Hepatitis 1
Hepatitis 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hepatitis virus akut merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya luas dalam tubuh
walaupun efek yang menyolok terjadi pada hepar. Telah ditemukan 5 kategori virus yang
menjadi agen penyebab yaitu Virus Hepatitis A (HAV), Virus Hepatitis B (HBV), Virus
Hepatitis C (HVC), Virus Hepatitis D (HDV), Virus Hepatitis E (HEV).
Walaupun kelima agen ini dapat dibedakan melalui petanda antigeniknya, tetapi
kesemuanya memberikan gambaran klinis yang mirip, yang dapat bervariasi dari keadaan sub
klinis tanpa gejala hingga keadaan infeksi akut yang total.
Bentuk hepatitis yang dikenal adalah HAV ( Hepatitis A ) dan HBV (Hepatitis B). kedua
istilah ini lebih disukai daripada istilah lama yaitu hepatitis infeksiosa dan hepatitis serum,
sebab kedua penyakit ini dapat ditularkan secara parenteral dan non parenteral.
Hepatitis virus yang tidak dapat digolongkan sebagai Hepatitita A atau B melalui
pemeriksaan serologi disebut sebagai Hepatitis non-A dan non-B (NANBH) dan saat ini
disebut Hepatitis C (Dienstag, 1990). Selanjutnya ditemukan bahwa jenis hepatitis ini ada 2
macam, yang pertama dapat ditularkan secara parenteral (Parenterally Transmitted) atau
disebut PT-NANBH dan yang kedua dapat ditularkan secara enteral (Enterically Transmitted)
disebut ET-NANBH (Bradley, 1990; Centers for Disease Control, 1990). Tata nama terbaru
menyebutkan PT-NANBH sebagai Hepatitis C dan ET-NANBH sebagai Hepatitia E
(Bradley,1990; Purcell, 1990).
Virus delta atau virus Hepatitis D (HDV) merupakan suatu partikel virus yang
menyebabkan infeksi hanya bila sebelumnya telah ada infeksi Hepatitis B, HDV dapat timbul
sebagai infeksi pada seseorang pembawa HBV.
Hepatitis menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting tidak hanya di Amerika
tetapi juga diseluruh Dunia. Penyakit ini menduduki peringkat ketiga diantara semua penyakit
menular yang dapat dilaporkan di Amerika Serikat (hanya dibawah penyakit kelamin dan
cacar air dan merupakan penyakit epidemi di kebanyakan negara-negara dunia ketiga. Sekitar
60.000 kasus telah dilaporkan ke Center for Disease Control di Amerika Serikat setiap tahun,
tetapi jumlah yang sebenarnya dari penyakit ini diduga beberapa kali lebih banyak. Walaupun
mortalitas akibat hepatitis virus ini rendah, tetapi penyakit ini sering dikaitkan dengan angka
morbiditas dan kerugian ekonomi yang besar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari penyakit hepatitis?
2. Apa etiologi dari penyakit hepatitis?
3. Bagaimana patofisiologi dari penyakit hepatitis?
4. Bagaimana anatomi dan fisiologi hepar?
5. Apa saja manifestasi klinis dari penyakit hepatitis?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostik dari penyakit hepatitis
7. Apa saja komplikasi dari penyakit hepatitis?
8. Apa saja pemeriksaan diagnostic dari penyakit hepatitis?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan hepatitis?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian penyakit hepatitis
2. Mengetahui anatomi dan fisiologi dari hepar
3. Mengetahui manifestasi klinis dari penyakit hepatitis
4. Mengetahui etiologi dari penyakit hepatitis
5. Mengetahui patofisiologi dari penyakit hepatitis
6. Mengetahui klasifikasi dari penyakit hepatitis
7. Mengetahui komplikasi dari penyakit hepatitis
8. Mengetahui pemeriksaan diagnostic dari penyakit hepatitis
9. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan hepatitis
D. Metode penulisan
Makalah ini bersumber dari berbagai macam referensi baik dari buku maupun
internet.
E. Sistematika penulisan
BAB I PENDAHULUAN
BAB II LAPORAN PENDAHULUAN
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HEPATITIS
BAB IV KESIMPULAN
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi Hepatitis
Hepatitis adalah suatu peradangan pada hati yang akan terjadi karena toksin seperti ;
kimia atau obat atau agen penyakit infeksi (asuhan keperawatan pada anak, 2002:131).
Hepatitis virus akut merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya luas dalam
tubuh walaupun efek yang menyolok terjadi pada hati dengan memberikan gambar klinis
yang mirip yang dapat berfariasi dari keadaan subklinis tanpa gejala hingga keeadaan
infeksi akut yang fatal. (sylvia A.price,1995;439)
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan
oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhdapat obat-obatan serta bahan-bahan kimia
(sujonohadi,1999).
B. Etiologi Hepatitis
b. Hepatitis B (HBV)
c. Hepatitis C(HCV)
d. Hepatitis D(HDV)
e. Hepatitis E (HEV)
1) Virus hepatitis E (HEV) merupakan virus RNA kecil yang diameternya +nm.
2) Penularan virus ini melalui jalur fekal-oral,kontak antara manusi
dimungkinkan meskipun resikonya rendah.
C. Klasifikasi Hepatitis
Terdapat dua jenis virus yang menjadi penyebab yaitu RNA (Ribo Nucleic Acid) dan
DNA (Deoksi Nucleic Acid).
d. Hepatitis D
Hepatitis D Virus ( HDV ) atau virus delta adalah virus yang unik, yang tidak
lengkap dan untuk replikasi memerlukan keberadaan virus hepatitis B. Penularan
melalui hubungan seksual, jarum suntik dan transfusi darah. Gejala penyakit
hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi) atau
amat progresif. agen hepatitis D ini meningkatkan resiko timbulnya hepatitis
Fulminan, kegagalan hati dan kematian. Pencegahan dapat dilakukan dengan
menghindari virus hepatitis B.
e. Hepatitis E
Virus ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan melalui ingesti air
yang tercemar. Gejala mirip hepatitis A, demam pegel linu, lelah, hilang nafsu
makan dan sakit perut. Penyakit yang akan sembuh sendiri ( self-limited ), keculai
bila terjadi pada kehamilan, khususnya trimester ketiga, dapat mematikan.
Penularan melalui air yang terkontaminasi feces.
Hati terletak dibawa diagfragma kanan, dilindungi bagian bawah tulang iga
kanan. Hati normal kenyal dengan permukaannya yang licin (Chandrasoma, 2006).
Hati merupakan kelenjar tubuh yang paling besar dengan berat 1000-1500 gram. Hati
terdiri dari dua lobus utama, kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi menjadi segmen
anterior dan posterior, lobus kiri dibagi menjadi segmen medial dan lateral oleh
ligmentum falsiformis (noer, 2002).
Setiap lobus dibagi menjadi lobuli. Setiap lobulus merupakan badan
heksagonal yang terdiri atas lempeng-lempeng sel hati berbentuk kubus mengelilingi
vena sentralis. Diantara lempengan terdapat kapiler yang disebut sinusoid yang
dibatasi sel kupffer. Sel kupffer berfungsi sebagai pertahanan hati (Price, 2006).
Sistem biliaris dimulai dari kanalikulus biliaris, yang merupakan saluran kecil dilapisi
oleh mikrovili kompleks di sekililing sel hati. Kanalikulus biliaris membentuk duktus
biliaris intralobular, yang mengalirkan empedu ke duktus biliaris di dalam traktus
porta (Chandrasoma, 2006)
Fungsi dasar hati dibagi menjadi :
a. Fungsi pembentukan dan ekskersi empedu
Hal ini merupakan fungsi utama hati. Saluran empedu mengalirkan,
kandungan empedu menyimpan dan mengeluarkan ke dalam usus halus sesuai
yang dibutuhkan. Hati mengekskresikan sekitar 1 liter empedu tiap hari. unsur
utama empedu adalah air (97%), elektrolit, garam empedu fosfolipid, kolesterol
dan pigmen empedu (terutama bilirubin terkonjugasi). Garam empedu penting
untuk pencernaan dan absorbsi lemak dalam usus halus. Oleh bakteri usus halus
sebagian besar garam empedu direabsorbsi dalam ileum, mengalami sirkulasi ke
hati, kemudian mengalami rekonjugasi dan resekresi. Walaupun bilirubin (pigmen
empedu) merupakan hasil akhir metabolisme dan secara fisiologis tidak
mempunyai peran aktif, ia penting sebagai indikator penyakit hati dan saluran
empedu, karena bilirubin cenderung mewarnai jaringan dan cairan yang
berhubungan dengannya.
b. Fungsi metabolic
Hati memegang peranan penting pada metabolisme karbohidrat, protein,
lemak, vitamin dan juga memproduksi energi dan tenaga. Zat tersebut di atas
dikirim melalui vena porta setelah diabsorbsi oleh usus. Monosaksarida dari usus
halus diubah menjadi glikogen dan di simpan dalam hati (glikogenesis). Dari
depot glikogen ini mensuplai glukosa secara konstan ke darah (glikogenesis)
untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Sebagian glukosa dimetabolisme dalam
jaringan unuk menghasilkan panas atau tenaga (energi) dan sisanya diubah
menjadi glikogen, disimpan dalam otot atau menjadi lemak yang disimpan dalam
jaringan subcutan. Hati juga mampu menyintetis glukosa dari protein dan lemak
(glukoneogenesis).
Peran hati pada metabolisme protein penting untuk hidup. Protein plasma,
kecuali globulin gamma, disintetis oleh hati. Protein ini adalah albumin yang
diperlukan untuk mempertahankan tekanan osmotik koloid, fibrinogen dan faktor-
faktor pembekuan yang lain.
Berlangsung selama 4–7 hari, pasien mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia,
mual, muntah, demam, nyeri otot, dan nyeri perut kanan atas, urine lebih coklat.
2. Stadium ikterik
1. Laboratorium
a) Pemeriksaan pigmen
1) Urobilirubin direk
2) Bilirubun serum total
3) Bilirubin urine
4) Urobilinogen urine
5) Urobilinogen feses
b) Pemeriksaan protein
1) Protein total serum
2) Albumin serum
3) Globulin serum
4) HbsAG
c) Waktu protombin
1) Respon waktu protombin terhadap vitamin K
2) Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
3) AST atau SGOT
4) ALT atau SPGT
5) LDH
6) Amonia serum
d) Radiologi
1) Foto rontgen abdomen
2) Pemindahan hati dengan preparat technetium, emas, atau rose
bengal yang berlabel radioaktif
3) Kolestogram dan kalangiogram
4) Arteriografi pembuluh darah seliaka
e) Pemeriksaan tambahan
1) Laparoskopi
2) Biopsi hati
H. Komplikasi Hepatitis
Komplikasi hepatitis virus yang paling sering dijumpai adalah perjalanan
penyakit yang memanjang hingga 4 sampai 8 bulan. Keadaan ini dikenal sebagai
hepatitis kronis persisten. Sekitar 5 % dari pasien hepatitis virus akan mengalami
kekambuhan setelah serangan awal yang dapat dihubungkan dengan alkohol atau
aktivitas fisik yang berlebihan setelah hepatitis virus akut sejumlah kecil pasien akan
mengalami hepatitis agresif atau kronik aktif dimana terjadi kerusakan hati seperti
digerogoti (picce meal). Akhirnya satu komplikasi lanjut dari hepatitis yang cukup
bermakna adalah perkembangan karsinoma hepatoseluler.
Penyakit hepatitis kadang-kadang dapat timbul sebagai komplikasi leptospirosis,
sifilis, tuberculosis, toksoplasmosis, dan amebiasis, yang kesemuanya peka terhadap
pengobatan khusus. Penyebab noninfeksiosa meliputi penyumbatan empedu, sirosis
empedu primer, keracunan obat, dan reaksi hipersensitivitas obat. Komplikasi akibat
hepatitis A hampir tidak ada, keculai pada para lansia atau seseorang yang memang
sudah mengidap penyakit kronis hati atau sirosis.
Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh
akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati
hepatik. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis
hatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata
a) Identitas klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan,
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No register, dan diagnosa
medis.
b) Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, agama, alamat,
pekerjaan, penghasilan, umur, dan pendidikan terakhir.
c) Identitas saudara kandung meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
dan hubungan dengan klien.
2. Keluhan utama
Keluhan dapat berupa nafsu makan menurun, muntah, lemah, sakit kepala,
batuk, sakit perut kanan atas, demam dan kuning.
3. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam,
nyeri perut kanan atas
b) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita
sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur
operasi dan perawatan rumah sakit serta perkembangan anak dibanding dengan
saudara-saudaranya.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular
khususnya berkaitan dengan penyakit pencernaan.
B. Diagnosa keperawatan
Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hepatitis :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan,
perasaant tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan
metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar
yang mengalami inflamsi hati dan bendungan vena aorta.
3. Hypertermi berhubungan dengan invansi agent dalam sirkulasi darah sekunder
terhadap inflamasi hepar
4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap
hepatitis
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan
pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu
6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan
intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi secret.
7. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular
dari agent virus.
Kriteria hasil : Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri
(tidak meringis kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)
No Intervensi Rasional
1 Kolaborasi dengan individu untuk Nyeri yang berhubungan dengan
menentukan metode yang dapat hepatitis sangat tidak nyaman, oleh
digunakan untuk intensitas nyeri karena terdapat peregangan secara
kapsula hati, melalui pendekatan
kepada individu yang mengalami
perubahan kenyamanan nyeri
diharapkan lebih efektif
mengurangi nyeri
2 Tunjukkan pada klien penerimaan klienlah yang harus mencoba
tentang respon klien terhadap nyeri meyakinkan pemberi pelayanan
kesehatan bahwa ia mengalami
nyeri
3 Berikan informasi akurat dan jelaskan klien yang disiapkan untuk
penyebab nyeri, tunjukkan berapa mengalami nyeri melalui
lama nyeri akan berakhir, bila penjelasan nyeri yang
diketahui
sesungguhnya akan dirasakan
(cenderung lebih tenang dibanding
klien yang penjelasan kurang/tidak
terdapat penjelasan)
4 Bahas dengan dokter penggunaan kemungkinan nyeri sudah tak bisa
analgetik yang tak mengandung efek dibatasi dengan teknik untuk
hepatotoksi mengurangi nyeri.
No Intervensi Rasional
1 Monitor tanda vital : suhu badan sebagai indikator untuk mengetahui
status hypertermi
2 Ajarkan klien pentingnya dalam kondisi demam terjadi
mempertahankan cairan yang adekuat peningkatan evaporasi yang
(sedikitnya 2000 l/hari) untuk memicu timbulnya dehidrasi
mencegah dehidrasi, misalnya sari
buah 2,5-3 liter/hari.
3 Berikan kompres hangat pada lipatan menghambat pusat simpatis di
ketiak dan femur hipotalamus sehingga terjadi
vasodilatasi kulit dengan
merangsang kelenjar keringat untuk
mengurangi panas tubuh melalui
penguapan
4 Anjurkan klien untuk memakai kondisi kulit yang mengalami
pakaian yang menyerap keringat lembab memicu timbulnya
pertumbuhan jamur. Juga akan
mengurangi kenyamanan klien,
mencegah timbulnya ruam kulit.
No Intervensi Rasional
1 Jelaskan sebab-sebab keletihan dengan penjelasan sebab-sebab
individu keletihan maka keadaan klien
cenderung lebih tenang
2 Sarankan klien untuk tirah baring tirah baring akan meminimalkan
energi yang dikeluarkan sehingga
metabolisme dapat digunakan
untuk penyembuhan penyakit.
3 Bantu individu untuk mengidentifikasi memungkinkan klien dapat
kekuatan-kekuatan, kemampuan- memprioritaskan kegiatan-kegiatan
kemampuan yang sangat penting dan
meminimalkan pengeluaran energi
untuk kegiatan yang kurang penting
4 Analisa bersama-sama tingkat keletihan dapat segera
keletihan selama 24 jam meliputi diminimalkan dengan mengurangi
waktu puncak energi, waktu kelelahan, kegiatan yang dapat menimbulkan
aktivitas yang berhubungan dengan keletihan
keletihan
5 Bantu untuk belajar tentang untuk mengurangi keletihan baik
keterampilan koping yang efektif fisik maupun psikologis
(bersikap asertif, teknik relaksasi)
No Intervensi Rasional
1 Pertahankan kebersihan tanpa kekeringan meningkatkan
menyebabkan kulit kering sensitifitas kulit dengan
merangsang ujung syaraf.
2 Cegah penghangatan yang berlebihan penghangatan yang berlebih
dengan pertahankan suhu ruangan menambah pruritus dengan
dingin dan kelembaban rendah, hindari meningkatkan sensitivitas melalui
pakaian terlalu tebal vasodilatasi
3 Anjurkan tidak menggaruk, penggantian merangsang pelepasan
instruksikan klien untuk memberikan hidtamin, menghasilkan lebih
tekanan kuat pada area pruritus untuk banyak pruritus
tujuan menggaruk
4 Pertahankan kelembaban ruangan pada pendinginan akan menurunkan
30%-40% dan dingin vasodilatasi dan kelembaban
kekeringan
No Intervensi Rasional
1 Gunakan kewaspadaan umum pencegahan tersebut dapat
terhadap substansi tubuh yang tepat memutuskan metode transmisi
untuk menangani semua cairan tubuh virus hepatitis
a. Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan semua
klien atau spesimen
b. Gunakan sarung tangan untuk
kontak dengan darah dan
cairan tubuh
c. Tempatkan spuit yang telah
digunakan dengan segera pada
wadah yang tepat, jangan
menutup kembali atau
memanipulasi jarum dengan
cara apapun.
D. Implementasi
1. Diagnosa 1:
a) Mengajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan Memberikan
snack atau makanan yang mengundang selera pasien
b) Mengawasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi sering
dan tawarkan pagi paling sering
c) Mempertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah
makan
d) Menganjurkan makan pada posisi duduk tegak
e) Memberikan diit tinggi kalori, rendah lemak
2. Diagnosa 2:
a) Menunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri
b) Memberikan informasi dari penyebab nyeri
c) Membahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek
hepatotoksi
d) Berkolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat
digunakan untuk intensitas nyeri
3. Diagnosa 3 :
a) Memonitor tanda vital : suhu badan
b) Mengajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat
(sedikitnya 2000 l/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari buah 2,5-3
liter/hari.
c) Memberikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur
d) Menganjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat.
4. Diagnosa 4 :
a) Menjelaskan sebab-sebab keletihan individu
b) Menyarankan klien untuk tirah baring
c) Membantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan, kemampuan-
kemampuan dan minat-minat
d) Menganalisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi waktu
puncak energi, waktu kelelahan, aktivitas yang berhubungan dengan keletihan
e) Membantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif (bersikap
asertif, teknik relaksasi)
5. Diagnosa 5 :
a) Mempertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering
b) Mencegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu ruangan
dingin dan kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu tebal
c) Menganjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan tekanan
kuat pada area pruritus untuk tujuan menggaruk
d) Mempertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin
6. Diagnosa 6 :
a) Mengawasi frekwensi , kedalaman dan upaya pernafasan
b) Mengauskultasi bunyi nafas tambahan
c) Memberikan posisi semi fowler
d) Memberikan latihan nafas dalam dan batuk efektif
e) Memberikan oksigen sesuai kebutuhan
7. Diagnosa 7 :
a) Menggunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang tepat untuk
menangani semua cairan tubuh
b) Menggunakan teknik pembuangan sampah infeksius, linen dan cairan tubuh
dengan tepat untuk membersihkan peralatan-peralatan dan permukaan yang
terkontaminasi
c) Menjelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien, keluarga
dan pengunjung lain dan petugas pelayanan kesehatan.
d) Merujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk evaluasi departemen kesehatan
yang tepat
E. Evaluasi
1. Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai
laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.
2. Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis
kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)
3. Tidak terjadi peningkatan suhu
4. Tidak terjadi keletihan
5. Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
6. Pola nafas adekuat
7. Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hepatitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus menyebakan peradangan pada
hati. Hepatitis selain disebakan oleh virus disebabkan juga alcohol dan juga obat-obatan dan
bahan-bahan kimia. Hepatitis pada anak-anak sebagian besar disebabkan oleh bahan-bahan
kimia yang terkandung dalam snack. Selain itu juga anak-anak kurang memperhatikan akan
kebersihan sehingga memudahkan virus untuk masuk ke dalam tubuh.
B. Saran
Orang tua harus memberikan perhatian khusus pada anak dalam pemilihan makanan serta
memberikan pendidikan akan pentingnya kebersihan agar tidak terkena virus yag dapat
menyebabkan penyakit hepatitis. Pada bayi sebaiknya ibu memberikan imunisasi secara tepat
waktu untuk mencegah terjadinya hepatitis.
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.academia.edu/10534799/Askep_hepatitis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
D. METODE PENULISAN
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah tentang “Asuhan Keperawatan Glomerulonefritis” tepat pada waktunya.
Makalah ini kelompok kami buat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem
Perkemihan.
Kelompok kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini tak luput dari
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sebagai penyusun sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk
penyempurnaan penyusunan makalah kami ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin
Keperawatan Medikal Bedah
“HEPATITIS”