Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Rumah Sakit merupakan unit pelayanan kesehatan dari sistem pelayanan
kesehatan dan merupakan unsur strategis dilihat dari konteks jumlah biaya yang
dikeluarkan , dimana sebagian besar dana kesehatan terserap dalam sektor pengelolaan r
umah sakit baik di Negara maju maupun di Negara berkembang. Pelayanan medik dan
perawatan merupakan sub sistem dari sistem pelayanan yang ada di rumah sakit. Bentuk
pelayanan yang diberikan disesuaikan dengan keadaan pasien, sehingga lebih bersifat
individual (Depkes, 2002).
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan di rumah sakit
dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Oleh karena itu
pelayanan keperawatan ini perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan ke masa
depan. Perawatharus mau mengembangkan ilmu pengetahuannya dan berubah sesuai
tuntutan masyarakat, dan menjadi tenaga perawat yang professional. Pengembangan
dalam berbagai aspek keperawatan bersifat saling berhubungan, saling bergantung, saling
mempengaruhi dan saling berkepentingan oleh karena itu inovasi dalam pendidikan
keperawatan, praktek keperawatan, ilmu keperawatan dan kehidupan keprofesian
merupakan fokus utama keperawatan Indonesia dalam proses profesionalitas. Proses
profesionalisasi merupakan proses pengakuan terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai
dan diterima secara spontan oleh masyarakat, maka dituntut untuk mengembangkan
dirinya dalam sistem pelayanan kesehatan. Oleh karena alasan-alasan di atas maka
pelayanan keperawatan harus dikelola secara professional, karena itu perlu adanya
Manajemen Keperawatan (Priharjo, 2005).
Manjemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan organisasi. Sedangkan manajemen keperawatan adalah
proses bekerja melalui anggota staff keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan
secara professional. Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan
sebagai suatu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara professional, sehingga
diharapkan keduanya saling menopang. Sebagaimana yang terjadi di dalam proses
keperawatan, di dalam manajemen keperawaatan pun terdiri dari pengumpulan data,
identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil. Karena manajemen
keperawatan mempunyai kekhususan terhadap mayoritas tenaga seorang pegawai, maka
setiap tahapan di dalam proses manajemen lebih rumit jika dibandingkan dengan proses
keperawatan. Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan
pelayanan nyata di Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami bagaimana konsep
dan aplikasinya di dalam organisasi keperawatan itu sendiri (Gillies, 2002).
Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh Mahasiswa D-IV
KEPERAWATAN Poltekkes Medan yang sedang berpraktek manajemen keperawatan di
ruangan rawat inap Bougenville/pavilliun RSUD Dr.RM.DJOELHAM Kota Binjai,
ditemukan data bahwa pengelolaan manajemen pelayanan dan manajemen asuhan
keperawatan masih ada yang tidak sesuai dengan proses penerapan manajemen yang
benar. Hal ini dapat dilihat mulai dari proses perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), kepegawaian (staffing), pengarahan (directing), dan pengawasan
(controlling).
Selain itu, masih ada masalah manajemen keperawatan yang ditemukan di
ruangan ini antara lain masalah kekurangan alat logistik, sehingga hal ini dapat
menghambat kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Tapi hal ini sudah
direkomendasikan ruangan kepada pihak Rumah Sakit.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa memahami dan mampu menerapkan konsep teori dalam aplikasi
prinsip-prinsip manajemen keperawatan dalam pelaksanaan manajemen asuhan
keperawatan dan manajemen pelayanan keperawatan di ruang rawat inap
Reflesia/pavilliun RSUD Dr. RM.Djoelham Binjai.
1.2.2 Tujuan Khusus
Selama berlangsungnya praktek manajemen keperawatan mahasiswa diharapkan
mampu untuk :
a. Mengidentifikasi masalah yang tidak sesuai dengan prinsip manajemen keperawatan
yang terdapat di ruang rawat inap Bougenville/pavilliun RSUD Dr. RM.Djoelham
kota binjai
b. Mempraktekkan konsep teori manajemen asuhan keperawatan, baik manajemen
pelayanan maupun manajemen asuhan keperawatan.
c. Mengaplikasikan model keperawatan modular dengan cara bermain peran (Role
play) di salah satu ruangan di ruang rawat inap Bougenvile/pavilliun RSUD Dr.
RM.Djoelham Binjai
d. Memudahkan perawat yang ada di ruangan rawat inap Bougenville/pavilliun RSUD
Dr. RM Djoelham Binjai dalam mengatasi masalah yang terkait dengan manajemen
keperawatan dengan metode 4M (Man, Methode, Material, dan Money) yang
dipaparkan dalam analisa SWOT.

1.3 Manfaat Penulisan


Dengan diadakannya praktek manajemen keperawatan ini diharapkan akan
memberikan manfaat kepada ;
1.3.1 Mahasiswa
a. Mahasiswa lebih terampil dalam penerapan aplikasi prinsip-prinsip manajemen
keperawatan di lapangan.
b. Mahasiswa mendapat pengalaman baru di lapangan dalam hal penerapan manajemen
keperawatan.
1.3.2 Perawat
a. Membantu meringankan beban kerja perawat selama praktek berlangsung di ruang
rawat inap Reflesia/pavilliun RSUD Dr. RM.Djoelham Binjai.
b. Menambah pengetahuan tenaga perawat tentang manajemen pelayanan dan
manajemen asuhan keperawatan melalui bermain peran oleh mahasiswa (role play)
dan penyegaran yang diberikan sesuai dengan masalah yang ditemukan.
1.3.3 Rumah Sakit
Data yang diperoleh dari hasil pengkajian akan membantu sebagai bahan
masukan bagi Rumah Sakit, dalam upaya peningkatan mutu manajerial pelayanan
rumah sakit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Keperawatan


Manajemen berasal dari kata manus yang artinya tangan, maka diartikan secara
singkat sebagai proses menyelesaikan pekerjaan melalui tangan orang lain. Manajemen
mendefinisikan manajemen keperawatan sebagai proses pelaksanaan pelayanan
keperawatan melalui upaya staff keperawatan untuk memberikan Asuhan Keperawatan,
pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat (Gillies,
2002).
Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional yang
merencanakan, mengatur, dan menggerakkan para karyawannya untuk memberikan
pelayanan keperawatan yang sebaik-baiknya kepada pasien melalui manajemen Asuhan
Keperawatan. Agar dapat memberikan pelayanan keperawatan dengan sebaik-baiknya,
maka diperlukan suatu Standard Asuhan Keperawatan (SAK) yang akan digunakan
sebagai target maupun alat kontrol pelayanan tersebut.
Muninjaya (2004), menyatakan bahwa manajemen mengandung tiga prinsip
pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisiensi dalam pemanfaatan sumber
daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi, dan
rasional dalam pengambilan keputusan manajerial.
Seluruh aktivitas manajemen, kognitif, afektif dan psikomotor berada dalam satu
atau lebih dari fungsi-fungsi utama yang bergerak mengarah pada satu tujuan. Sehingga
selanjutnya, bagian akhir dalam proses manajemen keperawatan adalah perawatan yang
efektif dan ekonomis bagi semua kelompok.

2.2 Fungsi Manajemen


Pada fungsi manajemen keperawatan terdapat beberapa elemen utama yaitu
Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Staffing (kepegawaian),
Directing (pengarahan), Controlling (pengendalian/evaluasi).
2.2.1 Planning (Perencanaan)
Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam manajemen, oleh
karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Menurut
Muninjaya, (2004) fungsi perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi
manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi
manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan akan
memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan
dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan kapan akan dilakukan. Perencanaan
merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara efektif dan efesien.
Swanburg (2000) mengatakan bahwa planning adalah memutuskan seberapa luas akan
dilakukan, bagaimana melakukan dan siapa yang melakukannya.
Dibidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai proses untuk
menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan di masyarakat, menentukan
kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling
pokok, dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
tersebut.
a. Tujuan Perencanaan
- Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan
- Agar penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia lebih efektif
- Membantu dalam koping dengan situasi kritis
- Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya
- Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan berdasarkan
masa lalu dan akan datang.
- Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah
- Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
b. Tahap dalam perencanaan :
- Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
- Analisis situasi, bertujuan untuk mengumpulkan data atau fakta.
- Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah
- Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dicapai.
- Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam pelaksanaan
program.
- Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)

c. Jenis Perencanaan
- Perencanaan Strategi
Perencanaan strategis merupakan suatu proses berkesinambungan, proses
yang sistematis dalam pembuatan dan pengambilan keputusan masa kini dengan
kemungkinan pengetahuan yang paling besar dari efek-efek perencanaan pada
masa depan, mengorganisasikan upaya-upaya yang perlu untuk melaksanakan
keputusan ini terhadap hasil yang diharapkan melalui mekanisme umpan balik
yang dapat dipercaya. Perencanaan strategis dalam keperawatan bertujuan untuk
memperbaiki alokasi sumber-sumber yang langka, termasuk uang dan waktu, dan
untuk mengatur pekerjaan divisi keperawatan.
- Perencanaan Operasional
Perencanaan operasional menguraikan aktivitas dan prosedur yang akan
digunakan, serta menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menentukan siapa
orang-orang yang bertanggung jawab untuk setiap aktivitas dan prosedur.
Menggambarkan cara menyiapkan orang-orang untuk bekerja dan juga standard
untuk mengevaluasi perawatan pasien.
Di dalam perencanaan operasional terdiri dari dua bagian yaitu rencana
tetap dan rencana sekali pakai. Rencana tetap adalah rencana yang sudah ada dan
menjadi pedoman di dalam kegiatan setiap hari, yang terdiri dari kebijaksanaan,
standard prosedur operasional dan peraturan. Sedangkan rencana sekali pakai
terdiri dari program dan proyek.

d. Manfaat Perencanaan
- Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-
perubahan lingkungan.
- Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan
- Memudahkan kordinasi
- Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasional secara
jelas
- Membantu penempatan tanggungjawab lebih tepat
- Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah dipahami
- Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
- Menghemat waktu dan dana
e. Keuntungan Perencanaan
- Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif.
- Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai
- Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya terutama fungsi
keperawatan
- Memodifikasi gaya manajemen
- Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan

f. Kelemahan Perencanaan
- Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan informasi dan fakta-
fakta tentang masa yang akan datang
- Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak
- Perencanaan mempunyai hambatan psikologis
- Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif
- Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu diambil
2.2.2 Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan
mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas dan wewenang seseorang,
pendelegasian wewenang dalam rangka mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian
merupakan alat untuk memadukan semua kegiatan yang beraspek personil, finansial,
material dan tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Muninjaya,
2004).
Berdasarkan penjelasan tersebut, organisasi dapat dipandang sebagai rangkaian
aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan usaha
kerjasama dengan jalan membagi dan mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang
harus dilaksanakan serta menyusun jalinan hubungan kerja di antara para pekerjanya.
a. Manfaat Pengorganisasian
Melalui fungsi pengorganisasian akan dapat diketahui :
- Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok.
- Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi tersebut melalui
kegiatan yang dilakukannya.
- Pendelegasian wewenang.
- Pemanfaatan staff dan fasilitas fisik.
b. Langkah-langkah Pengorganisasian
- Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang dalam
fungsi perencanaan.
- Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai tujuan.
- Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan yang praktis.
- Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan
menyediakan fasilitas yang diperlukan.
- Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.
- Mendelegasikan wewenang.
2.2.3 Staffing (Kepegawaian)
Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, proses yang teratur, sistematis
berdasarkan rasional yang diterapkan untuk menentukan jumlah personil suatu
organisasi yang dibutuhkan dalam situasi tertentu (Swanburg, 2000). Proses pengaturan
staff bersifat kompleks. Komponen pengaturan staff adalah sistem kontrol termasuk
studi pengaturan staff, penguasaan rencana pengaturan staff, rencana penjadwalan, dan
Sistem Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK). SIMK meliputi lima elemen yaitu
kualitas perawatan pasien, karakteristik dan kebutuhan perawatan pasien, perkiraan
suplai tenaga perawat yang diperlukan, logistik dari pola program pengaturan staf dan
kontrolnya, evaluasi kualitas perawatan yang diberikan.
Dasar perencanaan untuk pengaturan staff pada suatu unit keperawatan mencakup
personil keperawatan yang bermutu harus tersedia dalam jumlah yang mencukupi dan
adekuat, memberikan pelayanan pada semua pasien selama 24 jam sehari, 7 hari dalam
seminggu, 52 minggu dalam setahun. Setiap rencana pengaturan staff harus disesuaikan
dengan kebutuhan rumah sakit dan tidak dapat hanya dicapai dengan rasio atau
rumusan tenaga/pasien yang sederhana. Jumlah dan jenis staff keperawatan yang
diperlukan dipengaruhi oleh derajat dimana departemen lain memberikan pelayanan
pendukung, juga dipengaruhi oleh jumlah dan komposisi staff medis dan pelayanan
medis yang diberikan. Kebutuhan khusus individu, dokter, waktu dan lamanya ronde,
jumlah test, obat-obatan dan pengobatan, jumlah dan jenis pembedahan akan
mempengaruhi kualitas dan kuantitas personel perawat yang diperlukan dan
mempengaruhi penempatan mereka.
Pengaturan staff kemudian juga dipengaruhi oleh organisasi divisi keperawatan.
Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui untuk mengatur departemen beroperasi
secara efisien dan ekonomis dengan pernyataan misi, filosofi dan objektif tertulis,
struktur organisasi, fungsi dan tanggung jawab, kebijakan dan prosedur tertulis,
pengembangan program staff efektif, dan evaluasi periodik terencana.
Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah prinsip rekrutmen,
seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan klasifikasi pasien. Pengrekrutan
merupakan proses pengumpulan sejumlah pelamar yang berkualifikasi untuk pekerjaan
di perusahaan melalui serangkaian aktivitas. Tujuan orientasi pegawai baru adalah
untuk membantu perawat dalam menyesuaikan diri pada situasi baru. Produktivitas
meningkat karena lebih sedikit orang yang dibutuhkan jika mereka terorientasi pada
situasi kerja. Penjadwalan siklus merupakan salah satu cara terbaik yang dipakai untuk
memenuhi syarat distribusi waktu kerja dan istirahat untuk pegawai. Pada cara ini
dibuat pola waktu dasar untuk minggu-minggu tertentu dan diulang pada siklus
berikutnya. Jadwal modifikasi kerja mingguan menggunakan shift 10-12 jam dan
metode lain yang biasa.

2.2.4 Directing (Pengarahan)


Pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan
oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan
pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaan yang nyata.
Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam keberhasilan manajemen.
Menurut Stogdill dalam Swanburg (2000), kepemimpinan adalah suatu proses yang
mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun dan mencapai
tujuan. Gardner dalam Swanburg (2000), menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai
suatu proses persuasi dan memberi contoh sehingga individu (pimpinan kelompok)
membujuk kelompoknya untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan
pimpinan atau usulan bersama.
Seorang manajer yang ingin kepemimpinannya lebih efektif harus mampu untuk
memotivasi diri sendiri untuk bekerja dan banyak membaca, memiliki kepekaan yang
tinggi terhadap permasalahan organisasi, dan menggerakkan (memotivasi) staffnya agar
mereka mampu melaksanakan tugas-tugas pokok organisasi.
Menurut Lewin dalam Swanburg (2000), terdapat beberapa macam gaya
kepemimpinan yaitu :
- Autokratik
Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih cenderung memikirkan
penyelesaian tugas dari pada memperhatikan karyawan. Kepemimpinan ini
cenderung menimbulkan permusuhan dan sifat agresif atau sama sekali apatis dan
menghilangkan inisiatif.
- Demokratis
Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan keputusan.
Mereka berorientasi pada bawahan dan menitikberatkan pada hubungan antara
manusia dan kerja kelompok. Kepemimpinan demokratis meningkatkan
produktivitas dan kepuasan kerja.
- Laissez faire
Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan pantang
memberikan bimbingan kepada staff. Pemimpin tersebut membantu kebebasan
kepada setiap orang dan menginginkan setiap orang senang. Hal ini dapat
mengakibatkan produktivitas rendah dan karyawan frustasi.
Manajer perawat harus belajar mempraktekkan kepemimpinan perilaku yang
merangsang motivasi pada para pemiliknya, mempraktekkan keperawatan
professional dan tenaga perawat lainnya. Perilaku ini termasuk promosi autonomi,
membuat keputusan dan manajemen partisipasi oleh perawat professional.

2.2.5 Controlling (Pengawasan)


Fungsi pengawasan atau pengendalian (controlling) merupakan fungsi yang
terakhir dari proses manajemen, yang memiliki kaitan yang erat dengan fungsi yang
lainnya.
Pengawasan merupakan pemeriksaan terhadap sesuatu apakah terjadi sesuai
dengan rencana yang ditetapkan/disepakati, instruksi yang telah dikeluarkan, serta
prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan
dan kesalahan agar dapat diperbaiki (Fayol, 1998).
Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk menetapkan
standard pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi timbal
balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standard yang telah ditetapkan
sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta
mengambil tindakan yang digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam
pencapaian tujuan perusahaan (Mockler, 2002).
Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala sesuatu
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi yang telah diberikan,
serta prinsip-prinsip yang telah diberlakukan (Urwick, 1998).
Tugas seorang manajemen dalam usahanya menjalankan dan mengembangkan
fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut :
- Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staff dan hasilnya mudah diukur,
misalnya menepati jam kerja.
- Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya mencapai
tujuan organisasi.
- Standard unjuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua staf,
sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan komitmen terhadap
kegiatan program.
- Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan bahwa sasaran
dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah tersedia, serta alat untuk
memperbaiki kinerja.
- Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik :
- Harus menunjukkan sifat dari aktivitas
- Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera
- Harus memandang ke depan
- Harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis
- Harus objektif
- Harus fleksibel
- Harus menunjukkan pola organisasi
- Harus ekonomis
- Harus mudah dimengerti
- Harus menunjukkan tindakan perbaikkan.
Untuk fungsi-fungsi control dapat dibedakan pada setiap tingkat manajer. Sebagai
contoh, manajer perawat kepala dari satu unit bertanggung jawab mengenai kegiatan
operasional jangka pendek termasuk jadwal harian dan mingguan, dan penugasan, serta
pengunaan sumber-sumber secara efektif. Kegiatan-kegiatan control ditujukan untuk
perubahan yang cepat.
Dua metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji pencapaian tujuan-
tujuan keperawatan adalah:
- Analisa tugas : kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur yang tersusun
dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran. Hanya mengukur
dukungan fisik saja, dan secara relatif beberapa alat digunakan untuk analisa tugas
dalam keperawatan.
- Kontrol kualitas : Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas dan akibat-
akibat dari pelayanan keperawatan.

Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan dengan tepat,


maka akan diperoleh manfaat :
- Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan sesuai dengan
standard atau rencana kerja.
- Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian staf dalam
melaksanakan tugas-tugasnya
- Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi kebutuhan
dan telah digunakan secara benar.
- Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi dan
latihan lanjutan.

2.5 Model Asuhan Keperawatan


Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat ditentukan oleh
pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Ada 5 metode pemberian
asuhan keperawatan profesional yang sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa
depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan. Untuk memberikan asuhan
keperawatan yang lazim dipakai meliputi metode fungsional, metode tim, metode kasus,
modifikasi metode tim-primer.
2.5.1 Metode fungsional
Metode fungsional merupakan manajemen klasik yang menekankan efisiensi,
pembagian tugas yang jelas, dan pengawasan yang baik. Metode ini sangat baik untuk
rumah sakit yang kekurangan tenaga. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas
manajerial, sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan/atau
belum berpengalaman. Kelemahan dari metode ini adalah pelayanan keperawatan
terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan. Setiap perawat hanya
melakukan 1-2 jenis intervensi (misalnya merawat luka). Metode ini tidak memberikan
kepuasan kepada pasien maupun perawat dan persepsi perawat cenderung kepada
tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja.

Kepala Ruangan

Perawat : Perawat : Perawat : Perawat :


Pengobatan Merawat luka Pengobatan Merawat luka

Pasien/klien

Skema 1. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional

2.5.2 Metode Tim


Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi
menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan pembantu
dalam satu kelompok kecil yang saling membantu. Metode ini memungkinkan
pemberian pelayanan keperawatan yang menyeluruh, mendukung pelaksanaan proses
keperawatan, dan memungkinkan komunikasi antartim, sehingga konflik mudah diatasi
dan memberi kepuasan kepada anggota tim. Namun, komunikasi antaranggota tim
terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu,
yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk. Hal pokok dalam metode tim
adalah ketua tim sebagai perawat profesonal harus mampu menggunakan berbagai
teknik kepemimpinan, pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin, anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim, model
tim akan berhasil bila didukung oleh kepala ruang.
Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan yang
berpusat pada klien. Perawatan ini memberikan pengawasan efektif dari
memperkenalkan semua personel adalah media untuk memenuhi upaya kooperatif
antara pemimpin dan anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim nantinya dapat
mengidentifikasi tujuan asuhan keperawatan, mengindentifikasi kebutuhan anggota tim,
memfokuskan pada pemenuhan tujuan dan kebutuhan, membimbing anggota tim untuk
membantu menyusun dan memenuhi standard asuhan keperawatan.
Walaupun metode tim keperawatan telah berjalan secara efektif, mungkin pasien
masih menerima fragmentasi pemberian asuhan keperawatan jika ketua tim tidak dapat
menjalin hubungan yang lebih baik dengan pasien, keterbatasan tenaga dan keahlian
dapat menyebabkan kebutuhan pasien tidak terpenuhi.

Kepala Ruangan

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim


Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien / klien Pasien / klien Pasien / klien

Skema 2. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Team nursing

2.5.3 Metode primer


Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama
24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai pasien masuk sampai keluar rumah
sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana
asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan
terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,
malakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Konsep dasar
metode primer adalah ada tanggung jawab dan tanggung gugat, ada otonomi, dan
ketertiban pasien dan keluarga.
Metode primer membutuhkan pengetahuan keperawatan dan keterampilan
manajemen, bersifat kontinuitas dan komprehensif, perawat primer mendapatkan
akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan memungkinkan pengembangan diri
sehingga pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu.
Perawat primer mempunyai tugas mengkaji dan membuat prioritas setiap kebutuhan
klien, mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mengembangkan rencana keperawatan,
dan mengevaluasi keefektifan keperawatan. Sementara perawat yang lain memberikan
tindakan keperawatan, perawat primer mengkoordinasikan keperawatan dan
menginformasikan tentang kesehatan klien kepada perawat atau tenaga kesehatan
lainnya. Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang
efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi.

Dokter Kepala Ruangan Sarana RS

Perawat Primer

Pasien / Klien

Perawat Perawat Perawat pelaksana


pelaksana pelaksana jika diperlukan
evening night days

Skema 3. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Primary Nursing

2.5.4 Metode kasus


Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat dinas.
Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift, dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasanya diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini
umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti:
isolaso, intensivecare. Kelebihannya adalah perawat lebih memahami kasus per kasus,
sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah. Kekurangannya adalah belum
dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab, perlu tenaga yang cukup banyak dan
mempunyai kemampuan dasar yang sama.

Kepala Ruangan

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat


Pasien / klien Pasien / klien Pasien / klien

Skema 4. Sistem Asuhan Keperawatan Case Method Nursing

2.5.5 Modifikasi : MAKP Tim-Primer


Pada model MAKP tim digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. Menurut
Ratna S. Sudarsono (2000) penetapan sistem model MAKP ini didasarkan pada
beberapa alasan :
a Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer harus
mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan atau setara.
b Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan
keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
c Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan keperawatan
dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer. Disamping itu, karena
saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar adalah lulusan SPK, maka akan
mendapat bimbingan dari perawat primer/ketua tim tentang asuhan keperawatan.
Contoh: untuk ruang model MAKP ini diperlukan 26 perawat. Dengan
menggunakan model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan 4 (empat) orang
perawat primer (PP) dengan kualifikasi Ners, di samping seorang kepala ruang rawat
juga Ners. Perawat associate (PA) 21 orang, kualifikasi pendidikan perawat asosiasi
terdiri atas lulusan D3 Keperawatan (3 orang) dan SPK (18 orang). Pengelompokan
Tim pada setiap shift jaga terlihat pada gambar di bawah.

Kepala Ruang

PP1 PP2 PP3 PP4


PA PA PA PA
PA PA PA PA
PA PA PA PA

7-8 Pasien 7-8 Pasien 7-8 Pasien 7-8 Pasien

(Jadwal diatur Pagi, Sore, Malam dan Libur/Cuti)


Skema 5. Sistem Asuhan Keperawatan Metode Primary Tim (Modifikasi)

Tugas Dan Tanggung Jawab Kepala Ruang Rawat


1. Mengobservasi dan memberi masukan kepada PP terkait dengan bimbingan yang
diberikan PP kepada PA. Apakah sudah baik.
2. Memberikan masukan pada diskusi kasus yang dilakukan PP dan PA.
3. Mempresentasikan isu-isu baru terkait dengan asuhan keperawatan.
4. Mengidentifikasi fakta dan temuan yang memerlukan pembuktian.
5. Mengidentifikasi masalah penelitian, merancang usulan dan melakukan penelitian.
6. Menerapkan hasil-hasil penelitian dan memberikan asuhan keperawatan .
7. Bekerjasama dengan kepala ruangan dalam hal melakukan evaluasi tentang mutu asuhan
keperawatan, mengarahkan dan mengevaluasi tentang implementasi MPKP
8. Mengevaluasi pendidikan kesehatan yang dilakukan PP dan memberikan masukan untuk
perbaikan.
9. Merancang pertemuan ilmiah untuk membahas hasil evaluasi/penelitian tentang asuhan
keperawatan.

Tugas Dan Tanggung Jawab Kepala Group


Kedudukan
Perawat ketua grup/TIM adalah seorang perawat professional dalam melaksanakan
tugas, bertanggung jawab kepada kepala ruangan.

Tugas Pokok :
Melaksanaan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai dengan standar profesi serta
menggunakan dan memelihara logistic keperawatan secara efisien dan efektif.
Uraian Tugas :
1. Bersama anggota group melaksanakan Askep sesuai standar
2. Bersama anggota group mengadakan serah terima dengan group.tim (group petugas ganti)
mengawasi : kondisi klien/anggota keluarga, logistic keperawatan, administrasi rekam
medic, pelayanan pemeriksaan penunjang, kolaborasi program pengobatan.
3. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group sebelumnnya.
4. Merundingkan pembagian tugas dengan anggota groupnya.
5. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter.
6. Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program pengobatan dokter.
7. Membantu pelaksanaan rujukan
8. Melakukan orientasi terhadap klien/anggota keluarga baru mengenai : tata tertib ruangan
RS, perawat yang bertugas.
9. Menyiapkan orientasi pulang dan memberi penyuluhan kesehatan
10. Memelihara kebersihan ruang rawat dengan : mengatur tugas cleaning service, mengatur
tugas peserta didik, mengatur tata tertib ruangan yang ditunjukkan kepada semua petugas,
peserta didik dan pengunjung ruangan.
11. Membantu karu membimbing peserta didik keperawatan
12. Membantu karu untuk menilai mutu pelayanan askep serta tenaga keperawatan
13. Menulis laporan tim mengenai klien/anggota keluarga dan lingkungan.

Tugas Dan Tanggung Jawab CI


Uraian tugas :
1. Melihat dan membaca laporan pendahuluan peserta didik
2. Melakukan pre conference.
3. Memberi waktu kepada peserta didik untuk membaca rekam medis pasien
4. Membimbing peserta didik untuk meningkatkan komunikasi terapeutik
5. Membimbing peserta didik dalam menerapkan rencana tindakan keperawatan
6. Melakukan bedside teaching
7. Melakukan ronde keperawatan
8. Mengambil alih yang dilakukan peserta didik dalam situasi tertentu
9. Melakukan post konfrens yang membahas tentang kegiatan peserta didik dalam
melakukan asuhan keperawatan selama dinas.
10. Membimbing peserta didik dalam rangka mengakhiri praktek di suatu ruangan
11. Mengontrol kehadiran peserta didik dan melaporkan kepada diklat apabila peserta didik
tidak hadir memberi bimbingan peserta didik sesuai dengan tingkat pendidikannya dalam
hal : melaksanakan asuhan keperawatan dengan penerapan proses keperawatan
membimbing pembuatan laporan kasus.
12. Mengkoordinasi bimbingan kepada penanggung jawab tugas sore dan malam.

Tugas Dan Tanggung Jawab Perawat Pelaksana


Uraian tugas :
1. Melakukan asuhan keperawatan sesuai standar
2. Mengadakan serah terima dengan group/tim lain (group petugas ganti) mengenai kondisi
klien/anggota keluarga, logistic keperawatan, administrasi rekam medic, pelayanan
pemeriksaan penunjang, kolaborasi program pengobatan.
3. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group sebelumnya.
4. Merundingkan pembagian tugas dalam groupnya.
5. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter
6. Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program pengobatan dokter
7. Membantu pelaksanaaan rujukan
8. Melakukan orientasi terhadap klien/anggota keluarga/keluarga baru mengenai : tata tertib
ruangan/RS, perawat yang bertugas
9. Menyiapkan klien/anggota keluarga pulang dan memberikan penyuluhan kesehatan
10. Memelihara kebersihan ruang rawat dengan : mengatur tugas cleaning service dan peserta
didik
11. Mengatur tata tertib ruangan yang ditujukan kepada semua petugas, peserta didik dan
pengunjung ruangan
12. Membantu kepala ruangan membimbing peserta didik keperawatan
13. Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan asuhan keperawatan serta
tenaga keperawatan
14. Menulis laporan tim/group mengenai kondisi klien/anggota keluarga dan lingkungannya.
15. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada klien/anggota keluarga/keluarga.
BAB III
PENGKAJIAN SITUASI RUANGAN

1. DATA UMUM

a. M1 (Manusia/Ketenagaan)
1) Jumlah tenaga
Jumlah tenaga kesehatan diruang Bougenville 12 orang yang terdiri dari 1
kepala ruangan, Katim 1, katim 2, dan 9 perawat pelaksana.

2) Pengaturan Ketenagaan
Pengaturan ketenagaan di ruang Bougenville diatur berdasarkan tingkat
ketergantungan klien dinilai dengan instrumen penilaian ketergantungan.

3) Analisis beban kerja


Beban kerja tenaga perawat diruang Bougenville yaitu 8 jam/hari dengan
pembagian 3 shift yaitu shift pagi, shift sore, dan shift malam.

4) Struktur organisasi
Tidak sesuai dengan struktur organisasi

5) Pendididkan
Tingkat pendididian perawat diruang nusa indah terdiri dari D3-keperawatan,
S1-keperawatan .

6) Pembagian tugas
Sebagian sesuai dengan job description

7) Jumlah tenaga
Satu perawat menangani sebagian pasien ruangan

8) Alur pasien masuk


Pasien mengikuti alur masuk dengan benar

9) Gambaran kasus
Kasus pasien bervariasi dan tidak ada pemisahan kasus pasien yang dirawat.

10) Komunikasi
Ada hubungan sosial, struktural, dan profesional

b. M2 (Material/ Sarana dan Prasarana)


1) Lokasi Ruang Rawat
Rumah sakit umum djoelham Binjai memiliki gedung yang terdiri atas 4
lantai. Ruangan Bougenville terletak di lantai 3 sebelah utara. Letak gedung
dapat dicapai melalui tangga atau lift yang ada di lobby rumah sakit.
2) Denah Ruangan

Ruang
Ruang Nusa
Bougenville
Indah 6
6

Ruang
Ruang Nusa
Bougenville
Indah 5
5

Ruang
Bougenville Ruang Nusa
4 Indah 4

Ruang
Ruang Nusa
Bougenville
Indah 3
3

Ruang
perawat
Ruang Nusa Ruang Psikiatri/Kejiwaan
Bougenvill Ners station
e Indah 2

Ruang
Bougenville
4

P P
I I
Tangga Menuju Ruang Sedap Malam, N N
Tanjung dan ICU T T
Tangga U U

Ruang
Bougenville Ruang Administrasi Nusa
5 Indah

Ruang Ruang Perawat


Gudang Panel LIFT Nusa Indah Ruang Nusa Indah 1
Listrik
3) Fasilitas Pasien
Ruangan Bougenville terdiri atas 6 kamar, Kamar I dan 2 memiliki 1
bed, dan sisa kamar lainnya terdiri atas masing-masing 2 bed.

No. Nama Barang Jumlah Kondisi Ideal Usulan


1. Tempat Tidur 10 bed Cukup baik 1:1 -
2. Meja Pasien 10 buah baik 1:1 -
3. AC 10 buah baik 1/ruangan -
4. Kursi Roda 2 buah Cukup baik 2-3/ ruangan Perlu
ditambah
5. Lemari 10 buah Cukup baik 1:1 -
6. Jam Dinding 6 buah baik 2/ruangan -
7. Timbangan 1 buah baik 1/ruangan -
8. Kamar mandi 6 buah Cukup baik Kls 1 = 1:1 -
Kls 2 = 1:2
9. Wastafel 6 buah Cukup baik 2/ ruangan -
10 Televisi 6 buah baik 1/ruangan -
11 Sofa 6 buah baik 1/ruangan -
12 Rak sepatu 6 buah Cukup baik 1/ruangan -
13 Meja makan 10 buah Baik 2/ruangan -
pasien

4) Fasilitas untuk petugas kesehatan


a) Ruang kepala ruangan menjadi satu dengan ruang pertemuan pegawai
b) Didalam ruangan terdapat AC, lemari, komputer, TV, jam dinding.
c) Kamar mandi perawat/WC ada 1.
d) Nursing station berada didepan ruangan
e) Gudang berada disebelah ruang kepala ruangan.

5) Fasilitas peralatan dan bahan


No. Nama Barang Jumlah Kondisi Ideal Usulan
1. Stetoskop 1 buah Baik 2/ruangan Ditambah
2. Lemari es 1 buah Baik 1/ruangan -
3. Com stainless 1 buah Baik 3/ruangan Ditambah
4. suction 1 buah Baik 2/ruangan Ditambah
5. Bak injeksi 1 buah Baik 2/ruangan Ditambah
6. Ember sampah pasien 3 buah Baik 1:1 Ditambah
7. Lemari stainless 1 buah Baik 1/ruangan -
8. Tensimeter 1 buah Baik 2/ruangan Ditambah
9. Pinset anatomis 1 buah Baik 2/ruangan ditambah
10. Pinset cirugis 1 buah Baik 2/ruangan Ditambah
11. Gunting nekrotomi 1 buah Baik 2/ruangan Ditambah
12. Gunting perban 1 buah Baik 2/ruangan Ditambah
13. Korentang dan tempat 1 buah Baik 2/ruangan Ditambah
14. bengkok 1 buah Baik 2/ruangan ditambah

6) Daftar obat emergency diruang


Tidak Ada
7) Administrasi Penunjang

c. M3 ( Metode)
1) Penerapan model askep
Model metode asuhan keperwatan (MAKP) yang diberikan menggunakan
model tim.

2) Timbang terima
Dalam melakukan timbang terima oleh perawat diruangan nusa indah masih
kurang komunikasi yang efektif dan tidak menggunakan metode SBAR
(Situation, Background, Assessment, Recommendation)

3) Ronde keperawatan
Dilakukan ronde keperawatan tetapi tidak sesuai dengan kriteria ronde

4) Sentralisasi obat
Seluruhnya dikelola oleh perawat/farmasi

5) Perencanaan pulang
Ada format perencanaan pulang, dan dijalankan setiap pasien pulang

6) Supervisi
Dilakukan dan sebagian didokumentasikan.

7) Dokumentasi keperawatan
Ada dokumentasi, tetapi tidak lengkap.

d. M4 (Money)
1) Pembayaran pasien umum/ secara pribadi
Pembeyaran pengobatan pasien langsung ke kasir
2) Pembayaran pasien dengan asuransi

e. M5 (Marketing)
1) Jumlah pasien
Jumlah keseluruhan pasien diruangan bougenville dari tanggal 30 september –
12 oktober yaitu 14 orang yang terdiri dari minimal care 8 orang dan partial
care 6 orang
2) Evaluasi kepuasan pasien.
Pasien merasakan sangat puas dengan perawatan yang dilakukan perawat
pelaksana di ruangan bougenville.

a. Fungsi Perencanaan
1. Visi, Misi, Organisasi
Wawancara : menurut kepala ruangan sampai saat ini sudah ada visi, misi, filosopi di
ruangan Bougenville, karena sudah ada perintah dari atasan untuk membentuk hal tersebut.
Observasi : hasil pengamatan di ruangan Bougenville ada terlihat visi-misi keperawatan
yang di tempel di ruangan .
Kuisioner : perawat pelaksana menunjukkan pengetahuan yang baik (85,5%)
Dalam bekerja berdasarkan visi dan misi di ruangan yang sudah ada.

2. Filosopi Keperawatan
Wawancara : menurut karu agar perawat dapat bekerja berdasarkan filosopi ilmu mereka
secara rutin dilakukan setiap kesempatan diantaranya pada saat apel pagi kesempatan dan
pada saat pelatihan .
Observasi : belum terlihat filosopi di ruangan .
Kuisioner : persepsi perawat pelaksana menunjukkan kategori kurang baik (92%) dalam
bekerja berdasarkan filosopi keperawatan.
Masalah : Filosopi ruangan belum ada

3. Peraturan Organisasi
Wawancara : menurut kepala bidang keperawatan Rumah Sakit sudah memikiki peraturan
yang merujuk ke Depkes, tetapi dalam pelaksanaannya tetap memakai aturan yayasan.
Observasi : ada uraian peraturan kepegawaian
Kuisioner : persepsi perawat pelaksana menunjukkan kategori baik (90%)
Masalah : -

4. Pembuatan rencana harian.


Wawancara : menurut karu di ruangan sudah membuat rencana harian tetapi belum memiliki
bentuk catatan harian baku.
Observasi : sudah ada catatan harian, bulanan dan tahunan di ruangan.
Kuisioner : persepsi perawat pelaksana menunjukkan kategori cukup (67%) dan kepala
ruangan dalam kategori cukup (64%)
Masalah : -
a. Pengorganisasian

1. Struktur organisasi
Wawancara : menurut kepala ruangan didapatkan informasi bahwa struktur ketenagaan
yang ada sudah di bentuk 2 tim sebagai penerjemah dan konsep MPKP di ruangan.
Observasi : terdapat struktur organisasi didinding ruanagan
Kuisioner : persepsi perawat pelaksana menunjukkan kategori cukup baik (78,3 % & 82%)
Masalah : -

2. Pengorganisasian perawat klien.


Wawancara : menurut kepala ruangan didapatkan informasi bahwa metode penugasan yang
dilakukan menggunakan metode tim , dengan membentuk dalam ruangan tim .
Observasi : hasil pengamatan ada 2 tim di ruangan yang di buat sesuai tugas hari. Pembagian
tanggung jawab terhadap pasien dilakukan berdasarkan kamar , perawat pelaksana langsung
bertanggung jawab kepada kepala ruangan, tidak bertanggungjawab kepada kepala tim dan
pada struk organisasi di ruangan sudah menunjukkan penerapan metode tim.
Kuisioner : persepsi perawat pelaksana menunjukkan kategori cukup baik (75%) dalam
bekerja berdasarkan metode mpdifikasi tim – primer

1) Uraian Tugas.
Wawancara : menurut Kepala ruangan setiap perawat sudah mempunyai uraian tugas
masing-masing bagi tiap tenaga keperawatan . Batas wewenang dan tanggung
jawab perawat cukup jelas dengan di buat job discription di masing-masing
ruangan.
Observasi : Diruangan sudah ada buku uraian tugas perawat sesuai perannya.
Kuisioner : Persepsi Perawat Pelaksana dan kepala ruangan menunjukkann kategori baik
(86% & 76%)
Masalah : -

2) Metode Penugasan
Wawancara : Menurut Karu di dapatkan informasi bahwa perhitungan jumlah tugas sudah
sesuai dengan rasio klien tetapi menggunakan standart minimal dengan rumus
Douglas.
Observasi : Jumlah perawat masih kurang dengan rincian dinas sebagai berikut Pagi=2 ,
siang=2, dan cuti=2, untuk dinas pagi di tambah 1 untuk Kepala ruangan dan 1
ketua tim.
Kuesioner : Persepsi Perawat Pelaksana mengenai perhitungan tenaga dengan kategori
cukup (74%)
Masalah : rasio jumlah perawat belum sesuai dengan tingkat ketergantungan klien.

3) Pendokumentasian Asuhan Keperawatan


Wawancara : menurut Karu didapatkan informasi bahwa pendokumentasian asuhan
keperawatan sesuai dengan format yang ada yang sudah di sepakati bersama
antara kepala ruangan dan komite keperawatan, tetapi audit secara rutin belum
dilaksanakan, sehingga sampai sekarang belum di ketahui tingkat kepatuhan
perawat dalam mengisi dokumentasi keperawatan.
Observasi : tersedia lembar penulisan standart asuhan keperawatan. Ada beberapa
format yang tersedia seperti format evaluasi (SOAP). Pada format rencana
keperawatan , kolom implementasi disediakan tersendiri namun di samakan
dalam kolom intervensi. Dalam dokumentasi terlihat ketidaksinambungan
antara masalah dan tindakan keperawatan : Pengkajian dan Diagnosa
keperawatan sudah mencerminkan kondisi pasien yang seutuhnya, evaluasi
sudah di dokumentasikan secara kontinue, format dokumentasi keperawatan
(pengkajian s/d evaluasi) yang sudh terisi sudah optimal. Format audit
penulisan pendokumentasian di ruangan tersedia.
Kuesioner : Persepsi Perawat Pelaksana menunjukkan kategori cukup (74%)
Masalah :-

b. Fungsi Pengarahan.
1. Motivasi kepada perawat
Wawancara : Menurut Karu didapatkan informasi bahwa peningkatan motivasi
sebenarnya sudah di lakukan oleh rumah sakit baik secara langsung
maupun tidak langsung. Misalnya diklat secara rutin mengadakan
pelatihan pembinaan .
Kuesioner : persepsi perawat pelaksana mengenai motivasi ia dapatkan dari
pimpinan dengan kategori baik (82%) dalam memberikan motivasi.
Masalah :-

2. Komunikasi
Wawancara : Menurut kasupdebwat didapatkan informasi bahwa jalur
komunikasi dilakukan secara bottum up dan top down . Asuhan
keperawatan yang di dokumentasikan di berikan pada timbangan terima
pasien dan di tindak lanjuti oleh perawat yang bertugas pada shift
berikutnya.
Kuesioner : Persepsi perawat pelaksana menunjukkan kategori baik (97,5%)
Masalah :-

3. Pendelegasian
Wawancara : menurut karu di dapatkan informasi bahwa pendelegasian di
ruangan masih belum ada tetapi dilakukan hanya dengan cara lisan .
Kuesiner : Persepsi perawat pelaksana menunjukkan kategori cukup baik (74%)
Masalah : belum optimalnya penerapan pendelegasian delam penerapan metode
MPKP.
c. Fungsi Pendelegasian

1. Program pengendalian mutu


Wawancara : meurut karu sudah ada tim pengendalian mutu, tetapi pelaksanaan
gugus kendali mutu masih belum optimal.
Observasi : belum ada sistem pelaporan dan pencatatan kegiatan pengendalian
mutu dan blm ada struktur kerja dan format pengendalian di ruangan
Kuesioner : persepsi perawat pelaksana dan kepala ruangan menunjukkan kategori
cukup baik (73 %)
Masalah : -
2. Pelaksana SOP dan SAK
Wawancara : menurut asuhan keperawatan yang diberikan sudah mengacu pada
SAK yang sudah di tetapkan . saat ini sedang SOP&SAK sedang di revisi dan akan
segera diberikan kepada tiap-tiap rawat inap diadakan revisi ulang dan saat ini yang
sudah berjalan.
Observasi : SOP dan SAK sudah ada
Kuesioner : persepsi perawat pelaksana dan kepala ruangan menunjukkan kategori
baik. ( 73% & 62 %)
Masalah : -

3. ANALISA DATA

No Masalah Mg Sv Mn Ne Af Skor prioritas


1 Metode penugasan 4 4 5 4 2 640 1
2 Pendelgasian 3 3 4 4 3 432 2

Dari tabel diatas maka dibuat priotas masalah sebagai berikut :


1. Metode penugasan
2. Pendelegasian

3. ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH

No Alternatif penyelesaian C A R L Total Prioritas


masalah
1 Metode penugasan 4 4 4 4 256 1
2 pendelegasian 4 3 4 4 192 2

Dari tabel diatas maka dibuat priotitas penyelesaian masalah sbb :


1. Metode penugasan
2. Pendelegasian
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Manajemen keperawatan mempunyai lingkup manajemen operasional yang
merencanakan, mengatur, dan menggerakkan para karyawannya untuk memberikan
pelayanan keperawatan yang sebaik-baiknya kepada pasien melalui manajemen
Asuhan Keperawatan. Agar dapat memberikan pelayanan keperawatan dengan
sebaik-baiknya, maka diperlukan suatu Standard Asuhan Keperawatan (SAK) yang
akan digunakan sebagai target maupun alat kontrol pelayanan tersebut.

Pada fungsi manajemen keperawatan terdapat beberapa elemen utama yaitu


Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Staffing (kepegawaian),
Directing (pengarahan), Controlling (pengendalian/evaluasi).

B. SARAN

Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan pembahasan, maka penelitian


memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi pihak bidang keperawatan RSUD Dr.RM.Djoelham kota binjai Pihak bidang
keperawatan perlu melakukan peninjauan ulang terhadap manajemen keperawatan
yang berkaitan dengan Model Praktik Keperawatan Profesional. Terutama untuk
kebutuhan tenaga keperawatan perlu dilakukan perhitungan kembali tentang
kebutuhan perawat yang sebenarnya. Sebaiknya bidang keperawatan perlu merekrut
Ners Spesialis atau memberikan studi lanjut S2 Spesialis kepada para perawat yang
kompeten. Hal tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tenaga keperawatan
sesuai dengan standar tingkatan MPKP I. Pada aspek penelitian sebaiknya bidang
keperawatan melakukan penelitian disemua ruangan dan dilakukan rutin setiap bulan.
Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan penerapan patient safety di RSUD Dr.
RM.Djoelham Kota Binjai Bagi perawat Diharapkan penelitian ini dapat mendorong
perawat untuk meningkatkan pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional
dalam penerapan patient safety di RSUD Dr. RM.Djoelham Kota Binjai. Terutama
tentang kelengkapan pengisian dokumentasi keperawatan, sebaiknya perawat mengisi
dokumentasi keperawatan secara lengkap. Hal tersebut disarankan agar informasi
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien terlihat jelas.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. (1999). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, (Edisi 2 Bahasan
Indonesia), Jakarta : EGC

Depkes. (2002). Standar Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit, Edisi ke-1, Direktorat
Pelayanan Keperawatan. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Departemen
Kesehatan. Jakarta : Depkes RI

Gillies, D.A. (1994). Nursing Management: a system approach (3th Edition). Philadelpia:
W.B. Saunders

Komite Keperawatan RSUD Ibnu Sutowo. (2004). Pedoman Model Praktek Keperawatan
Profesional Yang disederhanakan (MPKPs). Baturaja OKU: RSUD Ibnu Sutowo

Nursalam. (2001). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktek Keperawatan


Profesional. Edisi I. Jakarta : EGC

Nursalam. (2008). Manajemen Keperawatan, Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Edisi II. Jakarta: Salemba Medika

Priharjo, R (1995), Praktek Keperawatan Profesional: Konsep Dasar dan Hukum. Jakarta :
EGC

Rahmulyono. A. (2008). Analisis pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien


Puskesmas Depok I Sleman, Fakultas Ekonomi. Yogyakarta: Universitas Islam
Indonesia

Surjawati. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Keperawatan. Disampaikan


dalam Seminar Nasional Persi. Jakarta

Swansburg, R.C. (1995). Nursing Staff Development. Jones and Bartlett Publisher, Toronto

Urrahman, Zhiyya. (2009). Manajemen Budgeting dan Logistik Keperawatan. Dibuka pada
website http://srigalajantan.wordpress.com/2009/11/19/88/ pada tanggal 31 Februari
2010

Wiyana, Muncul. (2008). Membangun Pribadi Caring Perawat. Dibuka pada website
www.uii.ac.id pada tanggal 28 Januari 2009.

Anda mungkin juga menyukai