Anda di halaman 1dari 38

PENUNTUN PRAKTIKUM

BIOLOGI DASAR

Sumber: http://www.google.co.id

Disusun oleh:

Dr. rer. nat. Delita Zul, M.Si


Dra. Dyah Iriani, M.Si
Dra. Titrawani, M.Si
Dr. Sri Catur Setyawatiningsih, M.Si

Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Riau

Tahun Ajaran 2019/2020


1
Kata Pengantar

Pelaksanaan praktikum Biologi Dasar (1 SKS) ditujukan untuk mendukung materi


yang disajikan pada perkuliahan. Diharapkan setelah mengikuti kegiatan praktikum,
mahasiswa memiliki pengalaman dan keterampilan dasar yang dapat digunakan untuk
mempelajari cabang – cabang ilmu Biologi pada tingkat lanjut. Buku penuntun praktikum
terdiri atas 2 buku yaitu buku praktikum yang berisi teori dan lembaran kerja sebagai
laporan praktikum. Buku penuntun praktikum ini merupakan penyempurnaan dari modul
praktikum sebelumnya dan diharapkan dapat meningkatan pemahaman dasar materi
perkuliahan. Materi yang disajikan terdiri atas 12 materi yang mencakup bidang sel,
genetika, botani, zoologi, dan ekologi.
Buku penuntun praktikum ini tentunya masih perlu disempurnakan lagi, sehingga
saran dan kritik untuk penyajian serta isinya sangat diperlukan. Akhir kata, diucapkan
terimakasih kepada seluruh pihak yang ikut berpartisipasi aktif sehingga pelaksanaan
praktikum ini dapat berjalan dengan lancar.

Pekanbaru, September 2019

Tim Penyusun

i
Daftar Isi

Kata Pengantar......................................................................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................................................................... ii
Tata tertib bekerja di laboratorium ........................................................................................................... iii
I. Visualisasi Sel .................................................................................................................................. 1
II. Transpor Pada Sel ............................................................................................................................ 5
III. Hukum Mendel................................................................................................................................. 7
IV. Struktur Tumbuhan ......................................................................................................................... 9
V. Reproduksi Pada Tumbuhan ........................................................................................................... 14
VI. Fotosintesis...................................................................................................................................... 26
VII. Struktur dan Fungsi Hewan ............................................................................................................ 28
VIII. Reproduksi Pada Hewan ................................................................................................................. 32
IX. Keanekaragaman dan Klasifikasi ................................................................................................... 33
X. Ekosistem ........................................................................................................................................ 34

TATA TERTIB BEKERJA LABORATORIUM


ii
Kehadiran:
Kehadiran di laboratorium adalah wajib dan termasuk dalam poin penilaian. Praktikan
yang berhalangan hadir harus menunjukan bukti yang sah berkaitan dengan
alasan ketidakhadirannya . Pengulangan praktikum akan ditentukan kemudian
sepanjang waktu dan laboratorium memungkinkan. Jika anda absen lebih dari 2 kali
dengan alasan apapun, maka anda dinyatakan nol untuk nilai kehadiran.

Peraturan kerja di laboratorium:

1. Praktikan harus hadir 5 menit sebelum praktikum dimulai.


2. Praktikan harus selalu membawa buku penuntun praktikum, alat tulis (pensil,
penghapus, mistar), dan buku catatan.
3. Bekerja dengan tenang, tertib dan ke luar ruang laboratorium harus seizin asisten.
4. Pastikan anda mengerti dan memahami cara menangani bahan kimia yang digunakan
dalam praktikum.
5. Alat -alat dan preparat awetan ya ng sele sai dipakai a ga r dikembali kan
kepada asisten/petugas laboratorium dalam keadaan baik dan bersih.
6. Selalu menjaga kebersihan laboratorium.
7. Bacalah tata kerja percobaan yang akan dikerjakan sebelum praktikum dilaksanakan.
8. Setelah waktu praktikum habis, hasil pekerjaan wajib diserahkan pada asisten untuk
mendapatkan pengesahan.
9. Gunakan selalu jas lab selama praktikum berlangsung.

Aturan keselamatan:

1. Dilarang makan dan minum di laboratorium!


2. Sampah/bahan hidup yang telah digunakan dikumpulkan pada tempat yang telah
disediakan atau dikubur untuk menghindari bau yang ditimbulkannya.
3. Pastikan semua wadah bahan kimia atau spesimen tertutup rapat setelah digunakan.
Jika senyawa kimia terpapar ke kulit atau mata maka cuci dengan air sesegera
mungkin.
4. Ekstra hati-hati jika bekerja dengan skalpel, silet, dan alat-alat gelas seperti: pipet tetes,
gelas piala, tabung reaksi, gelas objek, gelas penutup.

iii
I. VISUALISASI SEL

Umumnya sel berukuran sangat kecil sehingga tidak memungkinkan untuk diamati
dengan mata telanjang. Oleh karena itu, penemuan mikroskop memicu penemuan sel
sebagai unit terkecil dari makhluk hidup. Hingga saat ini, ahli biologi masih menggunakan
mikroskop dalam mempelajari sel, bagian-bagian sel, dan fungsi sel/bagian sel.

1.1 Mikroskop
Mikroskop berguna untuk melihat objek-objek yang terlalu kecil untuk dilihat
dengan jelas tanpa perbesaran. Salah satu mikroskop yang banyak digunakan adalah
mikroskop cahaya yang bisa mengamati objek dengan ukuran berkisar dari 100 nm sampai
2 nm. Cahaya dapat diperoleh dari sumber cahaya (cahaya matahari atau lampu) yang
terdapat pada dasar mikroskop. Mikroskop cahaya dilengkapi 2 sistem lensa cembung
yaitu lensa okuler dan lensa objektif dengan total perbesaran dari 40 X sampai 1.000 X.
Total perbesaran objek yang diamati dapat dihitung dengan mengalikan perbesaran dari
lensa okuler dengan lensa objektif. Mikroskop yang akan digunakan dalam latihan ini
mempunyai lensa okuler dengan perbesaran 10X dan 4 perbesaran berbeda dari lensa
objektif, seperti yang tertera pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Ukuran lensa objektif


Objektif Ukuran perbesaran Total perbesaran
Scanning 4X 40X
Perbesaran rendah 10X 100X
Perbesaran tinggi 40X 400X
Minyak imersi 100X 1000X

Bagian-bagian pada mikroskop pada umumnya adalah (Gambar 1.1):


1. Kaki (basis): berfungsi untuk menyangga bagian mikroskop, biasanya berbentuk segi
empat atau huruf U (tergantung jenis dan merek mikroskop).
2. Tangkai (aksis): penghubung antara teropong dengan basis. Tangkai ini juga berfungsi
sebagai penyokong teropong.
3. Meja benda (stage): tempat meletakkan preparat yang akan diamati. Biasanya berbentuk
persegi yang terletak antara basis dan teropong. Meja benda dapat dinaik turunkan
menggunakan sekrup pengatur jarak antara teropong dengan sediaan.

1
4. Sekrup penggerak sediaan (stage position adjustment): berhubungan dengan penjepit
preparat, berjumlah dua buah sekrup yang tersusun dalam suatu sumbu vertikal,
biasanya terletak di kanan/kiri meja benda. Sekrup-sekrup ini dapat digunakan untuk
menggerakkan preparat ke kanan atau ke kiri (sekrup bawah) dan menggerakkan
sediaan ke depan atau belakang (sekrup atas).
5. Sekrup pengatur jarak sediaan (focus adjustment knob): terdiri atas dua buah sekrup
yang tersusun pada satu sumbu horisontal, menempel pada kanan-kiri tangkai di
bawah meja benda. Sekrup-sekrup ini berfungsi untuk mengatur jarak benda dengan
lensa obyektif. Sekrup besar (coarse adjustment knob) dapat menaik-turunkan meja
benda dengan jarak perpindahan yang besar, sedang sekrup yang kecil (fine adjustment
knob) digunakan untuk menggerakkan meja benda dengan jarak perpindahan kecil
(halus).
6. Teropong: bagian teropong yang dekat dengan mata pengamat terdapat lensa okuler.
Daya perbesaran lensa ini bermacam-macam tergantung pada jenis mikroskop.
Mikroskop yang memiliki satu lensa okuler disebut mikroskop monokuler, sedang
yang memiliki dua lensa okuler disebut mikroskop binokuler. Teropong yang dekat
dengan meja benda terdapat beberapa lensa obyektif dengan perbesaran lensa yang
berbeda-beda terpasang pada revolver yang dapat diputar.
7. Diafraghma: untuk mengatur banyaknya sinar yang masuk.
8. Kondensor: untuk memusatkan berkas cahaya yang melaluinya.
9. Filter: untuk mengurangi silau atau memperjelas obyek dengan menyerap warna sinar-
sinar tertentu (seringkali pada mikroskop yang kita gunakan tidak dijumpai adanya
filter).
10. Lampu: merupakan sumber cahaya.

Cara Penggunaan Mikroskop:


1. Letakkan mikroskop pada meja yang datar dan kokoh.
2. Cahaya masuk diatur dengan menggunakan kondensor dan diafragma.
3. Preparat yang telah disiapkan sebelumnya diletakkan di atas meja objek (stage).
4. Turunkan lensa objektif (perbesaran 4x) dengan cara memutar makrometer (pemutar
kasar) ke arah atas perlahan-lahan sehingga melalui lensa okuler bayangan preparat
dapat dilihat.
5. Bila bayangan kurang jelas, mikrometer (pemutar halus) diputar perlahan
agar bayangan yang muncul menjadi lebih jelas.

2
6. Bayangan yang diamati dapat diperbesar dengan memutar revolver dan lensa objektif
yang sesuai untuk mendapatkan perbesaran kuat yang diinginkan.
7. Sebelum mikroskop disimpan jangan lupa mengambil preparat dan kaca objek yang
telah dipakai dari meja objek.

Gambar 1.1 Mikroskop dan bagian-bagian pendukungnya

Pemeliharaan Mikroskop

1. Mikroskop selalu dibawa dan diangkat dalam posisi tegak dengan cara satu
tangan memegang lengan mikroskop (arm) dan tangan yan g lain menyokong
kakinya (base).

2. Bersihkan bagian luar mikroskop dengan kain lap yang halus (flanel) dan bersih.

3
3. Lensa okuler dan lensa objektif dibersihkan kertas pembersih lensa yang disediakan.
4. Menjaga lensa agar terhindar dari air atau zat kimia. Segeralah bersihkan lensa jika
terjadi hal demikian.
5. Bersihkan lensa dan bagian luar mikroskop setelah digunakan.

1.2 Preparat

Preparat (sediaan) adalah suatu bahan yang akan diperiksa di bawah mikroskop.
Sediaan dapat dibagi atas 3 jenis:
1. Preparat segar: preparat yang tidak tahan disimpan lama dan dibuat pada saat akan
dilakukan pengamatan. Cara membuat preparat dengan melakukan irisan tipis dari
bahan apa saja (misalnya: bagian dari tubuh hewan, manusia, tanaman atau sel-sel
prokariot) untuk mengamati bentuk sel atau jaringan dari bahan yang dibuat
preparatnya. Bisa juga dengan cara membuat apusan dari bahan yang akan diamati,
misalnya sel-sel eritrosit, sel-sel epitel mukosa, pipi dll. Untuk melihat sediaan segar
digunakan medium air.
2. Preparat semi awetan: hampir sama dengan sediaan segar hanya saja
digunakan medium yang dapat menahan penguapan sehingga dapat tahan
beberapa hari.
3. Preparat awetan: dibuat melalui beberapa fase perlakuan agar supaya sediaan sedapat
mungkin tidak rusak dan tahan disimpan beberapa tahun.

Pada prinsipnya ada 3 macam irisan berdasarkan bidang potongan, yaitu:


1. Irisan melintang yaitu irisan dengan arah tegak lurus sumbu horizontal objek.
2. Irisan membujur yaitu irisan sejajar dengan sumbu horizontal dari objek.
3. Irisan tengah yaitu irisan sejajar atau tegak lurus pada bagian tengah suatu
objek.

4
II. TRANSPOR PADA SEL

Transpor pada sel terbagi atas transpor pasif (difusi, osmosis, dan difusi difasilitasi) dan transpor
aktif (pompa protein, endositosis, dan eksositosis). Transpor sel merupakan suatu sistem yang berperan
dalam proses ke luar masuknya senyawa-senyawa, seperti zat makanan pada sel. Pada latihan ini, yang
dibahas hanya transpor pasif yang tidak memerlukan energi selama proses tersebut berlangsung, yaitu
sebagai berikut:
1. Difusi adalah perpindahan molekul terlarut dari area yang berkonsentrasi tinggi ke area yang ber
konsentrasi rendah. Perpindahan molekul tersebut sehubungan dengan tubrukan yang terjadi
diantara molekul yang lebih banyak terjadi di area yang berkonsentrasi tinggi.
2. Osmosis adalah difusi air yang melewati membran semi permeabel. Osmosis
berlangsung ketika molekul (seperti: garam, gula, protein, dll) tidak dapat melewati
membran semi permeabel, tetapi air (pelarut) dapat melewatinya. Air bergerak dari
area yang berjumlah banyak ke area yang berjumlah rendah (air berpindah dari area
yang berkonsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi).
Selain hal tersebut di atas, pengaruh air terhadap sel dapat diamati melalui proses sebagai berikut:
1. Plasmolisis adalah proses mengkerutnya sitoplasma apabila sel dimasukkan ke larutan yang
hipertonis karena air dalam sel berpindah ke larutan.
2. Deplasmolisis adalah proses mengembangnya sitoplasma apabila sel dimasukkan ke larutan yang
hipotonis karena air mengalir ke dalam sel.

Peristiwa plasmolisis merupakan dampak dari peristiwa osmosis. Peristiwa plasmolisis


adalah suatu fenomena yang terjadi pada sel, dimana sitoplasma mengerut dan membran
plasma tertarik menjauhi dinding sel ketika air yang ada di dalam sel lepas ke lingkungan
yang hipertonis. Sel tumbuhan kehilangan air dan tekanan turgor yang menyebabkan sel
tumbuhan melemah (tanaman dengan sel yang mengalami plasmolisis akan menjadi layu).
Kasus yang sama juga terjadi pada sel hewan atau sel darah merah disebut dengan istilah
krenasi. Akan tetapi, plasmolisis dapat dibalik jika sel dipindahkan ke lingkungan yang
isotonis (contohnya: akuades). Peristiwa ini dikenal sebagai gejala deplasmolisis. Bila
jaringan ditempatkan pada larutan yang hipotonis sampai isotonis, maka sel-sel jaringan
tidak akan mengalami plasmolisis.
Sel tumbuhan dan sel hewan akan tetap terjaga bentuknya jika berada dalam
lingkungan yang isotonis. Sebaliknya pada larutan hipotonis, sel tumbuhan akan
mengembang dan mengalami peningkatan tekanan turgor sehingga sel menjadi keras.

5
Berbeda dengan sel tumbuhan, jika sel hewan atau sel darah merah berada dalam
lingkungan yang hipotonis, sel tersebut akan mengembang dan pecah atau lisis.
Plasmolisis hanya terjadi pada kondisi ekstrem dan jarang terjadi di alam. Peristiwa
plasmolisis dan deplasmolisis biasanya diamati di laboratorium dengan menggunakan
tanaman yang memiliki pigmen, seperti: Elodea, Rhoeo discolor, dan bawang merah.
Pemilihan tanaman yang mengandung pigmen agar peristiwa plasmolisis dan deplasmolisis
dapat diamati dengan jelas. Gambar 2.1 menyajikan contoh tanaman yang dapat digunakan
untuk mengamati peristiwa plasmolisis dan deplasmolisis.

A B

C D

Gambar 2.1 Daun Rhoeo discolor (A), penampang stomata yang terdapat pada epidermis bawah
daun Rhoeo discolor (B), sebelum terjadi peristiwa plasmolisis (C), peristiwa
plasmolisis (D)

6
III. HUKUM MENDEL*

Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada organisme
yang dirumuskan oleh Mendel, yang terdiri atas 2 hukum, yaitu:
1. Hukum pemisahan (segregation) – Hukum Mendel I
2. Hukum pemilahan bebas (independent assortment) – Hukum Mendel II

Hukum Mendel I
Hukum segregasi bebas menyatakan bahwa pada pembentukan gamet (sel kelamin), kedua
gen induk yang merupakan pasangan alel akan memisah sehingga tiap-tiap gamet
menerima satu gen dari induknya. Hukum Mendel I diturunkan dari persilangan
monohybrid yang menghasilkan rasio fenotip 3 : 1 (Gambar 3.1).

Gambar 3.1. Persilangan monohybrid yang menghasilkan fenotip 3 : 1

Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:


1. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter turunannya.
Ini adalah konsep mengenai dua macam alel; alel resesif (tidak selalu nampak dari luar,
dinyatakan dengan huruf kecil) dan alel dominan (nampak dari luar, dinyatakan dengan
huruf besar).
2. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan dan satu dari tetua betina.

7
3. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda (heterozigot), alel dominan akan
selalu diekspresikan. Alel resesif yang tidak selalu diekspresikan, tetapi akan
diwariskan pada gamet yang dibentuk pada turunannya.

Hukum Mendel II
Hukum kedua Mendel menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang atau
lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung pada
pasangan sifat yang lain. Dengan kata lain, alel dengan gen sifat yang berbeda tidak saling
memengaruhi. Hukum Mendel II dihasilkan dari persilangan dihibrid yang menghasilkan
rasio fenotip 9 : 3 : 3 : 1 (Gambar 3.2).

Gambar 3.2. Persilangan dihibrid yang menghasilkan rasio 9 : 3 : 3 : 1.

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Pewarisan_Mendel

8
IV. STRUKTUR TUMBUHAN

Setiap makhluk hidup tersusun atas sel yang merupakan unit fungsional dan
herediter terkecil dari makhluk hidup. Makhluk hidup ada yang tersusun atas satu sel saja
yang disebut makhluk hidup uniselular dan tersusun atas jutaan bahkan milyaran sel yang
disebut makhluk hidup multiseluler. Sel tersebut dapat bekerja bersama-sama sesuai
dengan tugas masing-masing sehingga makhluk hidup itu dapat hidup dan melaksanakan
aktivitasnya. Suatu sel dikatakan hidup apabila sel tersebut menunjukkan ciri-ciri
kehidupan antara lain melakukan aktifitas metabolisme, mampu beradaptasi dengan
perubahan lingkungannya, peka terhadap rangsang, dan ciri hidup lainnya. Sitoplasma
adalah larutan koloid yang kental dan tembus cahaya yang di dalamnya terdapat
organela hidup seperti mitokondria, ribosom, plastida, inklusio (benda mati, protein,
lemak, pati, d1l). Aliran sitoplasma dalam tumbuhan akan menggerakkan plastida
melewati beberapa vakuola ke segala arah yang disebut dengan sirkulasi, aliran ini
biasanya terdapat pada sel tumbuhan yang masih muda (mengapa)? Sementar aliran
sitoplasma yang mengelilingi vakuola disebut aliran rotasi. Pada sel mati tidak dijumpai
adanya organela-organela dalam sel, hanya berupa ruangan kosong saja.
Struktur sel tumbuhan (Gambar 4.1) terdiri dari:
 Dinding sel. Merupakan penyusun sel tumbuhan yang tersusun atas serat-serat
selulosa, bersifat tebal dan kaku untuk membantu mempertahankan bentuk sel dan
melindungi sel dari kerusakan mekani, terdapat plasmodesmata yang berfungsi
untuk hubungan dengan sel disebelahnya.
 Vakuola. Merupakan suatu rongga berisi cairan yang dikelilingi oleh selapis
membran yang disebut tonoplas. Vakuola berisi cairan berupa larutan garam
mineral, gula, oksigen, asam organik, CO2, pigmen, enzim dan sisa metabolime
yang lain. Vakuola merupakan organela yang berfungsi untuk menimbun sisa-sisa
metabolisme dan untuk penguraian molekul-molekul sederhana (berfungsi seperti
lisosom). Pada hewan terdapat vakuola tetapi sangat kecil atau justru tidak terlihat.
 Mitokondria. Merupakan organela yang memiliki struktur amat kompleks yang
berfungsi untuk membentuk energi atau disebut the power house. Mitokondria
merupakan tempat berlangsungnya respirasi aerobik pada tingkat seluler.
Mitokondria memiliki enzim-enzim yang berperan dalam mengatur daur Krebs
yaitu sitokrom.

9
 Kloroplas. Organela yang berperan dalam proses fotosintesis karena adanya klorofil
dan pigmen-pigmen fotosintetik.
 Lisosom. Lisosom merupakan organela yang berperanan dalam kegiatan fagositik
karena lisosom dilengkapi enzim pencerna hidrolitik seperti protease, nuklease,
lipase, dan fosfatase. Secara umum fungsi lisosom adalah untuk penguraian
molekul-molekul.
 Mikrotubul. Organela berbentuk benang-benang silindris yang tersusun atas
protein. Mikrotubul bersifat kaku sehingga berfungsi sebagai ‘rangka sel’ untuk
mempertahankan bentuk sel. Pada saat pembelahan, mikrotubul berperanan dalam
pembelahan dengan menjadi benang-benang gelendong.
 Mikrofilamen. Organel sejenis mikrotubulus yang tersusun atas protein aktin dan
miosin. Fungsi dari mikrofilamen adalah dalam bergerakan sel. Pergerakan/aliran
sitoplasma diatur oleh mikrofilamen.
 Peroksisom. Peroksisom merupakan organel yang senantiasa berasosiasi dengan
organel lain dan banyak mengandung katalase dan oksidase. Enzim ini akan
mengkatalisis H2O2 yang berbahaya bagi tubuh. Selain itu lisosom berfungsi untuk
perubahan lemak menjadi karohidrat serta perubahan purin.
 Membran sel. Merupakan bagian terluar sel hewan yang membatasi isi sel dengan
lingkungan. Organel ini berfungsi sebagai selaput pelindung dan pengontrol yang
bersifat semi permeabel untuk mengendalikan pertukaran zat antara sitoplasma
dengan lingkungan sel. Membran sel tersusun atas selaput lipoprotein (lipid dan
protein)
 Sitoplasma/protoplasma. Adalah cairan sel yang mengisi ruangan antara membran
sel dengan inti sel. Sitoplasma tersusun atas bahan dasar cair yang disebut sitosol
yang berisi air dan senyawa organik terlarut seperti: garam, asam lemak, asam
amino, gula nukleotida, protein, dsb. Sitoplasma merupakan sumber bahan kimia
yang penting dan merupakan tempat berlangsungnya metabolisme tertentu seperti
glikolisis, sintesis protein, sintesis asam lemak, dsb.
 Nukleus. Adalah organel terbesar yang berbentuk bulat hingga oval, berfungsi
untuk mengendalikan seluruh kegiatan sel. Sel eukariotik memiliki membran
inti/karioteka sementara sel prokariotik tidak memiliki membran inti/karioteka.

10
 Retikulum endoplasma. Adalah organel yang bertindak sebagai saluran-saluran
dalam sitoplasma yang menghubungkan membran sel dengan nukleus. Fungsi dari
retikulum endoplasma adalah untuk transportasi protein.
 Ribosoma. Organel yang terdapat bebas di dalam sitoplasma atau menempel pada
retikulum endoplasma yang tersusun atas protein dan RNA. Ribosom berfungsi
untuk sisntesis protein.
 Badan golgi. Organel yang berbentuk seperti kantong pipih yang berbentuk jala
yang terpusat pada salah satu sisi nukleus. Organel ini berfungsi untuk pengemasan
dan sekresi protein.

Gambar 4.1. Struktur sel tumbuhan (Reece et al. 2009)

11
V. Reproduksi Pada Tumbuhan

Salah satu hal yang penting dari organisme ialah kemampuan membiakan jenisnya
atau berproduksi. Reproduksi (re=ulang, produksi=hasil), mengandung arti perkembang-
biakan. Untuk melestarikan jenisnya (keberlangsungan hidup dan proses mempertahankan
jenis), tumbuhan melakukan perkembangbiakan dengan cara berbeda-beda menurut
jenisnya masing-masing. Perkembangbiakan pada umumnya dibedakan dalam dua cara
berikut ini:
1. Reproduksi seksual. Individu yang terbentuk karena tergabungnya informasi yang
diperoleh oleh dua sel gamet yang berbeda yang berasal daru dua induk yang berbeda
Reproduksi generatif dapat berlangsung dengan cara:
 Konyugasi (peleburan dua sel yang belum terspesialisasi disebut zygospora).
Contoh: Chlorophyta.
 Fertilisasi (peleburan sepasang gamet membentuk zigot). Contoh: Chrysophyta.
 Metagenesis (pergiliran keturunan dimana reproduksi vegetatif bergantian dengan
generatif). Contoh: Cormophyta.
2. Reproduksi aseksual, keturunannya terbentuk tanpa peleburan dua gamet.
Reproduksi seksual melibatkan dua proses pembuahan (fertilisasi) dan meiosis. Pada
tumbuhan, fertilisasi dan meiosis membagi kehidupan organisme menjadi dua generasi
yang berlainan yaitu generasi gametofit dan genersi sporofit. (Gambar 5.1).

Gambar 5.1. Pergiliran generasi sporofit dan gametofit

12
A. Bryophyta (Lumut)
Lumut merupakan kelompok tumbuhan yang telah beradaptasi dengan lingkungan
darat. Kelompok tumbuhan ini penyebarannya menggunakan spora dan telah mendiami
bumi semenjak kurang lebih 475 juta tahun yang lalu. Pada masa sekarang ini Bryophyta
dapat ditemukan disemua habitat kecuali di laut.
Dalam skala evolusi lumut berada diantara ganggang hijau dan tumbuhan
berpembuluh (tumbuhan paku dan tumbuhan berbiji). Persamaan antara ketiga tumbuhan
tersebut adalah ketiganya mempunyai pigmen fotosintesis berupa klorofil A dan B, dan
pati sebagai cadangan makanan utama. Perbedaan mendasar antara ganggang dengan
lumut dan tumbuhan berpembuluh telah beradaptasi dengan lingkungan darat yang kering
dengan mempunyai organ reproduksi (gametangium dan sporangium), selalu terdiri dari
banyak sel (multiseluler) dan dilindungi oleh lapisan sel-sel mandul, zigotnya berkembang
menjadi embrio dan tetap tinggal di dalam gametangium betina. Oleh karena itu lumut dan
tumbuhan berpembuluh pada umumnya merupakan tumbuhan darat tidak seperti ganggang
yang kebanyakan aquatik.
Lumut dapat dibedakan dari tumbuhan berpembuluh terutama karena lumut (kecuali
Polytrichales) tidak mempunyai sistem pengangkut air dan makanan. Selain itu lumut tidak
mempunyai akar sejati, lumut melekat pada substrat dengan menggunakan rhizoid. Siklus
hidup lumut dan tumbuhan berpembuluh juga berbeda. Pada tumbuhan berpembuluh,
tumbuhan sesungguhnya di alam merupakan generasi sporofit, sedangkan generasi
gametofitnya sangat tereduksi. Sebaliknya pada lumut, tumbuhan sesungguhnya
merupakan generasi gametofit. Sporofit lumut sangat tereduksi dan selama
perkembangannya melekat dan tergantung pada gametofit. Ciri-ciri lumut (Gambar 5.2)
secara umum adalah sebagai berikut:
 Berwarna hijau, karena sel-selnya memiliki kloroplas (plastida).
 Struktur tubuhnya masih sederhana, belum memiliki jaringan pengangkut.
 Proses pengangkutan air dan zat mineral di dalam tubuh berlangsung secara difusi
dan dibantu oleh aliran sitoplasma.
 Hidup di rawa-rawa atau tempat yang lembab.
 Dinding sel tersusun atas selulosa.
 Gametangium terdiri atas anteridium dan archegonium.
 Daun lumut tersusun atas selapis sel berukuran kecil mengandung kloroplas seperti
jala, kecuali pada ibu tulang daunnya.

13
 Hanya mengalami pertumbuhan primer dengan sebuah sel pemula berbentuk
tetrader.
 Belum memiliki akar sejati, sehingga menyerap air dan mineral dalam tanah
menggunakan rhizoid.
 Rhizoid terdiri atas beberapa lapis deretan sel parenkim.
 Sporofit terdiri atas kapsul dan seta.
 Sporofit yang ada pada ujung gametofit berwarna hijau dan memiliki klorofil,
sehingga bisa melakukan fotosintesis.

Gambar 5.2. Tumbuhan Lumut

B. Pteridophyta
Merupakan golongan tumbuhan yang telah berkosmus (mempunyai akar, batang dan
daun). Ciri-ciri tumbuhan paku adalah memiliki 4 struktur penting, yaitu lapisan
pelindung sel (jaket steril) yang terdapat di sekeliling organ reproduksi, embrio
multiseluler yang terdapat dalam arkegonium, kutikula pada bagian luar, dan yang
paling penting adalah sistem transport internal yang mengangkut air dan zat makanan
dari dalam tanah. Sistem transpor ini sama baiknya seperti pengorganisasian transpor air
dan zat makanan pada tumbuhan tingkat tinggi. Struktur tubuh tumbuhan paku adalah
sebagai berikut (Gambar 5.3):
1) Akar: bersifat seperti akar serabut, ujungnya dilindungi kaliptra yang terdiri atas sel
– sel yang dapat dibedakan dengan sel – sel akarnya sendiri.

14
2) Batang: Pada sebagian jenis tumbuhan paku tidak tampak karena terdapat di dalam
tanah berupa rimpang, mungkin menjalar atau sedikit tegak. Jika muncul di atas
permukaan tanah, batangnya sangat pendek sekitar 0,5 m. akan tetapi ada batang
beberapa jenis tumbuhan paku seperti paku pohon /paku tiang yang panjangnya
mencapai 5 m dan kadang – kadang bercabang misalnya: Alsophilla dan Cyathea.
3) Daun: selalu melingkar dan menggulung pada usia muda. Berdasarkan bentuk
ukuran dan susunannya, daun paku dibedakan antara epidermis, daging daun, dan
tulang daun.

Gambar 5.3. Bagian tumbuhan paku

Reproduksi tumbuhan ini dapat dilakukan secara aseksual dan seksual. Secara
aseksual (vegetatif), yakni dengan stolon yang menghasilkan gemma (tunas). Gemma
adalah anakan pada tulang daun atau kaki daun yang mengandung spora. Reproduksi
secara seksual (generatif) melalui pembentukan sel kelamin jantan dan betina oleh alat –
alat kelamin (gametogonium). Gametogonium jantan (anteredium) menghasilkan
spermatozoid dan gametogonium betina menghasilkan sel telur (ovum). Seperti halnya
tumbuhan lumut, tumbuhan paku mengalami metagenesis (pergiliran keturunan) (Gambar
5.4).

15
Gambar 5.4. Siklus hidup Paku (Reece et al. 2009)

16
Perbedaan antara Bryophyta dan Pteridophyta
No Ciri-ciri Bryophyta Pteridophyta

Sangat kecil, biasanya tidak lebih dari Biasanya mencapai 1 m,


1 Ukuran
15 cm. beberapa dapat mencapai 12 cm.

Memiliki rizoid, berdaun sisik, dan


2 Struktur tubuh Memiliki akar, batang dan daun sejati
tidak memiliki batang.

3 Jaringan pembuluh Tidak ada Ada yaitu xilem dan floem

4 Fase dominan Fase gametofit Fase sporofit

5 Fase Sporofit Sporogonium Tumbuhan Paku

6 Fase Gametofit Tumbuhan Lumut Protalium

7 Tumbuhan dewasa Berupa gametofit Berupa sporofit

Talus sederhana hidup bebas dan


Protalus, tidak menarik, hidup
8 Gametofit dewasa dapat berfotosintesis, memiliki
bebas dan dapat berfotosintesis
rizoid dan struktur seperti daun.

Tergantung pada gametofit, Bentuk yang menonjol. Memiliki


9 Sporofit dewasa
mempunyai kapsul, seta dan kaki akar, batang dan daun sejati

C. Gymnospermae (Tumbuhan berbiji terbuka)


Gymnospermae berasal dari bahasa Yunani yaitu, Gymno = terbuka atau telanjang
dan sperma = biji. Anggota Gymnospermae memiliki ciri utama berupa bakal biji yang
tumbuh pada permukaan megasporafil (daun buah). Tumbuhan ini memiliki habitus semak,
perdu, atau pohon. Akarnya merupakan akar tunggang, batang tumbuhan tegak lurus dan
bercabang-cabang. Gymnospermae tidak memiliki bunga yang sesungguhnya, sporofil
terpisah-pisah atau membentuk strobilus jantan dan strobilus betina. Umumnya berkelamin
tunggal namun ada juga yang berkelamin dua. Penyerbukan pada gymnospermae hampir
selalu dengan cara anemogami (bantuan angin). Waktu penyerbukan sampai pembuahan
relatif panjang. Gymnospermae dibagi menjadi empat divisi tersendiri, yaitu:
 Cycadophyta (sebagai kelas berakhiran -psida, sehingga menjadi Cycadopsida)
 Pinophyta (Pinopsida)
 Gnetophyta (Gnetopsida)
 Ginkgophyta (Ginkgopsida)

17
Seperti halnya pada tumbuhan paku, pada gymnospermae yang biasanya kita lihat
adalah generasi sporofitnya. Generasi sporofit ini membentuk dua spora yang berbeda,
yaitu mikrospora yang akan tumbuh menjadi gametofit jantan dan makrospora yang akan
tumbuh menjadi gametofit betina. Baik makrospora dan mikrospora dibentuk pada
sporangiumnya masing-masing, yaitu makrosporangium dan mikrosporangium. Kedua
sporangium ini dibentuk pada strobilus yang terpisah, mikrosporangium pada strobilus
jantan dan makrosporangium pada strobilus betina. Pada pinus, strobilus jantan dan betina
dihasilkan pada satu pohon (dioseus). Strobilus jantan pinus, umurnya lebih pendek dari
pada strobilus betina. Di dalam strobilus jantan, terdapat mikrosporangium dan di dalam
mikrosporangium inilah terbentuk mikrospora melalui proses meiosis. Sebelum dilepas,
terjadi pembelahan mitosis yang mengahasilkan serbuk sari bersel empat yang kemudian
dilepaskan ke udara. Demikian juga di dalam makrosporangium yang terdapat pada
strobilus betina, megaspora mengalami perkembangan sehingga dihasilkan gametofit
betina. Berbeda dengan yang jantan, pada betina struktur ini tidak dilepaskan, melainkan
dipertahankan di dalam jaringan sporofit induknya. Fertilisasi antara gamet jantan dan
gamet betina terjadi di arkegonium.
Tumbuhan paku heterospora dan gymnospermae memiliki persamaan, yaitu dalam
hal pembentukan dua macam spora dan pembentukan dua macam gametofit. Akan tetapi
spora gymnospermae tidak berfungsi sebagai sarana penyebaran tanaman sebagaimana
yang terjadi pada spora tumbuhan paku. Pada gymnospermae fungsi penyebaran tanaman
diambil alih oleh biji. Setelah pembuahan zigot berkembang dengan melakukan
pembelahan mitosis, kemudian membentuk embrio yang sangat kecil sporofitnya. Di
sekitar embrio ini berkembang endosperm yang berisi cadangan makanan. Pada tanaman
gymnospremae struktur pohon dan tempat lokasi keberadaan antara strobilus jantan dan
strobilus betina sangat membantu dalam proses penyerbukan. Pada pinus strobilus jantan
berada di bagian ujung percabangan sedangkan strobilus betina berada di pangkal cabang,
kedudukan ini sangat memungkinkan terjadinya fertilisasi. Berbeda dengan tumbuhan
paku, pada gymnospermae embrio yang berkembang tidak lagi dilindung oleh generasi
gametofit, melainkan dilindungi oleh generasi sporofit induknya, bukan hanya itu, suplai
nutisi juga berasal dari induknya. Persebaran spesiesnya juga tidak lagi dengan spora
sebagaimana pada paku, namun persebaran telah diambil alih oleh biji. Berikut bagan
singkat siklus hidup antara pinus (Gambar 5.5).

18
Gambar 5.5. Siklus hidup Pinus (Reece et al. 2009)

D. Angiospermaae
Sekitar 275.000 jenis angiospermae yang telah diketahui merupakan kelompok
tumbuhan yang paling beragam dan tersebar luas. Para ahli membagi dalam dua kelas yaitu
dikotil dan monokotil. Morfologi dasar tumbuhan menunjukkan sejarah evolusinya sebagai
organisme terestrial. Tumbuhan darat harus menempati dua lingkungan yang sangat
berbeda, yaitu tanah dan udara pada waktu bersamaan dan harus mengambil sumber daya
dari keduanya. Tanah menyediakan air dan mineral, udara merupakan sumber utama CO 2
namun cahaya tidak bisa menembus jauh ke dalam tanah. Solusi evolusioner terhadap
pemisahan sumber daya ini adalah diferensiasi tubuh tumbuhan menjadi dua sistem utama
yaitu sistem akar dan sistem tunas.
Cara perkembangbiakan tanaman angiospermae dapat dilakukan secara seksual (bertemu
kedua sel kelamin (generatif)) dan aseksual yang prinsipnya melepas bagian tubuhnya (sel

19
tubuhnya). Bagian tubuh yang dilepaskan (alami) dan dibuat/dipaksa dilepas (buatan) bisa
membentuk individu baru karena adanya kemampuan: TOTIPOTENSI. Totipotensi adalah
kemampuan sel membelah, elongasi dan berdiferensiasi, sehingga sel memiliki fungsi khusus
(spesialisasi) yang akhirnya terbentuk individu yang sama dengan induknya (100%).

a. Perkembangbiakan aseksual (vegetatif)


Reproduksi aseksual (vegetatif) yaitu terjadinya calon individu baru tanpa peleburan
gamet jantan dan gamet betina. Perkembangbiakan vegetatif berdasarkan ada tidaknya
campur tangan manusia dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Vegetatif alamiah, pada perkembangbiakan ini calon individu baru terjadi tanpa
peleburan 2 buah gamet dan tanpa campur tangan manusia.
 Tunas adventif, seperti cocor bebek.
 Rizhoma = rimpang (batang yang tumbuh sejajar di bawah permukaan tanah),
seperti alang-alang.
 Umbi lapis, seperti bawang merah (Allium cepa).
 Umbi batang, seperti kentang.
 Umbi akar, seperti ubi kayu.
 Geragih atau stolon (batang yang tumbuh menjalar di atas permukaan tanah),
seperti strawberry.
2. Vegetatif buatan, merupakan perkembangbiakan dengan bantuan campur tangan
manusia, misalnya: mencangkok, menempel (okulasi), menyambung, merunduk,
mengenten, dan stek. Keuntungannya ialah mendapatkan tanaman sesuai dengan
sifat induknya dan cepat menghasilkan buah. Sedangkan kerugiannya ialah
tumbuhan tidak kokoh dan tidak tahan hidup lama.

b. Perkembangbiakan seksual (generatif)


Generatif (seksual), yaitu terjadinya calon individu baru didahului dengan peleburan
sepasang gamet. Pada tumbuhan berbiji, pembuahan didahului oleh peristiwa
penyerbukan atau persarian. Penyerbukan terjadi apabila serbuk sari sampai pada
tempat tujuannya. Pada Gymnospermae, serbuk sari sampai di tetes penyerbukan pada
bakal biji dan pada Angiospermae terjadi bila serbuk sari sampai di kepala putik.
Berhubungan dengan peristiwa penyerbukan dan pembuahan ini maka tumbuhan berbiji
memiliki alat penyerbukan yaitu serbuk sari dan kepala putik. Serbuk sari/tepung sari
terdapat pada benang sari, kepala putik terdapat pada putik

20
Penyerbukan (Polinasi) adalah jatuhnya serbuk sari yang berisi sperma ke tempat bakal
biji yang berovum. Polinasi hanya terdapat pada tumbuhan yang mempunyai serbuk sari
dan bakal biji, yaitu pada Angiospermae dan Gymnospermae.
Penyerbukan dapat dikelompokkan:
a. Asal serbuk sari
 Penyerbukan sendiri (autogami), yaitu serbuk sari berasal dari bunga yang sama.
Kalau penyerbukan terjadi selagi bunga belum mekar disebut kleistogami.
 Penyerbukan tetangga (geitonogami), yaitu serbuk sari berasal dari bunga lain pada
satu individu.
 Penyerbukan silang (alogami), yaitu serbuk sari berasal dari individu lain yang
spesiesnya sama.
 Penyerbukan bastar, yaitu serbuk sari berasal dari bunga tumbuhan yang berbeda
spesies

3. Faktor yang menyebabkan serbuk sari sampai di tempat tujuan (dengan


perantara)
 Penyerbukan dengan bantuan angin (anemogami). Ciri-ciri tumbuhannya ialah
memiliki serbuk sari yang banyak, lembut, kering dan warna mahkota tidak perlu
menarik, perhiasan bunganya tidak ada dan kalau ada hanya kecil, sederhana dan
ringan. Misalnya: pada padi-padian dan berbagai jenis rumput-rumputan.
 Dibantu oleh air (hidrogami), misalnya terjadi pada Hydrilla sp.
 Dibantu oleh hewan (zoidogami) dibedakan atas:
a) Penyerbukan dengan bantuan serangga (entomogami). Ciri tumbuhannya:
memiliki mahkota yang menarik (berwarna-warni), menghasilkan madu, atau
serbuk sari.
b) Penyerbukan dengan bantuan burung (ornitogami). Ciri tumbuhannya:
bunganya mengandung banyak madu, berukuran besar.
c) Penyerbukan dengan bantuan kelelawar (kiropterogami). Ciri tumbuhannya:
bunganya mekar pada malam hari.
d) Penyerbukan siput (malakogami). Terjadi pada tumbuhan yang sering
mendapat kunjungan dari siput.
 Dibantu oleh manusia (antropogami), karena di alam tidak ada perantara yang
cocok dalam proses penyerbukannya, misalnya pada tumbuhan vanilli.

21
Faktor-faktor yang menyebabkan tumbuhan tidak dapat mengadakan penyerbukan sendiri
(autogami) adalah:
(i) Dioseus (berumah dua), yaitu serbuk sari dan putik terletak pada individu yang
berbeda. Contoh: salak, melinjo.
(ii) Dikogami, yaitu masaknya serbuk sari dan putik tidak bersamaan
Dikogami dapat dibedakan atas:
 Protogini, yaitu putik matang lebih dulu. Contoh: coklat, alpokat.
 Protandri, yaitu serbuk sari suatu bunga masak lebih dulu. Contoh: jagung.
 Herkogami, yaitu serbuk sari tidak dapat jatuh ke kepala putik (vanili).
 Heterostili, yaitu panjang stilus dan stamen tidak sama panjang

Yang terjadi pada serbuk sari setelah penyerbukan:


1. Eksin pecah, serbuk sari membentuk buluh serbuk dan di dalamnya mengandung dua
inti yaitu inti tabung dan inti generatif. Inti generatif membelah menghasilkan dua inti
sperma. Buluh serbuk memanjang menuju mikropil. Sinergid membantu inti sperma
memasuki bakal biji melalui mikropil.
2. Dalam bakal biji satu inti sperma melebur dengan ovum, hasilnya adalah zigot diploid.
Inti sperma lainnya melebur dengan dua inti kutub membentuk inti triploid yang akan
berkembang menjadi endosperm = tempat makanan cadangan untuk lembaga (fertilisasi
ganda pada Angiospermae). Pada Gymnospermae semua inti sperma melebur dengan
ovum (fertilisasi tunggal). Cara masuknya inti sperma ke dalam bakal biji dibedakan
menjadi:
 Porogami : bila inti sperma masuk melalui mikropil
 Aporogami: bila inti sperma masuk tidak melalui mikropil, misalnya melalui
kalaza disebut Kalazogami.

Cara terbentuknya lembaga (bakal tumbuhan baru) dilakukan dengan:


· Amfiksis, bila lembaga berasal dari hasil peleburan ovum dan sperma.
· Apomiksis, bila lembaga bukan berasal dari hasil peleburan ovum dan sperma.

22
Apomiksis dapat terjadi secara:
 Partenogenesis, embrio berasal dari ovum yang tidak dibuahi.
 Apogami, embrio berasal dari bagian lain dari luar kandung lembaga tanpa dibuahi
misalnya dari sinergid.
 Embrionik adventif, embrio berasal dari sel di luar bakal biji tanpa dibuahi.
 Apomiksis dapat menyebabkan terbentuknya lebih dari satu embrio (poliembrioni)
dalam biji, sering terdapat pada biji mangga dan jeruk.
Pembuahan
Pembuahan (fertilisasi) adalah peristiwa terjadinya peleburan antara gamet jantan dan
betina. Pembuahan pada Gymnospermae dan Angiospermae berbeda, dimana pada
Gymnospermae terjadi pembuahan tunggal, sedangkan pada Angiospermae terjadi
pembuahan ganda.
1. Pembuahan Tunggal Pada Gymnospermae
Pembuahan tunggal terjadi bila setiap pembuahan (satu kali pembuahan) menghasilkan
embrio. Tumbuhan yang melaksanakan pembuahan ini mempunyai alat perkembang
biakan yang berkumpul pada satu badan yang disebut strobilus (kerucut). Strobilus
jantan kecil disebut mikrosporofil, sedangkan strobilus betina besar disebut
makrosporofil.
Jalannya pembuahan tunggal
a. Serbuk sari (mikrospora) yang sampai di tetes penyerbukan (pada strobilus betina)
terisap masuk ke ruang serbuk sari melalui mikropil. Serbuk sari ini terdiri dari sel
generatif atau sel anteridium (kecil) dan sel vegetatif atau sel tabung (besar).
b. Serbuk sari yang berada di ruang serbuk kemudian tumbuh membentuk buluh serbuk
sari menuju ruang arkegonium. Pada saat itu sel generatif membelah menjadi dua
yaitu sel dinding (dislokator) dan sel spermatogen.
c. Sel spermatogen kemudian membelah lagi membentuk dua sperma yang berambut
getar.
d. Selanjutnya sel vegetatif lenyap, sedangkan sel sperma yang berambut getar
membuahi ovum yang terdapat pada ruang arkegonium dan akhirnya terbentuklah
zigot.

23
2. Pembuahan Ganda Pada Angiospermae
Pembuahan ganda terjadi dua kali pembuahan yang menghasilkan satu embrio dan
endosperm.

Jalannya pembuahan ganda


Sebelum pembuahan ini terjadi, terlebih dahulu ada perubahan perubahan pada benang sari
dan pada putik, antara lain:
a. Perubahan pada putik
Di ruang bakal biji (ovul) sel kandung lembaga dalam nuselus membelah menjadi 4, 3
di antaranya kemudian menyusut dan yang satu lagi menjadi sel calon kandung lembaga
primer. Inti sel calon kandung lembaga primer membelah menjadi 2 dan masing-masing
menuju kutub. Kemudian masing-masing membelah lagi 2 kali berturut-turut sehingga
terbentuk 8 inti.
 Di dekat mikropil terdapat 3 inti yang menempatkan diri pada dinding disebut
antipoda.
 Sedangkan inti yang satu lagi menuju ketengah bergabung dengan satu inti yang
lain dan membentuk inti kandung lembaga sekunder (polar nuclei = inti polar).
 Di dekat mikropil terdapat 3 inti yang menempatkan diri pada dinding bagian
tengah disebut sel telur, sel pengapitnya disebut sinergid. Dalam keadaan seperti
inilah putik siap dibuahi.
Setelah proses meiosis berlangsung dalam kotak sari maka akan dihasilkan butir
serbuk sari (polen). Serbuk sari mempunyai 2 membran, membran luar (ektin) dan
membran dalam (intin). Serbuk sari ini mempunyai 2 inti yakni, inti vegetatif (inti tabung)
dan inti generatif. Serbuk sari yang jatuh di kepala putik setelah beberapa saat akan
berkecambah (tumbuh). Ektinnya pecah dan inti membuat buluh serbuk sari
(pollentube=buluh serbuk sari). Jadi dalam buluh serbuk sari terdapat inti vegetatif pada
bagian depan dan inti generatif di bagian belakang.
Perkembangan berikutnya inti generatif membelah lagi menjadi 2 inti generatif (inti
sel sperma) tanpa rambut getar. Inti generatif yang di depan disebut inti generatif I (di
belakang inti vegetatif) dan inti generatif yang berada di belakang inti generatif I disebut
inti generatif II (inti sperma II). Jadi pada buluh serbuk (tabung serbuk sari) sekarang
dijumpai 3 inti dan telah siap untuk mengadakan pembuahan (Gambar 5.6).

24
Gambar 5.6. Siklus hidup Angiospermae (Reece et al. 2009)

25
VI. FOTOSINTESIS

Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau energi
yaitu glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri dengan
menggunakan zat hara, karbondioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan energi cahaya
matahari. Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi yang dihasilkan dalam
fotosintesis. Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi.
Fotosintesis juga menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer bumi.
Organisme yang menghasilkan energi melalui fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut
sebagai fototrof. Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam
fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul
penyimpan energi. Cara lain yang ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah
melalui kemosintesis, yang dilakukan oleh sejumlah bakteri belerang.
Proses fotosintesis tidak dapat berlangsung pada setiap sel, tetapi hanya pada sel
yang mengandung pigmen fotosintetik. Sel yang tidak mempunyai pigmen fotosintetik ini
tidak mampu melakukan proses fotosintesis. Pada percobaan Jan Ingenhousz, dapat
diketahui bahwa intensitas cahaya memengaruhi laju fotosintesis pada tumbuhan. Hal ini
dapat terjadi karena perbedaan energi yang dihasilkan oleh setiap spektrum cahaya. Di
samping adanya perbedaan energi tersebut, faktor lain yang menjadi pembeda adalah
kemampuan daun dalam menyerap berbagai spektrum cahaya yang berbeda tersebut
Perbedaan kemampuan daun dalam menyerap berbagai spektrum cahaya tersebut
disebabkan adanya perbedaan jenis pigmen yang terkandung pada jaringan daun. Di dalam
daun terdapat mesofil yang terdiri atas jaringan bunga karang dan jaringan pagar Pada
kedua jaringan ini, terdapat kloroplas yang mengandung pigmen hijau klorofil. Pigmen ini
merupakan salah satu dari pigmen fotosintesis yang berperan penting dalam menyerap
energi matahari.
Tumbuhan bersifat autotrof. Autotrof artinya dapat mensintesis makanan langsung
dari senyawa anorganik. Tumbuhan menggunakan karbon dioksida dan air untuk
menghasilkan gula dan oksigen yang diperlukan sebagai makanannya. Energi untuk
menjalankan proses ini berasal dari fotosintesis. Perhatikan persamaan reaksi yang
menghasilkan glukosa berikut ini:
6H2O + 6CO2 + cahaya → C6H12O6 (glukosa) + 6O2

26
Glukosa dapat digunakan untuk membentuk senyawa organik lain seperti selulosa
dan dapat pula digunakan sebagai bahan bakar. Proses ini berlangsung melalui respirasi
seluler yang terjadi baik pada hewan maupun tumbuhan. Secara umum reaksi yang terjadi
pada respirasi seluler berkebalikan dengan persamaan di atas. Pada respirasi, gula
(glukosa) dan senyawa lain akan bereaksi dengan oksigen untuk menghasilkan karbon
dioksida, air, dan energi kimia.
Tumbuhan menangkap cahaya menggunakan pigmen yang disebut klorofil. Pigmen
inilah yang memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat dalam organel yang
disebut kloroplas. Klorofil menyerap cahaya yang akan digunakan dalam fotosintesis.
Seluruh bagian tubuh tumbuhan yang berwarna hijau mengandung kloroplas, namun
sebagian besar energi dihasilkan di daun. Di dalam daun terdapat lapisan sel yang disebut
mesofil yang mengandung setengah juta kloroplas setiap milimeter perseginya. Cahaya
akan melewati lapisan epidermis tanpa warna dan yang transparan, menuju mesofil, tempat
terjadinya sebagian besar proses fotosintesis. Permukaan daun biasanya dilapisi oleh
kutikula dari lilin yang bersifat anti air untuk mencegah terjadinya penyerapan sinar
matahari ataupun penguapan air yang berlebihan.

27
VII. STRUKTUR DAN FUNGSI HEWAN

Jaringan
Jaringan yaitu sekumpulan sel-sel yang biasanya memiliki sifat-sifat morfologis
dan fungsi yang sama. Pada hewan multiseluler, dikenal ada empat jenis jaringan dasar,
yaitu (1) jaringan epitel, (2) jaringan penyambung atau jaringan ikat, (3) jaringan otot, dan
(4) jaringan saraf. Keempat jaringan dasar tersebut masih dapat dipecah menjadi berbagai
jenis jaringan.

Jaringan Epitel: Jaringan epitel yaitu jaringan yang terdiri atas sel-sel yang biasanya
bentuknya sama yang berkumpul dengan sangat erat dengan bahan ekstra seluler atau
matriks yang sangat sedikit. Jaringan epitel dapat mengalami pelipatan ke dalam atau
invaginasi menembus jaringan di bawahnya, dan berkembang menjadi sel-sel sekresi atau
sel-sel kelenjar. Jaringan epitel dibentuk dari ketiga lapisan lembaga, yaitu ektoderem,
endoderem, dan mesoderem. Ciri-ciri umum jaringan epitel, antara lain sebagai berikut:
1. Sel-sel penyusunnya saling berikatan erat sehingga membentuk lapisan sel.
Biasanya batas antar selnya sulit dilihat.
2. Bentuk sel dan bentuk inti bervariasi.
 Epitel kubus (kuboidal): inti bulat
 Epitel pipih (gepeng, skuamosa): inti bulat panjang tersusun horizontal.
 Epitel silindris (batang, kolumnar): inti bulat panjang tersusun vertical.
3. Mempunyai lamina basalis. Pada permukaan basal semua jaringan epitel terdapat
suatu struktur ekstra sel berupa lapisan tipis yang disebut lamina basalis yang
berfungsi sebagai pelekat dan pengait jaringan epitel ke jaringan pengikat di
bawahnya, dan sebagai penyalur nutrisi.
4. Mempunyai permukaan sel yang disesuaikan dengan fungsinya.
 Mikrovilli: merupakan tonjolan-tonjolan sel berdiameter 0.08 m, panjang
1 m yang salah satunya terdapat pada jonjot usus halus. Mikrovilli berfungsi
untuk memperluas permukaan sel untuk absorbsi zat.
 Silia: merupakan tonjolan-tonjolan sel berdiameter 0,2 m, panjang 8 m,
dapat ditemukan pada tuba Rahim. Berfungsi untuk pergerakan atau tranpor zat.
 Stereo silia: merupakan mikrovilli yang besar dan panjang yang dapat
ditemukan salah satunya pada rongga saluran reproduksi jantan. Berfungsi

28
untuk memperluas permukaan sel.
 Flagella: merupakan tonjolan sel berdiameter 0,6 m, panjang 30 m, dan
terdapat pada spermatozoid. Berfungsi untuk pergerakan.
 Interdigitasi: merupakan cekukan-cekukan kecil dipermukaan sel yang
berbentuk seperti jari dan terdapat pada sel-sel absorptive saluran urin dalam
ginjal. Berfungsi untuk memperkuat pelekatan sel sejaringan.

Menurut struktur dan fungsinya, jaringan epitel dibagi menjadi dua golongan
utama, yaitu epitel penutup dan epitel kelenjar. Selain itu, juga terdapat dua macam epitel
khusus, yaitu epitel persarafan dan epitel pergerakan.
1. Jaringan epitel penutup (covering epithelia) merupakan jaringan epitel yang sel-selnya
tersusun seperti lapisan yang menutupi permukaan luar atau melapisi rongga-rongga
tubuh. Jaringan ini dapat dibagi lagi menurut jumlah lapisan sel dan bentuk sel-sel
penyusunnya (Tabel 7.1). Epitel sederhana atau epitel berlapis tunggal hanya
mengandung satu lapisan sel; epitel berlapis banyak mengandung lebih dari satu lapisan
sel. Disamping itu terdapat epitel berlapis semu, yaitu epitel yang tersusun atas selapis
sel dengan ketinggian sel yang tidak sama, tidak semua sel mencapai permukaan, tetapi
semua sel melekat pada membran basal. Pada kandung kemih misalnya, terdapat epitel
transisional, tersusun atas sel-sel yang aga membulat. Ketika kandung kemih meregang
karena terisi urin, sel-sel epitel akan berubah menjadi agak pipih.
2. Jaringan epitel kelenjar (glandular epithelia) dibentuk oleh sel-sel khusus, menghasilkan
sekret atau getahan cair yang berupa enzim, hormon, musin, atau lemak. Kelenjar yang
mempunyai saluran pengeluaran (duktus) unutk menyalurkan hasil sekresinya, disebut
kelenjar eksokrin. Kelenjar yang tidak mempunyai saluran pengeluaran disebut kelenjar
endokrin atau kelenjar buntu, sekretnya berupa hormon dilepaskan langsung ke dalam
pembuluh darah. Beberapa organ dapat berperan sebagai kelenjar eksokrin dan endokrin
sekaligus, misalnya hati dan pankreas. Kelenjar eksokrin mengandung sel-sel penghasil
sekret (bagian sekretori) dan duktus kelenjar atau saluran pengeluaran untuk
menyalurkan hasil sekresinya.

29
Tabel 7.1. Tipe dan distribusi epitel penutup
Berdasarkan jumlah Berdasarkan
Distribusi
lapisan sel bentuk sel
Pipih Melapisi pembuluh darah (endo-tel),
lapisan serosa rongga (meso-tel) dari
Sederhana (berlapis pericardium, pleura, perironeum.
tunggal/ simple epithelia)
Kubus Melapisi ovarium, tiroid
Silindris Melapisi usus, kandun empedu
Berlapis semu Silindris Melapisi trakea, bronkus, rongga hidung.
(pseudostratified epithelia)
Berlapis banyak (stratified Pipih menanduk Kulit
epithelis) Pipih tidak Rongga mulut, esophagus, vagina
menanduk
Kubus Kanalis analis. Folikel ovarium yang
sedang berkembang.
Silindris Konjungtiva
 Transisional Kandung kemih, ureter, kaliks ginjal

Jaringan ikat
Darah merupakan jaringan ikat longgar yang terdiri atas sel-sel darah yang terdapat dalam
matriks plasma darah. Darah berperan dalam mengantarkan oksigen dan sari makanan ke
seluruh bagian tubuh yang membutuhkan. Sumsum merah tulang membentuk sel-sel darah
baru secara berkelanjutan karena sel-sel darah yang sudah tua dihancurkan.

Plasma darah
Plasma darah memiliki warna kekuningan, Penyusunnya 90% adalah air dan 10% adalah
protein, nutrisi dan ion-ion. Plasma darah dapat dipisahkan dengan sel-sel darah melalui
proses sentrifugasi. Darah dimasukkan salam tabung kemudian dirotasikan dengan
kecepatan tinggi agar sel-selnya mengendap dan terpisah dari plasmanya. Plasma darah
akan terletak di atas, sedangkan sel-sel darah akan mengendap di bawah.

Sel-sel darah
Sel darah terdiri dari 3 macam sel darah, yaitu eritrosit (del darah merah), leukosit (sel
darah putih), dan trombosit (keping darah). Sel darah dibentuk di sumsum merah tulang,
terutama di tulang rusuk, tulang dada, dan tulang belakang. Eritrosit akan mengikat
oksigen untuk diedarkan. Leukosit berperan dalam pertahanan tubuh, dan trombosit
berperan dalam pembekuan darah.

30
Jaringan saraf

Jaringan saraf merupakan komponen jaringan utama dari sistem saraf. Sistem saraf
berfungsi untuk mengatur dan mengontrol fungsi tubuh dan aktivitas yang terdiri dari dua
bagian: sistem saraf pusat (SSP) yang terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang, dan
percabangan saraf perifer dari sistem saraf tepi (SST). Jaringan ini terdiri
dari neuron atau sel-sel saraf, yang menerima dan mengirimkan impuls, dan neuroglia,
yang juga dikenal sebagai sel-sel glial atau lebih sering hanya sebagai glia (dari bahasa
Yunani, yang berarti lem), yang membantu menghantar impuls saraf serta
memberikan nutrien bagi neuron. Jaringan saraf terdiri dari berbagai jenis sel-sel saraf
(neuron). Neuron adalah sel-sel dengan fitur khusus yang memungkinkannya untuk
menerima dan memfasilitasi impuls saraf atau potensial aksi, melalui membran ke neuron
berikutnya. Neuron memiliki badan sel yang besar (soma), dengan sel proyeksi yang
disebut dendrit dan akson.

31
VIII. REPRODUKSI PADA HEWAN

Reproduksi pada hewan terjadi secara aseksual dan seksual. Reproduksi seksual
melibatkan proses meiosis (dimana terjadinya proses pembentukan sel-sel kelamin) dan
fertilisasi (pembuahan). Setiap individu terbentuk dari peleburan sel kelamin jantan
(spermatozoa) dengan sel kelamin betina (ovum) yang disebut zigot. Gambar 8.1
menyajikan contoh anatomi reproduksi kelamin jantan lebah madu. Dari zigot sampai
terbentuknya blastula belum terjadi penambahan ukuran/volume individu. Pada proses
pembelahan, zigot akan membelah menjadi beberapa sel yang kecil -kecil dan
mengumpul menjadi satu massa sel yang berbentuk bola dengan ukuran yang hampir
sama dengan zigot.

Gambar. 8.1 Anatomi reproduksi lebah madu jantan

Mekanisme reproduksi aseksual yang beraneka ragam membuat hewan


menghasilkan keturunan yang identik. Siklus dan pola reproduksi hewan sangat bervariasi.
Mekanisme reproduksi seksual, baik fertilisasi internal maupun eksternal bergantung pada
mekanisme yang menjamin bahwa sperma dewasa menemukan telur yang fertil dari
spesies yang sama. Spesies yang melakukan fertilisasi internal umumnya menghasilkan
zigot yang lebih sedikit, tetapi memberikan lebih banyak perlindungan parental
dibandingkan dengan spesies yang melakukan fertilisasi eksternal.

32
IX. KEANEKARAGAMAN DAN KLASIFIKASI

Hewan dikelompokkan atas dua kelompok yaitu Avertebrata (tidak mempunyai


tulang belakang) dan Vertebrata (memiliki tulang belakang). Masing-masing kelompok
memiliki keanekaragaman yang tinggi. Pengklasifikasian hewan dapat dilakukan
berdasarkan cirri morfologi dari tiap individu, sehingga didapat jenis yang berbeda. Secara
internasional pemberian nama jenis digunakan bahasa latin (nama ilmiah) yang terdiri dari
dua suku kata (Sistim Binomial).

33
X. EKOSISTEM

Organisme merupakan komponen yang hidup yang membentuk lingkungan biotik,


sedangkan komponen-komponen fisik membentuk lingkungan abiotik. Organisme-
organisme saling berinteraksi satu sama lain, dan juga berinteraksi dengan unsur-unsur
abiotik yang ada di sekelilingnya. Jadi organisme-organisme dan komponen-komponen
fisik lingkungan menyusun sebuah sistem ekologi atau ekosistem. Dengan kata lain
ekosistem adalah kesatuan yang dinamis terdiri dari komunitas berbagai species yang
berinteraksi dengan lingkungannya baik biotik maupun abiotik (materi dan energi). Ciri
ekosistem antara lain mempunyai sumber energi yang konstan, menyimpan energi dalam
bentuk materi organic, terdapat aliran energi, terdapat daur materi secara
berkesinambungan.
Berdasarkan habitatnya, ekosistem dibedakan atas ekosistem daratan (terestrial)
seperti hutan, padang rumput, semak belukar, tegalan, pekarangan, dll, dan ekosistem
perairan (akuatik) yang dibedakan air tawar dan air asin seperti sungai, kolam, danau, rawa
dan lautan.

34

Anda mungkin juga menyukai