Anda di halaman 1dari 23

PENDIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM

(Tugas Metodologi Pendidikan Islam)


Dosen Pengampu: Anisa Dwi Makrufi, M. Pd.I.

Oleh:

Ilham Abdul Ganie

Khusna Romadhon

PENDIDIKAN ULAMA TARJIH MUHAMMADIYAH (PUTM)

PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH

YOGYAKARTA

2019
A. Pendahuluan

Upaya manusia untuk menjadi manusia yang tercerahkan melewati banyak sisi

untuk merealisasikannya, salah satu cara itu adalah dengan menempuh pendidikan

formal maupun informal dengan melakukan interaksi antara pendidik (guru)

ataupun peserta didik (siswa) secara intensif. 1 Dengan melakukan pendidikan

diharapkan terciptanya generasi bangsa yang menjanjikan yang dapat meneruskan

estafet kepemimpinan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Kaitannya dengan pendidikan ada istilah yang sering digunakan dalam proses

pendidikan seperti istilah pendidikan formal dan nonformal. Pendidikan formal

adalah dengan melakukan kegiatan belajar mengajar dalam suatu tempat yang

telah dilembagakan seperti, sekolah pada tingkat dasar (SD), tingkat menegah

pertama (SMP), tingkat menengah atas (SMA), bahkan setingkat perguruan tinggi,

sedangkan pendidikan nonformal adalah suatu proses kegiatan belajar mengajar

yang dilakukan diluar kegiatan resmi sekolah, oleh karena itu, tidak keliru satu

istilah yang mengatakan bahwa madrasah pertama kali adalah keluarga yang

proses pendidikan dilakukan oleh kedua orang tua kita.

Materi yang disampaikan oleh orang tua biasanya bersifat aplikatif

dibandingkan dengan segenap mata pelajaran yang disampaikan di sekolah pada

umumnya2 bagaimana tidak, dengan banyak teori yang disampaikan akan tetapi,

jarang sekali diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbeda dengan

1
Urip Triyono, Bunga Rampai Pendidikan (Yogyakarta: Deepublish, 2018), hlm.
16.
2
Munif Chatib, Orang Tuanya Manusia (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2012),
hlm. 169.
materi yang disampaikan oleh orang tua di rumah yang dengan istiqamah

memberikan pendidikan sedikit demi sedikit akan tetapi, bersifat aplikatif sebagai

contoh tatkala kita diminta tolong oleh orang tua untuk membelikan sesuatu, tentu

hal ini memberikan pesan kepada kita bahwa manusia sejatinya tidak mampu

hidup sendiri dalam arti lain bahwa manusia adalah makhluk sosial.3

Dua instrumen di atas baik pendidikan formal maupun nonformal keduanya

tentu saling melengkapi, terkhusus dalam pendidikan formal yang telah

dilembagakan itu akan memfasilitasi kemampuan siswa yang tersembunyi dengan

berbagai ekstrakulikuler yang disediakan oleh pihak sekolah yang sebelumnya

semua ini tidak dilakukan oleh orang tua pada umumnya.

Selain itu, pendidikan formal yang di laksanakan di sekolah-sekolah tentu

akan lebih memberikan aksi nyata terhadap pendidikan yang sebelumnya dimulai

dari keluarga seperti, pendidikan akhlak yang dilakukan orang tua kemudian hal

ini dipresentasikan melalui mata pelajaran Aqidah dan Akhlak di sekolah-sekolah,

dalam arti lain, fungsi dari pendidikan formal adalah untuk memfasilitasi peserta

didik dalam proses menjadi dewasa.4 Kaitannya dengan pendidik dan pendidikan

Islam tentu tidak bisa dipisahkan dari kedua sumber utama umat Islam yaitu al-

Qur’an dan al- Hadis yang akan menjadi fokus pembahasan dalam maklah ini.

B. Pengertian Pendidik

3
Waluyo, Suwardi, Agung Feryanto, dan Tri Hariyanto, Ilmu Pengetahuan
Sosial (Jakarta: Gramedia, 2008), hlm. 72.
4
Ruminiati, Sosio Antropologi Pendidikan (Malang: Gunung Samudera, 2016),
hlm. 74.
Dalam dunia pendidikan tentu tidak asing lagi dengan istilah pendidik,

pengajar, dan pendidikan. Oleh karena itu, supaya tidak gagal dalam memahami

ketiga komponen di atas alangkah baiknya didefinisikan terlebih dahulu apa yang

dimaksud dengan pendidik, pengajar, dan juga pendidikan.

Kata pendidik berasal dari kata didik, artinya memelihara, merawat dan

memberi latihan agar seorang memiliki ilmu pengetahuan seperti yang diharapkan

(tentang sopan santun, akal budi, akhlak, dan sebagainya) selanjutnya dengan

menambahkan awalan pe- hingga menjadi pendidik, artinya orang yang

mendidik5. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan

pendidik adalah orang yang mendidik. Secara etimologi dalam Bahasa Inggris ada

beberapa kata yang berdekatan dengan arti pendidik seperti kata teacher artinya

pengajar dan tutor yang berarti guru pribadi atau yang biasa disebut dengan

trainer.

Demikian pula dalam bahasa Arab seperti kata al- mualim, murabbi, al-

mudaris, dan ustadz, semua kata itu secara esensial memilki arti yang sama yaitu

mendidik manusia dalam rangka menjadikan dewasa6. Pendidik dalam definisi

yang hampir sama juga dikemukakan oleh Muhammad Ali bahwa yang dimaksud

pendidik itu adalah guru yang memliki tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik

5
Ramli, “Hakikat Pendidik dan Peserta Didik”, dalam jurnal Tarbiyah Islamiyah
vol. 5, no. 1, 2015, hlm. 62.
6
Ibid.
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah.7

Sedangkan Pendidik dalam perspektif pendidikan Islam adalah orang-orang

yang bertanggung jawab terhadap perkembangan seluruh potensi peserta didik

baik potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai

ajaran Islam.8 Lebih spesifik lagi, berbicara tentang pendidik dalam perspektif

Islam tentunya semua definisi itu dikembalikan kepada al- Qur’an dan al- Hadis.

Berikut definisi pendidik dalam al-Qur’an dan al- Hadis:

1. Pendidik dalam al- Qur’an

‫ص ِغ ًيرا‬ ِ
َ ‫ب ْار َح ْم ُه َما َك َما َر َّبيَاني‬ َّ ‫الذ ِّل ِم َن‬
ِّ ‫الر ْح َم ِة َوقُ ْل َر‬ ُّ ‫اح‬ ْ ‫َوا ْخ ِف‬
َ َ‫ض لَ ُه َما َجن‬
Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (QS. Al-Isra:
24).
Dalam bentuk kata kerja “Rabba” ini digunakan juga untuk nama tuhan karena

tuhan juga bersifat mendidik, mengasuh, dan memelihara. Hal ini ditegaskan

dalam firman Allah:

ِِ ِ ِ َ ْ‫ك فِينا ولِي ًدا ولَبِث‬


َ ‫ت فينَا م ْن عُ ُم ِر َك سن‬
‫ين‬ َ َ َ َ ِّ‫ال أَلَ ْم ُن َرب‬
َ َ‫ق‬
Artinya “Fir’aun menjawab: “Bukankah kami telah mengasuhmu di antara
(keluarga) kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami
beberapa tahun dari umurmu. (QS. Asy- Syu’ara: 18).

7
Muhammad Ali, “Hakikat Pendidik dalam Pendidikan Islam”, dalam jurnal
Tarbawiyah vol. 1, no. 1, 2014, hlm. 83.
8
Ibid.
Dari kedua ayat di atas, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam

dua ayat tersebut terdapat istilah rabbun atau murabbi yang merupakan bentuk

(sigah) al-isim al-fa’il yang berasal dari kata raba-yarbu, yang artinya zad dan

nama (bertambah dan tumbuh) dan juga berasal dari kata rabiya, yarba yang

mempunyai makna tumbuh dan menjadi besar. Ketiga, berasal dari kata rabba-

yarubbu yang artinya memperbaiki, memimpin, menjaga, dan memelihara.9

2. Pendidik dalam al- Hadis

ِ ِ‫الربَّايِن ُّ الَّ ِذي يريِّب النَّاس ب‬


‫صغَا ِر الْعِْل ِم َقْب َل كِبَا ِر ِه‬ َّ ‫ال‬
ُ ‫ني ُحلَ َماءَ ُف َق َهاءَ َويُ َق‬ ِ
َ َُ َ ِّ‫ُكونُوا َربَّاني‬
Artinya: “Jadilah kamu para pendidik yang penyantun, ahli fiqih, dan berilmu
pengetahuan. Dan disebut pendidikan apabila seseorang telah mendidik manusia
dengan ilmu pengetahuan, dari sekecil-kecilnya sampai menuju pada yang
tinggi.10 (HR. Bukhari).
Secara semantis, Hadis di atas memilki arti sebagai proses transformasi

ilmu pengetahuan fari tingkat dasar menuju tingkat selanjutnya dengan didasari

semangat tinggi dalam memahami dan menyadari kehidupannya sehingga

ketakwaan, budi pekerti dan pribadi yang luhur. 11 Pendidikan dalam bahasa arab

memilki istilah yang bermacam-macam, selain kata tarbiyah pendidikan dalam

Islam juga bermakna at-ta’lim yang secara umum memilki arti berkenaan dengan

informasi, yakni aspek intelektual dan kadang berkenaan dengan penguasaan

suatu keteampilan, sehingga kata at-ta’lim merupakan bagian dari pendidikan

Heru Juabdin Sada, “Pendidik Dalam Perspektif Al-Qur’an”, dalam jurnal adz-
9

Tadzkiyyah vol. 6, 2015, hlm. 94-95.


10
Muh{ammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah al-Bukhari>,
al-Ja>mi’ al-S{ah{i>h (Da>r al-Tu>q al-Naja>h, 2002), hlm. 25.
11
Ahmad Izzan Saehudin, Hadis Pendidikan Konsep Pendidikan Berbasih Hadis
(Bandung: Humaniora, 2016), hlm. 34.
intelektual yang bertujuan memperoleh pengetahuan, pengalaman, dan

pemahaman akan suatu ilmu, seni atau bahkan pekerjaan. 12 Hadis yang

menyinggung tentang eksistensi at-ta’lim seperti yang diriwayatkan Ibnu Majah

dari Sahal bin Muadz bin Anas:

‫من علم علما فله أجر من عمل به ال ينقص من أجر العامل‬

Artinya: “ Barangsiapa mengajarkan suatu ilmu, maka dia mendapatkan pahala


orang yang mengamalkannya, tidak mengurangi dari pahala orang yang
mengamalkannya sedikitpun.13 (HR. Ibnu Majah).
Sebagaimana Hadis di atas bahwa kata ta’lim secara umum hanya terbatas

pada pengajaran dan pendidikan kognitif semata-mata. Hal ini memberikan

pemahaman bahwa ta’lim hanya mengedepankan proses pengalihan ilmu

pengetahuan dari pengajar (mu’allim) yang yang diajar (muta’allim).14

Selain itu, Istilah pendidikan dalam Islam disebut juga dengan istilah at-

ta’dib yang diterjemahkan dengan pelatihan atau pembiasaan. Adapun makna

dasar kata at-ta’dib memiliki makna sebagai berikut:

a. At-ta’dib berasal dari kata dasar adaba-ya’dubu, yang memilki arti

melatih untuk berperilaku yang baik dan sopan santun.

b. At-ta’dib berasal dari akar kata adaba-ya’dubu yang berarti

mengadakan pesta atau perjamuan yang berarti berbuat dan

berperilaku sopan.
12
Ibid.
13
Muh{ammad bin Yazi>d Abu Abdillah al- Quzwaini>, Sunan
Ibnu Ma>jah (Beirut: Da>r al-Fikr, 2009), hlm. 88.
14
Ahmad Izzan Saehudin, Hadis Pendidikan Konsep Pendidikan Berbasih
Hadis (Bandung: Humaniora, 2016), hlm. 34.
c. kata addaba sebagai bentuk kata ta’dib mengandung pengertian

mendidik, melatih, memperbaiki, mendisiplinkan, dan

membertindakan.

C. Tujuan Pendidikan

Tujuan daripada pendidikan memiliki beberapa tingkatan diawali dengan

sebuah kata mutiara yang disampaikan olem Imam Syafii :

1. Penguasaan Ilmu

‫اد ُه َما َف َعلَْي ِه‬ ِ


َ ‫ َو َم ْن أ ََر‬،‫اد اآلخ َر َه َف َعلَْي ِه بِال ِْعل ِْم‬
َ ‫ َو َم ْن أ ََر‬،‫الد ْنيَا َف َعلَْي ِه بِاْ ِلعل ِْم‬
ُّ ‫اد‬
َ ‫َم ْن أ ََر‬
‫ِبا ِلعل ِْم‬
Artinya: “Barangsiapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah ia

menguasai ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat hendaklah ia menguasai ilmu,

dan barangsiapa yang menginginkan keduanya (dunia dan akhirat) hendaklah ia

menguasai ilmu”.

Disebutkan pula dalam Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:

ِ ِ‫الربَّايِن ُّ الَّ ِذي يريِّب النَّاس ب‬


‫صغَا ِر الْعِْل ِم َقْب َل كِبَا ِر ِه‬ َّ ‫ال‬
ُ ‫ني ُحلَ َماءَ ُف َق َهاءَ َويُ َق‬ ِ
َ َُ َ ِّ‫ُكونُوا َربَّاني‬
Artinya: “Jadilah kamu para pendidik yang penyantun, ahli fiqih, dan berilmu
pengetahuan. Dan disebut pendidikan apabila seseorang telah mendidik manusia
dengan ilmu pengetahuan, dari sekecil-kecilnya sampai menuju pada yang
tinggi.15 (HR. Bukhari).
2. Harus Menghayati apa yang diajarkan

Muh{ammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah al-Bukhari>,


15

al-Ja>mi’ al-S{ah{i>h (Da>r al-Tu>q al-Naja>h, 2002), hlm. 25.


Kaitannya dengan tujuan ini, dipresentasikan dalam Hadis yang

diriwayatkan oleh ad-Darimi:

‫ وعلم على اللسان فذلك حجة اهلل‬، ‫ فعلم يف القلب فذاك العلم النافع‬: ‫العلم علمان‬

 ‫عز وجل على ابن آدم‬


Artinya: “Ilmu ada dua macam, ilmu dalam hati, ilmu yang bermanfaat; dan ilmu

yang ada di lidah, itu hujjah Allah atas Bani Adam”. (HR. ad-Darimi).

3. Mampu Mengendalikan Diri

Mampu mengendalikan diri artinya seseorang mampu untuk mengusai diri

tatkala marah, sebagaimana Hadis yang diriwayatkan oleh Muslim:

‫ليس الشديد بالصرعة إمنا الشديد الذي ميلك نفسه عند الغضب‬
Artinya: “Bukanlah orang yang gagah adalah orang yang pandai berkelahi, namun

orang yang gagah itu adalah orang yang mampu mengendalikan nafsunya ketika

marah16 (HR. Muslim).

Berdasarkan dari ketiga Hadis di atas bahwa tujuan pendidikan adalah

menciptakan generasi peserta didik yang memiliki intelektualitas yang memadahi,

mampu mengetahui dengan baik esensi apa yang disampaikan dengan kata lain

materi yang disampaikan mampu diterima oleh peserta didik dan

Imam Muslim,S}ah}i>h} Muslim (Bait al- Afka>r ad-Dauliyah,


16

1998), hlm. 2014.


dimplementasikan, dan tujuan pendidikan itu adalah mampu mengendalikan diri

ketika marah.17

Tujuan pendidikan Islam menurut Ahmad Syar’i selain pendidikan sebagai

standar dalam mengukur dan mengevaluasi tingkat pencapaian/hasil pelaksanaan

pendidikan Islam, juga sebagai pedoman dan arah proses pendidikan Islam itu

sendiri.18 Terdapat sejumlah pendapat mengenai fungsi, makna dan kriteria tujuan

pendidikan Islam, antara lain:

1. Menurut Abuddin Nata, sebagai suatu kegiatan yang terencana,

pendidikan Islam memilki kejelasan tujuan ingin dicapai. Sulit

dibayangkan jika ada suatu kegiatan tanpa memiliki keje;asan tujuan.

Menurutnya, perumusan dan penetapan tujuan pendidikan Islam harus

memenuhi kriteria sebagai berikut19:

a. Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah Tuhan di muka bumi

dengan melaksanakan tugas-tugas memakmurkan dan mengolah bumi

sesuai kehendak Tuhan.

b. Mengarahkan manusia agar seluruh pelaksanaan tugas kekhalifahan di

muka bumi dilakukan dalam rangka pengabdian/beribadah kepada

Allah.

c. Mengarahkan manusia manusia agar berakhlak mulia sehingga tidak

menyalahgunakan fungsi kekhalifahannya.


17
Ahmad Izzan Saehudin, Hadis Pendidikan Konsep Pendidikan Berbasih
Hadis (Bandung: Humaniora, 2016), hlm. 249.
18
Ahmad Syar’i, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005),
hlm. 24.
19
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana prenada Media Group,
2010), hlm. 106.
d. Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa dan jasmani guna

pemilikan pengetahuan, akhlak dan keterampilan yang dapat

digunakan mendukung tugas pengabdian dan kekhalifahannya, serta.

e. Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di

dunia dan di akhirat.

Sedangkan tujuan pendidikan Islam menurut Hasan Langgulung memberi

pentahapan menjadi tiga tingkat20:

a. Tujuan Tertinggi, tujuan ini bersifat mutlak, artinya tidak akan

mengalami perubahan baik dalam dimensi ruang/waktu yang berbeda-

beda. Karena tujuan ini mengandung kebenaran yang mutlak dan

universal yang sudah jelas sebagaimana ditegaskan oleh Allah sendiri

yang termaktub dalam al-Qur’an surat adz-Dzariyat (51) ayat 56.

b. Tujuan Umum, berbeda dengan tujuan tertinggi yang lebih

menekankan pada pendekatan filosofis, tujuan umum lebih

menekankan pendekatan empirik, artinya tujuan yang diharapkan dapat

dicapai ketika prose pendidikan itu diterapkan, sebagai contoh: dalam

hal perubahan sikap, kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

Dikatakan tujuan umum karena berlaku bagi semua perserta didik.

c. Tujuan Khusus, tujuan ini adalah perubahan (modification) yang

diharapkan dari tujuan-tujuan umum secara lebih spesifik lagi. Tujuan

ini merupakan gabungan pengetahuan, keterampilan, pola laku, nilai-

20
Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi abad ke-21 (California:
Pustaka al-Husna, 1998), hlm. 60.
nilai dan kebiasaan yang terkandung dalam tujuan tertinggi dan tujuan

umum.

Berdasarkan pertimbangan dan kajian fungsi, makana dan kriteria di atas, para

ahli telah merumuskan dan menetapkan berbagai tujuan pendidikan Islam. Omar

Muhammad al-Toumy al-Syaibani merumuskan tujuan pendidikan Islam sejalan

dengan misi Islam itu sendiri, yaitu “menjunjung tinggi nilai-nilai akhlak hingga

mencapai tingkat akhlakul karimah.

D. Hakikat Pendidik dalam Pendidikan Islam

Dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan

Nasional pasal 1ayat (7) dan (8) istilah pendidik disebut dengan tenaga

kependidikan dan tenaga pendidik. Tenaga kependidikan adalah anggota

masyarakat yang mengabdikan diri dalam penyelenggaraan pendidikan.

Sedangkan tenaga pendidik adalah anggota masyarakat yang bertugas

membimbing, mengajar atau melatih peserta didik.21 Lebih jauh lagi tentang

makna pendidik, menurut Ahmad D. Marimba pendidik adalah orang yang

memikul pertanggungjawaban untuk mendidik, yaitu manusia dewasa yang

karena hak dan kewajibannya bertanggung jawab tentang pendidikan si terdidik.

Tambah Abuddin Nata, pendidik secara fungsional menunjukkan kepada

seseorang yang melakukan kegiatan dalam memberikan pengetahuan,

keterampilan, pendidikan, pengalaman dan sebagainya.

21
Ahmad Syar’i, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005),
hlm. 31.
Pendidik dalam penyelenggaraan pendidikan Islam pada hakikatnya adalah

mereka yang melaksanakan tugas dan tanggung jawab mendidik. Dalam Islam,

pengertian pendidik tidak hanya dibatasi pada peristiwa interaksi pendidikan dan

pembelajaran antara guru dan peserta didik di muka kelas akan tetapi, mengajak,

mendorong dan membimbing orang lain untuk memahami dan melaksanakan

ajaran Islam merupakan bagian dari aktivitas pendidikan Islam. Oleh karena itu,

aktivitas pendidikan Islam dapat berlangsung kapan dan di mana saja, bahkan oleh

siapa saja sepanjang yang bersangkutan memenuhi syarat-syarat baik dilihat dari

prinsip-prinsip pendidikan dan pembelajaran maupun ajaran Islam.22

Lebih luas lagi tentang hakikat pendidik dalam pendidikan Islam, sebagai

manusia yang memahami ilmu pengetahuan sudah baranf tentu dan menjadi

sebuah kewajiban baginya untuk mentransferkan ilmu yang dimilki kepada orang

lain demi kemaslahatan ummat. Kaitannya dengan hakikat pendidika (guru)

ditegaskan dalam firman Allah QS. Al-‘Alaq (96): 1-5 yaitu:

ِ ِّ‫ا ْقرأْ بِاس ِم رب‬


َ ُّ‫) ا ْقَرأْ َو َرب‬2( ‫) َخلَ َق اإْلِ نْ َسا َن ِم ْن َعلَ ٍق‬1( ‫ك الَّذي َخلَ َق‬
)3( ‫ك اأْل َ ْكَر ُم‬ َ َ ْ َ
)5( ‫) َعلَّ َم اإْلِ نْ َسا َن َما مَلْ َي ْعلَ ْم‬4( ‫الَّ ِذي َعلَّ َم بِالْ َقلَ ِم‬
Artinya: “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang Menciptakan (1) Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2) Bacalah, dan Tuhanmulah
yang Maha pemurah (3) Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam (4)
.Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya

Dalam al-Qur’an hakikat guru adalah Allah SWT, namun tidak berarti

manusia di dunia ini tidak mempunyai tugas khalifah di muka bumi ini, tugas

22
Ibid, 32.
manusia salah satunya adalah dengan mengajarkan ilmu yang telah diperolehnya

kepada orang lain, dengan kata lain manusia juga berpotensi menjadi guru.23

Lebih komprehensif lagi, bahwa pendidik dalam pendidikan Islam

kaitannya lebih luas dari pada pendidik dalam pendidikan non-Islam, adapun

pendidik dalam pendidikan Islam yaitu:

1. Allah swt

Dari sekian banyak ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang kedudukan

Allah sebagai pendidik dapat dipahami dalam firman-firman-Nya yang diturunkan

kepada Nabi Muhammad. Beberapa firman Allah seperti:

a. QS. al- Fatihah (1): 2.

‫ني‬ ِ ِّ ‫احْل م ُد لِلَّ ِه ر‬


َ ‫ب الْ َعالَم‬ َ َْ

.”Artinya: “Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam

b. QS. an- Nahl (16): 89.

‫ني‬ ِِ ِ ٍ ِ ِ ‫و َنَّزلْنا علَيك الْ ِكت‬


َ ‫اب تْبيَانًا ل ُك ِّل َش ْيء َو ُه ًدى َو َرمْح َةً َوبُ ْشَرى ل ْل ُم ْسلم‬
َ َ َ َْ َ َ
Artinya: “dan kami turunkan kepadamu al-Kitab untuk menjelaskan segala
sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang
.berserah diri

Berdasarkan pemahaman kedua ayat di atas bahwa hakikat dari pada pendidik

manusia dalam Islam adalah Allah swt. Dalam hal ini tentu antara Allah dengan

makhluk-Nya (manusia) memilki perbedaan yang signifikan. Allah sebagai

pendidik mengetahui segala kebutuhan orang yang didiknya sebab dia (Allah)

23
M. Ramli, “Hakikat Pendidik dan Peserta Didik”, dalam jurnal Tarbiyah
Islamiyah vol. 5, no. 1, 2015, hlm. 4.
adalah Zat Pencipta, perhatian Allah tidak terbatas hanya terhadap sekelompok

manusia saja akan tetapi, memperhatikan dan mendidik seluruh alam.24

2. Rasuluallah Saw

Kedudukan Rasuluallah Saw. Sebagai pendidik ditunjuk langsung oleh Allah

SWT, sebagai teladan bagi umat dan rahmat bagi seluruh alam, dengan

mengajarkan dan menyempurnakan akhlak manusia. Berdasarkan hadis yang

diriwayatkan oleh Ahmad:

‫صالِ َح‬ ‫ول اللَّ ِه صلَّى اللَّه علَي ِه وسلَّم إِمَّنَا بعِثْ أِل‬
َ ‫ت ُمَتِّ َم‬ ُ ُ َ َ َ َْ ُ َ َ َ‫َع ْن أَيِب ُهَر ْيَر َة قَ َال ق‬
ُ ‫ال َر ُس‬
‫َخاَل ِق‬
ْ ‫اأْل‬

Artinya: “Dari Abu Hurairah ra., Rasuluallah Saw bersabda, “Sesungguhnya


aku diutus (kepada manusia hanyalah) untuk menyempurnakan akhlak.” (HR.
Ahmad).
Rasuluallah Saw dari potret sejarahnya dikenal sebagai manusa yang paling

berakhlak dan dipatuhi sehingga dalam masa kehidupannya sukses mendidik

generasi-generasi Islam. Sebagai seorang pendidik umat manusia yang

mengajarkan agama Islam dan ketauhidan serta etika berkehidupan, Rasuluallah

Saw memiliki kepribadian dan akhlak yang sangat mulia, yang pantas dijadikan

teladan bagi seluruh umat manusia, hal tersebut senantiasa tercermin dalam

kehidupan Rasuluallah.

3. Orang Tua

24
Ibid.
Selain pendidik (guru), yang paling berperan penting yaitu orang tua.

Orang tua sebagai pembimbing dalam lingkungan keluarga disebabkan karena

secara alami anak-anak pada masa awal kehidupannya berada ditengah-tengah

ayah dan ibunya.25

Menurut Hasan Basri dan Beni Ahmad Saebani, tanggung jawab terbesar

pendidikan Islam menurut ajaran Islam dipikul oleh orang tua anak, karena orang

tualah yang menentukan pola pembinaan pertama bagi anak. Menurut J.I.G.M

Drost, orang tualah yang pertama-tama mengajarkan kepada anak pengetahuan

akan Allah, pengalaman tentang pergaulan manusiawi, dan kewajiban

memperkembangkan tanggung jawab terhadap diri sendiri dan terhadap orang

lain. Orang tua yang merupakan titik dan pemeran awal dalam membimbing,

mengasuh, memberikan perhatian, kasih sayang, dan memotivasi sehingga anak

didik dapat mencapai kesuksesan dalam belajar.

Kesuksesan seorang anak kandung adalah merupakan cerminan atas

kesuksesan orang tua. Kendati orang tua memiliki peranan dan tanggung jawab

utama dalam proses pengembangan potensi anak didik, namun memiliki waktu

yang terbatas hal ini disebabkan misalnya dengan kesibukan kerja, tingkat

efektivitas dan efeisiensi pendidikan tidak akan baik jika hanya dikelolah secara

alamiah.26

25
Ahmad Susanto, Bimbingan Konseling di Taman Kanak-Kanak (Jakarta:
Prenadamedia group, 2015), hlm. 197.
26
Hamid Darmadi, Pengantar Pendidikan Era Globalisasi (Bandung:An1mage,
2019), hlm. 60.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa dalam mencapai tujuan

pendidikan yang efektif dan efisien maka diperlukan mitra yang mendasar antara

orang tua dan pendidik. Orang tua yang merupakan penanggung jawab dalam

perkembangan anak karena adanya hubungan pertalian darah secara langsung

sehingga mempunyai tanggung jawab terhadap masa depan anaknya demikian

pula pendidik yaitu orang yang berkompeten untuk melaksanakan tugas mendidik,

memberi pengajaran dan pendidikan kepada anak sesuai dengan kurikulum. Kerja

sama yang terjalin bagus akan memberikan kemudahan untuk mencari solusi dan

menyamakan langkah dalam membimbing anak didik.

4. Guru

Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa salah satu pendidik yang

memiliki peranan yang sangat penting yaitu guru setelah orang tua. Dalam

UndangUndang tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 1 disebutkan guru adalah

pendidik professional27. Sedangkan dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun

2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 6 disebut sebagai pendidik

adalah tenaga kependidikan. Guru adalah suri teladan kedua setelah orang tua.

Guru sejatinya adalah seorang pribadi yang harus serba bisa dan serba tahu, serta

mampu mentransferkan kebiasaan dan pengetahuan pada muridnya dengan cara

yang sesuai dengan perkembangan dan potensi anak didik. Guru yang bekerja

sebagai tenaga pengajar adalah elemen yang terpenting dan ikut bertanggung

jawab dalam proses pendewasaan bagi anak didik tersebut.

27
M. Ramli, “Hakikat Pendidik dan Peserta Didik”, dalam jurnal Tarbiyah
Islamiyah vol. 5, no. 1, 2015, hlm. 7.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa guru dapat

diartikan sebagai sosok yang mempunyai kewenangan dan bertanggung jawab

sepenuhnya di kelas atau di sekolah untuk mengembangkan segenap potensi

peserta didik yang dimiliki sehingga mampu mandiri dan mengembangkan nilai

kepribadian sesuai ajaran Islam, dengan demikian tujuan akhirnya adalah

kedewasaan dan kesadaran untuk melaksanakan tugasnya sebagai khalifah dan

hamba Allah Swt. Oleh karena itu, setiap guru hendaknya mempunyai kepribadian

yang akan dicontoh dan diteladani oleh anak didik, baik secara sengaja maupun

tidak. Sudah barang tentu, pekerjaan sebagai guru tidak sama dengan pekerjaan

apapun, diluar itu pengetahuan dan keterampilan yang akan diajarkan.19 Keahlian

sebagai guru atau pendidik dalam Islam tidak hanya sekedar memiliki kemampuan

mentransfer pengetahuan kepada peserta didik sebagaimana yang terjadi pada

umumnya, namun diperlukan syarat dan kepribadian yang ketat serta memadai

untuk menjadi seorang guru atau pendidik dalam Islam.

E. Hakikat Peserta Didik

Sebelum memasuki pembahasan secara komprehensif, alangkah baiknya

mendefinisikan apa yang dimaksud dengan peserta didik. Dalam beberapa lieratur

bahwa yang dimaksud dengan peserta didik adalah manusia yang belum matang

dalam berfikir oleh karena itu masih diperlukannya pendidikan. Dalam sudut

pandang yang lain ada juga yang mengatakan yang dimaksud dengan peserta didik
adalam proses manusia menjadi dewasa artinya, manusia yang memilki fitrah atau

potensi untuk mengembangkan diri.28

secara umum hakikat peserta didik mencangkup seluruh makhluk Allah,

seperti malaikat, jin, manusia, tumbuhan, hewan, dan sebagainya. Sedangkan

dalam arti khusus peserta didik adalah seluruh al-insan, al-absyar, atau bani

adam yang sedang berada dalam proses perkembangan menuju kepada

kesempurnaan atau suatu kondisi yang dipandang sempurna (al-insan al-kamil).29

Selain itu, peserta didik juga tersusun dari unsur-unsur jasmani, ruhani, dan

memilki kesamaan universal artinya, sebagai makhluk yang diturunkan atau

dikembangkan dari Adam kemudian, terma perkembangan dalam pengertian ini

berkaitan dengan proses mengarahkan kedirian peserta didik, baik dari segi fisik,

ruh, nafs, dan qalb agar mampu menjalankan fungsi-fungsinya secara sempurna.

Jadi, peserta didik sebagai makhluk Allah yang diberi tugas untuk

memakmurkan bumi, justru diberi kelebihan dan juga keistimewaan yang

tidak diberikan kepada makhluk lain, yakni kecerdesan akal, dan kepekaan

hati yang mampu berpikir rasional dan merasakan sesuatu di balik materi dan

perbuatan. Keutamaan yang lain yang diberikan Allah kepada manusia adalah

fitrah, yakni potensi manusawi yang educable. Dengan bekal itulah

memungkinkan bagi manusia untuk mencapai taraf kehidupan yang amat

tinggi dalam aspek peradaban dan kedekatan dengan Allah.30

28
Musaddad Harahap, “Esensi Peserta Didik dalam Perspektif Pendidikan
Islam”, dalam jurnal Al-Thariqah vol. 1, no. 2, 2016, hlm. 2.
29
Ibid, 10.
30
Ibid.
F. Kesimpulan

Pendidik dalam penidikan Islam terdapat beberapa istilah yang dapat dipahami

yaitu pertama, Murobbi, yang dapat diartikan memelihara, mengasuh, dan

tumbuh. Kedua, Muallim, yang dapat diartikan sebagai pengajar. Ketiga,

Muaddib, yang memilki arti melatih untuk berperilaku yang baik dan sopan

santun, mengadakan pesta atau perjamuan yang berarti berbuat dan berperilaku

sopan, dan mendidik, melatih, memperbaiki, mendisiplinkan, dan

membertindakan.

Sedangkan tujuan pendidikan setidaknya peserta didik itu mampu menguasai

ilmu secara komprehensif, harus menghayati apa yang diajarkan, dan dengan ilmu

yang telah dikuasai dan dihayati kemudian dikendalikan, artinya ilmu yang telah

diperoleh mampu mengendalikan dari kemaksiatan kepada Allah.

Hakikat pendidik dalam perspektif Islam sejatinya adalah Allah, kemudian

baru Rasuluallah, Orang tua, dan guru, yang masing-masing menjalankan perintah

Allah sebagai khalifah di muka bumi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Triyono, Urip, Bunga Rampai Pendidikan, Yogyakarta: Deepublish, 2018.


Chatib, Munif, Orang Tuanya Manusia, Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2012.
Waluyo dkk, Ilmu Pengetahuan Sosial, Jakarta: Gramedia, 2008.
Ruminiati, Sosio Antropologi Pendidikan, Malang: Gunung Samudera, 2016.
Ramli, “Hakikat Pendidik dan peserta Didik”, dalam jurnal Tarbiyah Islamiyah,
vol. 5, no. 1, 2015.
Ali, Muhammad, “Hakikat Pendidik dalm Pendidikan Islam”, dalam jurnal
Tarbawiyah vol. 1, no. 1, 2014.
Sada, Heru Juabdin, “Pendidik dalam Perspektif Al-Qur’an”, dalam jurnal adz-
Tazkirah vol. 6, 2015.
al-Bukha>ri>, Mugi>rah, al-Ja>mi’ al-S}ah}i>h}, Da>r al-Tu>q
al-Naja>h, 2002.

Izzan Saehudin, Ahmad, Hadis Pendidikan: Pendidikan Berbasis Hadis,


Bandung: Humaniora, 2016.
al- Quzwaini, Yazi>d Abu Abdillah, Sunan Ibnu Ma>jah, Beirut:
Da>r al-Fikr, 2009.

Syar’i, Ahmad, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005.

Nata, Abuddin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2010.

Langgulung, Hasan, Pendidikan Islam Menghadapi abad ke-21, California:


Pustaka al-Husna, 1998.

Susanto, Ahmad, Bimbingan Konseling di Taman Kanak-Kanak, Jakarta: Prenada


Media Group, 2015.

Damadi, Hamid, Pengantar Pendidikan Era Globalisasi, Bandung: An1mage,


2019.

Harahap, Musaddad, “Esensi Peserta Didik dalam Perspektif Pendidikan Islam”,


dalam jurnal Al-Thariqah vol. 1, no. 2, 2016.

Anda mungkin juga menyukai