Anda di halaman 1dari 15

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SNTANG

NOMOR 4 TAHUN 2009

TENTANG

RETRIBUSI PELAYANAN LABORATORIUM KESEHATAN PADA


LABORATORIUM KESEHATAN DAERAH SINTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SINTANG,

Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pasal 1 angka 9 dan Pasal 21 huruf a Undang-
Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, serta
berdasarkan Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001
tentang Retribusi Daerah, daerah diberikan kewenangan untuk
menetapkan kebijakan dalam penetapan prinsip dan sasaran dalam
penetapan tarif retribusi jasa umum;

b. bahwa sehubungan dengan maksud pada huruf a di atas, dan dengan


telah bentuk Laboratorium Kesehatan Daerah Sintang, dipandang perlu
untuk diatur tentang Tarif Retribusi Pada Laboratorium Kesehatan
Daerah Sintang, dengan mempertimbangkan biaya penyediaan
pelayanan, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan;

c. bahwa untuk melaksanakan maksud tersebut pada huruf b di atas, perlu


ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sintang;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-


Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah
Tingkat II Di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1953 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
352)Sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 1820);

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495);

4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah Dan


Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3685);

5. Undang-Undang...
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495 ), sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 76, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4048);

6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara


Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

7. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak


Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3874), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2001 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor
134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150);

8. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4022);

9. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara


Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

10. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

11. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan


Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4389);

12. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan,


Pengelolaan Dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4400);

13. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437),
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang
nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);

14. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

15. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan


Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3258);

17. Peraturan ...


17. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan


Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2995
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4578);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman


Penyusunan Dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahu 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4585);

21. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman


Pembinaan Dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

22. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan


Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provisi, Dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonseia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);

23. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Susunan Organisasi


Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonsia Nomor
4741);

24. Peraturan Daerah Kabupaten Sintang Nomor 25 Tahun 2006 tentang


Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Sintang
Tahun 2006 Nomor 26, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Sintang
Nomor 25);

25. Peraturan Daerah Kabupaten Sintang nomor 1 Tahun 2008 tentang


Urusan Pemerintah Kabupaten Sintang (Lembaran Daerah Kabupaten
Sintang Tahun 2008 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Sintang Nomor 1);

26. Peraturan Daerah Kabupaten Sintang Nomor 2 Tahun 2008 tentang


Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Sintang (Lembaran Daerah
Kabupaten Sintang Tahun 2008 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah
Kabupaten Sintang Nomor 2);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SINTANG


Dan

BUPATI SINTANG

MEMUTUSKAN : ...
MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG TENTANG RETRIBUSI


PELAYANAN LABORATORIUM KESEHATAN PADA LABORATORIUM
KESEHATAN DAERAH SINTANG

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Sintang;

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah;

3. Bupati adalah Bupati Sintang;

4. Dinas adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang;

5. Laboratorium Kesehatan Daerah yang selanjutnya disingkat Labkesda adalah Laboratorium


Kesehatan Daerah Kabupaten Sintang;

6. Pejabat adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas tertentu di bidang retribusi daerah sesuai
dengan peraturan perundang–undangan yang berlaku;

7. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan
usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan
komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam
bentuk apapun, , firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, Yayasan atau
organisasi sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk usaha lainnya.

8. Pasien adalah setiap orang yang datang melakukan pemeriksaan laboratorium kesehatan

9. Pelayanan laboratorium kesehatan adalah segala kegiatan pelayanan laboratorium kesehatan yang
diberikan kepada seseorang dalam rangka menunjang observasi, diagnosis, pengobatan, atau
pelayanan kesehatan lainnya.

10. Pola tarif adalah pedoman dasar dalam pengaturan dan perhitungan besaran tarif pemeriksaan
laboratorium.

11. Tarif adalah sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan kegiatan pelayanan laboratorium yang
dibebankan kepada masyarakat sebagai imbalan atau jasa pelayanan yang diterimannya.

12. Jasa adalah kegiatan pemerintah Daerah berupa uasaha dan pelayanan yang menyebabkan barang,
fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

13. Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan
kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

14. Jasa Pelayanan adalah jasa/imbalan yang diterima oleh petugas medis, paramedis dan non medis
atas pelayanan dan kemudahan yang diberikan kepada pasien dalam rangka observasi, diagnosis,
pengobatan, konsultasi, visite, rehabilitasi medik dan atau pelayanan kesehatan lainnya.

15. Jasa sarana adalah imbalan yang diterima olah rumah sakit dan puskesmas atas pemakaian sarana
dan fasilitas yang tersedia di rumah sakit dan puskesmas.

16. Bahan ...


16. Bahan dan alat kesehatan bahan habis pakai adalah bahan kesehatan yang dipakai untuk
pemeriksaan laboratorium dan pelayanan kesehatan lainnya.

17. Penjamin adalah orang atau badan hukum sebagai penanggung biaya pelayanan kesehatan bagi
seseorang yang mennjadi tanggung jawabnya.

18. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran
atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah
Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

19. Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan Pemerintah
Daerah untuk tujuan kepentingan umum dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati orang
pribadi atau badan.

20. Retribusi Pelayanan Laboratorium Kesehatan yang selanjutnya dapat disebut Retribusi adalah
pembayaran atas pelayanan laboratorium kesehatan pada Laboratorium Kesehatan daerah
(Labkesda ) kabupaten Sintang, tidak termasuk pelayanan pendaftaran.

21. Wajib Retribusi adalah Orang Pribadi atau Badan yang menurut peraturan perundang-undangan
Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi.

22. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek
retribusi, penentuan besarnya retribusi yang terutang sampai kegiatan retribusi kepada wajib
retribusi serta pengawasan penyetorannya.

23. Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat SPdORD adalah surat
yang dipergunakan oleh wajib retribusi untuk malaporkan data objek retribusi dan wajib retribusi
sebagai dasar perhitungan dan pembayaran retribusi yang terutang menurut peraturan perundang-
undangan Retribusi Daerah.

24. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya daat disingkat SKRD adalah suart keputusan
yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang.

21. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya dapat disingkat
SKRDKBT, adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah Retribusi yang telah
ditetapkan.

25. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya dapat disingkat SKRDLB,
adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah
kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang.

26. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat STRD adalah surat untuk
melakukan tagihan retribusi atau sangsi administrasi berupa bunga atau benda.

27. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap SKRD atau dokumen
lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLB yang diajukan wajib retribusi.

28. Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh kepala daerah
untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah.

29. Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Sintang yang selanjutnya disingkat SKPD adalah
perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/barang.

30. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan unutk mencari, mengumpulkan dan mengelola data dan
atau keterangan lainnnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi
berdasarkan perundang – undangan Retribusi Daerah.

31. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PPNS Daerah disebut Penyidik adalah
Pejabat Pegawai Negeri Sipil Tertentu di Lingkungan Pemerintahan Daerah yang diberi
wewenang khuhus oleh Undang-Undang untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran
Peraturan Daerah dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

32. Penyidikan ...


32. Penyidikan tindak Pidana dibidang retribusi daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan
oleh penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya dapat disebut penyidik untuk mencari serta
pengumpulan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana dibidang Retribusi
Daerah yang terjadi serta menemukan tersangka.

BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN

Pasal 2

(1) Maksud Penetapan tarif retribusi pelayanan padaLaboratoriumLabkesda Sintang adalah merupakan
kebijakan Pemerintah Kabupaten Sintang dalam upaya memberikan pelayanan laboratorium kepada
segenap lapisan masyarakat dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan,
kemampuan masyarakat dan aspek keadilan.

(2) Kebijakan Pemerintah Kabupaten Sintang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, bertujuan
untuk mengganti biaya pelayanan laboratorium yang diberikan oleh Labkesda Sintang guna untuk
mengendalikan permintaan, penggunaan dan perluasan serta peningkatan kualitas pelayanan
Labkesda.

BAB III
NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI

Pasal 3

(1) Dengan nama Retribusi Labkesda dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan
Laboratorium pada Labkesda Sintang.

(2) Retribusi pelayanan Labkesda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini, merupakan
pendapatan Asli Daerah.

Pasal 4

Obyek retribusi adalah pelayanan Labkesda Kabupaten Sintang.

Pasal 5

(1) Subyek retribusi adalah setiap orang atau badan yang mendapatkan pelayanan Labkesda Sintang,
yang meliputi :
a. pemeriksaan pribadi;
b. rujukan pemeriksaan dari Puskesmas, Polindes, Rumah Sakit Pemerintah;
c. rujukan pemeriksaan dari perusahaan swasta, praktek dokter, praktek bidan, klinik swasta dan
pihak lain yang memerlukan.

(2) Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang wajib membayar retribusi atas
penggunaan/pemanfaatan jasa pelayanan Labkesda.

BAB IV
GOLONGAN RETRIBUSI

Pasal 6

Retribusi Labkesda digolongkan dalam Retribusi Jasa Umum

BAB V...

BAB V
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 7

Tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan jumlah dan jenis pelayanan Labkesda, jumlah bahan dan
alat kesehatan habis pakai yang dipergunakan.

BAB VI
PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN
STRUKTUR DAN BESARNYA RETRIBUSI

Pasal 8

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi pelayanan Labkesda didasarkan pada tujuan
untuk mengendalikan permintaan dan penggunaan, perluasan serta peningkatan kualitas pelayanan
Labkesda.

(2) Pengendalian permintaan dan penggunaan pelayanan Labkesda sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) Pasal ini, adalah untuk memastikan bahwa konsumsi pelayanan Labkesda oleh masyarakat
sesuai dengan kebutuhannya.

(3) Perluasan pelayanan Labkesda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini, didasarkan pada
pertimbangan terbatasnya sumber dana yang tersedia untuk membiayai pelayanan Labkesda.

(4) Peningkatan kualitas pelayanan Labkesda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, didasarkan
pada pertimbangan terbatasnya sumber dana yang tersedia untuk menyediakan pelayanan sesuai
dengan maksud yang diinginkan oleh masyarakat.

BAB VII
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF

Pasal 9

(1) Struktur dan besarnya tarif pelayanan Labkesda ditetapkan dengan mempertimbangkan biaya
penyediaan pelayanan, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan.

(2) Besarnya tarif pelayanan Labkesda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini, dengan besaran
tarif sebagaimana tercantum pada Lampiran Peraturan ini, yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan ini.

BAB VIII
JENIS PELAYANAN

Pasal 10

(2) Jenis pelayanan Labkesda yang dikenakan tarif retribusi, terdiri atas :
a. pemeriksaan Hematologi;
b. Pemeriksaan Imunologi/serologi;
c. Pemeriksaan Kimia Klinik;
d. pemeriksaan Narkoba;
e. pemeriksaan Mikrobiologi;
f. Pemeriksaan Bakteriologi;
g. Pemeriksaan Urine;
h. Pemeriksaan Faeces;
i. Pemeriksaan Sperma;
j. Pemeriksaan Kimia Lingkungan;
k. Pemeriksaan Udara.

(2) Komponen ...

(2) Komponen biaya dari setiap pungutan tarif retribusi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini,
terdiri atas :
a. jasa sarana;
b. jasa pelayanan;
c. Bahan dan alat habis pakai.
BAB IX
WILAYAH PEMUNGUTAN

Pasal 11

Retribusi yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat pelayanan labkesda diberikan.

BAB X
SAAT RETRIBUSI TERUTANG

Pasal 12

Retribusi terutang adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB XI
SURAT PENDAFTARAN

Pasal 13

(1) Wajib Retribusi wajib mengisi SPdORD

(2) SPdORD sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini, harus diisi jelas, benar dan lengkap serta
ditandatangani oleh wajib retribusi atau penjaminnya.

(3) Bentuk, isi, serta tata cara pengisian dan penyampaian SPdORD sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) Pasal ini, ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB XII
PENETAPAN RETRIBUSI

Pasal 14

(1) Berdasarkan SPdORD sebagaimana dimaksud pada Pasal 13 ayat (1) Peraturan ini, ditetapkan
retribusi terutang dengan menerbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan dan ditemukan data baru dan atau data yang semula belum
terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah retribusi yang terutang, maka dikeluarkan
SKRDBT.

(3) Bentuk, isi dan tata cara penerbitan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) Pasal ini, ditetapkan oleh Bupati Sintang.

BAB XIII
TATA CARA PENGELOLAAN RETRIBUSI

Pasal 15

(1) Seluruh hasil retribusi pelayanan Laboratorium pada Labkesda, merupakan penerimaan daerah dan
disetor langsung ke Kas umum daerah.

(2) Seluruh ...

(2) Seluruh hasil retribusi Pelayanan Kesehatan dari hasil komponen jasa pelayanan sebagaimana
dimaksud pada Pasal 10 ayat (2) huruf b Peraturan ini, setelah disetor ke kas sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini, dikembalikan kepada Labkesda.

(3) Hasil komponen Jasa Pelayanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini, dapat
dipergunakan oleh Labkesda setelah dituangkan dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran pada
Dinas.
(4) Pengaturan lebih lanjut mengenai penggunaan dana hasil retribusi pelayanan Laboratorim dari hasil
komponen jasa pelayanan pada Labkesda sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) Pasal ini, kn ditur
dengn Peraturan Bupati.

BAB XIV
TATA CARA PEMUNGUTAN

Pasal 16

(1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan

(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan dan
SKRDKBT.

BAB XV
TATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 17

(1) Pembayaran retribusi terutang harus dilunasi sekaligus.

(2) Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak tanggal
diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan STRD.

(3) Tata cara pembayaran, penyetoran dan tempat pembayaran retribusi terutang sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) Pasal ini, lebih lanjut akan diatur dengan Peraturan Bupati, sesuai ketentuan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku

BAB XVI
TATA CARA PENAGIHAN

Pasal 18

(1) Retribusi terutang berdasarkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT, STRD
dan surat keputusan keberatan yang menyebabkan jumlah retribusi yang harus dibayar bertambah,
yang tidak atau kurang dibayar oleh wajib retribusi dapati ditagih melalui badan urusan Piutang dan
lelang negara (BUPLN)

(2) Penagihan Retribusi melalui BUPLN dilaksanakan berdasarkan Peraturan Perundang-undangan


yang berlaku.

BAB XVII
KEBERATAN

Pasal 19

(1) Wajib retribusi dapat mengajukan keberatan kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk atas SKRD
atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan STRD.

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas.

(3) Dalam ...


(3) Dalam hal wajib retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan retribusi, wajib retribusi harus dapat
membuktikan ketidakbenaran ketetapan retribusi tersebut.

(4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal SKRD atau
dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT SKRDLB diterbitkannya, kecuali apabila wajib
retribusi tertentu dapat menunjukan bahwa itu tidak dapat dipenuhi kerena keadaan di luar
kekuasaannya.

(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3) tidak
dianggap sebagai surat keberatan, sehingga tidak dipertimbangan.

(6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar Retribusi dan pelaksanaan penagihan
retribusi.

Pasal 20

(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak surat keberatan diterima harus
memberi keputusan atas keberatan yang diajukan.

(2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau
menambah besarnya Retribusi terutang.

(3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Bupati tidak
memberikan suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

BAB XVIII
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN

Pasal 21

(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, wajib retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian
kepada Bupati.

(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan
pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini, harus memberikan
keputusan.

(3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) Pasal ini, telah dilampaui dan
Bupati tidak memberikan suat keputusan, permohonan pengembalian kelebihan retribusi dianggap
dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

(4) Apabila wajib retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang
retribusi tersebut.

(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini,
dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB.

(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan lewat jangka waktu 2 (dua) bulan,
Bupati memberikan imbalan bunga 2% (dua prosen) sebulan atas keterlambatan pembayaran
kelebihan retribusi.

Pasal 22

(1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada Bupati,
dengan sekurang-kurangnya menyebutkan :
a. Nama dan alamat wajib retribusi;
b. Masa retribusi;
c. Besarnya kelebihan pembayaran disertai bukti pembayaran asli;
d Alasan yang singkat dan jelas.

(2) Permohonan ...


(2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi disampaikan secara langsung atau
melalui pos tercatat.

(3) Bukti penerimaan oleh pejabat daerah atau bukti pengiriman pos tercatat merupakan bukti saat
permohonan diterima oleh Bupati.

(4) Pengembalian kelebihan retribusi dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar
kelebihan Retribusi.

BAB XIX
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 23

(1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi.

(2) Pemberian pengurangan atau keringanan retribusi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini,
dengan memperhatikan kemampuan wajib retribusi, antara lain untuk mengangsur.

(3) Pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini, dapat diberikan kepada
masyarakat yang ditimpa bencana alam atau kerusuhan.

(4) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

BAB XX
KADALUARSA PENAGIHAN

Pasal 24

(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kadaluarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga)
tahun terhitung sejak terutang retribusi kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana
dibidang retribusi.

(2) Kadaluarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini tertangguh apabila :
a. diterbitkannya surat teguran, atau
b. ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak langsung.

BAB XXI
PENYIDIKAN

Pasal 25

(1) Pejabat Pegawai Negeri tertentu di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Sintang diberi wewenang
khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Perpajakan Daerah
atau Retribusi Daerah.

(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini, adalah :
a. menerima, mencatat, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan
tindak pidana dibidang retribusi daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap
dan jelas;
b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang
kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana retribusi daerah;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak
pidana retribusi daerah;
d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lainnya, sehubungan dengan
tindak pidana retribusi daerah;

e. melakukan ...
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan
dokumen-dokumen lainnya, serta melakukan penyitaan terhadap bahan-bahan tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di
bidang retribusi daerah;
g. menyuruh berhenti, melarang seorang meninggalkan ruang dan tempat kerja pada saat
pemeriksaan sedang berlengsung dan memeriksa identitas orang atau dokumen yang dibawa
sebagaima dimaksud pada huruf e Pasal ini;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi daerah;
i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau sanksi;
j. menghentikan penyidikan;
k. melakukan tindakan yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang retribusi
daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini, memberitahukan dimulainya penyidikan
dan penyampaian hasil penyidikannya kepada penuntut umum, sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.

BAB XXII

SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 26

(1) Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi
administrasi sebesar 2% (dua persen) setiap bulannya dari retribusi yang terutang atau kurang
dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.

(2) Kurang pembayaran akibat kelalaian perhitungan oleh petugas, maka terhadap wajib retribusi
dikenakan denda administrasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini.

BAB XXIII

KETENTUAN PIDANA

Pasal 27

(1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajiban sehingga merugikan keuangan Daerah diancam
pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah).

(2) Bagi setiap orang pribadi atau badan hukum yang melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Daerah
ini, baik yang dengan sengaja atau dikarenakan kealpaan sehingga merugikan Pemerintah Daerah,
dikenakan denda tentang pembebanan biaya paksaan penegakan hukum seluruhnya atau sebagian
kepada pelanggar, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, adalah pelanggaran.

Bab XXIV ...


BAB XXIV

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 28

Hal-hal yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai
teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB XXV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 29

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Sintang

Disahkan di Sintang
pada tanggal 17 Juni 2009

BUPATI SINTANG,

TTD

MILTON CROSBY

Diundangkan di Sintang
pada tanggal 17 Juli 2009

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SINTANG,

TTD

ABDUSSAMAD ISMAIL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SINTANG TAHUN 2009 NOMOR 4

Salinan sah
Sesuai aslinya,
An. Sekretaris Daerah
Asisten Pemerintahan
Ub. Kepala Bagian Hukum,

GA. ANDERSON, SH, MH


Pembina
Nip. 19590617 199603 1 001
PENJELASAN

ATAS

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG

NOMOR 4 TAHUN 2009

TENTANG

RETRIBUSI PELAYANAN LABORATORIUM KESEHATAN KABUPATEN SINTANG

I. PENJELASAN UMUM

Bahwa kesehatan adalah merupakan hak yang sangat fundamental bagi setiap warga negara, oleh
karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak untuk memperoleh derajat kesehatan secara
optimal dan mendapat perlindungan terhadap kesehatannya, dan pemerintah bertanggung jawab atas
pemenuhan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, serta mengupayakan penyelenggaraan kesehatan
yang merata dan terjangkau bagi segenap lapisan masyarakat.

Dalam kaitannya dengan uraian tersebut di atas, dan dalam rangka penyediaan sarana pelayanan
kesehatan yang disediakan oleh pemerintah Kabupaten Sintang berupa Pelayanan Laboratorim Kesehatan
Daerah Kabupaten Sintang, maka pemerintah Kabupaten Sintang meandang Perlu untuk menetapkan Struktur
dan Tarif Retribusi Laboratorium Kesehatan Kabupaten Sintang dalam bentuk Peraturan Daerah, yang
didasarkan pada tujuan untuk mengendalikan permintaan dan penggunaan, perluasan dan peningkatan kualitas
pelayanan labkesda.

Pengendalian permintaan dan penggunaan pelayanan labkesda dimaksud adalah untuk memastikan behwa
konsumsi pelayanan kesehatan oleh masyarakatsesuai dengan kebutuhannya.

Sedangkan perluasan pelayanan labkesda didasarkan pada pertimbangan terbatasnya sumber dana yang
tersedia untuk membiayai pelayanan labkesda.

Peningkatan kualitas pelayanan labkesda didasarkan pada pertimbangan terbatasnya sumber dana yang
tersedia untuk menyediakan pelayanan sesuai dengan kualitas yang diinginkan oleh masyarakat.

Sehubungan dengan uraian tersebut di atas, maka dalam rangka penyelenggaraan pelayanan lebkesda
maka penetapan tarif ditetapkan berdasarkan pertimbangan biaya penyediaan pelayanan, kemampuan
masyarakat dan aspek keadilan, serta diharapkan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah guna
pembiayaan pembangunan guna kesejahteraan masyarakat.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 s/d 26 : Cukup Jelas


Pasal 27 ayat (1) : Cukup Jelas

Pasal 27 ayat (2) : Yang dimaksud dengan “biaya paksaan penegakan hukum” dalam ketentuan ini,
merupakan sanksi tambahan dalam bentuk pembebanan biaya kepada pelanggar
Peraturan daerah di luar ketentuan yang diatur dalam ketentuan pidana.

Pasal 27 ayat (3) : Cukup Jelas

Pasal 28 s/d 29 : Cukup Jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 4

Anda mungkin juga menyukai