hardening bertujuan untuk memperoleh kekerasan maksimum pada baja. Untuk
baja hypoeutectoid dipanaskan sampai (20-30)ºC. Untuk baja eutectoid dan
hypoeutectoid (20-30)ºC diatas Ac1. Selanjutnya ditahan pada temperatur
tersebut selama waktu tertentu dan didinginkan cepat didalam air atau oli,
tergantung pada komposisi kimia, bentuk dan dimensinya. Kecepatan
pendinginan harus sesuai supaya transformasi yang sempurna dari austenit
menjadi martensit. Kekerasan maksimum yang dapat dicapai setelah proses
hardening sangat tergantung pada karbon. Semakin tinggi kadar karbon,
semakin tinggi pula kekerasan maksimum yang dicapai.
b. Annealing
Annealing adalah untuk meningkatkan keuletan menghilangkan tegangan dengan
lama, menghaluskan ukuran butiran dan meningkatkan sifat mampu mesin.
Prosesnya adalah dengan memanaskan baja pada temperatur tertentu, kemudian
holding beberapa saat, kemudian didinginkan secara perlahan dalam dapur
pemanas atau media terisolasi.
c. Normalizing.
Proses ini bertujuan untuk menghaluskan struktur butiran yang mengalami
pemanasan berlebihan, menghilangkan tegangan dalam dan memperbaiki sifat
meknik. Prosesnya dengan pemanasan sampai (30-50)ºC diatas AC3 an
didingingkan pada udara sampai temperatur ruang. Pendinginan disini lebih
cepat dari pada annealing, sehingga pearlite yang terjadi menjadi lebih halus
sehingga menjadikan kekerasan (lebih keras) dan lebih  kuat dibanding yang
diperolah dengan annealing.
d. Tempering.
Mengurangi tegangan dalam, melunakkan bahan setelah hardening, dan
memperbaiki keuletan (diebility).

6. Benda Kerja.
Benda kerja yang digunakan adalah St 37. St 37 adalah baja dengan tensile strength
9
(tegangan tarik) sebesar 37MPa (mega pascal) = 37 kg/mm2. demikian seterusnya.
Yang dijadikan acuan mutu baja adalah kuat tariknya (St 37,) karena baja memang
memiliki kemampuan tahanan tarik yang luar biasa, sedangkan kuat tekannya
(tegangan tekan) sangat lemah. Oleh karena sifat ini, maka St 37 sering digunakan
sebagai salah satu unsur penyusun beton (baja "tulangan" pada beton).
(Faisol,2013).

b. Mesin Bubut.
Mesin Bubut adalah suatu mesin perakas yang digunakan untuk memotong benda
yang diputar. Bubut sendiri merupakan suatu proses pemakanan benda kerja yang
sayatannya dilakukan dengan cara memutar benda kerja kemudian dikenakan
pada pahat yang digerakkan secara translasi sejajar dengan sumbu putar dari
benda kerja. Gerakan putar dari benda kerja disebut gerak potong relatif dan
gerakkan translasi dari pahat disebut gerak umpan. Dengan mengatur
perbandingan kecepatan rotasi benda kerja dan kecepatan translasi pahat maka
akan diperoleh berbagai macam ulir dengan ukuran kisar yang berbeda. Hal ini
dapat dilakukan dengan jalan menukar roda gigi translasi yang menghubungkan
poros spindel dengan poros ulir.

c. Mesin brinell.

Pengujian kekerasan dengan metode Brinnel bertujuan untuk menentukan


kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap bola baja
(identor) yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut (spesimen).
Idealnya, pengujian Brinnel diperuntukan untuk material yang memiliki
permukaan yang kasar dengan uji kekuatan berkisar 500-3000 kgf. Identor (Bola
baja) biasanya telah dikeraskan dan diplating ataupun terbuat dari bahan Karbida
Tungsten.

Gambar 2.2 contoh uji brinell

Metode Brinell

10
a. Menyiapkan bahan spesimen yang akan di uji (baja karbon rendah).
b. Memilih indentor bola baja dengan diameter 10 mm.
c. Memasang indentor dengan cincin (ring) ke plunger rod.
d. Memilih permukaan spesimen yang rata dan bersih .
e. Memutar handwhell mendekati indentor (untuk menaikan spesimen hingga
spesimen menyentuh indentor)
f. Memberi beban awal sebesar 100 Kg yang ditandai dengan angka 3 atau titik
merah pada skala minor.
g. Menekan crank handle kedepan minimal 20 detik.
h. Menarik kembali crank handle ke posisi awal.
i. Melakukan percobaan selam 3 kali..

11
BAB III

A. Cara Melakukan Percobaan


1. Membuat jarak dan penandaan untuk pengujian.
a. Siapkan besi tespis berbentuk silinder.
b. Berilah tanda garis sebanyak 10 tanda dengan jarak 12 mm.

Gambar 3.1 Test piece preparing


c. Siapkan mesin bubut.
d. Posisikan mesin bubut pada kondisi netral.
e. Kemudian letakkan besi tespis di mesin bubut.
f. Kencangkan pada tempat nya.
g. Posisikan mata besi mesin bubut sesuai dengan tanda yang telah diberikan.
h. Ukur kecepatan yang akan di gunakan,
i. Kemudian nyalakan dan bubutlah sesuai tanda sebanyak 10 kali dengan tidak terlalu
dalam.
j. Pada ujung salah satu besi, berikan jarak sedalam 3 mm untuk dapat dilakukan
pembakaran dengan membubutnya lebih dalam.
k. Jika sudah, posisikan mesin bubut pada kondisi netral
l. Kemudian lepaskan.
m. Setelah itu aluskan menggunakan amplas

Gambar 3.2 Test piece setelah dihaluskan

12
2. Pengujian Pertama Brinell Sebelum dilakukan pembakaran
a. Siapkan besi test piece yang telah di tandai
b. Siapakan mesin uji brinell

Gambar 3.3 Mesin Uji brinell


c. Pasang test piece di atas meja uji (anvil) pada mesin Brinell
d. Buka keran untuk menyalurkan udara kempaan (udara kompresi) dari
kompresor ke mesin Brinell.
e. Atur besar beban, misalnya memakai beban standar untuk logam ferro
sebesar 3000 kgf, dengan cara memutar knop pengatur beban sehingga
jarum penunjuk piringan skala (dial gage) berada tepat pada posisi beban
3000 kgf.
f. Terapkan beban dengan cara menarik tuas pembebanan, sehingga
indentor mulai menekan permukaan tespis
g. Tunggu jarum indicator sampai ke posisi 2500 kgf, setelah itu buka keran
angin kompresor
h. Kemudian longgarkan roda tangan untuk menurunkan meja uji
i. Ambil tespis dari meja uji kemudian ukur dengan menggunakan jangka
sorong
j. Lakukan sebanyak 3x pengetesan Brinell pada besi tanda no.1,5,dan 9

3. Pembakaran Besi Test Piece


a. Siapkan alat-alat pembakaran yang terdiri dari; Gas Elpiji, Selang Gas,
Tungku Pembakaran, gantungan test piece, ember berisi air

13
Gambar 3.4 Tungku Pembakaran
b. Nyalakan api
c. Gantunglah test pice pada gantungan test piece
d. Lalu masukkan ke dalam tungku yang telah di nyalakan
e. Tutup tungku dan tunggu selama 20 menit
f. Jika telah selesai di bakar matikan api dan angkat gantungan test piece
g. Kemudian test piece yang telah di bakar masukkan ke dalam air yang telah di
sediakan.

Gambar 3.5 Pendinginan test piece

4. Pengujian kedua brinell setelah pelakukan pembakaran


a. Siapkan besi test piece yang telah di bakar
b. Siapakan mesin uji brinell
c. Pasang test piece di atas meja uji (anvil) pada mesin Brinell
14
d. Buka keran untuk menyalurkan udara kempaan (udara kompresi) dari
kompresor ke mesin Brinell.
e. Atur besar beban, misalnya memakai beban standar untuk logam ferro
sebesar 3000 kgf, dengan cara memutar knop pengatur beban sehingga
jarum penunjuk piringan skala (dial gage) berada tepat pada posisi beban
3000 kgf.
f. Terapkan beban dengan cara menarik tuas pembebanan, sehingga
indentor mulai menekan permukaan tespis
g. Tunggu jarum indicator sampai ke posisi 2500 kgf, setelah itu buka keran
angin kompresor
h. Kemudian longgarkan roda tangan untuk menurunkan meja uji
i. Ambil tespis dari meja uji kemudian ukur dengan menggunakan jangka
sorong
j. Lakukan sebanyak 10x pengetesan Brinell pada besi tanda no.1 – 10.

Hasil uji berinell setelah melakukan pembakaran

Gambar 3.6 Melakukan Penghitungan bersama

15
B. Analisa

2P
BHN =
P = Beban yangπD
diberikan
¿¿
(KP atau Kgf).
D = Diameter indentor yang digunakan.
d = Diameter bekas lekukan rata-rata hasil indentasi.

P = 3000 Kgf
D = 10 mm

d 1+¿ d
d = 2
¿
2

R d1 d2 D BHN
5,2+ 5,7
= 5,45 m 2(3000)
1 5,2 mm 5,7 mm 2 119,42 mm
3,14.10¿ ¿
m
5,2+ 5,7
= 5,45 m 2(3000)
5 5,2 mm 5,7 mm 2 119,42 mm
3,14.10¿ ¿
m
5,2+ 5,7
= 5,45 m 2(3000)
9 5,2 mm 5,7 mm 2 119,42 mm
3,14.10¿ ¿
m

Data Sebelum Dibakar


140

120

100

80

60

40

20

0
R1 R5 R9

Tabel 3.1 Tabel hasil pengujian sebelum pembakaran

Grafik 3.1 Data pengujian sebelum pembakaran

16
Gambar 3.7 Pengujian sebelum pembakaran

CARA UJI BRINELL SETELAH PEMBAKARAN

2P
BHN =
πD ¿ ¿

P = Beban yang diberikan (KP atau Kgf).


D = Diameter indentor yang digunakan.
d = Diameter bekas lekukan rata-rata hasil indentasi.

P = 3000 Kgf
D = 10 mm
d 1+¿ d
d = 2
¿
2

R d1 d2 d BHN
5,2+ 5,9
= 5,55 m 2(3000)
1 5,2 mm 5,9 mm 2 112,4
3,14.10¿ ¿
m
5,2+ 5,8 2(3000)
2 5,2 mm 5,8 mm = 5,5 mm 115,8
2 3,14.10¿ ¿
5+5,7
= 5,75 m 2(3000)
3 5 mm 5,7 mm 2 106,7
3,14.10¿ ¿
m
5,2+ 5,9
= 5,55 m 2(3000)
4 5,2 mm 5,9 mm 2 112,4
3,14.10¿ ¿
m
4,9+5,6
= 5,25 m 2(3000)
5 4,9 mm 5,6 mm 2 128,25
3,14.10¿ ¿
m
5,2+ 5,9
= 5,55 m 2(3000)
6 5,2 mm 5,9 mm 2 112,4
3,14.10¿ ¿
m
5,2+ 5,9 2(3000)
7 5,2 mm 5,9 mm = 5,35 m 115,11
2 3,14.10¿ ¿
17
m
4,8+5,5
= 5,15 m 2(3000)
8 4,8 mm 5,5 mm 2 127,38
3,14.10¿ ¿
m
5,3+5,7
= 5,5 m 2(3000)
9 5,3 mm 5,7 mm 2 115,8
3,14.10¿ ¿
m
5,2+ 6 2(3000)
10 5,2 mm 6 mm = 5,6 mm 106,15
2 3,14.10¿ ¿

Tabel 3.2 Data pengujian setelah Pembakaran

Data Setelah Pembakaran


140

120

100

80

60

40

20

0
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10

Grafik 3.2 Data pengujian setalah Pembakaran

Gambar 3.8 Pengujian setelah pembakaran

18
BAB IV

Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :

1. rata – rata nilai kekerasan brinell adalah 115,239. Setelah melakukan percobaan
diatas mudah untuk kita lebih memahami bagaimana melakukan uji kekerasan
terhadap suatu material. Dan lebih mengetahui cara mengoperasikan mesin uji
kekerasan.
2. Ketelitian dalam melihat besar diameter lekukan dalam melakukan uji kekerasan
dengan metode brinell juga mempengaruhi hasil kekerasan material.
3. Besarnya beban yang diberikan mempengaruhi nilai kekerasan suatu material,
semakin besar beban maka diameter cekungan semakin lebar sehingga nilai
kekerasanya akan semakin kecil.
4. Dengan melakukan pembakaran pada benda uji akan menyebabkan benda uji
memiliki nilai kekerasan lebih rendah.
Saran
1. Jangan pernah bermain - main dalam melakukan praktikum.
2. Untuk percobaan pengujian kekerasan yang selanjutnya diharapkan memperhatikan
waktu dan cara pengoprerasian alat sebab kesalahan pengoperasian dapat
menyebabkan data yang kita ambil tidak akurat.
3. Pahami apa saja yang dijelaskan oleh asisten laboratorium dan catatlah bila itu
penting.

Daftar pustaka

Yopi, 2013. ”Uji kekerasan material” http://yopiprayoga. blogspot.com/2013/04/v-


behaviorurldefaultvmlo.html.

Fauzan, 2013.”Pengujian keras brinell vickers”. http:// kalogueloe.


blogspot.com/2013/03/pengujian-keras-brinell-vickers. html

19

Anda mungkin juga menyukai