Anda di halaman 1dari 8

PEMBUATAN MIE KERING DENGAN FORTlFIKASI

TEPUNG TULANG RAWAN AYAM PEDAGING


Agustin, I., S. Simamora & Z . Wulandari
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor
(Diterima 07-06-2003; disetujui 05-08-2003)

Broiler c&ge meal hirs high protein and minerals content, especially calsium and phosphor, but intend metabolism hasn't
know yet. Noodle pFoducta commonly doesn't have a balanced nutritional composition, that the proportion of carbohydrrte relatively
higher than another nutritiold content. This reseurh conducted to study physical characteristicInutritional composition and panebt'a
acceptability of dry noodle which is f d c a t i o n with chicken urtilage meal. This research consisted of two stages: (The
l) making of
broiler urtilage meal, (2) PIE,5% 10°/0 and 15% broiler cartilage meal foaification to the making of dry noodle. The result of mearch
showed that noodle with 5./0 broiler cartilage meal fortification has high nutritional content and has good physical dmmcbrMce.
Beside that, the panelists commonly like the noodle with SYObroiler caxtjlage meal fotification.
Key words: dry noodle' foaification, broiler &ge meal.

PENDAHULUAN lainnya. Oleh sebab itu perlu dilakukan usaha


peningkatan kandungan gizi dari mie kering terutama
Hasil-ikutan (by-products) ternak merupakan kandungan protein dan mineral.
salah satu potensi dari subsektor petemakan yang Salah satu alternatif untuk menambah
sampai saat ini masih belum banyak dimanfaatkan, kandungan gizi yang terdapat dalam mie kering, yaitu
khususnya untuk industri pangan. Tulang, tulang dengan jalan memodifikasi bahan baku dalam
rawan dan daging dari sisa deboning di industri pembuatannya. Penggunaan tepung terigu yang
pangan hasil ternak dan rumah pemotongan ayam dif0-i dengan tepung tulang rawan ayam
adalah contoh hasil-ikutan ternak yang cukup besar pedaging akan dapat memecahkan permasalahan
peluangnya untuk dapat diolah kembali menjadi kelengkapan kandungan gizi dalam produk mie
produk baru yang mempunyai nilai ekonomis lebih kering, terutama kandungan protein dan mineral.
tinggi. Akan tetapi, sistem metabolisme protein dan mineral
Sisa deboning yang banyak didapatkan dari tepung tulang rawan ayam pedaging dalam tubuh
industri pangan hasil ternak adalah tulang ayam masih belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk
pedaging bagian paha dengan umur potong yang mempelajari kandungan nutrisi, sifat fisik dan sifat
singkat berkisar W3 minggu. Tulang rawan ayam organoleptik mie kering yang difortifikasi dengan
pedaging dari bagian paha diperoleh dari bagian tepung tulang rawan ayam pedaging.
ujung tulang yang banyak mengandung mineral dan
protein. Pengolahan tulang rawan menjadi tepung MATERI DAN METODE
dapat mempertahankan kandungan gizi di dalamnya.
Menurut penelitian Hardianto (2002), tepung tulang Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium
rawan mempunyai kandungan protein 7l,93% BK, Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan IPB pada
mineral khususnya kalsium 3,14%, dan fosfor 1,86%. bulan Februari 2003 sampai bulan Juni 2003.
Tepung tulang rawan dapat dimanfaatkan lebih lanjut Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu (1)
untuk pengolahan pangan lain dengan harapan dapat Pembuatan tepung tulang rawan ayam pedaging, (2)
meningkatkan nilai gizi dari suatu produk pangan. Fortifikasi tepung tulang rawan ayam pedaging
Akhir-akhir ini penggunaan mie mulai disukai sebanyak OX, 5%,lo%,dan 15%pada pembuatan mie
oleh sebagian masyarakat aebagai pengganti nasi kering.
karena dianggap lebih praktis, mudah diolah dan Pembuatan tepung tulang rawan yang ditaku-
cepat disajikan dibanding mi. Produk mie khusus- kan mengacu pada Hardianto (2002), yaitu pengum-
nya mie kering yang ada sekarang ini kurang pulan tulang rawan dari PT. Sierad Produce.
didukung oleh nilai gizi yang seimbang. Proporsi Kemudian tulang dimasak pada suhu 80°C selama * *
penggunaan terigu yang kaya karbohidrat relatif lebih 60 menit. Pelunakan tulang rawan dengan mengguna-
dominan dibandingkan dengan proporsi zat gizi kan presto (alat bertekanan) pada suhu 120°C dengan
Med. Pet. Vol. 26 No.2

tekanan dua atmosfer selama dua jam. Penggdmgan komposit dilakukan analisis secara deskriptif.
tulang rawan dilakukan dengan blender, lalu dikering- Pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati
kan, dan diayak untuk memperkecil dan menye- dianalisis dengan menggunakan sidik ragam. Bila
ragamkan ukuran tepung. sidik ragam menunjukkan perbedaan yang nyata,
Cara pembuatan mie kering mengacu pada maka dilanjutkan dengan Uji Duncan (Steel & Torrie,
Astawan (2002). Formulasi bahan sesuai perlakuan 1995). Data kuantitatif hasil uji organoleptik dianalisis
ditambah dengan campuran 5 g air abu (K2C03, secara statistika non parametrik dengan uji Kruskal
NazC03 dan KH2P04), garam 15 g, telur 75 g (dua Wallis (Steel & Torrie, 1995), dan jika hasilnya berbeda
butir) d m ditambahkan air sebanyak 280-320 ml, lalu nyata dilanjutkan dengan uji banding rataan rangking
diaduk dengan mesin pencampur selama 10-20 menit, (mean compm-kson rank test) yang dikembangkan oleh
diistirahatkan sekitar 10 menit. Mie dikukus selama 15 Gibbons (1975).
menit dalam alat pengukus dan dikeringkan dalam
pengering kabinet selama dua jam pada suhu 70°C . HASIL DAN PEMBAHASAN
Peubah yang diamati pada penelitian ini yaitu ?.
kandungan nutrisi, sifat fisik dan sifat organoleptik Kandungan Nutrisi Mie Kering
dari produk mie kering. Uji kandungan nutrisi
Kandungan nutrisi mie kering dengan fortifi-
meliputi kadar air (AOAC, 1995), abu (AOAC, 1995),
kasi tepung tulang rawan ayam pedaging dapat
protein kasar (AOAC, 1995), lemak (AOAC, 1995)
dilihat pada Tabel 1. Kadar air mie kering baik
karbohidrat (by-difference),kalsium (Apriyantono et d.,
dengan atau tanpa fort8ikasi tepung tulang rawan
1989) dan fosfor (Apriyantono et d., 1989). Sifat fisik
ayam pedaging berkisar antara 10,61%sampai 11,4596.
yang diuji adalah warm (Soekarto, 1990), kerapuhan
Menurut Dewan Standarisasi Nasional (1992), kadar
(Ins)ronFood Tester t i p 1440), densitas kamba (Anwar,
air untuk mie kering Mutu I maksimual896 dan 10%
1990), derajat gelatinisasi (Wooton. et al., 197l) dan
untuk Mutu 11. Hal ini menunjukkan bahwa kadar air
sifat arnilografi (Eardiaz, et al., 1992). Sifat organo-
produk mie kering ini tidak dapat dimasukkan ke
leptik yang diamati penerimaan umum dari mie
dalam semua tingkatan mutu tersebut. Tingginya
kering dengan fortifikasi tepung tulang rawan ayam
kadar air yang terkandung dalam mie kering dapat
*aging. disebabkan karena adanya air terikat (Winarno, 1997)
Rancangan percobaan yang digunakan adalah
pada protein tepung tulang rawan ayam pedaging
rancangan acak lengkap (RAL) pola searah dengan
yang sulit dihilangkan pada saat pengeringan.
empat kali ulangan untuk peubah yang diuji secara
ulangan, sedangkan peubah yang diuji secara

Tabel 1.Kandungan nutrisi mie kering dengan fortifikasi tepung tulang rawan ayam pedaging

Kandungan nutrisi Fortifikasi tepung tulang rawan ayam pedaging


0 5 10 15
(% BK) (% BK) (% BK) (% BK)
Kadar air (% BB) 10,61 11,45 11,42 11,36
Kadar abu 1,62 579 3,46 3,m
Kadar kalsium O,llM,04A Of27M,O5B 0,53M,W 0,72Mf05D
Kadar fosfor 0,35 0,37 Of43 0,52
Kadar protein 12,98*0,57A 14,99kOf49A 16,47*1,W 17,88M,%B
Kadar lemak 030 0,49 0 3 097
Kadar karbohidrat 74,49 7028 67,69 64,99
Sumber : Hasil analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak,
Fakultas Peternakan, IPB, April (2003) superskrip huruf besar yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan hasil berbeda sangat nyata (P<0,01)
Med. Pet. Vol. 26 No.2

Semakin tinggi tingkat fortifikasi tepung tulang Kadar protein mie kering yang dihasillcan
rawan ayam yang diberikan ternyata dapat mening- semakin tinggi dengan semakin tingginya fortifikasi
katkan kadar a h dari mie kering, berkisar antara tepung tulang rawan ayam pedaging yang diberikan
1,62% sampai 3,80%. Hasil ini terjadi karena bahan (Tabel 1). Seluruh tingkat fortifikasi tepung tulang
baku tepung tulang rawan ayam pedaging mengan- rawan ayam pedaging menghasilkan mie kering yang
dung kadar a h yang tinggi yaitu sebanyak 10,73% mengandung protein sesuai dengan Dewan
(Hardianto, 2002). Kadar abu dari produk mie kering Standarisasi Nasional (1992), baik pada Mutu I (min
dapat dilihat pada Tabel 1. Kadar a h dari fortifikasi 11%)dan Mutu II (min 8%).
tepung tulang rawan 10% dan 15% melebihi batas Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa tingkat
maksimal yang ditentukan oleh Dewan Standarisasi fortifikasi tepung tulang rawan ayam yang berbeda
Nasional(1992) yang menyebutkan, bahwa kadar abu ternyata memberikan pengaruh yang sangat nyata
mie kering maksimum 3%. (P<O,Ol) terhadap kandungan protein mie kering yang
Mie kering dengan fortifikasi tepung tulang dihasilkan. Hasil uji h q u t Duncan menunjukkan
r a m ayam pedaging mempunyai kandungan bahwa kadar protein mie kering dengan tingkat
kalsium yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan fortifikasi tepung tulang rawan ayam pedaging 0%,
mie kering tanpa fortifikasi (Tabel 1). Hasil sidik 5% dan 10%tidak berbeda, akan tetapi ketiga tingkat
ragam menunjukkan bahwa tingkat fortifikasi tepung fortifikasi tersebut berbeda dengan fortifikasi 15%.
tulang rawan ayam yang berbeda ternyata memberi- Kadar lemak mie kering dapat dilihat pada
kan pengaruh yang sangat nyata (P<O,O1) terhadap Tabel 1, dimana pada fortifikasi 10% sudah dapat
kandungan kalsium mie kering yang dihasilkan. Hasil meningkatkan kadar lemak mie kering dari O,W%
uji Duncan menunjukkan bahwa terjadi perbedaan (kontrol) menjadi 0,%%. Fortifikasi tepung tulang
kandungan kalsium untuk semua perlakuan yang rawan ayam pedaging dapat memperkaya lemak
ada. dalam produk mie kering yang dihasilkan, sehingga
Rataan kandungan kalsium dalam mie kering dapat meningkatkan rasa gunhnya. H a d analisis
berkisar antara O,11% sampai O17l%. Mie kering kimia menunjukkan bahwa kadar karbohidrat mie
dengan fortifikasi tepung tulang rawan sebesar 5% kering semakin menurun dengan semakin meningkat-
mengandung kalsium 0,27%, yang artinya ada 0,27 g nya fortifikasi tepung tulang rawan yang diberikan
(270 mg) kalsium dalam 100 g mie kering. Kalsium (Tabel 1).
dalam mie kering dengan fortifikasi tepung tulang
rawan ayam sebesar 5% secara perhitungan nilai gizi Sifat Fisik Mie Kering
dapat digunakan untuk menyuplai kebutuhan
Pengamatan sifat fisik bertujuan untuk
kalsium tubuh manusia dewasa yang rata-rata 800
mengetahui perubahan fisik yang terjadi pada mie
mg/hari (Muchtadi et al., 1993), selain kalsium dari
kering yang difortifikasi dengan tepung tulang rawan
makanan lain. Akan tetapi, kalsium yang berasal dari
ayam pedaging. Sifat fisik yang diamati adalah
tepung tulang rawan masih belum diketahui secara
kerapuhan, densitas kamba, warna, derajat gelatini-
pasti metabolismenya di dalam tubuh.
sasi dan sifat amilografi.
Seiring dengan semakin tingginya tingkat
Hasil pengukuran terhadap kerapuhan mie
fortifikasi tepung tulang rawan ayam yang diberikan
kering dapat dilihat pada Gambar 1. Hasil sidik
juga dapat meningkatkan kadar fosfor dari mie kering
ragam menunjukkan bahwa kerapuhan mie kering
yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena kan-
tidak memberikan perbedaan yang nyata pada ber-
dungan fosfor tepung tulang rawan sebagai bahan
bagai tingkat fortifikasi tepung tulang rawan ayam.
baku sudah cukup tinggi yaitu sebesar 1,86%
Rataan umum dari uji kerapuhan mie kering adalah
(I-Iardianto, 2002). Kadar fosfor mie kering dapat
2,93*1,26 kg/mrn/g dengan koefisien keragaman
dilihat pada Tabel 1. Kandungan fosfor dalam mie
sebesar 0,43.
kering berkisar antara 0,35% sampai 0,52%.
Med. Pet. Vol. 26 No.2

Forti6kasi Tepung Tuhg Rawan (%)

Gambar 1. Rata-rata hasil uji kerapuhan mie kering

Fortifikasi tepung tulang rawan yang semakin bahan penght, sehingga adonan yang dihasilkan
meningkat menyebabkan adanya kecenderungan lebih kohesif, kuat dan tidak mudah putus. Hasil
meningkainya nilai kekerasan mie kering. Hal ini pengujian densitas kamba dari mie kering dapat
disebabkan karena kandungan kolagen yang terdapat dilihat pada Gambar 2.
dalam tepung tulang rawan bisa berfungsi sebagai

Fortifikasi Tepung Tuhng Rawan (%)


Gambar 2 Rata-rata hasil uji densitas kamba mie kering

Berdasarkan hasil sidik ragam dapat diketahui Menurut Soekarto (1990), notasi wama L
bahwa fortifikasi tepung tulang rawan ayam tidak menyatakan kecerahan (light) yang mempunyai nilai
berbeda nyata terhadap densitas kamba. Rataan berkisar antara 0-100 dari hitam ke putih. Notasi
umurn nilai densitas kamba yang diperoleh pada warna a menyatakan warm kromatik campuran
penelitian ini adalah 0,14f0,02 g/ml dengan koefisien merah-hijau (Soekarto, 1990). Nilai notasi warna a
keragaman 0,0003. bernilai positif untuk-warna merah yang berkisar
Hasil pengujian warna yang diperoleh dari antara 0-80 cia. bernilai negatif untuk wama hyau
penelitian ini hampir sama dengan s&tem notasi yang berkisar antara 0 - (-80). Notasi warna selanjut-
warna Hunter, yaitu dicirikan dengan tiga notasi nya adalah notasi warm b yang menyatakan warna
warna L, a dan b. Nilai ini dapat diketahui dari hasil kekuningan atau kebiruan. Nilai positif berkisar dari
perhitungan x, y dan Y yang diperoleh dari tampilan 0-70 untuk warna kuning, sedangkan nilai negatif
angka yang dihasilkan alat Kromameter. Nilai warna menunjukkan warna biru berkisar dari 0-(-70).
L, a dan b dapat dilihat pada Tabel 2
Med. Pet. Vol. 26 No.2

Tabel 2 Rata-rata nilai uji obyektif terhadap warna rnie kering


-

Fortifikasitepung tulang rawan ayam (%) Nilai L Nilai a Nilaib


0 . 84,8%10,45A -3,4M,46A 42,8S5,53A
5 75,1W116B -1,67fO,OSB 37,4%1,36B
10 69,0733,70B -1,13iO,32C 33,88f2,05B
15 I 68,21*1,75B -0,28iO,18D 33,37fl,01B I
Keterangan: superskrip huruf besar yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil berbeda sangat
nyata (PC0,Ol)

Berdasarkan sidik ragam diperoleh bahwa ada tulang rawan ayam pedaging berbeda dengan rnie
perbedaan yang nyata (P<0,01) pada kecerahan wama kering tanpa fortifikasi.
mie kering yang dihasilkan akibat adanya fortifikasi Derajat gelatinisasi adalah rasio antara pati
tepung tulang rawan. Kecerahan warna dari mie yang tergelatinisasi dengan total pati (Wooton et al.,
kering sangat dipengaruhi oleh bahan baku yang 197l). Menurut Muchtadi et al. (1988), gelatinisasi
digunakan untuk adonan rnie kering. Menurut dipengaruhi oleh bahan mentah yaitu ukuran granula,
Hardianto (2002), derajat putih tepung tulang rawan rasio antara amilosa dan amilopektin serta komponen-
tergolong rendah (44,30%), sehingga dapat mempe- komponen dalam bahan pangan seperti kadar air,
ngaruhi produk akhir yang dihasilkan. Selain itu, saat gula, protein, lemak dan serat kasar. Derajat gelatini-
pengeringan dapat terjadi reaksi Maillard antara gula sasi rnie rebus tanpa fortifikasi tepung tulang rawan
pereduksi dengan asam amino dari protein yang ayam pedaging adalah 3,03%, sedangkan derajat
menghasilkan melanoidin yang berwarna coklat gelatinisasi mie rebus yang difortifikasi dengan
(Winamo, 1997). Oh et al. (1985) menyatakan, bahwa tepung tulang rawan yang paling tinggi adalah pada
wama mie kering akan menjadi gelap dengan tingkat 5% yaitu menghasilkan derajat gelatinisasi
meningkatnya kadar protein. Sedangkan Kruger et al. sebesar 3,22%. Hal ini diduga karena pada tingkat
(1994) menyatakan bahwa kecerahan dari mie sangat fortifikasi tersebut terjadi reaksi antara kolagen, pati
dipengaruhi oleh daya serap air. dan air yang optimum. Kolagen disusun oleh struktur
Hasil uji notasi warna a pada mie kering pada heliks tiga untai (triple helix) yang saling bergulung
Tabel 2 menunjukkan bahwa fortifikasi tepung tulang dan memiliki ukuran yang sama (Lehninger, 1982).
rawan ayam menyebabkan warna mie kering dari Penambahan tulang rawan pada tingkat yang
warna yang cenderung hijau mengarah menjadi lebih tinggi yaitu 10% dan 15% menurunkan derajat
cenderung berwarna merah, karena nilai notasi wama gelatinisasi. Hal ini terjadi diduga karena dengan
a yang dihasilkan rendah. Hasil sidik ragam nilai penambahan tepung tulang rawan akan meningkat-
notasi wama a mie kering menunjukkan bahwa kan kandungan protein (16,47*1,09% untuk tingkat
tingkat fortifikasi yang berbeda memberikan h a i l fortifikasi 10% dan 17,88H,%% untuk tingkat fortifi-
yang berbeda sangat nyata (P<0,01). kasi 15%)dan lemak (O,%% untuk tingkat fortifikasi
Hasil analisis notasi wama b dari mie kering 10% clan 0,9796 untuk tingkat fortifikasi 15%),
menunjukkan bahwa produk mie kering yang dihasil- sehingga dapat menurunkan derajat gelatinisasi pati
kan berwama kuning, karena seluruh hasil yang dihasilkan. Menurut Muchtadi et al. (1988),
pengukuran-nya positif. Warna kuning dari mie protein dan lemak akan menghalangi penyerapan air
kering semakin menurun dengan semakin tingginya ke dalam granula pati. Menurut Harper (1981),
fortifikari tepung tulang rawan yang diberikan. Hal molekul-molekul besar protein yang terbuka akibat
ini diduga karena wama tepung tulang rawan yang perlakuan panas akan membentuk suatu jaringan
ditambahkan ke dalam pembuatan mie kering yang kompak. Sedangkan lemak akan menyelubungi
berwarna agak coklat. Hasil sidik ragam notasi warna butiran pati (kompleks amilosa-lipid) dan meng-
b dari rnie kering menunjukkan bahwa terdapat harnbat jumlah air yang dapat diserap oleh pati, oleh
perbedaan yang nyata (P<0,01) pada tingkat fortifikasi karena itu derajat gelatinisasi semakin kecil. Hasil uji
tepung tulang rawan yang berbeda. Berdasarkan hasil derajat gelatinisasi mie kering dengan fortifikasi
uji Duncan dapat diketahui bahwa nilai notasi wama tepung tulang rawan dapat dilihat pada Tabel 3.
b dari rnie kering yang difortifikasi dengan tepung
Med. Pet Vol. 26 No.2

Tabel 3. Hasil uji derajat gelatinisasi mie kering dengan fortifikasi tepung tulang rawan ayam pedaging

Fortifikasi tepung tulang rawan ayam (%) Derajat gelatinisasi (%)


0 3,03
5 322
10 1,37
15 136

Sifat amilografi dilakukan untuk mengukur meliputi suhu awal gelatinisasi, viskositas
perubahan kekentalan suspensi tepung dan air selama (kekentalan) maksimum dan suhu gelatinisasi. Hasil
kenaikan temperatur secara teratur (Fardiaz et al., uji sifat amilografi dapat dilihat pada Tabel 4.
1992). Pengamatan yang dilakukan pada uji ini

Tabel 4. Hasil uji sifat amilografi adonan mie kering dengan fortifikasi tepung tulang rawan ayam pedaging

Fortifikasi tepung PH Suhu awal Suhu Viskositas


tulang rawan ayam Gelatinisasi Gelatinisasi Maksimum
(%) ("C) ("C) (BU)
0 7,64 69 88,80 1933
5 71@ 72 90,00 1333
10 732 57 88,20 15033
15 7,56 60 87,30 160,OO

Fortifikasi tepung tulang rawan sebanyak 5% dapat meningkatkan viskositas adonan, meskipun
pada adonan mie kering ternyata dapat menurunkan tidak dapat melebihi viskositas dari kontrol.
viskositas dari adonan, tetapi dengan semakin
tingginya tingkat fortifikasi yaitu 10%dan 15%dapat Penerimaan Umum Mie Kering
menaikkan viskositas maksimum dari adonan mie Penerimaan umum panelis terhadap mie kering
kering. Zweifel et al. (2003) menyatakan, bahwa dengan fortifikasi tepung tulang rawan diuji dengan
peningkatan viskositas dapat tergantung pada
uji kesukaan. Rataan nilai panelis pada Tabel 5
kekuatan ikatan antar protein, tidak hanya pada menunjukkan bahwa panelis menyukai mie kering
kekuatan matriks gluten saja. Pada penelitian ini yang tanpa fortifikasi dan fortifikasi tepung tulang
kemungkinan terjadi ikatan antara protein gluten
rawan 5%, sedangkan untuk fo-i 10% dan 15%
pada tepung terigu dan protein kolagen dari tepung menghasilkan nilai yang hampir sama yaitu agak
tulang rawan ayam pedaging, sehingga dengan
suka.
semakin banyaknya fortifikasi tepung tulang rawan

Tabel 5. Hasil analisis non parametrik kruskal wallis uji skoring terhadap penerimaan umum mie kering

Fortifikasi tepung tulang rawan ayam (%) Rataan nilai panelis Modus
0 2,32A 2 (suka)
5 #I 2,61AB 2 (suka)
10 2,90AB 3 (agak suka)
15 3,12B 3 (agak suka)
Keterangan: superskrip huruf besar yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil berbeda sangat
nyata (P<O,Ql)
Med. Pet. Vol. 26 No.2

Hasil uji non parametrik Knrskal Wallis jagung dan tepung tempe. Tesis. Program Pasca
menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
penerimaan umum mie kering. Melalui uji beda Apriyantono, A., D. Fardiaz, N.L. Puspitasari,
rataan rangking Gibbons dapat diketahui bahwa Sedarnawati & S. Budiyanto. 1989. Analisis
hanya antara fortifikasi 0% danl5% saja yang berbeda Pangan. Institut Pertanian Bogor Press, Bogor.
nyata, sedangkan fortifikasi 0% dengan fortifikasi 5% Association of Official Analytical Chemists (AOAC).
dan 10% tidak berbeda nyata. Begitu pula dengan 1995. OfficialMethod of Analysis. 16th Edit. AOAC
fortifikasi 15%tidak berbeda nyata dengan fortifikasi Int., Washington, D.C.
5%dan 10%. Astawan, M. 2002. Membuat Mie dan Bihun. Penebar
Swadaya, Jakarta.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dewan Standarisasi Nasional. 1992. Mie Kering. SNI
01-2974.Dewan Standarisasi Nasional Indone-
Mie kering dengan fortifikasi tepung tulang
rawan ayam pedaging menghasilkan kandungan sia, Jakarta.
nutrisi yang semakin meningkat dari mie kering Fardiaz, D., N. Andarwulan, H.W. Hariantono & N.L.
kontrol baik kadar protein, mineral (kalsium dan Puspitasari. 1992. Teknik dan Analisis Sifat Kimia
fosfor) maupun kadar lemaknya. Mie kering dengan dan Fungsional Komponen Pangan. Pusat Antar
fortifikasi tepung tulang rawan ayam pedaging 5% Universitas. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
selain mempunyai sifat fisik yang baik juga mengan- Gibbons, J. 1975. Non Parametric Methodfor Quantitiw
dung gizi yang cukup tinggi, tetapi metabolismenya Analysis. Elsevier Co., Alabama.
di dalam tubuh masih belum diketahui. Hardianto, V. 2002. Pembuatan tepung tulang rawan
Sifat fisik dari mie kering sangat dipengaruhi ayam pedaging menggunakan pengering drum
oleh bahan baku yaitu adanya fortifikasi tepung (drum dym) dengan penambahan bahan
tulang rawan. Fortifikasi tepung tulang rawan pemutih (bleaching agent). Skripsi. Fakuitas
menyebabkan adanya kecenderungan meningkatnya Petemakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
nilai kekerasan mie kering dart tidak m e m b e h Harper, J.M. 1981. Extrusion of Foods. Volume I dan 11.
perbedaan yang nyata pada densitas kamba produk CRC Press Inc., Florida.
akhir. Warna mie kering yang dihasilkan dalam Kruger, J.E., M.H.Anderson & J.E. Dexter. 1994. Effect
penelitian ini berwarna kuning dart cenderung of flour refinement on raw cantonese noodle
semakin gelap seiring dengan semakin meningkatnya color and texture. Cereal Chemistry, 7l (2) : 177-
penambahan tepung tulang rawan yang diberikan. 182.
Hasil amilogram menunjukkan bahwa fortifikasi
tepung tulang rawan pada tingkat 5% menghasilkan Lehninger, A.L. 1982. Dasm-dasm Biokimia. Jilid I.
Terjemahan: Maggy T. Penerbit Erlangga,
derajat gelatinisasi yang paling tinggi, akan tetapi
viskositas dari adonannya rendah. Jakarta.
Secara keseluruhan panelis lebih menyukai mie Muchtadi, T.R., Purwiyatno & A. Basuki. 1988.
kering dengan fortifikasi tepung tulang rawan ayam Teknologi Pemasakan Ekstrusi. Lembaga Sumber
pedaging 5% dibandingkan fortifikasi 096, 10% dan Daya Informasi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
15%. Oh, N.H., P.A. Seib, C.W. Deyoe & A.B. Ward.1985.
Peningkatan warna mie kering dengan fortifi- Influence of flour protein, extraction rate,
kasi ke arah kuning terang dapat dilakukan dengan particle size and starch damage on quality
cara menambahkan bahan pewarna alamiah, seperti characteristics of dry noodles. Cereal Chemistry,
tepung kunyit. Selain itu perlu juga dilakukan 62 (6) :441-446.
penelitian untuk mengetahui umur simpan kering Soekarto, S.T. 1990. Dasar-Dasm Pengmuasan dan
dengan fortifikasi tepung tulang rawan ayam Standan'sasi Mutu Pangan. Institut Pertanian
pedaging- Bogor Ress, Bogor.
Steel, R.G.D. & J.H. Torrie. 1995. Prinsip dan Prosedur
DAFI'AR PUSTAKA Statistika. Terjemahan: B. Soemantri. PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Anwar, F. 1990. Mempelajari sifat fisik, organoleptik Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT.
dan nilai gizi protein makanan bayi dari Gramedia Pustaka Utarna, Jakarta.
campuran tepung beras, konsentrat protein
Med. Pet. Vol. 26 No.2

Wooton M., D. Weeden & N. Munk. 197l. A rapid Zweifel, C., S. Handschin, F. Escher & B. Conde-Petit
method for the estimation of starch 2003. Influence high-temperahue drying on
gelatinization in processed food. J. Food Tech. structural and textural properties of durum
December :612-615. wheat pasta. e e a l Qlemisfry, 80 (2): 159-167.

Anda mungkin juga menyukai