Anda di halaman 1dari 9

Menurut Teori Mardiasmo (2002)

Tahap perencanaan adalah hasil evaluasi dari kegiatan-kegiatan dimasa lalu dan
analisis dari tuntutan kebutuhan masyarakat yang sedang berkembang untuk
pengembangan prioritas daerah. Agar prioritas anggaran sesuai dengan kebutuhan
yang ada maka diperlukan seluruh partisipasi yang aktif dari seluruh stakeholder.
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) dibahas bersama
anggota DPRD untuk disetujui dan ditetapkan oleh eksekutif yang lebih tinggi sebagai
APBD tahun berjalan. Pada proses pembahasan pihak-pihak eksekutif yang terlibat
harus mendefinisikan program dan kegiatannya secara terperinci.

Setelah disahkan rancangan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh


pemerintah daerah maka kegiatan-kegiatan itu harus segera diimplementasikan.
Prosedur dalam implementasi harus memadai, artinya sumber penerimaan yang sah
dan penggunaan anggaran harus sesuai dengan plafon anggaran yang telah
ditetapkan. Pada tahap ini, mungkin saja terdapat hal yang mendesak mengenai posisi
anggaran yang ada maka eksekutif diizinkan untuk merevisi anggaran daerahnya.
Selama tahun anggaran harus ada proses monitoring atau pengawasan di semua tahap
yang berguna sebagai pengendalian bagi pelaksana anggaran.

Pada tahap proses penyusunan anggaran di pemerintah daerah, terdapat lima


pendekatan yang umumnya digunakan (Bastian, 2006). Pendekatan politik (political
approach), pendekatan teknokratik (technocratic approach), pendekatan bawah-atas
(bottom-up approach), pendekatan atas-bawah (top-down approach), pendekatan
partisipasi (participatory approach).

Pendekatan politik, visi, misi dan program kepala daerah terpilih menjadi visi dan
misi jangka menengah daerah, sementara program kepala daerah terpilih menjadi
kebijakan utama dan dijabarkan dalam rencana pembangunan jangka menengah. Oleh
karna itu, rencana pembangunan adalah penjabaran agenda pembangunan yang
ditawarkan kepala daerah pada saat kampanye ke dalam rencana pembangunan
jangka menengah. Sedangkan untuk rencana pembangunan jangka panjang, dimana
hal ini bukan hanya menjadi kepentingan seluruh pemangku kepentingan daerah masa
kini.
Pendekatan teknokratik, perencanaan dilakukan dengan metode dan kerangka
berpikir ilmiah berdasarkan data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan oleh
tenaga ahli atau lembaga yang resmi dan diakui kapasitasnya, serta memenuhi
kualifikasi untuk ditetapkan dengan perundang-undangan yang berlaku. Dalam
dokumen rencana, indikator pencapaian kinerja disampaikan secara eksplisit atas
rencana yang disusun. Dengan demikian, rencana tersebut memperlihatkan efektivitas
pelaksanaan rencana, dapat diukur pencapaiannya, serta mudah untuk diintegrasikan
dengan kegiatan penganggaran.

Pendekatan bawah-atas, merupakan perencanaan yang dibangun dari tingkatan


pemerintah yang lebih rendah untuk disampaikan pada pembahasan perencana
ditingkatan yang lebih tinggi. Rencana hasil proses bawah-atas ini diselaraskan melalui
musyawarah yang dilaksanakan baik di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, dan
desa.

Pendekatan atas-bawah, adalah pendekatan yang diawali dengan perencanaan


dengan penyampaian rencana atau program dari pemerintah ditingkat yang lebih tinggi
untuk dioprasionalkan pada pemerintah daerah atau pada wilyah administratif yang
lebih kecil. Rencana hasil pendekatan atas-bawah ini diselaraskan melalui musyawarah
yang dilaksanakan baik di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, dan desa.
Pendekatan partisipasi merupakan pendekatan yang dilakukan dengan melibatkan
semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap pembangunan yang sedang
direncanakan tersebut. Pemangku kepentingan dilibatkan untuk mendapatkan aspirasi
dan menciptakan rasa memiliki. Pemangku kepentingan adalah semua pihak yang
terkait dengan rencana yang bersangkutan. Kepentingan para pemangku kepentingan
dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh hasil rencana dengan kapasitas dan
kepedulian atas rencana yang sedang disusun. Hasil dan tindak lanjut atas
kesepakatan partisipasi tersebut dipertanggungjawabkan oleh para pengambil
keputusan.
Berdasarkan siklus anggaran (budget cycle), memungkinkan organisasi nirlaba untuk
menyusun anggaran dengan memperhatikan tahapan-tahapan berikut:

Tahap Persiapan (Preparation)

1. Pemberian arahan berdasarkan Rencana Strategis Organisasi

Hal ini dapat disampaikan melalui pimpinan organisasi/ dewan pembina organisasi
dengan memberikan pandangannya mengenai berbagai peluang serta
kemungkinan/arahan stategis terkait kegiatan yang akan dilakukan

2. Usulan/Masukan dari tingkatan unit kerja/program

Arahan dari pimpinan organisasi/dewan pembina akan ditindaklanjuti oleh unit


kerja/program melalui pengajuan disain program yang dilengkapi dengan estimasi biaya
yang diperlukan. Selain itu, dibutuhkan juga indikator pencapaian untuk memudahkan
proses monitoring dan evaluasi.

Dalam mengembangkan anggaran dibutuhkan pula sifat fleksibiltasnya, yang dikenal


dengan Anggaran Fleksibel. Anggaran yang menyesuaikan (flexes) untuk perubahan
volume aktivitas dengan jumlah rupiah yang dianggarakan. Anggaran ini sangat
bermanfaat untuk mengendalikan biaya produksi dan beban operasi.

Fleksibilitas anggaran ini disusun berdasarkan pola perilaku biaya berupa biaya tetap
dan biaya variable sehingga dapat membantu dalam membuat perbandingan dengan
lebih valid karena besarnya tingkat pengeluaran dan pendapatan dapat teridentifikasi
dengan baik dengan analisis yang terperinci terkait bagaimana setiap biaya dipengaruhi
oleh perubahan-perubahan kegiatan organisasi.

Anggaran fleksibel memiliki karakteristik sebagai berikut :

Disusun untuk suatu rentangan aktivitas dan bukan untuk satu tingkat aktivitas saja.
 Memberikan dasar yang dinamis untuk membuat perbandingan-perbandingan, karena
mereka secara otomatis akan memberikan informasi yang menyangkut tingkatan
volume yang berbeda-beda.

Dalam penyusunan anggaran yang perlu diperhatikan adalah adanya kegiatan prioritas.
Kegiatan ini dikategorikan sebagai kegiatan yang menempati urutan teratas untuk
segera dilakukan sebelum melakukan kegiatan lainnya.

Tahap Ratifikasi (Ratification)

3. Kompilasi usulan anggaran

Proses selanjutnya adalah pengumpulan/kompilasi seluruh usulan anggaran dan


mendiskusikannya bersama. Hal ini penting dilakukan, karena pada tahapan ini usulan
dari berbagai pihakunit kerja/program akan digabungkan menjadi rencana anggaran
organisasi. Dengan dilakukannya penggabungan ini, sinkronisasi antar program dapat
terjalin satu sama lain.

Namun perlu diingat, setiap masukan/usulan yang diberikan dan sinkronisasi program
yang diajukan senantiasa harus memperhitungkan kepentingan organisasi dan realitas
yang ada dilapangan. Oleh karena itu pengkategorian& skala prioritas usulan anggaran
penting dilakukan.

 Tahap Implementasi (Implementation)

4. Anggaran Penerimaan

Tahapan terpenting dalam proses penyusunan anggaran organisasi adalah


memprediksi sumber dana untuk membiayai kegiatan yang direncanakan. Padahal
sumber dana dikenal sebagai bagian dari anggaran yang tidak dapat dikontrol oleh
organisasi. Oleh karena itu, penting untuk melihat dan menghitung kembali besaran
perkiraan dengan menggunakan data historis yang dimiliki karena perkiraan
pendapatan akan mempengaruhi secara langsung tingkat kegiatan yang akan
dilakukan.

Hal ini tidak lepas dari peran bagian keuangan sebagai penyusun dan pengelola
anggaran kas organisasi. Anggaran ini akan menunjukkan rencana dan penggunaan
kas dalam satu tahun anggaran. Dalam penganggaran ini terdiri dari rencana aliran kas
masuk dan juga rencana aliran kas keluar.

Sifat dari aliran kas tersebut baik aliran kas masuk maupun aliran kas keluar maka akan
bersifat dengan terus menerus. Dengan membuat anggaran kas yang juga menjadi
aktivitas dalam manajemen keuangan tersebut maka organisasi bisa mempersiapkan
pengelolaan untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Adanya anggaran kas juga
bisa digunakan sebagai dasar kebijakan untuk mendapatkan modal. Yang lebih penting
bahwa dalam pembuatan anggaran kas ini maka bisa dijadikan penilaian terhadap
realisasi pengeluaran kas yang sebenarnya.

5. Skenario Anggaran

Untuk mengantisipiasi sulitnya memprediksi besaran anggaranpenerimaan, dapat


dibuat anggaran penerimaan dalam berbagai skenario yang terbagi dalam tiga
tingkatan, yaitu konservatif, moderat, dan agresif.

Tingkat konservatif berarti, perkiraan sumber dana diprediksi berdasakan pada sumber
dana dengan tingkat kepastiannya yang tinggi, yaitu dari sumber dana yang sudah pasti
didapatkan. Tingkatan moderat, artinya anggaran ini mempertimbangkan sumber dana
yang relatif lebih rendah tingkat kepastiannya. Dengan demikian, sumber dana suatu
organisasi akan lebih besar diperhitungkannya dibandingkan dengan tingkatan
konservatif. Sedangkan anggaran dengan tingkat agresif, mempersepsikan sumber
dana yang akan diperoleh termasuk dana yang lebih kecil kepastian perolehannya.
Dengan demikian, pada tingkatan ini anggaran suatu organisasi memiliki sumber dana
lebih dibandingkan konservatif maupun moderate.

Berdasarkan skala prioritas, skenario konservatif menunjukkan bahwa kegiatan yang


dimiliki mempunyai priortas utama dengan mementingkan hal-hal esesnsial yang
mempengaruhi periode yang bersangkutan. Lain halnya dengan moderate maupun
agresif, skenario ini cenderung memiliki kegiatan-kegiatan yang berada pada prioritas
yang lebih rendah dalam pengerjaannya dapat dilakukan kemudian disesuaikan dengan
ketersediaan sumber dana.

6. Penentuan Biaya Tetap dan Biaya Variabel


Setelah menentukan skenario yang digunakan, langkah selanjutnya adalah
menentukan besaran biaya yang akan dianggarkan, yaitu identifikasi biaya tetap (fixed
cost) yaitu biaya yang harus dikeluarkan tidak tergantung pada tingkat kegiatan yang
dilakukan organisasi atau dengan kata lain ada atau tidak ada kegiatan biaya-biaya
tersebut harus dikeluarkan. Misalnya, biaya sewa kantor, gaji pegawai keuangan dan
administrasi, gaji pimpinan dan overhead lainnya bersifat tetap dan terus menerus.

Tahap Pelaporan dan Evaluasi

7. Proyeksi arus kas

Berdasarkan tahapan-tahapan di atas, tahapan akhir adalah menyusun anggaran


menggunakan komponen anggaran penerimaan yang terdiri dari tiga skenario yang
tersedia, pengeluaran per unit kerja/program dengan menggunakan skenario yang
sama, menetapkan  biaya tetap (fixed cost) pengelolaan organisasi sebagai minimum
pendapatan yang harus diperoleh.

Apabila sudah disepakati bersama, maka bagian keuangan dapat membuat proyeksi
arus kas. Proyeksi arus kas ini bertujuan untuk memperhitungkan jadwal kegiatan dari
masing-masing program. Proyeksi arus kas ini juga penting untuk melihat adanya
kemungkinan organisasi menghadapi periode defisit anggaran akan terjadi. Dikuatirkan
hal ini menyebab tidak adanya alternatif pendanaan pendanaan lainnya sehingga
pilihan yang akan diambil adalah pengunduran jadwal kegiatan atau bahkan
pengurangan kegiatan.

Referensi:

Pahala Nainggolan (2012). Manajemen Keuangan Lembaga Nirlaba. Jakarta: Yayasan


Bina IntegrasiEdukasi
Menurut Kemenkes

Siklus anggaran ABK (Anggaran Berbasis Kinerja) memiliki tahapan seperti anggaran
tradisional yaitu

1. Tahap Penyusunan Anggaran


2. Tahap Pengesahan Anggaran
3. Tahap Pelaksanaan Anggaran
4. Tahap Pengawasan Pelaksanaan Anggaran
5. Tahap Pengesahan Perhitungan Anggaran

Untuk dapat menyusun ABK terlebih dahulu harus menyusun perencanaan strategis
(Renstra). Renstra ini yang menjelaskan kinerja yang akan dicapai selama 5 tahun.
Permendagri no 54 tahun 2010 menekankan pedoman pembuatan Renstra yang
disusun dengan objektif dan melibatkan seluruh komponen yang ada didalam
pemerintahan dan masyarakat. Permendagri No.54 tahun 2010 ini telah direvisi dengan
dikeluarkannya Permendagri No.86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan,
Pengendalian, dan Evaluasi Pembangunan Daerah. Tata cara evaluasi Rancangan
Peraturan Daerah tentang RPJPD dan RPJM.

Tahapan Perencanaan dan Penganggaran

UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan negara menyebutkan bahwa tahun anggaran
meliputi massa 1 tahun, mulai dari tanggal 1 januari-31 desember. Dalam UU tersebut
dinyatakan bahwa kapan penyusunan APBN dan APBD diselenggarakan. UU No 25
tahun 2004 menegaskan bagaimana hubungan APBN dengan APBD dalam kerangka
sistem perencanaan pembangunan nasional. Sistem perencanaan pembangunan
nasional bertujuan untuk :
1. Mendukung kordinasi
2. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergis baik antar daerah dan
pusat
3. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan dan pengawasan.
4. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat
5. Menjamin terciptanya penggunaan sumber daya secara efisien

Referensi
www.digilib.unila.ac.id
www.integrasi-edukasi.org
Bappenas, PKMK UGM, DFAT, UNICEF, 2017, modul sinkronisasi RPJMD dan
RPJMN, bidang kesehatan dan gizi masyarakat, PKMK FKKMK UGM.
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai