Oleh:
Khusna Romadhon
YOGYAKARTA
2019
A. Pendahuluan
Upaya manusia untuk menjadi manusia yang tercerahkan melewati banyak sisi
untuk merealisasikannya, salah satu cara itu adalah dengan menempuh pendidikan
Kaitannya dengan pendidikan ada istilah yang sering digunakan dalam proses
adalah dengan melakukan kegiatan belajar mengajar dalam suatu tempat yang
telah dilembagakan seperti, sekolah pada tingkat dasar (SD), tingkat menegah
pertama (SMP), tingkat menengah atas (SMA), bahkan setingkat perguruan tinggi,
yang dilakukan diluar kegiatan resmi sekolah, oleh karena itu, tidak keliru satu
istilah yang mengatakan bahwa madrasah pertama kali adalah keluarga yang
umumnya2 bagaimana tidak, dengan banyak teori yang disampaikan akan tetapi,
1
Urip Triyono, Bunga Rampai Pendidikan (Yogyakarta: Deepublish, 2018), hlm.
16.
2
Munif Chatib, Orang Tuanya Manusia (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2012),
hlm. 169.
materi yang disampaikan oleh orang tua di rumah yang dengan istiqamah
memberikan pendidikan sedikit demi sedikit akan tetapi, bersifat aplikatif sebagai
contoh tatkala kita diminta tolong oleh orang tua untuk membelikan sesuatu, tentu
hal ini memberikan pesan kepada kita bahwa manusia sejatinya tidak mampu
hidup sendiri dalam arti lain bahwa manusia adalah makhluk sosial.3
akan lebih memberikan aksi nyata terhadap pendidikan yang sebelumnya dimulai
dari keluarga seperti, pendidikan akhlak yang dilakukan orang tua kemudian hal
dalam arti lain, fungsi dari pendidikan formal adalah untuk memfasilitasi peserta
didik dalam proses menjadi dewasa.4 Kaitannya dengan pendidik dan pendidikan
Islam tentu tidak bisa dipisahkan dari kedua sumber utama umat Islam yaitu al-
Qur’an dan al- Hadis yang akan menjadi fokus pembahasan dalam maklah ini.
B. Pengertian Pendidik
3
Waluyo, Suwardi, Agung Feryanto, dan Tri Hariyanto, Ilmu Pengetahuan
Sosial (Jakarta: Gramedia, 2008), hlm. 72.
4
Ruminiati, Sosio Antropologi Pendidikan (Malang: Gunung Samudera, 2016),
hlm. 74.
Dalam dunia pendidikan tentu tidak asing lagi dengan istilah pendidik,
pengajar, dan pendidikan. Oleh karena itu, supaya tidak gagal dalam memahami
ketiga komponen di atas alangkah baiknya didefinisikan terlebih dahulu apa yang
Kata pendidik berasal dari kata didik, artinya memelihara, merawat dan
memberi latihan agar seorang memiliki ilmu pengetahuan seperti yang diharapkan
(tentang sopan santun, akal budi, akhlak, dan sebagainya) selanjutnya dengan
pendidik adalah orang yang mendidik. Secara etimologi dalam Bahasa Inggris ada
beberapa kata yang berdekatan dengan arti pendidik seperti kata teacher artinya
pengajar dan tutor yang berarti guru pribadi atau yang biasa disebut dengan
trainer.
Demikian pula dalam bahasa Arab seperti kata al- mualim, murabbi, al-
mudaris, dan ustadz, semua kata itu secara esensial memilki arti yang sama yaitu
yang hampir sama juga dikemukakan oleh Muhammad Ali bahwa yang dimaksud
pendidik itu adalah guru yang memliki tugas utama mendidik, mengajar,
5
Ramli, “Hakikat Pendidik dan Peserta Didik”, dalam jurnal Tarbiyah Islamiyah
vol. 5, no. 1, 2015, hlm. 62.
6
Ibid.
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.7
ajaran Islam.8 Lebih spesifik lagi, berbicara tentang pendidik dalam perspektif
Islam tentunya semua definisi itu dikembalikan kepada al- Qur’an dan al- Hadis.
ص ِغ ًيرا ِ
َ ب ْار َح ْم ُه َما َك َما َر َّبيَاني َّ الذ ِّل ِم َن
ِّ الر ْح َم ِة َوقُ ْل َر ُّ اح ْ َوا ْخ ِف
َ َض لَ ُه َما َجن
Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (QS. Al-Isra:
24).
Dalam bentuk kata kerja “Rabba” ini digunakan juga untuk nama tuhan karena
tuhan juga bersifat mendidik, mengasuh, dan memelihara. Hal ini ditegaskan
7
Muhammad Ali, “Hakikat Pendidik dalam Pendidikan Islam”, dalam jurnal
Tarbawiyah vol. 1, no. 1, 2014, hlm. 83.
8
Ibid.
Dari kedua ayat di atas, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam
dua ayat tersebut terdapat istilah rabbun atau murabbi yang merupakan bentuk
(sigah) al-isim al-fa’il yang berasal dari kata raba-yarbu, yang artinya zad dan
nama (bertambah dan tumbuh) dan juga berasal dari kata rabiya, yarba yang
mempunyai makna tumbuh dan menjadi besar. Ketiga, berasal dari kata rabba-
ilmu pengetahuan fari tingkat dasar menuju tingkat selanjutnya dengan didasari
ketakwaan, budi pekerti dan pribadi yang luhur. 11 Pendidikan dalam bahasa arab
Islam juga bermakna at-ta’lim yang secara umum memilki arti berkenaan dengan
Heru Juabdin Sada, “Pendidik Dalam Perspektif Al-Qur’an”, dalam jurnal adz-
9
pemahaman akan suatu ilmu, seni atau bahkan pekerjaan. 12 Hadis yang
Selain itu, Istilah pendidikan dalam Islam disebut juga dengan istilah at-
berperilaku sopan.
12
Ibid.
13
Muh{ammad bin Yazi>d Abu Abdillah al- Quzwaini>, Sunan
Ibnu Ma>jah (Beirut: Da>r al-Fikr, 2009), hlm. 88.
14
Ahmad Izzan Saehudin, Hadis Pendidikan Konsep Pendidikan Berbasih
Hadis (Bandung: Humaniora, 2016), hlm. 34.
c. kata addaba sebagai bentuk kata ta’dib mengandung pengertian
membertindakan.
C. Tujuan Pendidikan
1. Penguasaan Ilmu
menguasai ilmu”.
وعلم على اللسان فذلك حجة اهلل، فعلم يف القلب فذاك العلم النافع: العلم علمان
yang ada di lidah, itu hujjah Allah atas Bani Adam”. (HR. ad-Darimi).
ليس الشديد بالصرعة إمنا الشديد الذي ميلك نفسه عند الغضب
Artinya: “Bukanlah orang yang gagah adalah orang yang pandai berkelahi, namun
orang yang gagah itu adalah orang yang mampu mengendalikan nafsunya ketika
mampu mengetahui dengan baik esensi apa yang disampaikan dengan kata lain
ketika marah.17
pendidikan Islam, juga sebagai pedoman dan arah proses pendidikan Islam itu
sendiri.18 Terdapat sejumlah pendapat mengenai fungsi, makna dan kriteria tujuan
Allah.
20
Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi abad ke-21 (California:
Pustaka al-Husna, 1998), hlm. 60.
nilai dan kebiasaan yang terkandung dalam tujuan tertinggi dan tujuan
umum.
Berdasarkan pertimbangan dan kajian fungsi, makana dan kriteria di atas, para
ahli telah merumuskan dan menetapkan berbagai tujuan pendidikan Islam. Omar
dengan misi Islam itu sendiri, yaitu “menjunjung tinggi nilai-nilai akhlak hingga
Nasional pasal 1ayat (7) dan (8) istilah pendidik disebut dengan tenaga
membimbing, mengajar atau melatih peserta didik.21 Lebih jauh lagi tentang
21
Ahmad Syar’i, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005),
hlm. 31.
Pendidik dalam penyelenggaraan pendidikan Islam pada hakikatnya adalah
mereka yang melaksanakan tugas dan tanggung jawab mendidik. Dalam Islam,
pengertian pendidik tidak hanya dibatasi pada peristiwa interaksi pendidikan dan
pembelajaran antara guru dan peserta didik di muka kelas akan tetapi, mengajak,
ajaran Islam merupakan bagian dari aktivitas pendidikan Islam. Oleh karena itu,
aktivitas pendidikan Islam dapat berlangsung kapan dan di mana saja, bahkan oleh
siapa saja sepanjang yang bersangkutan memenuhi syarat-syarat baik dilihat dari
Lebih luas lagi tentang hakikat pendidik dalam pendidikan Islam, sebagai
manusia yang memahami ilmu pengetahuan sudah baranf tentu dan menjadi
sebuah kewajiban baginya untuk mentransferkan ilmu yang dimilki kepada orang
Dalam al-Qur’an hakikat guru adalah Allah SWT, namun tidak berarti
manusia di dunia ini tidak mempunyai tugas khalifah di muka bumi ini, tugas
22
Ibid, 32.
manusia salah satunya adalah dengan mengajarkan ilmu yang telah diperolehnya
kepada orang lain, dengan kata lain manusia juga berpotensi menjadi guru.23
kaitannya lebih luas dari pada pendidik dalam pendidikan non-Islam, adapun
1. Allah swt
Berdasarkan pemahaman kedua ayat di atas bahwa hakikat dari pada pendidik
manusia dalam Islam adalah Allah swt. Dalam hal ini tentu antara Allah dengan
pendidik mengetahui segala kebutuhan orang yang didiknya sebab dia (Allah)
23
M. Ramli, “Hakikat Pendidik dan Peserta Didik”, dalam jurnal Tarbiyah
Islamiyah vol. 5, no. 1, 2015, hlm. 4.
adalah Zat Pencipta, perhatian Allah tidak terbatas hanya terhadap sekelompok
2. Rasuluallah Saw
SWT, sebagai teladan bagi umat dan rahmat bagi seluruh alam, dengan
صالِ َح ول اللَّ ِه صلَّى اللَّه علَي ِه وسلَّم إِمَّنَا بعِثْ أِل
َ ت ُمَتِّ َم ُ ُ َ َ َ َْ ُ َ َ ََع ْن أَيِب ُهَر ْيَر َة قَ َال ق
ُ ال َر ُس
َخاَل ِق
ْ اأْل
Saw memiliki kepribadian dan akhlak yang sangat mulia, yang pantas dijadikan
teladan bagi seluruh umat manusia, hal tersebut senantiasa tercermin dalam
kehidupan Rasuluallah.
3. Orang Tua
24
Ibid.
Selain pendidik (guru), yang paling berperan penting yaitu orang tua.
Menurut Hasan Basri dan Beni Ahmad Saebani, tanggung jawab terbesar
pendidikan Islam menurut ajaran Islam dipikul oleh orang tua anak, karena orang
tualah yang menentukan pola pembinaan pertama bagi anak. Menurut J.I.G.M
lain. Orang tua yang merupakan titik dan pemeran awal dalam membimbing,
kesuksesan orang tua. Kendati orang tua memiliki peranan dan tanggung jawab
utama dalam proses pengembangan potensi anak didik, namun memiliki waktu
yang terbatas hal ini disebabkan misalnya dengan kesibukan kerja, tingkat
efektivitas dan efeisiensi pendidikan tidak akan baik jika hanya dikelolah secara
alamiah.26
25
Ahmad Susanto, Bimbingan Konseling di Taman Kanak-Kanak (Jakarta:
Prenadamedia group, 2015), hlm. 197.
26
Hamid Darmadi, Pengantar Pendidikan Era Globalisasi (Bandung:An1mage,
2019), hlm. 60.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa dalam mencapai tujuan
pendidikan yang efektif dan efisien maka diperlukan mitra yang mendasar antara
orang tua dan pendidik. Orang tua yang merupakan penanggung jawab dalam
pula pendidik yaitu orang yang berkompeten untuk melaksanakan tugas mendidik,
memberi pengajaran dan pendidikan kepada anak sesuai dengan kurikulum. Kerja
sama yang terjalin bagus akan memberikan kemudahan untuk mencari solusi dan
4. Guru
Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa salah satu pendidik yang
memiliki peranan yang sangat penting yaitu guru setelah orang tua. Dalam
UndangUndang tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 1 disebutkan guru adalah
2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 6 disebut sebagai pendidik
adalah tenaga kependidikan. Guru adalah suri teladan kedua setelah orang tua.
Guru sejatinya adalah seorang pribadi yang harus serba bisa dan serba tahu, serta
yang sesuai dengan perkembangan dan potensi anak didik. Guru yang bekerja
sebagai tenaga pengajar adalah elemen yang terpenting dan ikut bertanggung
27
M. Ramli, “Hakikat Pendidik dan Peserta Didik”, dalam jurnal Tarbiyah
Islamiyah vol. 5, no. 1, 2015, hlm. 7.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa guru dapat
peserta didik yang dimiliki sehingga mampu mandiri dan mengembangkan nilai
hamba Allah Swt. Oleh karena itu, setiap guru hendaknya mempunyai kepribadian
yang akan dicontoh dan diteladani oleh anak didik, baik secara sengaja maupun
tidak. Sudah barang tentu, pekerjaan sebagai guru tidak sama dengan pekerjaan
apapun, diluar itu pengetahuan dan keterampilan yang akan diajarkan.19 Keahlian
sebagai guru atau pendidik dalam Islam tidak hanya sekedar memiliki kemampuan
umumnya, namun diperlukan syarat dan kepribadian yang ketat serta memadai
mendefinisikan apa yang dimaksud dengan peserta didik. Dalam beberapa lieratur
bahwa yang dimaksud dengan peserta didik adalah manusia yang belum matang
dalam berfikir oleh karena itu masih diperlukannya pendidikan. Dalam sudut
pandang yang lain ada juga yang mengatakan yang dimaksud dengan peserta didik
adalam proses manusia menjadi dewasa artinya, manusia yang memilki fitrah atau
dalam arti khusus peserta didik adalah seluruh al-insan, al-absyar, atau bani
Selain itu, peserta didik juga tersusun dari unsur-unsur jasmani, ruhani, dan
berkaitan dengan proses mengarahkan kedirian peserta didik, baik dari segi fisik,
ruh, nafs, dan qalb agar mampu menjalankan fungsi-fungsinya secara sempurna.
Jadi, peserta didik sebagai makhluk Allah yang diberi tugas untuk
tidak diberikan kepada makhluk lain, yakni kecerdesan akal, dan kepekaan
hati yang mampu berpikir rasional dan merasakan sesuatu di balik materi dan
perbuatan. Keutamaan yang lain yang diberikan Allah kepada manusia adalah
28
Musaddad Harahap, “Esensi Peserta Didik dalam Perspektif Pendidikan
Islam”, dalam jurnal Al-Thariqah vol. 1, no. 2, 2016, hlm. 2.
29
Ibid, 10.
30
Ibid.
F. Kesimpulan
Pendidik dalam penidikan Islam terdapat beberapa istilah yang dapat dipahami
Muaddib, yang memilki arti melatih untuk berperilaku yang baik dan sopan
santun, mengadakan pesta atau perjamuan yang berarti berbuat dan berperilaku
membertindakan.
ilmu secara komprehensif, harus menghayati apa yang diajarkan, dan dengan ilmu
yang telah dikuasai dan dihayati kemudian dikendalikan, artinya ilmu yang telah
baru Rasuluallah, Orang tua, dan guru, yang masing-masing menjalankan perintah
DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2010.