Anda di halaman 1dari 2

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

TONSILOFARINGITIS KRONIK

Tonsillitis kronik adalah peradangan kronik dari tonsil sebagai lanjutan


1. Pengertian (Definisi) peradangan akut/subakut yang berulang/rekuren, dengan kuman
penyebab non spesifik. Peradangan kronik ini dapat mengakibatkan
pembesaran tonsil yang menyebabkan gangguan menelan dan gangguan
pernapasan.
Faringitis kronik adalah peradangan dinding faring yang dapat
disebabkan oleh virus (60%), bakteri (40%), alergi, trauma, toksin, dan
lain-lain
2. Anamnesis Gejala- gejala
a. Demam
b. Rasa mengganjal di tenggorok
c. Mulut berbau
d. Mendengkur
e. Gangguan bernapas
f. Rinorea
g. Mual
h. Nyeri tenggorok
i. Sulit menelan
j. Nyeri kepala
k. Muntah
l. Batuk kadang-kadang

11. Pemeriksaan Fisik a. Pembesaran tonsil


b. Permukaan kripte tonsil melebar
c. Detritus pada penekanan kripta
d. Pembesaran kelenjar submandibula
e. Arkus faring hiperemis
f. Faring hiperemis
g. Eksudasi faring

12. Kriteria Diagnosis Satu atau lebih keluhan dari anamnesis yang berulang disertai dengan
pembesaran ukuran tonsil dan atau pemeriksaan fisik lainnya
13. Diagnosis Kerja Tonsilofaringitis kronik
14. Diagnosis Banding 1. Tonsilofaringitris kronik oleh sebab lain : tuberkulosa,
sifilis, aktinomikosis
2. Pembesaran tonsil karena kelainan darah atau keganasan,
misalnya leukemia, limfoma

15. PemeriksaanPenunjang a. Bila perlu kultur resistensi dari swab tenggorok


b. Rinofaringolaringoskopi (RFL), foto polos nasofaring lateral,
polisomnografi bila diperlukan
c. Pasca operasi: pemeriksaan histopatologi jaringan tonsil dan atau
adenoid (bila dicurigai keganasan)

16. Terapi 1. Non pembedahan


a. Lokal

1
b. Medikamentosa : dengan antibiotik spektrum luas sambil
menunggu hasil kultur
c. Simptomatis : analgetik-antipiretik, antiinflamasi
2. Pembedahan
a. Tonsilektomi

17. Edukasi a. Menjelaskan perjalanan penyakit dan komplikasi yang timbul


(Hospital Health Promotion) b. Menjelaskan rencana pengobatan, indikasi operasi dan
komplikasinya
c. Menjaga kebersihan rongga mulut (oral hygiene), misalnya:
menganjurkan sikat gigi dan kumur-kumur teratur, bila perlu
konsultasi ke dokter gigi.
18. Prognosis a. Quo ad vitam : dubia ad bonam
b. Quo ad sanam : dubia ad bonam
c. Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
19. Tingkat Evidens
20. Tingkat Rekomendasi
21. Penelaah Kritis SMF THT
22. Indikator Klinis
Laboratoris
Radiologis
23. Kepustakaan 1. Helmi, Otitis Media Supuratif Kronis, Balai Penerbit, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2005
2. Chronic suppurative otitis media. Burden of Illness and
Management Options. World Health Organization. Switzerland,
2004.
24. Kriteria Pasien Boleh 1. Rusmarjono, Soepardi EA. Faringitis, Tonsilitis dan Hipertrofi
Pulang
Adenoid. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J,
Restuti Dwi R, editor. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung
tenggorok. Edisi Ke 6. Jakarta: FKUI; 2007. H.223-5.
2. International Classification of Diseases 10th Revision (ICD 10).
World Health Prganization.

Anda mungkin juga menyukai