BUDAYA POLITIK
Nama kelompok :
FAKULTAS TEKNIK
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Budaya Politik sebagai salah satu kebudayaan merupakan satu di antara
sekian jenis lingkungan yang mengelilingi, mempengaruhi, dan menekan sistem
politik. Dalam budaya (kultur) politik itu berinteraksi sejumlah sistem (sistem
ekonomi, sistem social, dan sistem ekologi) yang tergolong dalam kategori
lingkungan dalam-masyarakat ataupun lingkungan luar-masyarakat sebagai hasil
kontak sistem politik dengan dunia luar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan budaya politik?
2. Bagaimana penerapan budaya politik partisipan dalam masyarakat?
3. Bagaimana penerapan budaya politik partisipan di sekolah?
4. Bagaimana penerapan budaya politik partisipan di pemerintahan?
BAB II
PEMBAHASAN
Budaya Politik sebagai salah satu kebudayaan merupakan satu di antara sekian jenis
lingkungan yang mengelilingi, mempengaruhi, dan menekan sistem politik. Dalam budaya
(kultur) politik itu berinteraksi sejumlah sistem (sistem ekonomi, sistem social, dan sistem
ekologi) yang tergolong dalam kategori lingkungan dalam-masyarakat ataupun lingkungan
luar-masyarakat sebagai hasil kontak sistem politik dengan dunia luar.
Kelima bentuk partisipasi politik menurut Huntington dan Nelson telah menjadi
bentuk klasik dalam studi partisipasi politik. Keduanya tidak membedakan apakah tindakan
individu atau kelompok di tiap bentuk partisipasi politik legal atau ilegal. Klasifikasi bentuk
partisipasi politik Huntington dan Nelson belumlah relatif lengkap karena keduanya belum
memasukkan bentuk-bentuk partisipasi politik seperti kegiatan diskusi politik, menikmati
berita politik, atau lainnya yang berlangsung di dalam skala subjektif individu.
2. Budaya Politik di Sekolah
Budaya politik juga dapat diterapkan di lingkungan sekolah. Contoh partisipasi
politik di lingkungan sekolah sebagai ajang untuk melatih siswa agar bisa melibatkan diri
dalam demokrasi yang ada di Indonesia. Hal itu bisa dilakukan dari lingkup yang kecil
seperti sekolah. Setelah itu, diharapkan siswa dapat mengembangkan partisipasinya dalam
lingkup yang lebih besar di masa yang akan datang. Seperti halnya para pejabat dan tokoh –
tokoh politik di Indonesia, mereka semua mengawali semuanya dari sekolah. Oleh karena itu,
berikut contoh partisipasi politik di lingkungan sekolah:
2.4 Aktif berpartisipasi dalam musyawarah atau forum diskusi di lingkungan sekolah
Forum diskusi atau musyawarah sering dilakukan di sekolah untuk menetapkan
kebijakan, ataupun menyelesaikan suatu masalah. Baik itu antara guru dengan siswa,
ataupun siswa dengan siswa. Dalam forum tersebut, partisipasi siswa sangatlah penting.
Semakin banyak pendapat, akan semakin banyak pula penawar terhadap suatu masalah.
Selain itu, keaktifan siswa dalam mengungkapkan aspirasinya akan menanmkan budaya
politik demokratis yanga kan terbawa di lingkup kehidupan yang lain. Dalam forum diskusi
atau musyawarah, siswa juga dilatih untuk bisa menyuarakan gagasan sendiri, dan
menghormati bentuk-bentuk keputusan bersama. Dengan begitu, contoh partipasi politik di
lingkungan sekolah bisa diterapkan.
2.6 Interaksi yang demokratis antara siswa, guru, dan wali murid
Salah satu ciri kegiatan politik disekolah adalah demokratisme. oleh karena itu, interaksi
yang terjadi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, maupun guru dengan wali murid,
semuanya harus menyematkan paham demokratis. Dengan paham tersebut, semua pihak
akan merasa bahwa semuanya memiliki kesempatan yang sama dalam berpendapat, dan
dapat menghargai pendapat orang lain. Dari situlah interaksi akan terjalin dengan baik,
terutama dalam proses belajar dan mengajar.
Budaya politik merupakan sistem nilai dan keyakinan yang dimiliki bersama oleh
masyarakat. Namun, setiap unsur masyarakat berbeda pula budaya politiknya, seperti antara
masyarakat dengan para elitenya. Perlu dibangun karakter budaya politik, sehingga kegiatan
“politik” bukanlah panggung bermain bagi para elite-penguasa, tetapi sebagai sarana
pemenuhan kebutuhan dasar warga negara dalam menciptakan kemaslahatan bersama
(publik good). Masyarakat dalam struktur negara modern adalah raja yang harus dilayani
oleh para pejabat atau penguasa, bukan sebaliknya, pelayan yang harus melayani segala
kebutuhan penguasa seperti dalam hierarki sistem politik kuno. Amanah yang diberikan
masyarakat kepada pemerintah dan anggota DPR harus diimbangi dalam bentuk pelayanan
prima atas segala kebutuhan masyarakat, bukan malah dijadikan ladang menumpuk
kekayaan, kekuasaan, dan kesejahteraan hanya dinikmati oleh segelintir elite yang
bertengger di puncak piramida kekuasaan.
Budaya politik partisipan merupakan kondisi ideal bagi masyarakat secara politik
dalam berdemokrasi. Hal ini dikarenakan terjadinya harmonisasi hubungan warga negara
dengan pemerintah, yang ditunjukan oleh tingkat kompetensi politik, masyarakat merasa
perlu untuk terlibat dalam proses pemilu dan memercayai perlunya keterlibatan dalam politik.
Selain itu, warga negara berperan sebagai individu yang aktif dalam masyarakat secara
sukarela, karena adanya saling percaya (trust) antar warga negara dan memiliki kebanggaan
terhadap sistem politik dan memiliki kemauan untuk mendiskusikan hal tersebut. Masyarakat
memiliki keyakinan dapat memengaruhi pengambilan kebijakan publik dalam beberapa
tingkatan dan memiliki kemauan untuk menyampaikan kritik, mengorganisasikan diri dalam
protes sebagai kontrol bila terdapat praktik-praktik pemerintahan yang tidak memihak rakyat.
DAFTAR PUSTAKA
Riyanto, Astim., SH., MH. 2006. Budaya Politik Indonesia. Universitas Pendidikan
Indonesia: Bandung.
Rusadi Kantaprawira, H., Prof.Dr., SH. Sistem Politik Indonesia Suatu Model
Pengantar, Cetakan Kelima (Cetakan pertama 1977). CV Sinar Baru : Bandung.