Anda di halaman 1dari 39

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tepat pada waktunya, Shalawat
teriring salam semoga tetap terlimpah curah kepada panutan alam yakni Nabi Muhammad
SAW, kepada para keluarganya, para sahabatnya sampai kepada kita semua selaku umatnya
hingga akhir zaman.
Makalah ini membahas Isu Lingkungan Nasional dan Lokal. Dalam makalah ini
masih terdapat banyak kekurangan karena pengetahuan penulis mengenai materinya pun
masih belum terlalu jauh serta keterbatasan sumber. Oleh karena itu segala bentuk kritik
dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini sangat penulis
harapkan.
Pekanbaru, 01 Maret 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini lingkungan menjadi masalah yang perlu dan harus mendapat perhatian
yang seksama karena saat ini lingkungan sudah mulai terancam oleh berbagai dampak yang
ditimbulkan karena berbagai aktifitas manusia.. Lingkungan merupakan sebuah tempat
dimana terdapat interaksi makhluk hidup tinggal. Di dalam lingkungan hidup terdapat
segala bentuk dan bagian yang tidak terpisahkan, seperti, air, tanah, dan udara. Semua itu
saling mengisi satu sama lain atau dapat dikatakan saling melengkapi dalam pemenuhan
makhluk hidup
Isu lingkungan sesungguhnya merupakan isu yang sangat luas karena kompleksitas
permasalahannya menyangkut aspek-aspek krusial dan beraneka ragam dari multidisiplin
ilmu ekonomi, politik, social dan budaya dan tentunya dari kelompok ilmu-ilmu eksata
yang berkaitan langsung dengan studi physical environment itu sendiri, seperti: biology,
chemistry, geology, forestry dan sebagainya. Penduduk membuat pembangunan dan
industri semakin diperlukan sementara itu pembangunan dan industri juga memberikan
dampak yang negatif terhadap lingkungan yang kemudian akan berimbas kepada manusia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dan dampak banjir serta penanggulangannya?
2. Apa itu abrasi dan penyebabnya serta pencegahnnya?
3. Apa itu kebakaran hutan dan lahan gambut serta penyebabnya?
4. Apa Akibat dan dampak dari kebakaran hutan dan lahan gambut serta
penanggulangannya?
5. Apa pengertian, penyebab dan dampak degradasi hutan dan lahan serta
penanggulannya?
6. Apa itu pencemaran tanah dan air, penyebab, dampak serta pencegahannya?
7. Apa itu sanitasi, pengaruh dan macamnya?
8. Apa Kaitan Isu Lingkungan Nasional dan Lokal dengan Ilmu Kimia?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dan dampak banjir serta penanggulangannya
2. Untuk mengetahui abrasi dan penyebabnya serta pencegahnnya
3. Untuk mengetahui kebakaran hutan dan lahan gambut serta penyebabnya
4. Untuk mengetahui Akibat dan dampak dari kebakaran hutan dan lahan gambut
serta penanggulangannya
5. Untuk mengetahui pengertian, penyebab dan dampak degradasi hutan dan lahan
serta penanggulannya
6. Untuk mengetahui pencemaran tanah dan air, penyebab, dampak serta
pencegahannya
7. Untuk mengetahui sanitasi, pengaruh dan macamnya
8. Untuk mengetahui Kaitan Isu Lingkungan Nasional dan Lokal dengan Ilmu Kimia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Banjir
a. Pengertian Banjir
Banjir merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di suatu kawasan yang banyak
dialiri oleh aliran sungai. Secara sederhana banjir dapat didefinisikan sebagainya hadirnya
air di suatu kawasan luas sehingga menutupi permukaan bumi kawasan tersebut.
Dalam cakupan pembicaraan yang luas, kita bisa melihat banjir sebagai suatu bagian
dari siklus hidrologi, yaitu pada bagian air di permukaan Bumi yang bergerak ke laut.
Dalam siklus hidrologi kita dapat melihat bahwa volume air yang mengalir di permukaan
Bumi dominan ditentukan oleh tingkat curah hujan, dan tingkat peresapan air ke dalam
tanah.
Aliran Permukaan = Curah Hujan – (Resapan ke dalam tanah + Penguapan ke
udara)
Dari karakter segmen-segmen aliran sungai itu, maka dapat dikatakan bahwa :
1. Banjir merupakan bagian proses pembentukan daratan oleh aliran sungai. Dengan banjir,
sedimen diendapkan di atas daratan. Bila muatan sedimen sangat banyak, maka
pembentukan daratan juga terjadi di laut di depan muara sungai yang dikenal sebagai “delta
sungai.”
2. Banjir yang meluas hanya terjadi di daerah hilir dari suatu aliran dan melanda dataran di
kiri dan kanan aliran sungai. Di daerah tengah, banjir hanya terjadi di dalam alur sungai.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa banjir adalah peristiwa yang
terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Banjir juga dapat terjadi di
sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di selokan sungai.
b. Penyebab dan Dampak Banjir
1. Penebangan hutan secara liar
Seperti yang kita ketahui bahwa hutan menjadi senjata utama kita dalam
menghadapi berbagai macam bencana alam seperti banjir. Dalam hal ini, pohon pohon di
dalam hutan berfungsi menyerap air hujan yang mengguyur berlebihan. Sehingga air hujan
yang berlebihan tersebut bisa hilang dan tidak meluap ke permukaan tanah yang akhirnya
menyebabkan banjir. Jadi, sangat penting bagi kita untuk selalu menjaga hutan dan
keasriannya.
2. Tersumbatnya aliran sungai
Aliran sungai bisa saja tersumbat terutama karena ulah manusia. Karena manusia
masih banyak manusia yang membuang sampah ke sungai, sehingga aliran air pun mampet
dan akhirnya meluap. Selain karena sampah dari manusia, hal hal yang membuat
tersumbatnya aliran sungai adalah ranting atau batang pohon yang tumbang dan jatuh ke
sungai, sehingga manusia lah yang harus membersihkan sungai. Dengan bersihnya sungai,
maka aliran air pun menjadi lancar dan bajir pun bisa dihindari.
3. Pemukiman di bantaran sungai
Banyak yang tidak paham jika pemukiman di bantaran sungai dapat menimbulkan
luapan air.Pemukiman di bantaran sungai sering membuat pendangkalan (akibat buang
sampah ke sungai dan tanah sekitar sungai amblas). Sehingga daya tampung sungai
menjadi berkurang, akibatnya air meluap dan terjadilah banjir. Sebenarnya pemerintah
sudah membuat rusun rusun bagi masyarakat yang membuat rumah di bantaran sungai,
hanya saja rusun tersebut masih belum maksimal sepenuhnya.
4. Banjir karena dataran rendah
Sifat air adalah mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang rendah. Jadi, ketika air
meluap dari sungai akan mengalir ke tempat yang lebih rendah. Nah, daerah yang
merupakan daerah dataran rendah akan rawan terjadi banjir. Solusinya adalah dengan
membuat daerah aliran air seperti selokan, gorong gorong dan daerah resapan air kedalam
tanah.
5. Curah Hujan Tinggi
Daerah yang memiliki curah hujan tinggi, jika di biarkan tanpa adanya penanganan
maka bisa berpotensi besar terjadi banjir. Apalagi dataran rendah dengan curah huuangan
air tidak segera di maksimalkan.
6. Drainase yang diubah fungsinya
System drainase yang sebenarnya sangat penting dalam menghindari banjir banyak
diubah fungsinya, khususnya di daerah perkotaan. Drainase bisa berupa hutan dan rawa –
rawa. Nah, biasanya drainase alami seperti ini diubah menjadi mall, swalayan, supermarket
dan lain sebagainya. Sehingga drainase yang fungsinya untuk menampung dan menyerap
air baik itu air hujan atau air luapan akan tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya.
Akibatnya air yang datang akan menjadi banjir.
7. Bendungan atau waduk yang rusak
Bendungan atau waduk menjadi tempat yang sesuai dalam menampung air hujan.
Jika sarana tersebut tidak terawat dan rusak bisa jadi bencana bagi masyarakat sekitar
khususnya banjir. Sselain itu ada juga bencana yang terjadi apabila tempat tampungan air
tersebut rusak yakni kekeringan.
8. Banjir Badang karena Bencana Tsunami
Tsunami merupakan pergerakan gelombang air laut yang sangat besar menuju
daratan. Gelombang besar ini biasanya disebabkan oleh gunjangan lempeng tektonik
akibatnya dasar laut menjadi tergunjang. Gunjangan inilah yang menyebabkan perbedaan
tekanan yang akhirnya menimbulkan gelombang pada air laut. Nah gelombang inilah yang
biasa kita sebut dengan tsunami. Tsunami bisa menghancurkan apa saja yang berada
didepannya dan bahkan bisa sampai masuk ke daratan jauh dari tepi pantai. Akhirnya
tsunami yang masuk ke daratan inilah yang menyebabkan banjir.
9. Tanah tidak mampu dalam menyerap air
Ada banyak jenis tanah, tanah yang bagus dalam menyerap air biasanya gembur.
Nah, daerah yang memiliki jenis tanah seperti berkapur, bebetauan biasanya dalam
menyerap air tidak terlalu maksimal. Akhirnya sebagian air langsung menuju daerah rendah
tanpa diserap oleh tanah.
c. Dampak Terjadinya Banjir
Setiap bencana memiliki dampak bagi kehidupan sekitar. Ada dampak positif dan
dampak negatifnya. Tapi untuk bencana seperti banjir dan tanah longsor dampak yang
ditimbulkan lebih banyak yang negatif. Untuk bencana alam yang memiliki dampak positif
cukup besar contohnya adalah letusan gunung vulkanik. Baiklah, berikut adalah beberapa
dampak yang ditimbulkan dari banjir.
1. Menghentikan Aktifitas Warga
Banjir yang sering terjadi pada dataran rendah biasanya mencapai kedalaman lebih
dari 1 meter. Dengan kedalaman tersebut akan dapat menggenang hingga masuk rumah dan
menenggalamkan pemukiman warga. Dengan begitu, maka aktifitas warga sehari hari pun
akan terhenti. Bahkan jalan ikut tenggelam dan akses transportasi menjadi mustahil
dilakukan.
Selain itu pakaian dan perabotan rumah tangga yang hanyut terbawa banjir
menimbulkan kerugian bagi warga dan bisa menghentikan akitifitas sehari hari misalnya
memasak. Untuk itulah di tempat pengungsian banjir, warga membutuhkan pakaian ganti
dan alat masak jika diperlukan.
2. Kerugian Ekonomi
Jika dilihat secara materi, para korban banjir banyak kehilangan aset mereka.
Contohnya adalah televisi, kulkas dan perabotan elektronik lain yang dapat rusak jika
terendam air. Selain itu aktifitas warga untuk bekerja pun ikut terganggu dan akhirnya
mereka banyak mengalami kerugian dalam hal ekonomi. Kerugian dalam hal Ekonomi
membuat masyarakat sekitar wilayah yang sering terkena banjir akan susah berkembang
lebih maju dan produktif.
Oleh sebab itu penghambatan peningkatan kesejahtraan yang diakibatkan karena
banjir yang tidak segera ditangani justru malah bisa membuat meningkatnya jumlah
kemiskinan warga sekitar terjadi bencana karena harus selalu mengeluarkan biaya baik
untuk perbaikan rumah, kesehatan dan lain lain dari hal yang disebabkan oleh Banjir.
3. Sulit mendapat air bersih
Air bersih akan sulit didapatkan jika banjir terjadi di hampir seluruh wilayah.
Wilayah yang tergenang air kotor akan menyebabkan warga mendapatkan air bersih untuk
keperluan mandi dan mencuci. Untuk air minum atau untuk konsumsi bisa menggunakan
air galon atau air isi ulang. Tapi untuk keperluan mandi akan kesulitan dan memaksa warga
untuk menahan tidak mandi.
4. Timbulnya wabah penyakit
Banjir yang datang biasanya merupakan air kotor. Sehingga, warga yang sudah
terkontaminasi akan mudah terkena penyakit seperti gatal gatal pada kulit. Selain itu,
genangan air kotor di daerah sekitar banjir juga bisa menjadi tempat berkembangnya
nyamuk DBD hal ini bisa berbahaya bagi anak anak korban kebanjiran. Penyakit seperti
diare pun juga sering menyerang para korban banjir khususnya anak anak.
5. Korban meninggal dunia
Banjir yang datang dengan begitu derasnya bisa menghanyutkan dan
menenggelamkan warga. Sehingga warga yang hanyut bisa meninggal dunia. Dampak ini
juga bisa menyebabkan anggota keluarga mendapat efek psikologi yang tidak baik.
d. Cara Menanggulangi Banjir
Setelah mengetahui penyebab dan dampak terjadinya banjir, marilah kita semua
memperhatikan hal hal disekitar lingkungan kita apakah akan bisa menyebabkan banjir atau
tidak. Dengan memperhatikannya secara otomatis akan membuat kita menanggulangi
banjir.
1. Menjaga Kebersihan Lingkungan
Ini merupakan hal pertama untuk diri sendiri dan gerakan sadar untuk menjaga
lingkungan. Hal seperti membuang sampah sembarangan ke sungai jangan sampai
dilakukan karena akan menyumbat aliran air.
2. Tidak membuat rumah di pinggiran sungai
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa pemukiman di pinggir sungai akan
menyebabkan pendangkalan dan mengurangi daya tampung sungai. Oleh karenanya jangan
membuat rumah di sekitar pinggir sungai.
3. Melaksanakan tebang pilih dan reboisasi (penghijauan kembali)
Hutan yang ditebang ada baiknya memilih pohon pohon yang sudah besar dan tidak
menebang pohon yang masih kecil. Sehingga cadangan pohon masih tersedia didalam hutan
dan laksanakan program reboisasi. Setelah menebang pohon ada baiknya segera melakukan
reboisasi supaya hutan tidak gundul.
4. Rajin membersihkan saluran air
Saluran air seperti sungai, selokan dan gorong gorong sangat penting untuk
dibersihkan secara berkala. Hal ini bertujuan supaya air tetap mengalir lancar dan tidak
tersumbat yang nantinya menimbulkan banjir. Anda pun bisa mengusulkan kepada RT/RW
untuk mengadakan program bersih desa khususnya membersihkan saluran air setiap
minggu atau minimal setiap bulan sekali.
2.2 Abrasi
a. Pengertian Abrasi
Abrasi adalah suatu proses pengikisan pantai, pada umumnya diakibatkan oleh
gelombang atau arus laut (Prawiradisastra 2003). Menurut Damaywanti (2013), pengertian
abrasi adalah pengikisan wilayah pantai atau daratan yang diakibatkan oleh aktivitas
gelombang, arus laut, serta pasang surut air laut.
Pada dasarnya definisi abrasi adalah proses terkikisnya batuan atau material keras,
misalnya dinding atau tebing batu yang seringkali disertai dengan longsoran atau runtuhan
material. Sedangkan erosi pantai didefinisikan sebagai proses mundurnya garis pantai
akibat tidak adanya keseimbangan pasokan dan kapasitas angkutan sedimen (Yuwono 2005
dalam Wibowo 2012).
b. Penyebab Abrasi
Abrasi dapat terjadi karena beberapa faktor antara lain faktor alam dan faktor ulah
manusia
1. Faktor alam antara lain :
a) Pasang surut air laut dan gelombang serta arus laut yang berpotensi menimbulkan
kerusakan sebagai akibat dari angin yang kencang di atas lautan.
Fenomena -fenomena alam tersebut tidak dapat dihindari karena laut memiliki siklus
tersendiri, ada kalanya angin berhembus kencang dan berpotensi menghasilkan gelombang
yang merusak, ada juga saatnya angin hanya berhembus sewajarnya.
2. Faktor ulah manusia antara lain :
a) Eksploitasi yang berlebihan terhadap kekayaan laut seperti ikan dan terumbu
karang. Sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan ekosistem laut.
b) Penambangan pasir.
Penambangan pasir yang dilakukan secara berlebihan dengan pengerukan pasir sebanyak
mungkin dengan intensitas yang tinggi dapat mengakibatkan terkurasnya pasir di laut. Hal
tersebut memberikan pengaruh secara langsung terhadap arah dan kecepatan air laut yang
secara otomatis akan langsung menghantam bibir pantai. Air laut akan lebih ringan jika
tidak membawa pasir sehingga air tersebut dapat lebih cepat dan lebih keras menghantam
bibir pantai sehingga kemungkinan terjadinya abrasi akan meningkat.
c) Hilangnya vegetasi Hutan mangrove dipesisir pantai sebagaimana diketahui hutan
mangrove merupakan komponen utama pembentuk ekosistem pesisir yang penting bagi
kelangsungan ekosistem. Mangrove dapat menjadi pelindung alami pantai karena akarnya
yang kokoh dapat menahan sedimen dan meredam kekuatan gelombang air laut yang
menghantam bibir pantai. Dengan kata lain hutan mangrove dapat berperan sebagai
pembentuk lahan
c. Pencegahan abrasi
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah abrasi antara lain :
1. Penanaman dan pemeliharaan pohon bakau ( hutan mangrove)
Pohon bakau adalah jenis pepohonan pantai yang akarnya menjulur ke dalam air pantai.
pohon ini lazim ditanam di garis pantai yang sekaligus menjadi pembatas daerah yang
berair dengan daerah pantai yang berpasir. ketika pohon ini tumbuh dan berkembang,
akarnya akan semakin kuat sehingga dapat menahan gelombang dan arus laut agar tidak
sampai menghancurkan bebatuan atau berbagai macam jenis jenis tanah (pasir) di daerah
pantai kemudian mengikisnya sedikit demi sedikit.
2. Pemeliharaan terumbu karang

Terumbu karang di dasar laut dapat mengurangi kekuatan gelombang dan arus laut yang
akan menyentuh pantai. karena itu, jika tumbuhan dasar laut ini dilestarikan dan dilindungi,
gelombang laut tidak akan seganas biasanya sehingga kemungkinan abrasi pantai dapat
diminimalisir.
3. Pelarangan tambang pasir

Regulasi yang demikian sangat berperan penting dalam upaya mengurangi abrasi
pantai. jika persediaan pasir di laut tetap dalam kategori cukup, air pasang, gelombang atau
arus laut tidak akan banyak menyentuh garis pantai sehingga abrasi bisa dihindarkan karena
penyebab utamanya “dihalangi” .
4. Matras beton
Matras beton adalah salah satu metode perlidungan untuk abrasi yang terjadi di
pesisir pantai ataupun tepi sungai. Salah satu keunggulan matras beton ini adalah dapat
beradaptasi dengan baik terhadap perubahan deformasi tinggi gelombang air laut yang
datang.
2.3 Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut
a. Pengertian kebakaran hutan dan lahan
Kebakaran hutan adalah “Suatu keadaan dimana hutan dilanda api sehingga
mengakibatkan kerusakan hutan dan atau hasil hutan yang menimbulkan kerugian
ekonomis dan atau nilai lingkungan”. Kebakaran hutan berbeda dengan kebakaran lahan.
Kebakaran hutan yaitu kebakaran yang terjadi alam kawasan hutan, sedangkan kebakaran
lahan adalah kebakaran yang terjadi diluar Kawasan hutan.
b. Penyebab terjadinya Kebakaran hutan dan lahan
Penyebab kebakaran hutan dan lahan diindonesia secara umum disebabkan oleh dua
faktor. Pertama, karena faktor kelalaian manusia yang sedang melaksanakan aktivitasnya
didalam hutan. kedua, karena faktor kesengajaan, yaitu kesengajaan manusia membuka
lahan dan perkebunan dengan cara membakar.
Kebakaran hutan karena faktor kelalaian manusia jauh lebih kecil dibanding dengan
faktor kesengajaan membakar hutan. Pembukaan lahan dengan cara membakar dilakukan
pada saat pembukaan lahan baru atau untuk peremajaan tanam industry pada wilayah
hutan. Pembukaan lahan dengan cara membakar biayanya lebih murah, tapi jelas cara ini
tidak bertanggung jawab dan menimbulkan dampak yang sangat luas. Kerugian yang
ditimbulkan juga sangat besar.
Penyebab kebakaran oleh manusia dapat dirinci sebagai berikut :
a) Pembakaran vegetasi
Kebakaran yang disebabkan oleh api yang berasal dari pembakaran vegetasi yang
disengaja tetapi tidak dikendalikan pada saat kegiatan, misalnya dalam pembukaan area
HTI dan perkebunan serta penyiapan lahan pertanian oleh masyarakat.
b) Aktivitas dalam pemanfaatan sumber daya alam
Kebakaran yang disebabkan oleh api yang berasal dari aktivitas manusia selama
pemanfaatan sumber daya alam, misalnya pembakaran semak belukar yang menghalangi
mereka untuk mendapatkan sumber daya alam ,serta pembuatan api untuk memasak oleh
para penebang liar dan pencari ikan didalam hutan. Keteledoran mereka dalam
memadamkan api dapat menimbulkan kebakaran.
c) Illegal logging yang diilakukan oleh pengusaha-pengusaha yang tidak bertanggung
jawab merupakan salah satu penyebab kebakaran hutan.
d) Pembukaan hutan oleh para pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) untuk insdustri
kayu maupun perkebunan kelapa sawit.
Pembukaan hutan oleh pemegang HPH dan perusahaan perkebunan untuk pengembangan
tanaman industri dan perkebunan umumnya mencakup areal yang cukup luas. Metoda
pembukaan lahan dengan cara tebang habis dan pembakaran merupakan alternatif
pembukaan lahan yang paling murah, mudah dan cepat. Namun metoda ini sering berakibat
kebakaran tidak hanya terbatas pada areal yang disiapkan untuk pengembangan tanaman
industri atau perkebunan, tetapi meluas ke hutan lindung, hutan produksi dan lahan lainnya.
c. Akibat dan dampak dari kebakaran hutan dan lahan gambut
Kebakaran hutan yang terjadi akan menimbulkan sejumlah dampak maupun kerugian
yang menyangkut beberapa aspek antara lain:
1. Dampak yang ditimbulkan dari kebakaran hutan terhadap ekologi dan
lingkungan.
a. Hilangnya sejumlah spesies Kebakaran bukan hanya meluluh lantakkan berjenis-jenis
pohon namun juga menghancurkan berbagai jenis habitat satwa lainnya. Umumnya
satwa yang ikut musnah ini akibat terperangkap oleh asap dan sulitnya jalan keluar,
karena api telah mengepung dari segala penjuru.
b. Perubahan fungsi pemanfaatan dan peruntukan lahan hutan sebelum terbakar secara
otomatis memiliki banyak fungsi. Sebagai penyaring karbondioksida, maupun sebagai
mata rantai dari suatu ekosistem yang lebih besar yang menjaga keseimbangan planet
bumi. Ketika hutan tersebut terbakar, fungsi tersebut juga hilang dan karbon dioksida
tidak lagi disaring namun melayang-layang di udara.
c. Menipisnya lapisan ozon Kebanyakan hutan yang terbakar adalah hutan di lahan gambut
yang mempunyai kontribusi yang besar dalam pengurangan emisi karbon. Kebakaran
lahan gambut dalam jumlah yang besar ini mengakibatkan peningkatan jumlah emisi
karbon yang selanjutnya akan berdampak pada penipisan lapisan ozon
2. Dampak yang dihasilkan dari kebakaran hutan terhadap sektor ekonomi domestic
a) Hilangnya sejumlah mata pencaharian masyarakat di dalam hutan maupun di lingkungan
sekitar hutan itu sendiri. Sejumlah masyarakat yang selama ini menggantungkan
hidupnya dari hasil hutan tidak mampu melakukan aktivitasnya. Asap yang ditimbulkan
dari kebakaran tersebuts edikit banyak mengganggu aktivitasnya yang secara otomatis
juga ikut mempengaruhi penghasilannya. Setelah kebakaran usai pun dipastikan bahwa
masyarakat kehilangan sejumlah areal dimana ia biasa mengambil hasil hutan tersebut,
seperti rotan, karet.
b) Terganggunya aktivitas dan penurunan produktivitas Adanya gangguan asap secara
otomatis juga mengganggu aktivitas yang dilakukan manusia sehari-hari. Misalnya pada
pagi hari sebagian orang tidak dapat melaksanakan aktivitasnya karena sulitnya sinar
matahari menembus udara yang penuh asap. Demikian pula terhadap banyak aktivitas
yang menuntut manusia untuk berada di luar ruangan. Adanya gangguan asap akan
mengurangi intensitas dirinya untuk berada di luar ruangan. Munculnya asap juga
menghalangi produktivitas manusia. Walaupun kita bisa keluar dengan menggunakan
masker, tetapi sinar matahari di pagi hari tidak mampu menembus ketebalan asap yang
ada. Secara otomatis waktu kerja seseorang pun berkurang karena harus menunggu
sedikit lama agar matahari mampu memberikan sinar terangnya.Ketebalan asap juga
memaksa orang menggunakan masker yang sedikit banyak mengganggu aktivitasnya
sehari-hari. Hal tersebut di atas mengakibatkan berkurangnya pemasukan yang diterima
oleh individu.
3. Dampak terhadap perhubungan dan pariwisata.
Tebalnya asap juga mengganggu transportasi udara. Sering sekali terdengar sebuah
pesawat tidak bisa mendarat di bandara tujuan karena tebalnya asap yang melingkupi
tempat tersebut. Sudah tentu hal ini akan mengganggu bisnis pariwisata karena keengganan
orang untuk berada di tempat yang dipenuhi asap. Hal ini akan mengakibatkan pendapatan
di bisnis pariwisata akan menurun.
4. Dampak Kebakaran Hutan Terhadap aspek kesehatan
Terganggunya kesehatan karena Peningkatan jumlah asap secara signifikan menjadi
penyebab utama munculnya penyakit ISPA (Infeksi SaluranPernafasan). Gejala ini
biasanya ditandai dengan rasa sesak di dada danmata agak berair.
d. Upaya penanggulangan dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan gambut
Menurut peraturan perundangan pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan
sudah diatur dalam UU No.5 tahun 1990,UU No.5 tahun 1994, UU No 23 tahun 1997 dan
PP No 4 tahun 2001. Langkah -langkah dalam rangka penanggulangan kebakaran hutan dan
lahan adalah :
1. permasyarakatan tindakan pencegahan dan penanggulangan (pemadaman ) melalui
kegiatan penyuluhan yang terkoordinasi seperti media cetak, dan sebagainya.
2. Pelarangan kegiatan pembakaran dan permasyarakatan kebijakan penyiapan lahan
tanpa bakar (PLTB)
3. Menindak tegas setiap pelanggar hukum / peraturan yang telah ditetapkan
(peningkatan upaya penegakkan hukum.)
Ada Beberapa cara yang cara yang dapat dilakukan untuk mencegah dan
menanggulangi kebakaran hutan antara lain :
Mencegah kebakaran hutan

1. Memperhatikan wilayah hutan dengan titik api yang cukup tinggi yang dapat
memicu terjadinya kebakaran hutan. Wilayah titik api ini harus diperhatikan ketika
kemarau panjang terjadi.
2. Tidak membuka lahan atau perkebunan dengan cara membakar hutan.
3. Tidak membuang puntung rokok secara sembarangan di hutan.
4. Tidak meninggalkan api unggun dalam hutan. Api unggun harus dipadamkan
terlebih dahulu jika ingin meninggalkan hutan.
5. Melakukan patroli hutan secara berkala untuk mengecek kondisi hutan.
6. Menyediakan mobil pemadam kebakaran yang siap untuk digunakan.
Adapun upaya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan antara lain:

1. Memberdayakan sejumlah posko yang bertugas menanggulangi kebakaran hutan di


semua tingkatan. Pemberdayaan ini juga harus disertai dengan langkah pembinaan
terkait tindakan apa saja yang harus dilakukan jika kawasan hutan telah memasuki
status Siaga I dan juga Siaga II.
2. Memindahkan segala macam sumber daya baik itu manusia, perlengkapan serta
dana pada semua tingkatan mulai dari jajaran Kementrian Kehutanan hingga
instansi lain bahkan juga pihak swasta.
3. Memantapkan koordinasi antara sesame instansi yang saling terkait melalui dengan
PUSDALKARHUTNAS dan juga di lever daerah dengan PUSDALKARHUTDA
tingkat I dan SATLAK kebakaran lahan dan juga hutan.
4. Bekerjasama dengan pihak luar seperti Negara lainnya dalam hal menanggulangi
kebakaran hutan. Negara yang potensial adalah Negara yang berbatasan dengan kita
misalnya dengan Malaysia berama pasukan BOMBA-nya. Atau juga dengan
Australia bahkan Amerika Serikat.
Upaya pencegahan dan penanggulangan yang telah dilakukan selama ini ternyata belum
memberikan hasil yang optimal dan kebakaran hutan masih terus terjadi pada setiap musim
kemarau. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
a. Kesadaran semua lapisan masyarakat terhadap bahaya kebakaran masih rendah
b. Kemampuan aparatur pemerintah khususnya untuk koordinasi,memberikan
penyuluhan untuk kesadaran masyarakat,dan melakukan upaya pemadaman
kebakaran semak belukar dan hutan masih rendah.
c. Upaya Pendidikan baik formal maupun informal untuk penanggulangan kebakaran
hutan belum memadai

2.4 Degradasi Hutan dan Lahan Gambut


a. Pengertian Degradasi Hutan dan Lahan Gambut
Secara etimologis hutan berarti kumpulan rapat pepohonan dan berbagai tumbuhan
lainnya dalam suatu wilayah tertentu. Hutan adalah habitat berbagai macam spesies flora
dan fauna yang berinteraksi satu sama lain sekaligus dengan lingkungan sekitarnya.
Degradasi hutan merupakan hilangnya kemampuan hutan sebagai akibat dari ulah tangan
manusia dalam menyediakan jasa atau produktivitas hutan. Dengan adanya degradasi
tersebut maka kemampuan lahan hutan untuk memproduksi hasilnya menjadi menurun.
FAO mendefinisikan degradasi sebagai perubahan dalam hutan berdasarkan kelasnya,
misalnya dari hutan tertutup menjadi hutan terbuka yang umumnya berpengaruh negatif
terhadap lokasi dan khususnya kemampuan produksinya lebih rendah.
Degradasi lahan adalah proses di mana kondisi lingkungan biofisik berubah akibat
aktivitas manusia terhadap suatu lahan.Perubahan kondisi lingkungan tersebut cenderung
merusak dan tidak diinginkan.Bencana alam tidak termasuk faktor yang mempengaruhi
degradasi lahan, tetapi beberapa bencana alam seperti banjir, longsor, dan kebakaran hutan
merupakan hasil secara tidak langsung dari aktivitas manusia sehingga dampaknya bisa
disebut sebagai degradasi lahan.
Degradasi lahan memiliki dampak terhadap produktivitas pertanian, kualitas
lingkungan, dan memiliki efek terhadap ketahanan pangan.Diperkirakan hingga 40% lahan
pertanian yang ada di dunia saat ini telah terdegradasi.
b. Penyebab dan Dampak terjadinya Degradasi Lahan Gambut
Secara umum kerusakan hutan disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Penebangan Kayu
Penebangan hutan dilakukan dengan alasan kebutuhan kayu untuk bangunan dan
kayu bakar. Aktivitas penebangan hutan, dilakukan oleh masyarakat dan perusahaan-
perusahaan industri kayu baik secara legal maupun ilegal.
2. Agrikultur di Hutan Hujan
Hampir setiap hari ribuan mil hutan hujan dihilangkan atau dibabat untuk kegunaan
pertanian. Ada dua kelompok yang terlibat dalam mengubah hutan hujan menjadi tanah
pertanian, yaitu penduduk setempat dan perusahaan dalam bidang pertanian. Para penduduk
setempat menggunakan cara tebang dan bakar untuk membersihkan bidang tanah di hutan
dengan cara bercocok tanam untuk beberapa tahun hingga tanah kehabisan nutrisi. Kondisi
ini semakin diperparah dengan adanya program transmigrasi ke lokasi hutan hujan tropis.
Sedangkan perusahaan bidang pertaniaan memanfaatkan untuk penanaman monokultur
seperti kelapa sawit yang mengakibatkan hilangnya keragaman hayati dan kerentanan alam
seperti menurunnya kualitas lahan, terjadinya erosi serta banyaknya hama.
3.Pertambangan
Pertambangan merupakan penyebab terbesar hilangnya hutan hujan tropis di
Indonesia seperti yang terjadi pada hutan hujan tropis di Kalimantan. Luas hutan hujan
berkurang secara luar biasa oleh aktivitas pertambangan baik legal maupun illegal.
Kerusakan hutan kalimantan telah berdampak pada erosi masal, pendangkalan sungai, dan
berujung pada bencana banjir.
a. Penyebab Degradasi lahan gambut:
1.Pengalihfungsian lahan gambut
Anggapan bahwa gambut merupakan lahan tidak berguna merupakan salah satu
penyebab degradasi hutan dan lahan gambut. Gambut yang dikeringkan dan
dialihfungsikan menjadi penyebab utama terjadinya kebakaran hutan dan lahan gambut.
Hal ini berakibat pada kehidupan ekosistem gambut lainnya.
Lahan gambut seringkali dianggap sebagai lahan yang tidak berguna dan lahan terbuang
yang dapat dikeringkan dan dialihfungsikan. Anggapan ini telah menjadi salah satu
penyebab utama degradasi dan kerusakan lahan gambut, terutama dalam perubahan tata
guna lahan untuk pertanian dan perkebunan.
2.Pengeringan lahan gambut
Alam dan manusia menjadi faktor penentu kekeringan di lahan gambut. Perubahan
iklim yang berakibat pada musim kemarau dapat membuat gambut menjadi kering sehingga
gambut seringkali dijadikan sebagai lahan industri pertanian dan perkebunan
Pengeringan lahan gambut tersebut membuat mikroba di dalam tanah menggerogoti
materi organik dan melepaskan CO2. Seiring dengan materi organik yang membusuk,
gambut pun ikut menyusut. Demi kepentingan pertanian dan perkebunan, lahan gambut
dikeringkan secara terus menerus untuk mencegah air kembali membanjiri gambut. Siklus
surutnya dan pengeringan gambut yang terus berlangsung menjadi sumber emisi CO2 yang
tidak akan berhenti.
3.Pembalakan liar di hutan gambut
Lebatnya hutan berpengaruh pada kelestarian gambut. Pada situasi yang ideal,
pepohonan di hutan membuat gambut tetap basah sepanjang tahun, antara lain dengan
mengurangi penguapan. Kondisi ini membuat proses pembusukan terhenti sehingga karbon
tetap tersimpan di dalam tanah.
Namun, ketika pembukaan hutan dilakukan dalam skala besar, pembalak biasanya
menggali parit untuk mengalirkan potongan kayu dari hutan ke sungai. Air yang
sebelumnya tersimpan di dalam gambut mengalir keluar melalui parit. Tanpa tutupan
pohon, lahan gambut langsung terpapar cahaya matahari. Material karbon di dalam lahan
gambut menjadi kering dan ketinggian tanah semakin berkurang. Oksigen yang mulai
bersirkulasi mengubah karbon menjadi karbon dioksida dan terlepas ke udara sehingga
mempercepat laju kenaikan suhu bumi dan menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan di
bumi.
b. Dampak Degradasi Hutan dan Lahan Gambut
Degradasi hutan yang terjadi dapat menimbulkan kerusakan dan menurunkan
kualitas tanah atau lahan. Dampak tersebut antara lain :
1. Erosi
Erosi mengakibatkan menurunnya kesuburan tanah dan menurunkan produksi lahan
sehinnga mengurangi pendapatan hutan. Erosi terjadi akibat adanya curah hujan yang
tinngi, kemiringan lereng dan tata guna lahan yang kurang tepat, serta terjadinya
pendangkalan sungai yang berefek terhadap naiknya dasar saluran, mengurangi lahan
pertanian yang mendapat aliran irigasi.
2. Kekeringan dan Pencemaran Lingkungan
Kekeringan dan pencemaran lingkungan disebabkan oleh aktivitas manusia. Sebagai
sumber daya alam, tanah mempunyai peranan yang sangat penting sebagai sumbur unsur
hara bagi tumbuhan dan sebagai media akar tumbuhan dan sebagai tempat untuk
menyimpan air.
3. Meningkatnya Panas Bumi
Meningkatnya panas bumi sebagai akibat kurangnya jumlah O2 yang tersedia di
alam digantikan oleh asap dan kabut tebal pada pagi hari, dampaknya terhadap manusia
adalah terjadinya kanker kulit sebagai akibat dari mengurangnya kemampuan atmosfer
dalam melakukan perlindungan terhadap sianr UV yang berbahaya.
4. Meningkatnya permukaan air Laut
Meningkatnya permukaan air laut mengakibatkan tenggelamnya beberapa pulau
kecil dibeberapa daerah di wilayah bumi. Berdasarkan data tahun 1985, Indonesia bersama-
sama dengan Brazil dan Zaire mempunyai luas hutan hujan tropis 53% dari luas total hutan
dunia. Indonesia sendiri mempunyai 10% yang merupakan kekayaan hutan hujan tropika
terbesar di Asia.
c. Cara Menanggulangi Degradasi Hutan dan Lahan Gambut
Hal yang dapat kita lakukan bila hutan telah terdegradasi salah satunya adalah
dengan penanaman pohon kembali agar dapat menggantikan pohon-pohon yang telah mati,
penggunaan barang-barang yang ramah lingkungan, konservasi dan pengelolaan alam,
pengendalian kebakaran hutan dan hama, dan yang paling penting adalah tidak menebang
pohon sembarangan untuk kepentingan diri sendiri.
1.Menggunakan pasar
Penggunaan pasar di sini maksudnya adalah menggunakan kekuatan dalam bidang
perekonomian. Bila kita bisa menggunakan pasar sebagai jembatan untuk merusak hutan,
maka pasar pun dapat membuat hutan kembali hidup. Menurut laman greenpeace,
perusahaan dapat menerapkan konsep 'Zero Deforestation'. Konsep ini menerapkan bahwa
perusahaan meminta pemasok mereka bertanggungjawab dalam memproduksi komoditas
seperti kayu, minyak kelapa sawit, dan kertas dengan cara tidak memicu deforestation
maupun degradasi hutan dan lahan gambut dan meminimalkan dampak yang ditimbulkan
untuk iklim kita. Dan juga perusahaan harus menuntut pemasok mereka agar mengubah
cara perekonomian mereka sehingga alam dapat terjaga dengan baik.
2.Memberikan pilihan yang lebih baik.
Kita dapat mengubah pilihan-pilihan yang biasa kita pilih dalam kehidupan sehari-
hari. Seperti dengan menggunakan lebih sedikit barang, menghindari pengemasan sekali
pakai, dan memilih produk kayu daur ulang atau produk yang diproduksi secara
bertanggungjawab.
3.FLR (Forest Landscape Restoration).
FLR adalah proses yang digunakan untuk memulihkan fungsional ekologi dan
meningkatkan kesejahteraan manusia. FLR mengutamakan keseimbangan antara ekologi,
sosial, dan ekonomi sehingga manusia dapat hidup tanpa merusak hutan ataupun alam
sekitarnya.
4.Pendidikan, pelatihan dan penelitian.
Dengan memberikan pelatihan dan pend8sa ingin menjaga hutan dan menggunakan
kekayaan hutan tanpa perlu merusak hutan.
5.Mempertegas hukum yang berlaku.
Hal ini merupakan peran yang hanya dapat dilakukan oleh pemerintah. Pemberian
hukum yang tegas bila mendapati pemasok-pemasok komoditas maupun untuk pembuatan
lahan baru yang menggunakan tebang liar ataupun pembakaran hutan untuk memenuhi
kebutuhan mereka dalam menjalankan bisnis yang mereka lakukan. Karena bila ini terus
berlanjut maka hutan akan rusak dan degradasi hutan pun dapat terjadi.

2.5 Pencemaran Tanah dan Air


a. Pencemaran Tanah

a) Definisi Pencemaran Tanah


Pencemaran tanah didefinisikan sebagai keadaan terkontaminasinya tanah dari polutan
yang dapat mempengaruhi karakteristik tanah baik secara fisik, kimia, ataupun biologisnya
sehingga mengganggu kehidupan makhluk hidup.
Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat
menguap, tersapu air hujan dan atau masuk kedalam tanah. Pencemaran yang masuk
kedalam tanah kemudia terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun ditanah
tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat
mencemari air tanag dan udara diatasnya
b) Penyebab Pencemaran tanah
a. Limbah domestik 
Limbah domestik dapat berasal dari daerah pemukiman penduduk, perdagangan,
pasar,tempat usaha, hotel, kantor-kantor pemerintahan dan swasta dan tempat wisata, dapat
berupalimbah padat dan cair.

1. Limbah padat berupa sampah anorganik. Jenis sampah ini tidak dapat diuraikan
olehmikroorganisme (non-biodegradable), misalnya kan-tong plastik, bekas kaleng
minuman, bekas botol plastik air mineral, dsb.
2. Limbah cair berupa; tinja, deterjen, oli, cat, jika meresap kedalam tanah akan
merusak kandungan air tanah bahkan dapat membunuh mikro-organisme di dalam tanah.
Timbulan sampah yang berasal dari limbah domestik dapat mengganggu/ mencemari
karena lindi (air sampah), bau dan estika. Timbulan sampah juga menutupi permukaan
tanah sehinggatanah tidak bisa dimanfaatkan. Selain itu, timbunan sampah dapat
menghasilkan gas nitrogen dan asam sulfida, adanya zatmercury, chrom dan arsen pada
timbunan sampah dapat menimbulkan gangguan terhadap biotanah, tumbuhan, merusak
struktur permukaan dan tekstur tanah. Limbah lain seperti oksidalogam, baik yang terlarut
maupun tidak pada permukaan tanah menjadi racun. Sampah anorganik tidak ter-
biodegradasi, yang menyebabkan lapisan tanah tidak dapatditembus oleh akar tanaman dan
tidak tembus air sehingga peresapan air dan mineral yang dapatmenyuburkan tanah hilang
dan jumlah mikroorganisme di dalam tanahpun akan berkurang akibatnya tanaman sulit
tumbuh bahkan mati karena tidak memperoleh makanan untuk  berkembang. Limbah cair
rumah tangga berupa; tinja, deterjen, oli bekas, cat, jika meresap kedalam tanah akan
merusak kandungan air tanah bahkan zat-zat kimia yang terkandung di dalamnya dapat
membunuh mikro-organisme di dalam tanah.
b.  Limbah Industri
Limbah domestik dapat berasal dari daerah pemukiman penduduk, perdagang-
an/pasar/tempat usaha hotel dan lain-lain, kelembagaan misalnya kantor-kantor
pemerintahandan swasta, dan wisata, dapat berupa limbah padat dan cair.
Limbah industri berupa limbah padat yang merupakan hasil buangan industri
berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses pengolahan. Misalnya sisa
pengolahan pabrik gula, pulp, kertas, rayon, plywood, pengawetan buah, ikan daging dll.
Limbah cair yang merupakan hasil pengolahan dalam suatu proses produksi, misalnya sisa-
sisa pengolahan industri pelapisan logam dan industri kimia lainnya. Tembaga,timbal,
perak, khrom, arsen dan boron adalah zat-zat yang dihasilkan dari proses industri pelapisan
logam. Limbah padat hasil buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal
dari proses pengolahan.
Penimbunan limbah padat mengakibatkan pembusukan yang menimbulkan bau
disekitarnya karena adanya reaksi kimia yang menghasilkan gas tertentu. Dengan
tertimbunnya limbah ini dalam jangka waktu lama, permukaan tanah menjadi rusak dan air
yang meresap ke dalam tanah terkontaminasi dengan bakteri tertentu yang mengakibatkan
turunnya kualitas air tanah pada musim kemarau. Selain itu timbunan akan mengering dan
mengundang bahaya kebakaran. Limbah cair sisa hasil industri pelapisan logam yang
mengandung zat-zat seperti tembaga, timbal, perak, khrom, arsen dan boron merupakan zat
yang sangat beracun terhadap mikroorganisme. Jika meresap ke dalam tanah akan
mengakibatkan kematian bagi mikroorganisme yang memiliki fungsi sangat penting
terhadap kesuburan tanah.
c.   Limbah Pertanian
Limbah pertanian berupa sisa-sisa pupuk sintetik untuk menyuburkan tanah atau
tanaman, misalnya pupuk urea, pestisida pemberantas hama tanaman, misalnya DDT.
Penggunaan pupuk yang terus menerus dalam pertanian akan merusak struktur tanah, yang
menyebabkan kesuburan tanah berkurang dan tidak dapat ditanami jenis tanaman tertentu
karenahara tanah semakin berkurang. Penggunaan pestisida bukan saja mematikan hama
tanaman tetapi juga mikroorga-nisme yang berguna di dalam tanah. Padahal kesuburan
tanah tergantung pada jumlah organisme didalamnya. Selain itu penggunaan pestisida yang
terus menerus akan mengakibatkan hama tanaman kebal terhadap pestisida tersebut.
c) Dampak Pencemaran Tanah
Tanah yang terkontaminasi dapat menyebabkan masalah pada manusia melalui sistem
pernapasan, kulit, maupun sistem pencernaan. Melalui sistem pernafasan misalnya, tanah
yang tercemar bisa menyebabkan bau yang tidak sedap terhirup oleh manusia atau adanya
partikel pada udara menyebabkan kesehatan pernafasan jadi memburuk. Melalui kulit,
tanah yang tercemar akan membuat air tanah ikut terkontaminasi bahan berbahaya dan bila
digunakan untuk mandi, air ini tentu akan membuat masalah pada kulit.
1. Menurunkan Kesuburan Tanah
Dampak pertama dari pencemaran tanah yang terjadi di suatu daerah tentu akan lebih
dahulu dirasakan oleh ekosistem darat di sekitarnya secara langsung. Di beberapa daerah
pencemaran tanah akan menurunkan tingkat kesuburan tanah itu sendiri. Tanaman akan
sulit hidup di tanah yang tercemar dan meskipun hidup ia akan menghasilkan produk yang
belum tentu aman untuk dikonsumsi. Selain itu, fauna tanah yang selama ini tinggal pasti
juga akan terusik keberadaannya.
2. Pencemaran Udara
Sampah yang mencemari tanah secara perlahan akan terdekomposisi oleh bakteri
dekomposer. Proses ini akan berlangsung dalam waktu yang lama dan membuat udara di
sekitarnya menjadi tidak nyaman untuk dihirup. Seperti kita ketahui bahwa proses
dekomposisi akan membuat sampah jadi membusuk dan mengeluarkan gas-gas berbau
menyengat.
3. Wabah Penyakit
Dampak pencemaran tanah selanjutnya adalah penyebaran wabah penyakit berbahaya.
Ya, betapapun tanah yang tercemar adalah tempat hidup yang nyaman bagi banyak
patogenpenyebab penyakit. Sampah-sampah yang ada di atas permukaan juga adalah
habitat bagi hewan penyebar penyakit seperti tikus dan serangga. Baik patogen maupun
hewan penyebar tersebut, keduanya adalah kombinasi tepat untuk menularkan wabah
penyakit dari tanah yang tercemar ke seluruh komponen biotik, termasuk manusia.
4. Merusak Estetika
Di banyak kota dan negara, pencemaran tanah telah berdampak pada rusaknya estetika
atau keindahan ekosistem yang ada. Sampah yang menumpuk dan tersebar tentu tak sedap
di pandang mata. Hal ini selain mengganggu bagi penghuni di sekitar tempat itu, tentu juga
akan membuat wisatawan tidak tertarik untuk berkunjung ke daerah tersebut sehingga
membuat mereka kehilangan pendapatan dari sektor pariwisata.
5. Merusak Ekosistem
Pada tahap terakhir, pencemaran tanah akan berdampak pada
terganggunya keseimbangan ekosistem secara masif. Cepat atau lambat pencemaran yang
terjadi pada tanah kita akan membuat keseimbangan ekosistem terganggu. Kondisi
homeostatis yang awalnya telah tercapai secara alami akan rusak sebagai dampak
pencemaran tanah di lingkungan kita
d) Penanggulangan Pencemaran Tanah
1) Remediasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar.
Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site).
Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih
mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.

Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke
daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat
pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat
pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan
keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan
off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.
2) Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan
mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau
mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon
dioksida dan air).
e) Langkah Pencegahan
Pada umumnya pencegahan ini pada prinsipnya adalah berusaha untuk tidak
menyebabkan terjadinya pencemaran, misalnya mencegah/mengurangi terjadinya bahan
pencemar, antara lain:
1. Sampah organik yang dapat membusuk/diuraikan oleh mikroorganisme antara lain
dapat dilakukan dengan mengubur sampah-sampah dalam tanah secara tertutup dan
terbuka, kemudian dapat diolah sebagai kompos/pupuk.
2. Sampah senyawa organik atau senyawa anorganik yang tidak dapat dimusnahkan oleh
mikroorganisme dapat dilakukan dengan cara membakar sampah-sampah yang dapat
terbakar seperti plastik dan serat baik secara individual maupun dikumpulkan pada suatu
tempat yang jauh dari pemukiman, sehingga tidak mencemari udara daerah pemukiman.
Sampah yang tidak dapat dibakar dapat digiling/dipotong-potong menjadi partikel-
partikel kecil, kemudian dikubur.
3. Pengolahan terhadap limbah industri yang mengandung logam berat yang akan
mencemari tanah, sebelum dibuang ke sungai atau ke tempat pembuangan agar dilakukan
proses pemurnian.
4. Penggunaan pupuk, pestisida tidak digunakan secara sembarangan namun sesuai
dengan aturan dan tidak sampai berlebihan.
5. Usahakan membuang dan memakai detergen berupa senyawa organik yang dapat
dimusnahkan/diuraikan oleh mikroorganisme.
b. Pencemaran Air
1. Definisi Pencemaran Air
Pencemaran air adalah masuknya komponen, energi atau zat tertentu ke dalam air
oleh kegiatan manusia, sehingga mengakibatkan kualitas air turun sampai tingkat terentu
dan tak bisa digunakan sesuai peruntukannya. Pencemaran air terjadi di hulu sungai,
sungai, danau dan juga lautan.
2. Penyebab Pencemaran air
1) Limbah Industri
Pabrik tekstil atau pabrik kertas dinilai sebagai yang paling banyak menjadi sumber
pencemaran. Limbah dari kedua pabrik ini tergolong limbah organik dan biasanya
mengeluarkan aroma tak sedap, selain itu kandungannya pun berbahaya.  Sementara limbah
dari pabrik baja, farmasi dan sebagainya disebut sebagai anorganik yang ciri-cirinya
mengeluarkan cairan panas dan busa, serta mengandung asam belerang dengan bau
menyengat.
2) Limbah Rumah Tangga
Sama halnya dengan limbah industri, limbah rumah tangga bisa dibagi menjadi organik
dan anorganik serta limbah berbahaya lainnya.  Jika organik berasal dari sisa makanan,
kulit buah, sayuran dan sebagainya, maka limbah anorganik contohnya adalah plastik,
kaleng dan kaca. Sementara kalau limbah berbahaya lainnya bisa berupa sabun misalnya
deterjen dan cairan pencuci piring ataupun bisa berupa oli bekas.
3) Limbah Pertanian
Ini disebabkan oleh penggunaan pupuk dan bahan kimia untuk hama. Meski dinilai
efektif dalam membasmi hama dan hewan lain perusak tanaman, namun efeknya sangat
buruk terhadap kondisi air di dalam tanah
3. Dampak Pencemaran Air Bagi Lingkungan
1. Menurunkan kadar oksigen
Air tentunya mengandung kadar oksigen, dan ini bisa berkurang saat ada komponen
lain yang masuk. Jika kadar oksigen di dalam air berkurang, maka kualitas air pun bisa
dikatakan buruk. Salah satu penyebabnya adalah limbah sampah yang dibuang ke
permukaan air dan membuat cahaya matahari tidak bisa masuk ke dalam air secara
maksimal.
2. Merusak ekosistem
Di dalam air tentunya ada ekosistem yang harus dijaga keseimbangannya. Dan air
merupakan salah satu elemen yang juga harus dijaga dalam ekosistem ini. Bayangkan jika
di dalam air terdapat limbah seperti sampah atau pun bahan kimia. Tentunya ini akan
mengganggu makhluk hidup yang hidup di dalamnya. Tak hanya hewan seperti ikan,
tumbuhan air pun juga akan terganggu produktivitasnya karena air berguna sebagai
pembentuk protoplasma yang notabene berperan dalam proses transpirasi dan fotosintesis. 
3. Menyebabkan berbagai macam penyakit
Air yang tercemar adalah air yang sudah tak layak konsumsi bahkan ada di tingkat
membahayakan. ika Anda tetap menggunakan air yang tercemar untuk kebutuhan sehari-
hari, seperti minum dan mandi, maka kemungkinan besar bakteri dan kandungan lainnya
bisa menimbulkan penyakit kulit dan pencernaan.
2.6 Pencemaran Sanitasi
1. Pengertian Sanitasi

Sanitasi lingkungan adalah Status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan,
pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebaginya (Notoadmojo, 2003).

Rumah

Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia. Rumah atau tempat
tinggal manusia, dari zaman ke zaman mengalami perubahan. Pada zaman purba manusia
bertempat tinggal digua-gua, kemudian berkembang, dengan mendirikan rumah tempat
tinggal di hutan-hutan dan dibawah pohon. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
membangun suatu rumah :

1. Faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis maupun lingkungan sosial.


Maksudnya membangun suatu rumah harus memperhatikan tempat dimana rumah itu
didirikan. Di pegunungan ataukah di tepi pantai, di desa ataukah di kota, di daerah dingin
ataukah di daerah panas, di daerah pegunungan dekat gunung berapi (daerah gempa) atau di
daerah bebas gempa dan sebagainya. Rumah didaerah pedesaan, sudah barang tentu
disesuaikan kondisi sosial budaya pedesaaan, misalnya bahanya, bentuknya,
menghadapnya, danlain sebagainya. Rumah didaerah gempa harus dibuat dengan bahan-
bahan yang ringan namun harus kokoh, rumah didekat hutan harus dibuat sedemikian rupa
sehingga aman terhadap serangan-serangan binatang buas.

2. Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat

Hal ini dimaksudkan rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya,


untuk itu maka bahan-bahan setempat yang murah misal bambu, kayu atap rumbia dan
sebagainya adalah merupakan bahan-bahan pokok pembuatan rumah. Perlu dicatat bahwa
mendirikan rumah adalah bukan sekadar berdiripada saat itu saja, namun diperlukan
pemeliharaan seterusnya (Notoadmojo, 2003).

Syarat-syarat rumah yang sehat :

1. Bahan bangunan

a. lantai : Ubin atau semen adalah baik, namun tidak cocok untuk kondisi ekonomi
pedesaan. Lantai kayu sering terdapat pada rumah-rumah orang yang mampu di pedesaan,
dan inipun mahal. Oleh karena itu, untuk lantai rumah pedesaan cukuplah tanah biasa yang
dipadatkan. Syarat yang penting disini adalah tdak berdebu pada musim kemarau dan tidak
basah pada musim hujan. Untuk memperoleh lantai tanah yang padat (tidak berdebu) dapat
ditempuh dengan menyiram air kemudian dipadatkan dengan benda-benda yang berat, dan
dilakukan berkali-kali. Lantai yang basah dan berdebu merupakan sarang penyakit.

b. Dinding : Tembok adalah baik, namun disamping mahal tembok sebenarnya kurang
cocok untuk daerah tropis, lebih-lebih bila ventilasinya tidak cukup. Dinding rumah di
daerah tropis khususnya di pedesaan lebih baik dinding atau papan. Sebab meskipun
jendela tidak cukup, maka lubang-lubang pada dinding atau papan tersebut dapat
merupakan ventilasi, dan dapat menambah penerangan alamiah.

c. Atap Genteng : Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah perkotaan maupun
pedesaan. Disamping atap genteng cocok untuk daerah tropis, juga dapat terjangkau oleh
masyarakat dan bahkan masyarakat dapat membuatnya sendiri. Namun demikian, banyak
masyarakat pedesaan yang tidak mampu untuk itu, maka atap daun rumbai atau daun kelapa
pun dapat dipertahankan. Atap seng ataupun asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan, di
samping mahal juga menimbulkan suhu panas didalam rumah.

d. Lain-lain (tiang, kaso dan reng)

Katu untuk tiang, bambu untuk kaso dan reng adalah umum di pedesaan. Menurut
pengalaman bahan-bahan ini tahan lama. Tapi perlu diperhatikan bahwa lubang-lubang
bambu merupakan sarang tikus yang baik. Untuk menghindari ini cara memotongnya barus
menurut ruas-ruas bambu tersebut, maka lubang pada ujung-ujung bambu yang digunakan
untuk kaso tersebut ditutup dengan kayu.

2. Ventilasi

Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga agar
aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O 2 yang
diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan
menyebabkan O2 didalam rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun bagi
penghuninya menjadi meningkat.disamping itu tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan
kelembaban udara didalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan dari kulit dan
penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri,
patogen (bakteri-bakteri penyebab penyakit.)

Funsi kedua daripada ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan-ruangan dari
bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena disitu selalu terjadi aliran udara yang
terus-menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi lainya adalah
untuk menjaga agar ruangan selalu tetap didalam kelembaban (humuduty) yang optium.
3. Cahaya

Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak terlalu banyak.
Kurangnya cahaya yang masuk kedalam ruangan rumah, terutama cahaya matahari di
samping kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan
berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya didalam rumah akan
menyebabkan silau, dam akhirnya dapat merusakan mata.

4. Luas bangunan rumah

Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas
lanai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan
yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan perjubelan
(overcrowded). Hal ini tidak sehat, sebab di samping menyebabkan kurangnya konsumsi O 2
juga bila salah satu anggota keluarga terkene penyakit infeksi, akan mudah menular kepada
anggota keluarga yang lain. Luas bangunan yang optimum adalah apabila dapat
menyediakan 2,5 – 3 m2 untuk tiap orang (tiap anggota keluarga).

5. Fasilitas-fasilitas didalam rumah sehat

Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai berikut:

a. Penyediaan air bersih yang cukup

b. Pembuangan Tinja

c. Pembuangan air limbah (air bekas)

d. Pembuangan sampah

e. Fasilitas dapur ruang berkumpul keluarga

Untuk rumah di pedesaan lebih cocok adanya serambi (serambi muka atau belakang).

Disamping fasilitas-fasilitas tersebut, ada fasilitas lain yang perlu diadakan tersendiri untuk
rumah pedesaan, yakni:

a) Gudang, tempat menyimpan hasil panen. Gudang ini dapat merupakan bagian dari rumah
tempat tinggal tersebut, atau bangunan tersendiri.

b) Kandang ternak. Oleh karena kandang ternak adalah merupakan bagian hidup dari petani,
maka kadang-kadang ternak tersebut ditaruh di dalam rumah. Hal ini tidak sehat, karena
ternak kadang-kadang merupakan sumber penyakit pula. Maka sebaiknya demi kesehatan,
ternak harus terpisah dari rumah tinggal, atau dibikinkan kandang sendiri (Notoadmojo,
2003).

Sistem Pembuangan

Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga,
industri maupun tempat-tempat umum lainya, dan pada umumnya mengandung bahan-
bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu
lingkungan hidup. Batasan lain mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan
dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan
industri, bersama-sama dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada
(Haryoto Kusnoputranto, 1985).

Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa air buangan adalah air yang tersisa dari
kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain seperti industri,
perhotelan, dan sebagainya. Meskipun merupakan air sisa, namun volumenya besar, karena
lebih kurang 80% dari air yang digunakan bagi kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari
tersebut dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor (tercemar). Selanjutnya air limbah ini
akhirnya akan mengalir ke sungai dan laut dan akan digunakan oleh manusia lagi. Oleh
sebab itu, air buangan ini harus dikelola atau diolah secara baik.

Air limbah ini berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat dikelompokan sebagai
berikut :

1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water), yaitu air limbah
yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah ini terdiri dari ekskreta
(tinja dan air seni), air bekas cucian dapur dan kamar mandi, dan umumnya terdiri dari
bahan-bahan organic.

2. Air buangan industri (industrial wastes water), yang berasal dari berbagai jenis industri
akibat proses produksi. Zat-zat yang tergantung di dalamnya sangat bervariasi sesuai
dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing industri, antara lain : nitrogen, logam
berat, zat pelarut dan sebagainya. Oleh sebab itu pengolahan jenis air limbah ini, agar tidak
menimbulkan polusi lingkungan memnjadi rumit.

3. Air buangan kotapraja (municipal wastes water), yaitu air buangan yang berasal dari
daerah : perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat ibadah, dan sebagainya.
Pada umumnya zat-zat yang terkandung dalam jenis air limbah ini sama dengan air limbah
rumah tangga.

Beberapa cara sederhana pengolahan air buangan antara lain sebagai berikut :
1. Pengeceran (dilution)

Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah, kemudian baru
dibuang ke badan-badan air. Tetapi, dengan makin bertambahnya penduduk, yang berarti
makin meningkatnya kegiatan manusia, maka jumlah air limbah yang harus dibuang terlalu
banyak, dan diperluka air pengenceran terlalu banyak pula, maka cara ini tidak dapat
dipertahankan lagi. Disamping itu, cara ini menimbulkan kerugian lain, diantaranya :
bahaya kontaminasi terhadap badan-badan air masih tetap ada, pengendapan yang akhirnya
menimbulkan pendangkalan terhadap badan-badan air, seperti selokan, sungai, danau, dan
sebagainya. Selanjutnnya dapat menimbulkan banjir.

2. Kolam Oksidasi (Oxidation ponds)

Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar matahari, ganggang (algae),
bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air limbah dialirkan kedalam
kolam berbentuk segi empat dengan kedalaman antara 1-2 meter. Dinding dan dasar kolam
tidak perlu diberi lapisan apapun. Lokasi kolam harus jauh dari daerah pemukiman, dan
didaerah yang terbuka, sehingga memungkinkan memungkinkan sirkulasi angin dengan
baik.

3. Irigasi

Air limbah dialirkan ke parit-parit terbuka yang digali, dan air akan merembes masuk
kedalam tanah melalui dasar dan dindindg parit tersebut. Dalam keadaan tertentu air
buangan dapat digunakan untuk pengairan ladang pertanian atau perkebunan dan sekaligus
berfungsi untuk pemupukan. Hal ini terutama dapat dilakukan untuk air limbah dari rumah
tangga, perusahaan susu sapi, rumah potong hewan, damn lain-lainya dimana kandungan
zat-zat organik dan protein cukup tinggi yang diperlukan oleh tanam-tanaman.

2.7 Limbah
1. Pengertian Limbah
Menurut Daniel A. Okun dan George Ponghis (1875), pengertian limbah adalah semua
limbah cair rumah tangga, termasuk air kotor dan semua limbah industri yang dibuang ke
sistem saluran limbah cair, kecuali air hujan atau drainase permukaan. Limbah adalah sisa
atau buangan yang dihasilkan oleh kegiatan individu maupun berkelompok yang tidak
memiliki nilai ekonomis, sehingga perlu pengelolaan khusus saat proses pembuangannya.
2. Karakteristik Limbah
Limbah memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan benda lainnya. Adapun
beberapa karakteristik limbah adalah sebagai berikut:
1. Berukuran Mikro, limbah memiliki ukuran kecil atau partikel-partikel kecil yang
masih dapat dilihat oleh mata manusia.
2. Bersifat dinamis, limbah selalu bergerak sesuai dengan lingkungan sekitarnya.
Misalnya, ketika limbah masuk ke sungai maka limbah tersebut akan mengikuti arah
aliran sungai tersebut.
3. Penyebarannya berdampak luas, dampak yang ditimbulkan oleh limbah pada
lingkungan dan manusia efeknya beragam. Ketika kontaminasi limbah sudah berat
maka akan menyebabkan kerusakan bagi lingkungan dan manusia.
4. Berdampak jangka panjang, limbah dapat menimbulkan dampak yang cukup lama di
wilayah yang terkontaminasi. Sehingga dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk
mengembalikan kondisi wilayah tersebut.
3. Jenis-Jenis Limbah

Jenis-jenis limbah dapat dibedakan dalam tiga kategori, yaitu berdasarkan wujudnya,
berdasarkan sumbernya, berdasarkan senyawanya. 

Adapun penjelasan macam-macam limbah adalah sebagai berikut;


1. Jenis Limbah Berdasarkan Wujudnya
a. Limbah padat, yaitu limbah yang wujudnya padat, sifatnya kering, dan tidak dapat
berpindah sendiri. Contohnya; sampah, potongan kayu, sisa makanan, logam, dan
plastik.
b. Limbah cair, yaitu limbah yang wujudnya cair, dapat larut dalam air, dan dapat
berpindah sendiri. Contohnya; air cucian piring, air bekas pencucian kendaraan, dan
lainnya.
c. Limbah gas, yaitu limbah zat yang wujudnya gas yang yang mengandung racun
(CO2, HCL, SO2, dan lainnya) dan dapat berpindah-pindah. Contohnya asap
kendaraan bermotor, asap pabrik, dan lainnya.
2. Jenis Limbah Berdasarkan Sumbernya
a. Limbah industri, yaitu limbah yang berasal dari pembuangan atau sisa kegiatan
industri.
b. Limbah pertanian, yaitu limbah yang timbul sebagai akibat dari kegiatan pertanian.
c. Limbah pertambangan, yaitu limbah yang timbul karena kegiatan pertambangan.
d. Limbah domestik, yaitu limbah yang disebabkan oleh kegiatan rumah tangga,
restoran, pasar, dan lainnya.
3. Jenis Limbah Berdasarkan Senyawanya
a. Limbah organik, yaitu jenis limbah yang dapat diuraikan (mudah membusuk) dan
berbaur dengan alam. Misalnya kotoran hewan dan kotoran manusia.
b. Limbah anorganik, yaitu jenis limbah yang sangat sulit atau bahkan tidak dapat
diuraikan. Misalnya sampah plastik, potongan baja, dan lain-lain.
3. Dampak Limbah
1. Dampak Limbah Terhadap Lingkungan
Secara umum, limbah memiliki dampak negatif terhadap lingkungan sekitarnya.
Selain merusak lingkungan dan menyebabkan nilai estetika lingkungan menjadi buruk,
limbah juga dapat menyebabkan kematian terhadap organisme yang terdapat di lingkungan
tersebut.

Misalnya, limbah cair yang mengkontaminasi sungai. Racun yang terdapat pada
limbah tersebut akan menyebabkan banyak organisme di dalam sungai tersebut mati
keracunan, misalnya ikan. Kerusakan pada sungai tersebut pada akhirnya akan mengganggu
keseimbangan ekosistem mahluk hidup secara keseluruhan.

2. Dampak Limbah Terhadap Manusia

Meskipun sebagian besar limbah dihasilkan oleh manusia, namun sebenarnya yang paling
merasakan dampak negatif pencemaran limbah adalah manusia itu sendiri. Ada banyak
sekali gangguan kesehatan yang terjadi jika limbah beracun sudah mencemari lingkungan
manusia.
Beberapa contoh penyakit yang dapat timbul karena limbah diantaranya;
1. Diare
2. Keracunan
3. Sesak napas
4. Penyakit tifus
5. Jamur pada kulit
6. Gangguan saraf

2.8 Kaitan Isu Lingkungan Nasional dan Lokal dengan Ilmu Kimia
a.Banjir

Banjir lumpur panas Sidoarjo, juga dikenal dengan sebutan Lumpur Lapindo
(Lula) atau Lumpur Sidoarjo (Lusi), adalah peristiwa menyemburnya lumpur panas di
lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc. di Dusun Balongnongo Desa Renokenongo,
Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Indonesia, sejak tanggal 29 Mei
2006. Semburan lumpur panas selama beberapa bulan ini menyebabkan tergenangnya
kawasan permukiman, pertanian, dan perindustrian di tiga kecamatan di sekitarnya, serta
memengaruhi aktivitas perekonomian di Jawa Timur.

Berdasarkan pengujian toksikologis di 3 laboratorium terakreditasi (Sucofindo,


Corelab, dan Bogorlab) diperoleh kesimpulan ternyata lumpur Sidoarjo tidak termasuk
limbah B3 baik untuk bahan anorganik seperti arsen, barium, boron, timbal, raksa, sianida
bebas, dan sebagainya, maupun untuk untuk bahan organik seperti trichlorophenol,
chlordane, chlorobenzene, kloroform, dan sebagainya. Hasil pengujian menunjukkan semua
parameter bahan kimia itu berada di bawah baku mutu.

b. Abrasi

Lahan yang terkena abrasi di pesisir pantai utara dan selatan Jawa Tengah mencapai
5.235,74 hektare dan berada di 17 kabupaten/kota. Kerusakan di garis pantai utara berada di
13 daerah sepanjang 559,24 kilometer, sedangkan di pantai selatan berada dalam area
sepanjang 157,35 kilometer. Kerusakan itu merujuk pada data inventarisasi Badan
Lingkungan Hidup (BLH) Jawa Tengah akhir 2013.

"Penyebabnya perubahan tata guna lahan, penebangan hutan mangrove untuk kayu, dan
perluasan tambak dan rumah," kata Kepala BLH Provinsi Jawa Tengah Wahjudi Djoko
Marjanto seusai diskusi pemberdayaan masyarakat pesisir di Semarang, Kamis, 16 Oktober
2014.Penyebab lain, kata Wahjudi, abrasi terjadi akibat kerusakan tanaman mangrove
lantaran pencemaran air laut. Pencemaran terbukti dari uji air laut pada 2004 di Brebes,
Pemalang, dan Batang. Temuannya, kandungan nitrit dan sulfida melebihi baku mutu. "Ini
akibat pembuangan sampah di sungai, lalu sampah-sampah itu mengendap di pantai,

c. Kebakaran Hutan

Berdasarkan pantauan satelit di website Lapan, 105 hotspot terdeteksi di Sumatera Selatan sejak
Selasa (13/8) siang hingga Rabu (14/8) petang. Dengan tingkat kepercayaan di bawah 29 persen
sebanyak 3 titik panas, 30-79 persen sebanyak 46 titik panas, serta tingkat kepercayaan di atas 80
persen sebanyak 56 titik panas.

Kebakaran hutan ini menyebabkan meningkatnya polusi udara yang terkontaminasi asap.
Berdasarkan buku Lindungi Diri dari Bencana Kabut Asap yang dikeluarkan oleh World Health
Organization (WHO) dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia asap dalam kebakaran hutan
mengandung zat berbahaya untuk kesehatan.

Berdasarkan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU), ada lima kandungan berbahaya dalam asap
kebakaran hutan, yakni Karbon Monoksida (CO), Sulfur Dioksida (SO2), Nitrogen Dioksida (NO2),
dan Ozon Permukaan (O3)

d. Degradasi Hutan

Kerusakan hutan mangrove di pesisir teluk Lampung,selain kalah dengan keberadan


bangunan pemukiman penduduk dan reklamasi juga dipengaruhi limbah rumah tangga dan
limbah kimia lainnya.

Dosen Kehutanan Fakultas Pertanian Uni la, Duryat mengatakan, raibnya hutan ma ngrove
di pesisir Teluk Lampung, selain di sebabkan alih fungsi lahan juga disebab kan bahan
sampah rumah tangga dan bahan kimia.

"Selain pemukiman dan alih fungsi lahan, penyebab raibnya mangrove juga disebabkan
sampah rumah tangga dan bahan kimia yang langsung dibuang ke laut atau melalui aliran
sungai. Sebab 80 persen limbah kita bermuara ke laut, seperti sampah plastik, limbah
rumah tangga, limbah industri semua bermuara ke laut

e. Pencemaran Udara

Pencemaran udara Udara merupakan salah satu elemen penting dalam kehidupan makhluk
hidup. Karena udara sangat dibutuhkan untuk bernapas dan hendaknya memiliki kualitas udara
yang baik. Udara yang berkualitas baik adalah udara yang belum mengalami pencemaran. Cirinya,
tidak berbau, terasa segar dan ringan saat dihirup. Baca juga: Pengertian Pencemaran Lingkungan
dan Jenis-jenisnya Pencemaran udara terjadi karena masuknya polutan (benda yang menyebabkan
pencemaran) ke dalam atmosfer. Dampaknya membuat kualitas dan fungsi udara menurun.
Standar pencemaran udara dapat ditentukan berdasarkan lima zat pencemar utama yaitu karbon
monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), Ozon (O3), dan partikel debu.

F. Pencemaran Air

Pencemaran air merupakan peristiwa masuknya zat atau komponen lain ke dalam perairan.
Dampaknya membuat air tercemar dan kualitas air menurun. Padahal air khususnya air bersih
memegang peranan penting dalam kehidupan makhluk hidup. Air yang tercemar tidak bisa
dimanfaatkan dan menyebabkan penyakit. Sumber pencemaran air Pencemaran air bisa terjadi
dari limbah industri, limbah rumah tangga, limbah pertanian. Limbah industri sangat potensial
sebagai penyebab terjadinya pencemaran air. Karena limbah cairnya langsung dibuang tanpa
diolah terlebih dahulu. Padahal limbahnya mengandung bahan berbahaya dan beracun. Baca juga:
Cegah Bencana, Menko PMK Minta Pembangunan Pertimbangkan Dampak Lingkungan Pada
limbah rumah tangga bisa berupa detergen, sampah, dan kotoran manusia. Jumlah penduduk
yang semakin meningkat membuat limbah yang dihasilkan semakin tinggi juga. Kegiatan pertanian
juga bisa menimbulkan pencemaran air terutama karena pengunaan pupuk buatan, pestisida, dan
herbisida.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kerusakan lingkungan hidup banyak disebabkan oleh manusia karena kurangnya
kesadaran mereka akan pentingnya melestarikan lingkungan hidup, wacana diatas
menggambarkan bahwa bumi sudah jauh dari hijaunya lingkungan hidup, partisipasi
masyarakat dalam menanggulangi kerusakan lingkungan masih sangat minim. Masyarakat
masih sebagai obyek program/kegiatan pemerintah. Partisipasi telah dimulai pada lingkup
lingkungan setempat yang dilaksanakan secara spontan. Tingkat partisipasi dilakukan di
lingkuungan setempat dan kebijakan pemerintah daerah tentang penanggulangan kerusakan
sangat kurang.

3.2 Saran
Setelah penulis mengulas permasalahan di atas, penulis ingin  menyarankan kepada
pembaca khususnya masyarakat pada umumnya untuk mengambil peran dalam mengatasi
masalah Isu lingkungan karena usaha dari pemerintah saja tidak cukup berarti tanpa
bantuan dari masyarakat. Disarankan juga agar pemerintah lebih menindak tegas oknum-
oknum yang terlibat dalam kegiatan yang tidak memperhatikan lingkungan.
Demikianlah saran-saran yang dapat penulis sampaikan. Semoga apa yang
telah penulis sampaikan dapat menambah pengetahuan bagi masyarakat agar mau menjaga
keasrian dan kebersihan lingkungan. Semua orang harus ikut berperan serta dalam
menanggulangi masalah isu lingkungan ini
DAFTAR PUSTAKA

A. Tresna Sastrawijaya. 2000. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta

Julifar,Septian.2015. Kebakaran Hutan dan Penanggulangannya. Makalah. Pekanbaru:


Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Riau.

Nawar,syarif.2016. Permalahan Abrasi dan Solusinya. Nawarsyarif


blogspot.com/2016/06/makalah-permasalahan-dan html. Diakses pada tanggal 1 maret
2020.

Putri,Oktoria.2015.Makalah Erosi Abrasi . Jakarta Academia.edu.

Rizky. 2013. Pengertian Banjir dan Penyebabnya. http://rizkynovi99.blogspot.com diakses


tanggal 02 April 2020.

Rizky. 2013. Pencemaran Tanah. http://pollutiononmyearth.weebly.com/pencemaran-


tanah.html. Diakses pada 2 April 2020.

Saniya,arifairma.2015. Kebakaran Hutan. Makalah. Semarang:Jurusan Ilmu Kesehatan..

Supriyanto,Ardi dan Syarifudin.2018.Analisis Kebijakan Pencegahan dan Pengendalian


Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi Jambi. Jurnal Pendidikan. Vol (1) No (1)

Sumardi dan S.M Widyastuti.2007. Dasar-Dasar Perlindungan Hutan. Jakarta: Gadjah


Mada University Press.

Soekarto. S. T. 1985. Penelitian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian.
Jakarta: Bhatara Karya Aksara.

Anda mungkin juga menyukai