Anda di halaman 1dari 23

MEMBANGUN PERADABAN

MELALUI SOSOK GURU PROFESIONAL

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Profesi Kependidikan

yang dibimbing oleh Jajat Sudrajat, S.Pd.,M.Pd.

oleh

Reni Siti Munawaroh

NPM 18210220157

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) SEBELAS APRIL SUMEDANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah dengan judul “Membangun
Peradaban Melalui Sosok Guru Profesional" Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah dasar Profesi Kependidikan.

Kita sepakat bahwa untuk menjadi seorang guru, guru harus memiliki keahlian khusus,
pengetahuan, kemampuan, dan dituntut untuk dapat melaksanakan peranan-peranannya secara
profesional, menjadi guru bukanlah pekerjaan yang gampang, seperti yang dibayangkan sebagian
orang, dengan bermodal penguasaan materi dan menyampaikannya pada siswa sudah cukup, hal
ini belumlah dapat dikategori sebagai guru yang memiliki pekerjaan profesional, karena guru
yang profesional, mereka harus memiliki berbagai keterampilan, kemampuan khusus, mencintai
pekerjaannya, menjaga kode etik guru, dan lain sebagainya. Kita semua sepakat, bahwa maju
mundurnya sebuah Negara atau peradaban ditentukan oleh sejauh mana kualitas pendidikan di
Negara tersebut, dan kualitas pendidikan tergantung dari seberapa besar pengaruh seorang guru
dalam memberikan pendidikan, baik itu dari segi keilmuan maupun teladan kepada siswa-
siswanya. Dari hal tersebut menarik penulis untuk menyusun makalah ini yang membahas
mengenai sosok guru profesional dalam membangun peradaban sebuah bangsa.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
umumnya. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan
hanyalah milik Allah SWT. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun tetap penulis
nantikan demi kemajuan penulisan makalah berikutnya.

Sumedang, November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Peran Guru dalam Membangun Peradaban Bangsa..................................3

2.2 Sosok Guru Panutan bagi Siswa............................................................... 7

2.3 Jiwa Guru Penentu Pendidikan...............................................................11

2.4 Ruh dan Jiwa Seorang Guru................................................................... 13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan............................................................................................. 17
3.2 Saran....................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia, karena dengan


pendidikan manusia akan bisa berjaya di muka bumi ini. Pendidikan merupakan faktor utama
dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik
atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif.

Suatu sistem pendidikan memiliki sejumlah komponen yang saling berkaitan antara yang
satu dan lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Komponen pendidikan tersebut
antara lain komponen kurikulum, guru, metode, sarana prasarana, dan evaluasi. Satu komponen
penting dalam pendidikan adalah guru. Guru dalam konteks pendidikan mempunyai peranan
yang besar. Hal ini disebabkan gurulah yang berada dibarisan terdepan dalam pelaksanaan
pendidikan. Gurulah yang langsung berhadapan dengan peserta didik untuk mentransfer ilmu
pengetahuan dan teknologi sekaligus mendidik dengan nilai-nilai positif melalui bimbingan dan
keteladanan. Sementara diketahui bahwa dewasa ini tugas guru semakin terasa berat. Hal ini
terjadi antara lain karena kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan
cara pandang dan pola hidup masyarakat yang menghendaki strategi dan pendekatan dalam
proses belajar mengajar yang berbeda-beda di samping materi pengajaran itu sendiri.

Dengan keadaan perkembangan masyarakat yang sedemikian itu, maka mendidik


merupakan tugas berat dan memerlukan seseorang yang cukup memiliki kemampuan yang sesuai
dengan jabatan tersebut. Profesionalitas seorang guru berkaitan dengan upaya penyiapan peserta
didik untuk menjadi manusia yang berguna bagi agama, nusa, dan bangsanya.

Saat ini, negara Indonesia yang dikenal sebagai bangsa yang memiliki adab ketimuran
semakin hari semakin memudar, kita bisa melihat di media-media baik cetak maupun eletronik,
setiap hari bangsa kita disuguhi oleh tayangan dan adegan yang jauh dari unsur pendidikan yang
baik bagi pertumbuhan generasi penerus bangsa ini.

Pertanyaannya, sejauh mana peran guru sebagai pendidik bangsa membendung arus
negatif yang secara perlahan mengancurkan bangsa dan Negara ini? Jangan sampai ketika

1
2

generasi penerus bangsa ini kehilangan panutan dalam menentukan sikap, para guru atau tenaga
pendidik di Negara ini malah terseret arus negative tersebut, artinya turut memberikan contoh
yang tidak baik kepada siswa-siswanya. Perbaikan dunia pendidikan secara keseluruhan harus
dimulai dari perbaikan jiwa guru. Jiwa atau ruh gurulah yang perlu lebih dahulu dibenahi
sebelum gedung-gedung, buku-buku pelajaran, dan berbagai strategi pendidikan dan
pembelajaran. Gedung, buku, dan strategi pembelajaran penting, tetapi yang lebih penting dari
itu semua adalah jiwa guru sebab guru merupakan ujung tombak pendidikan sedang guru itu
sendiri sangat bergantung kepada jiwanya.

Dengan demikian pada pembahasan makalah ini akan di uraikan bagaimana menjadi
sosok guru profesional dalam membangun sebuah peradaban yang maju.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas, adalah sebagai berikut:

1) Apa peran guru dalam membangun peradaban bangsa?


2) Bagaimana peran guru agar bisa menjadi panutan siswa?
3) Apa yang dimaksud jiwa guru penentu pendidikan?
4) Bagaimana membangkitkan ruh dan jiwa seorang guru?

1.3 Tujuan

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui:

1) Peran guru dalam membangun peradaban bangsa.


2) Cara agar guru bisa menjadi panutan siswa.
3) Jiwa guru penentu pendidikan.
4) Membangkitkan ruh dan jiwa seorang guru.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Peran Guru dalam Membangun Peradaban Bangsa

Sejarah dunia mencatat, ketika pertama kali Jepang menghadapi kekalahan di perang
dunia ke II karena 2 kota sentral di Negara tersebut (Hiroshima dan Nagasaki) hancur karena di
bom atom oleh pasukan sekutu pada waktu itu. Sang kaisar Jepang, Hirohito dengan penuh
kekhawatiran langsung bertanya kepada pusat informasi, berapa jumlah guru yang masih hidup?
Luar biasa!

Begitu pahamnya sang pemimpin akan fungsi guru. Dia tidak putus asa karena negeri
yang dipimpinnya hancur lebur. Dia tidak khawatir Jepang akan hancur, selama guru masih
banyak yang hidup. Memang tidaklah aneh, hanya dalam waktu yang singkat, Jepang sudah
kembali seperti semula sebagai negara maju, salah satunya berkat memaksimalkan fungsi
guru/pendidikan.

Bangsa yang maju dan modern adalah bangsa yang unggul peradabannya. Peradaban
adalah bentuk budaya paling tinggi dari suatu kelompok masyarakat yang dibedakan secara nyata
dari makhluk lainnya. Peradaban mencerminkan kualitas kehidupan manusia dalam masyarakat.

Kita semua sepakat, bahwa maju mundurnya sebuah Negara atau peradaban ditentukan
oleh sejauh mana kualitas pendidikan di Negara tersebut, dan kualitas pendidikan tergantung dari
seberapa besar pengaruh seorang guru dalam memberikan pendidikan, baik itu dari segi
keilmuan maupun teladan kepada siswa-siswanya. Karena disadari atau tidak, tanpa harus
memberikan contoh secara langsung kepada siswa, setiap gerak-gerik, tingkah, dan ucapan
seorang guru merupakan objek yang akan selalu diperhatikan oleh siswa-siswanya.

Seorang Bapak Pendidikan dari Vietnam Ho Chi Min mengatakan, "No teacher No
education. No education, no economic and social development". Begitu tingginya arti seorang
guru bagi pembelajaran sebuah bangsa atau negara. Tanpanya bangsa dan negara ini tidak akan
maju dan makmur. Tanpanya tunas-tunas penerus bangsa tak akan terdidik atau bangkit untuk
membangun bangsa dan negaranya.

3
4

Jika sebuah bangsa dalam kehidupannya telah menunjukkan perilaku yang bermoral,
cerdas, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni secara serasi maka bangsa tersebut
adalah bangsa yang beradab. Peradaban bangsa merupakan suatu istilah yang digunakan untuk
menunjukkan kemajuan moral ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni suatu bangsa. Paradaban
bangsa adalah perkembangan kebudayaan suatu bangsa yang telah mencapai tingkat tertentu
yang tercermin dalam tingkat intelektual, keindahan, teknologi, dan spiritual. Untuk menjadi
bangsa yang beradab, bangsa tersebut harus senantiasa menjunjung tinggi aturan, normat adat-
istiadat, nilai-nilai kehidupan yang ada di masyarakat yang diwujudkan dengan menaati berbagai
aturan sosial sehingga dalam kehidupan di masyarakat itu akan tercipta ketenangan, kenyamanan,
ketenteraman, dan kedamaian.

Dalam membangun peradaban bangsa, guru mempunyai peran yang sangat strategis.
Guru harus menunjukkan kepribadiannya secara efektif agar menjadi teladan bagi bangsanya.
Tidak hanya dirinya yang harus menjadi teladan, akan tetapi kehidupan keluarganya pun harus
menjadi teladan bagi bangsanya. Sebagai agen masyarakat, guru berperan sebagai mediator
antara masyarakat dengan dunia pendidikan dalam membangun peradaban bangsa. Dalam kaitan
ini, guru sebagai pembawa (transporter) berbagai inovasi dalam ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni dari sekolah ke dalam masyarakat dan juga membawa kehidupan masyarakat yang
beradab ke sekolah. Dengan demikian terdapat keterkaitan yang saling menunjang antara upaya
pendidikan di sekolah dengan upaya di masyarakat dalam mewujudkan peradaban bangsa.
Selanjutnya sebagai pendidik masyarakat, guru bersama unsur masyarakat Iainnya
mengembangkan berbagai upaya pendidikan yang dapat menunjang upaya membangun
peradaban bangsa. Untuk mewujudkan upaya pembangunan peradaban bangsa ini guru dituntut
profesional. Charles Johnson (1980:12) mengungkapkan seluruh kemampuan profesional guru
itu dalam enam komponen pokok, yaitu:

1. Unjuk kerja (performance). Komponen ini merupakan seperangkat perilaku ternyata yang
ditunjukkan Oleh seorang guru pada waktu dia memberikan pelajaran kepada para siswanya.
Jadi unjuk kerja ini dapat dilihat dalam rangka interaksi belajar-mengajar antara guru dan
siswa. Unjuk kerja guru itu, pada umumnya tampak dalam tiga kecenderungan, (a) yang
terpusat pada guru, (b) terpusat pada siswa, atau (c) terpusat bahan pelajaran, Pada dimensi
5

Iain, unjuk kerja itu dibedakan menjadi kecenderungan yang (a) menekankan segi proses
interaksi guru siswa, atau (b) menekankan hasil yang diperoleh siswa;

2. Penguasaan materi pelajaran yang harus diajarkan kepada siswanya. Penguasaan materi ini
sesungguhnya tidak sebatas serpihan materi yang akan diajarkan kepada siswa, melainkan
juga penguasaan terhadap sosok tubuh disiplin ilmu yang menjadi sumber materi pelajaran itu,
dengan penguasaan sosok tubuh disiplin ilmu itu, guru akan mampu memilih materi pelajaran
yang cocok untuk disampaikan kepada siswa, sebaliknya, apabila guru hanya menguasai
serpihan materi pelajaran yang harus diajarkan kepada siswa sesuai dengan kurikulum yang
amat ketat, maka dia tidak akan mampu menyampaikan materi itu secara terpadu, akibatnya
siswa pun tidak akan menghayati materi pelajaran itu sebagai bagian terpadu dari keseluruhan
materi dalam suatu disiplin ilmu tertentu;

3. Penguasaan landasan profesional keguruan dan kependidikan. Komponen ini mencakup


pemahaman dan penghayatan yang mendalam mengenai filsafat profesi keguruan dan
kependidikan, landasan-landasan pedagogis dari upaya guru dalam membimbing siswa ke
arah tujuan pendidikan tertentu, dan landasan psikologis dari perbuatan belajar mengajar serta
pemahaman terhadap siswa beserta lingkungannya. Hal ini berkaitan pula dengan pemahaman
dan penghayatan atas keadaan dan suasana sosial budaya yang mewadahi perbuatan belajar
mengajar itu.

4. Penguasaan proses-proses pengajaran dan pendidikan. Komponen ini mencakup seperangkat


kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang mengandung segi
kependidikan. Proses ini berlangsung mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai kepada
pengawasan dan penilaian program, proses dan hasil belajar siswa, sekurang-kurangnya
dalam mempelajari mata pelajaran atau bidang studi yang diajarkan oleh guru yang
bersangkutan. Ke dalamnya termasuk bagaimana guru membuat persiapan mengajar,
mengelola kelas dan sebagainya.

5. Penguasaan cara-cara untuk menyesuaikan diri. Komponen ini mencakup cara guru
menyesuaikan diri dengan suasana lingkungan kerjanya, termasuk siswanya, suasana belajar
mengajar, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang pendidikan dan
pengajaran dan perubahan kebijaksanaan serta peraturan dalam bidang pendidikan dan
6

pengajaran. Dengan demikian, penyesuaian diri ini menyangkut kesediaan belajar sepanjang
hayat, kesediaan untuk berinovasi, kreativitas, dan kemampuan berantisipasi terhadap keadaan
di masa mendatang.

6. Kepribadian. Komponen ini menyangkut sistem nilai yang dianut guru, sikap-sikapnya, dan
minatnya kepada hal-hal yang berkaitan dengan kemanusiaan, pendidikan, dan pengajaran. Ke
dalam komponen ini termasuk keterbukaan, sikap empatik, kewibawaan, dan sebagainya.

Keenam komponen kualitas kemampuan guru itu tidak boleh dipandang sebagai pilahan
pilahan yang terpisah, melainkan harus dipandang sebagai suatu keterpaduan yang menjelma dan
bermuara pada kualitas unjuk kerjanya yang diperkîrakan menunjang keberhasilan siswa dalam
belajar. Di samping itu, proporsi setiap komponen dalam keseluruhan kemampuan itu tidak sama
besar tergantung pada penekanannya. Dengan demikian, kualitas kemampuan guru itu (setidak-
tidaknya) dapat dilihat dari kemampuannya dalam melakukan tugasnya dengan memperlihatkan
tingkah laku nyata yang didasari oleh penguasaan bahan, ketahanan profesional, penguasaan
proses dan kemampuan menyesuaikan diri, dan di atas segalanya didasari oleh sikap
kependidikan yang mantap.

Selain itu, Dalam Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab I,
Pasal I ayat 10, menyebutkan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan,
dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi guru adalah standar pekerjaan yang dilakukan
oleh guru dalam fungsinya sebagai pendidik, pengajar, pelatih dan pembimbing terhadap peserta
didiknya. Ketika seseorang dikatakan ahli, tentu dia mempunyai kompetensi dalam bidang yang
ia kuasai. Guru profesional juga mempunyai kompetensi yang harus dimiliki, yaitu:

1) Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi guru yang berkaitan dengan cara pengelolaan
guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dan pemahaman terhadap peserta didik. Lebih
lanjut, kompetensi ini meliputi kemampuan memahami peserta didik, merancang pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, penilaian hasil belajar dan juga pengembangan.

2) Kompetensi Kepribadian
7

Kompetensi kepribadian merupakan kompetensi berupa sikap yang harus dimiliki oleh
seorang guru. Kepribadian guru harus mencerminkan profesi yang diembannya. Maka seorang
guru harus dapat mencerminkan kepribadian diri yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

3) Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial berkaitan dengan kemampuan seorang guru untuk berjalan beriringan
dengan masyarakat. Seorang guru harus mampu untuk berkomunikasi dengan efektif dengan
masyarakat. Termasuk di dalamnya adalah mampu untuk berkomunikasi dengan peserta didik,
guru lain, wali murid dan warga di lingkungan sekolah.

4) Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan materi


pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan substansi
keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut, serta menambah wawasan keilmuan sebagai
guru. Indikator esensial dari kompetensi ini meliputi: (1) memahami materi ajar yang ada dalam
kurikulum sekolah, (2) memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang koheren dengan
materi ajar, (3) memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait, dan (4) menerapkan
konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.

2.2 Sosok Guru Panutan bagi Siswa

Setidaknya ada beberapa sikap yang harus dimiliki oleh seorang guru atau tenaga
pendidik dalam rangka memberikan teladan yang baik bagi siswa-siswanya. diantaranya:

a. Ikhlas. Keikhlasan merupakan ujung tombak dari sebuah amalan. Jika seseorang ikhlas,
maka amalannya akan diterima, sebaliknya jika tujuannya bukan karena Allah maka
amalannya sia-sia. Fudhail bin Iyadh Rahimahullah berkata: "Meninggalkan suatu
amalan karena manusia adalah riya', beramal karena manusia adalah syirik. Sedangkan
ikhlas adalah mengerjakan dan meninggalkan suatu amalan karena Allah semata."
b. Jujur dan Amanah. Kejujuran merupakan mahkota bagi guru. Jika tidak ada kejujuran,
maka tidak akan percaya semua manusia terhadap ilmunya. Wajar bila seorang murid
8

akan menerima apa saja yang diajarkan oleh gurunya, sehingga apabila seorang murid
mengetahui akan kebohongan gurunya, maka kepercayaan murid akan berbalik arah (tidak
percaya lagi), atau bahkan kebohongan itu dapat menjatuhkan prestise seorang guru di
mata anak dididiknya. Rasulullah SAW. mengisyaratkan: "Kejujuran mengantarkan
kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan kepada surga. Seorang yang baik akan
berlaku jujur dan memilih kejujuran, sehingga Allah menuliskan ia menjadi orang-orang
yang jujur. Kebohongan mengantarkan kepada kedurhakaan, dan kedurhakaan
mengantarkan kepada neraka. Seorang yang durhaka, akan berbuat bohong dan memilih
untuk berbohong, sehingga Allah mengecap dia sebagai pembohong." Kesamaan antara
ucapan dan tindakan, Rasulullah senantiasa menyuruh para shahabatnya berbuat kebaikan,
beliau orang yang pertama melakukan hal itu. Rasul juga melarang berbuat kejahatan, dan
beliau pula orang yang pertama menjauhi larangan itu. Allah berfirman: "Wahai orang-
orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?
Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu
kerjakan. (Q.S. As-Shaf/61: 2-3).
c. Adil dan Egaliter. Guru harus bersikap adil dan arif di depan anak muridnya, baik dalam
membagikan tugas atau kewajiban lainnya. Guru tidak boleh mengistimewakan seseorang
dari yang lainnya, hanya karena hubungan kerabat. Jika itu terjadi berarti ia menzhalimi
murid-muridnya yang lain. Sikap seperti ini pernah dilakukan Rasulullah ketika Usamah
bin Zaid berusaha meminta keringanan untuk Al-Makhzumiyah ketika ia melakukan
pencurian. Maka Rasulullah bersabda, "Demi Allah, jika Fatimah binti Muhammad
mencuri, pasti aku potong tangannya." Betapa konsisten Nabi dengan prinsip keadilan
sekalipun mengenai diri sendiri, keluarga, dan orang-orang yang paling beliau cintai.
d. Berakhlaq Mulia. Tidak diragukan lagi bahwa sikap dan tutur kata yang baik dapat
berpengaruh pada jiwa, melunakkan hati serta menghilangkan kedengkian dalam dada.
Begitu pula sikap yang ditampakkan oleh guru, bisa positif dan negatif. Positif karena
memang sikap dan wajah cerianya dapat menyenangkan hati, dan negatif karena sikap
dan wajah masamnya tidak menyenangkan. Rasulullah adalah sebaik-baik manusia, baik
fisik maupun jiwanya. Bahkan beliau adalah sebagus-bagusnya orang yang berbudi
pekerti. "Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung" (Q.S. Al-
Qolam/68:4). Beliau bukanlah orang yang bersikap dan bertutur kata yang keras dan
9

kasar, melainkan orang yang lemah lembut, toleran dan penyayang terhadap umatnya.
Maka sepantasnya, seorang guru mengikuti keteladanan guru terbaik Rasulullah Saw.
dalam berperilaku serta berakhlak mulia, dimana berakhlak mulia itu merupakan media
yang sangat berguna untuk memberikan suatu pelajaran terhadap anak murid. Sebab pada
umumnya seorang murid berperilaku seperti perilaku gurunya.
e. Sabar dan Mengekang Hawa Nafsu. Rasulullah merupakan pendidik yang sangat
penyabar dan lembut kepada para sahabatnya, bahkan kepada para musuhnya. Beliau
tidak pernah marah, kecuali jika terjadi pengabaian dan pelecehan dalam hukum-hukum
Allah atau tindakan buruk terhadap Islam. Seorang guru pasti bergaul dengan anak
muridnya yang memiliki watak dan pemikiran berbeda. Karena itulah seorang guru
dituntut untuk bersabar dan bertanggung jawab. Tidak adanya kesabaran bagi guru akan
berdampak negatif pada psikologinya. Perlu diketahui, bahwa kesanggupan bersabar dan
menahan amarah merupakan tanda kekuatan seorang guru. Allah berfirman: "...dan
orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (Q.S. Al-Imran/3:134). Hal itu sesuai
dengan sabda Rasulullah Saw: "Kekuatan bukanlah ketika ia mampu mengusai manusia,
akan tetapi kekuatan adalah ketika ia mampu menguasai dirinya ketika marah."
f. Baik Dalam Tutur Kata. Perkataan yang tidak baik, kotor, penuh cacian serta
memperolok-olok orang lain merupakan tindakan yang tidak disukai, terlebih-lebih bagi
seorang guru. Selain watak tersebut memalukan, juga berdampak buruk bagi orang lain,
terutama muridnya. Diantara perkataan-perkataan yang harus dihindari adalah:
 Memperolok-olok orang lain
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan
kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka dan jangan
pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang
direndahkan itu lebih baik dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan
memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah
(panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka
itulah orang-orang yang zhalim." (Q.S. Al-Hujurat/49: 11). Demikian pula penghinaan
terhadap murid, itu tidak akan terjadi kecuali bagi pendidik yang dirinya dipenuhi oleh
10

perilaku yang buruk dan tercela, tidak mempunyai budi pekerti dan etika. Rasulullah
bersabda: "Seorang akan dianggap buruk, ketika ia menghina saudaranya."
 Umpatan dan Cacian
Dari Ibnu Mas'ud ra., Rasulullah Saw. bersabda: "Mencaci maki orang muslim adalah
fasik dan membunuhnya adalah kafir." (HR. Bukhari).
 Perkataan keji dan kotor
Dari Ibnu Mas'ud ra., Nabi bersabda: "Tidaklah seorang mukmin itu berlaku zhalim,
mencaci, berkata kotor dan tidak pula berkata keji." (HR. Bukhari).
g. Menciptakan Suasana Keakraban. Demi terciptanya suasana keakraban dalam belajar,
seorang guru harus mampu mencairkan suasana tersebut sehingga dapat mengusir
kejenuhan. Hal tersebut pernah dilakukan Rasulullah dengan para sahabatnya. Abu
Hurairah ra. berkata: "mereka para shahabat mengatakan: "Wahai Rasulullah! Hendaknya
engkau mencandai kita?" Beliau menjawab: "baik, namun tidaklah aku bercanda
melainkan berkata benar." Artinya adalah, Rasulullah saw menyempatkan diri berguyon
dengan para shahabat namun tidak berlebihan dalam rangka sekedar menghilangkan
kepenatan dan kejenuhan. Imam Nawawi berkata: "Ketahuilah bahwa humor yang
dilarang yaitu humor yang keterlaluan dan sering dilakukan, karena hal itu dapat
mengeraskan hati, lupa mengingat Allah dan hal-hal keagamaan yang penting, banyak
menyia-nyiakan waktu, melahirkan dendam serta dapat menjatuhkan kewibawaan.
Sedangkan humor yang biasa saja, hal itu boleh saja, karena Rasulullah juga pernah
melakukan hal itu demi untuk kebaikan agar terkesan familiar. Hal itu merupakan sunah
nabi dan merupakan suatu yang sangat dibutuhkan oleh guru ketika memberikan materi
kepada anak muridnya."

Sifat dan sikap seperti itulah yang memang sudah seharusnya dimiliki oleh para guru,
setidaknya setiap guru selalu berusaha maksimal untuk menjadi teladan yang baik bagi murid-
muridnya. Karena tidak ada contoh yang paling cepat ditiru selain sikap dan tingkah laku
seorang guru yang disaksikan oleh para muridnya. Dan kita berharap kelak Negara yang yang
kita cintai ini akan menemukan jati diri sebenarnya sebagai bangsa yang beradab dan memiliki
adat ketimuran melalui guru dan tenaga pendidik yang berkualitas.
11

2.3 Jiwa Guru Penentu Pendidikan

Guru menjadi ujung tombak masa depan bangsa. Guru memiliki peran signifikan dalam
keberhasilan sebuah pendidikan. Guru yang tidak berkualitas akan melahirkan anak didik yang
lemah. Sebaliknya, guru yang penuh dedikasi akan melahirkan anak didik yang berkualitas.

Seorang guru harus menguasai pelajaran yang diajarkan. Tidak cukup dengan pelajaran,
ia juga harus memahami metode yang tepat untuk mengajar. Berikutnya seorang guru harus
memiliki keterampilan mengajar yang baik. Akan tetapi, ketiganya tidaklah cukup. Ada faktor
lain yang mana menjadi pondasi kesemuanya itu yaitu jiwa guru. Bayangkan jika kita mengajar
dengan “jiwa”.Niat kita ikhlas dalam mengajar, membimbing dan mendidik murid, ikhlas dalam
menasihati, disiplin ketika mengajar, berakhlak baik kepada murid, mendoakan mereka. Ilmu
dan nasihat-nasihat yang kita berikan terpancar murni dari relung jiwa.

Guru adalah pengemban amanat, seorang agent of change. Alangkah dahsyatnya peran
seorang guru. Guru harus memiliki ilmu dan adab. Ilmu penting karena ilmu inilah yang akan
diajarkan ke murid, sedangkan adab merupakan perhiasan ilmu. Ilmu dan adab tidak boleh
dipisahkan. Ilmu dan adab harus ada dalam diri seorang guru.

Kadang-kadang guru lupa dengan tugasnya sebagai guru. Guru hanya merasa sebagai
pengajar semata, masuk kelas, menyajikan materi pelajaran, menguji murid, dan seterusnya.
Guru tidak merasa bertanggung jawab sepenuhnya terhadap perbaikan akhlak dan adab murid.
Guru bukan “tukang ngajar” Tugas guru bukan tugas tukang. Tukang hanya menyelesaikan
pekerjaan fisik. Ketika pekerjaan fisik selesai, tukang tidak bertanggung jawab terhadap ruh
pekerjaannya, sebab yang tukang kerjakan memang benda mati yang tidak berubah. Murid tidak
demikian. Murid adalah manusia yang memiliki fisik dan jiwa. Guru tidak hanya bertanggung
jawab berbagi ilmu kepada murid tetapi juga bertanggung jawab memperbaiki jiwa murid.
Disinilah peran guru sebagai penanam adab.

Sebagai agen penanam adab, guru perlu lebih dulu berbenah daripada murid. Sebuah
mahfuzhat berbunyi, ath thariqah ahamu minal madah, wal ustaadzu ahammu min ath-thariqah,
wa ruuhul ustadz ahammu min al ustadz. (metode pelajaran lebih penting dari pelajaran, guru
lebih penting dari metode, dan ruh guru lebih penting dari guru itu sendiri).
12

Ungkapan ini menunjukkan, perbaikan dunia pendidikan secara keseluruhan harus


dimulai dari perbaikan jiwa guru. Jiwa atau ruh gurulah yang perlu lebih dahulu dibenahi
sebelum gedung-gedung, buku-buku pelajaran, dan berbagai strategi pendidikan dan
pembelajaran. Gedung, buku, dan strategi pembelajaran penting, tetapi yang lebih penting dari
itu semua adalah jiwa guru sebab guru merupakan ujung tombak pendidikan sedang guru itu
sendiri sangat bergantung kepada jiwanya.

Selain dituntut memiliki pola pikir yang benar, guru juga dituntut memiliki amaliah yang
dapat diteladani, bahwa guru merupakan panutan/tuntunan murid. Sebagai dalil murid, guru
harus benar agar murid tidak salah.

Guru harus beradab terlebih dahulu agar dapat membimbing dan menjadi panutan bagi
murid-muridnya. Menurut Adian, hilangnya adab (the loss of adab) dalam proses pendidikan
adalah bencana bagi peradaban Islam. Sebab adab menjadi pilar pokok dalam mengurai berbagai
persoalan di tubuh umat. Dengan adab, manusia bisa menyadari posisinya di hadapan Sang
Khaliq sebagai seorang hamba. Sebagaimana dengan mengedepankan adab, manusia juga
mampu saling menghormati sesamanya.

Konsep guru ideal diungkapkan bahwa guru hendaklah ikhlas dalam melaksanakan tugas,
keikhlasan seorang guru dalam melaksanakan tugasnya merupakan sarana yang paling ampuh
untuk kesuksesan peserta didiknya dalam proses belajar.

Guru harus memiliki sifat zuhud dalam mengajar karena mencari ridho Allah, begitu juga
suci badan dan anggota tubuhnya selalu terjaga dari perbuatan dosa, suci jiwanya dengan
membebaskan diri dari perilaku sombong, riya, dengki, permusuhan, dan sifat tercela lainnya.

Seorang guru juga harus memiliki sifat Wara’ yaitu menjaga harga diri dari segala
sesuatu yang berbau syubhat agar tetap terjaga keilmuan dan kepribadiannya. Guru juga harus
mampu memerankan diri sebagai seorang pemimpin dan pembimbing dalam proses
pembelajaran.

Guru juga harus memiliki sikap tegas dan terhormat, ia bukan sekedar gudang teori,
tetapi juga sosok yang ditiru dan diteladani. Guru harus memiliki sikap kebapakan. Seorang guru
13

hendaknya menyayangi para muridnya sama dengan menyayangi anak-anaknya, dan memikirkan
mereka sama seperti memikirkan anak-anaknya.

Dalam sebuah pembelajaran, hubungan guru dan murid sangat penting. Keduanya perlu
membentuk lingkungan yang didasari dengan keharmonisan demi tercapainya tujuan
pembelajaran dengan baik. Seorang murid harus mempunyai waktu yang cukup untuk
mengambil manfaat pengetahuan dan sifat-sifat terpuji dari guru.

Pola hubungan atau relasi antara guru dan murid sebagaimana dianjurkan Az-Zarnuji
adalah semacam labolatorium pembelajaran akhlak untuk relasi yang lebih besar. Relasi ini
dijiwai oleh sifat-sifat sufi seperti tawadhu, sabar, ikhlas, penuh pengertian, dan saling
menghormati. Dengan demikian, harus ada hubungan ruhiyah yang baik antara guru dan murid,
yaitu seperti hubungan bapak dan anak.

Jika seorang guru ingin berperan sebagai seorang bapak dalam pembelajaran, maka ia
harus mempunyai sifat sempurna seperti bapak di dalam keadilan, kesabaran, mencintai, lemah
lembut dalam memberikan peringatan, dan semuanya itu dilakukan untuk membentuk hubungan
yang baik.

2.4 Ruh dan Jiwa Seorang Guru

Hidup tidak bisa lepas dari pendidikan. Karena manusia diciptakan bukan sekedar untuk
hidup. Ada tujuan yang lebih mulia dari sekedar hidup yang mesti diwujudkan dan itu
memerlukan ilmu yang diperoleh lewat pendidikan. Inilah salah satu perbedaan antara manusia
dengan makhluk lain, yang membuatnya lebih unggul dan lebih mulia.

Pendidikan diperlukan oleh semua orang. Jika orang dewasa yang biasanya sudah
terbentuk akhlak dan karakternya masih memerlukannya, maka anak-anak dan para pemuda yang
belum terbentuk jauh lebih memerlukan.

Bukankah potret orang dewasa adalah hasil pendidikannya yang dimulai dari usia anak-
anak sampai dia dewasa? Jika hidup sangat erat kaitannya dengan pendidikan, maka faktor
penting bahkan kadang-kadang menjadi faktor penentu hitam putihnya pendidikan, adalah guru.
Benar, guru bukanlah satu-satunya instrument pendidikan. Masih ada buku, kurikulum, peletak
14

kurikulum, pembuat kebijakan pendidikan dan seterusnya. Akan tetapi dari sederet instrument
tersebut, gurulah ujung tombak dari semua instrument pendidikan. Melihat realita pendidikan
hari ini yang memprihatinkan, berbagai fakta krisis moral, adab, dan akhlak terjadi pada guru
dan murid di sekolah. Narkoba, pergaulan bebas, pacaran, huru-hara, pesta-pesta dan seterusnya.
Oleh karena itu, perhatian guru dalam dunia pendidikan adalah prioritas. Membangkitkan ruh
dan jiwa seorang guru adalah sumber dan kunci utama dalam proses keberhasilan pendidikan.

Guru memikul amanah yang begitu mulia dan penuh tanggung jawab. Ditangannyalah
akan lahir generasi yang akan menebarkan cahaya kebaikan di tengah masyarakat. Wahai para
guru, sadarkah kita bahwa kebangkitan setiap peradaban dimulai dari kualitas, kehebatan, dan
kebesaran seorang guru.

Hari ini, bangkitlah wahai para guru. Jadikan proses pengajaran sebagai tugas yang mulia
dalam menanamkan nilai-nilai iman, adab, dan akhlak kepada setiap muridmu. Teruslah bersabar
dalam mendidik generasi ini.

Ruh, jiwa dan semangatmu dalam mendidik generasi ini. Jadilah teladan terbaik bagi para
muridmu dan bekerja keraslah semaksimal mungkin untuk melahirkan generasi pejuang,
generasi yang beradab, generasi yang cinta dengan ilmu, semangat dalam beramal, dan
berdakwah.

Lihatlah betapa tinggi derajatnya yang digapai oleh seorang guru, hingga Allah
bershalawat kepadanya, begitu juga dengan para Malaikat-Nya dan begitupun dengan penduduk
langit dan bumi senantiasa bershalawat kepada pengajar kebaikan.

“Sesungguhnya Allah dan Malaikat-Malaikat-Nya, para penghuni langit dan bumi,


hingga semut di lubangnya dan ikan hiu, mengucapkan doa kepada pengajar kebaikan terhadap
manusia.” (HR. Tirmidzi & Darimi).

Olehnya itu, teruslah bermuhasabah wahai para guru. Karena keputusan yang telah
engkau pilih ini adalah profesi yang mulia. Maka muliakanlah, pantaskanlah dirimu menjadi
guru sejati yang memiliki ruh, semangat dan jiwa yang bersih, ikhlas dan tulus serta menata diri
15

dengan adab dan akhlak yang mulia. Harus kita sadari bahwa guru hari ini sedang dilanda krisis
adab dan akhlaq.

Sebab itu, para ulama telah memberikan perhatian yang sangat mendalam kepada setiap
guru agar memiliki adab dan akhlak yang baik. Imam Al-Ghazali dalam Kitabnya Ihya
Ulumuddin, seorang pengajar layaknya pembesar di kerajaan langit, jika ia mempelajari suatu
ilmu, kemudian mengamalkannya dan setelah itu mengajarkannya kepada orang lain dengan
ikhlas.

Siapa saja yang menekuni tugas sebagai pendidik, berarti ia tengah menempuh suatu
perkara yang sangat mulia. Oleh karena itu, ia harus senantiasa menjaga adab serta tugas yang
menyertainya.

Adab yang pertama, sayang kepada para murid serta menganggap mereka seperti anak
sendiri. Sebab seorang guru adalah Ayah yang sejati bagi murid-muridnya. Ini didasarkan pada
sabda Rasulullah. “Sesungguhnya posisiku terhadap kalian, laksana seorang Ayah terhadap anak
anaknya.” (HR. Abu Dawud) Menurut Imam Ghazali, jika seorang Ayah menjadi sebab atas
keberadaan anak-anaknya pada kehidupan dunia yang fana ini, maka seorang guru justru menjadi
sebab bagi bekal kehidupan murid-muridnya yang kekal di akhirat nanti. Dengan demikian,
menjadi wajar apabila seorang murid tidak dibenarkan untuk membeda-bedakan antara hak guru
dan hak kedua orang tuanya.

Adab yang kedua, meneladani Rasulullah dalam setiap konsep pengajarannya.

Adab yang ketiga, memberikan nasihat mengenai apa saja demi kepentingan masa depan
murid-muridnya. Contoh, melarang mereka mencari kedudukan sebelum mereka layak untuk
mendapatkannya. Juga melarang mereka menekuni ilmu yang tersembunyi (batin), sebelum
menyempurnakan ilmu yang nyata (zahir).

Adab yang keempat, memberi nasihat kepada para murid dengan tulus, serta mencegah
mereka dari akhlak yang tercela. Dalam hal ini tidak boleh dilakukan dengan cara-cara yang
kasar, melainkan harus diupayakan menggunakan cara yang sangat bijak. Sebab, cara yang kasar
justru dapat merusak esensi pencapaian. Idealnya, sang pendidik harus terlebih dahulu berlaku
lurus, setelah itu ia menuntun para murid untuk berlaku lurus pula. Kalau prinsip ini dilanggar,
16

maka nasihat yang disampaikan menjadi tidak berguna. Sebab, memberikan keteladanan dengan
bahasa sikap, keteladanan itu jauh lebih efektif daripada menggunakan kalimat atau nasihat
secara lisan. Tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan, menyucikan,
serta membawa hati manusia untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah. Hal tersebut
karena tujuan pendidikan yang utama adalah upaya untuk mendekatkan diri kepada-Nya.

K.H. Hasyim Asyari memaparkan bahwa adab dan etika guru di antaranya adalah
menyucikan diri dari hadas dan kotoran, berpakaian yang sopan dan rapi dan usahakan berbau
wangi, berniat beribadah ketika dalam mengajarkan ilmu kepada anak didik, sampaikan hal-hal
yang diajarkan oleh Allah, biasakan membaca untuk menambah ilmu pengetahuan, berilah salam
ketika masuk ke dalam kelas, sebelum mengajar mulailah terlebih dahulu dengan berdoa untuk
para ahli ilmu yang telah lama meninggalkan kita, berpenampilan yang kalem dan jauhi hal-hal
yang tidak pantas dipandang mata, menjauhkan diri dari bergurau dan banyak tertawa, jangan
sekali-kali mengajar dalam kondisi lapar, marah, mengantuk dan sebagainya.

Selain itu, beliau juga menganjurkan hal yang tak kalah penting berkaitan dengan proses
belajar mengajar beberapa di antaranya ialah selalu melakukan introspeksi diri, mempergunakan
metode yang mudah dipahami bagi peserta didik, membangkitkan antusias peserta didik dengan
memotivasinya, memberikan latihan-latihan yang bersifat membantu, dan lain sebagainya.

Olehnya itu, membangkitan ruh dan jiwa seorang guru adalah tugas yang paling utama.
Sang guru yang dihiasi dengan adab dan akhlak mulia akan melahirkan generasi yang beradab.
Sebab akar dan ruh dalam proses pendidikan ini adalah lahirnya generasi beradab dan berakhlak
mulia.

Pendidikan menjadi salah satu aspek penting untuk membenahi mental anak bangsa agar
ke depan menjadi generasi generasi yang berkarakter. Tanpa pendidikan, peradaban tidak akan
bisa berubah, apalagi bertambah maju karena pendidikan yang menjadi landasan dan modal
utama manusia dalam melihat dan mengarungi dunia. Kunci kemajuan peradaban adalah
pendidikan karena pendidikan yang mampu mendobrak peradaban itu sendiri. Semakin maju
pendidikan sebuah bangsa maka menunjukan peradaban semakin tinggi sebaliknya jika
pendidikan mundur maka peradaban akan hancur.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendidikan merupakan faktor penting, strategis dan determinatif bagi masyarakat. Maju
mundurnya sebuah Negara atau peradaban ditentukan oleh sejauh mana kualitas pendidikan di
Negara tersebut, dan kualitas pendidikan tergantung dari seberapa besar pengaruh seorang guru
dalam memberikan pendidikan, baik itu dari segi keilmuan maupun teladan kepada siswa-
siswanya. Karena disadari atau tidak, tanpa harus memberikan contoh secara langsung kepada
siswa, setiap gerak-gerik, tingkah, dan ucapan seorang guru merupakan objek yang akan selalu
diperhatikan oleh siswa-siswanya. Sejarah membuktikan bahwa hanya bangsa-bangsa yang
menyadari dan memahami makna strategisnya pendidikanlah yang mampu meraih kemajuan dan
menguasai dunia. Bagaimana pun, pendidikan merupakan alat terefektif bagi perubahan dan
pencapaian kemajuan dalam berbagai demensi kehidupan.

Tanpa pendidikan, peradaban tidak akan bisa berubah, apalagi bertambah maju karena
pendidikan yang menjadi landasan dan modal utama manusia dalam melihat dan mengarungi
dunia. Kunci kemajuan peradaban adalah pendidikan karena pendidikan yang mampu
mendobrak peradaban itu sendiri. Semakin maju pendidikan sebuah bangsa maka menunjukan
peradaban semakin tinggi sebaliknya jika pendidikan mundur maka peradaban akan hancur.

Oleh karena itu guru menjadi kata suci bagi sebuah bangsa. Di tangan para gurulah
karakter suatu bangsa dibentuk. Peran guru sangatlah penting, guru memiliki peran yang sangat
sentral dan peranan yang sangat strategis dalam membangun peradaban bangsa. Peran guru
dalam membangun peradaban bangsa yakni sebagai konservator (pemelihara) sistem nilai,
sebagai transmiter (penerus) sistem nilai, sebagai transformator (penerjemah) sistem, nilai, dan
sebagai organisator (penyelenggara) terciptanya proses pendidikan dalam membangun peradaban
bangsa. Guru menjadi ujung tombak masa depan bangsa. Guru memiliki peran signifikan dalam
keberhasilan sebuah pendidikan. Guru yang tidak berkualitas akan melahirkan anak didik yang
lemah. Sebaliknya, guru yang penuh dedikasi akan melahirkan anak didik yang berkualitas. Dan
kita berharap kelak Negara yang yang kita cintai ini akan menemukan jati diri sebenarnya

17
18

sebagai bangsa yang beradab dan memiliki adat ketimuran melalui guru dan tenaga
pendidik yang berkualitas.

3.2 Saran

Sebaiknya untuk menjadi seorang guru, kita harus mempersiapkan diri agar bisa menjadi
guru profesional agar bisa menghasilkan sebuah peradaban maju bagi suatu bangsa dan selalu
ingatlah bahwa menjadi seorang guru bukanlah suatu pekerjaan yang bekerja hanya untuk
mendapatkan gaji saja, tetapi memiliki profesi seorang guru berarti ada suatu tugas mulia yang
sedang diemban menjadi guru adalah sebuah pengabdian, mengabdi untuk kecerdasan bangsa,
bertanggung jawab atas masa depan bangsa. Diharapkan dengan ini, guru tidak hanya
menghasilkan siswa yang pintar saja tetapi juga mempunyai akhlaq yang baik pula.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/adifikrihumaidi/5a6ed51cf133445ea
24d5605/guru-penentu-peradaban-sebuah-bangsa

https://www.google.com/amp/s/karwapi.wordpress.com/2013/06/01/ada-empat-kompetensi-
yang-harus-dimiliki-oleh-seorang-guru-profesional/amp/

https://www.google.com/amp/s/gontornews.com/2019/10/01/jiwa-guru-penentu-
pendidikan/amp/

https://www.google.com/amp/s/penanegeri.com/membangkitkan-ruh-dan-jiwa-seorang-
guru/54587/%3famp_markup=1

https://www.kompasiana.com/adifikrihumaidi/5a6ed51cf133445ea24d5605/guru-penentu-
peradaban-sebuah-bangsa?page=3

Faturrohman, Guru Professional , Bandung, PT Refika Aditama, 2010

19

Anda mungkin juga menyukai