Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KIMIAKLINIK

PEMERIKSAAN SGPT

(Serum Glutamic Pyruvat Transaminase)

Oleh

KELOMPOK 1 :

1. I Putu Adi Wirambawa P07134018057


2. A.A Ayu Ritamani Kinanti P07134018065
3. Ni Putu Puspa Trisnawati P07134018077
4. Ni Ketut Budiasih P07134018079
5. Ni Kadek Wina Andani P07134018081
6. Ni Putu Sri Widya Wati P07134018094

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MADIS
TAHUN 2020
A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pemeriksaan ALT/SGPT pada sampel serum.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan ALT/SGPT pada sampel serum.
b. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil dari pemeriksaan ALT/SGPT pada
sampel serum.

B. METODE
Metode yang digunakan adalah Enzymatic Kinetic

C. PRINSIP

ALT/SGPT
L – Alanine + 2-oxoglutarate
Pyruvat + L-Glutamate

Pyruvat + NADH LDH


L- Laktat + NAD+

LDH
Sample pyruvat + NADH
L- Laktat + NAD+

D. DASAR TEORI

Hati adalah organ terbesar di dalam tubuh yang terletak disebelah kanan atas
rongga perut, tepat dibawah diafragma (sekat yang membatasi daerah dada dan perut).
Bentuk hati seperti prisma segitiga dengan sudut siku-sikunya membulat, beratnya sekitar
1,25-1,5 kg dengan berat jenis 1,05. Ukuran hati pada wanita lebih kecil dibandingkan
pria dan semakin kecil pada orang tua, tetapi tidak berarti fungsinya berkurang. Hati
mempunyai kapasitas cadangan yang besar dan kemampuan untuk regenerasi yang besar
pula. Jaringan hati dapat diambil sampai tiga perempat bagian  dan sisanya akan tumbuh
kembali sampai ke ukuran dan bentuk yang normal. Jika hati yang rusak hanya sebagian
kecil, belum menimbulkan gangguan yang berarti (Wijayakusuma, 2008).
Kapiler empedu dan kapiler darah di dalam hati saling terpisah oleh deretan sel-
sel hati sehingga darah dan empedu tidak pernah tercampur. Namun, jika hati terkena
infeksi virus seperti hepatitis, sel-sel hati bisa pecah dan akibatnya darah dan empedu
bercampur (Wijayakusuma, 2008).
Hati berfungsi sebagai faktor biokimia utama dalam tubuh, tempat metabolisme
kebanyakan zat antara. Fungsi hati normal harus dikonfirmasi sebelum operasi terencana
(Sabiston, 1992).

Fungsi hati
Seperti ukurannya yang besar, hati juga mempunyai peranan besar dan memiliki
lebih dari 500 fungsi. Berikut ini fungsi-fungsi utama hati :
1.      Menampungdarah
2.      Membersihkan darah untuk melawan infeksi
3.      Memproduksi dan mengekskresikan empedu
4.      Membantu menjaga keseimbangan glukosa darah (metabolisme karbohidrat)
5.      Membantu metabolisme lemak
6.      Membantu metabolisme protein
7.      Metabolisme vitamin dan mineral
8.      Menetralisir zat-zat beracun dalam tubuh (detoksifikasi)
9.      Mempertahankan suhu tubuh
(Wijayakusuma, 2008).

Enzim-enzim yang mengatalisis pemindahan reversible satu gugus amino antara


suatu asam amino dan suatu asam alfa-keto disebut aminotransferase, atau transaminase
oleh tata nama lama yang masih populer (Saucher dan McPherson, 2002).
Dua aminotransferase yang paling sering diukur adalah alanine
aminotransferase(ALT), yang dahulu disebut “glutamate-piruvat transaminase” (GPT),
dan aspartate aminotransferase (AST), yang dahulu disebut “glutamate-oxaloacetate
transaminase” (GOT). Baik ALT maupun AST memerlukan piridoksal fosfat (Vitamin
B6) sebagai kofaktor. Zat ini sering ditambahkan ke reagen pemeriksaan untuk
meningkatkan pengukuran enzim-enzim ini seandainya terjadi defisiensi vitamin b6
(missal, hemodialysis, malnutrisi) (Saucher dan McPherson, 2002).
Aminotransferase tersebar luas di tubuh, tetapi terutama banyak dijumpai di hati,
karena peran penting organ ini dalam sintesis protein dan dalam menyalurkan asam-asam
amino ke jalur-jalur biokimiawi lai. Hepatosit pada dasarnyaa adalah satu-satunya sel
dengan konsentrasi ALT yang tinggi, sedangkan ginjal, jantung, dan otot rangka
mengandung kadar sedang. ALT dalam jumlah yang lebih sedikit dijumpai di pancreas,
paru, lima, dan eritrosit. Dengan demikian, ALT serum memiliki spesifitas yang relative
tinggi untuk kerusakan hati. Sejumlah besar AST terdapat di hati, miokardium, dan otot
rangka; eritrosit juga memiliki AST dalam jumlah sedang. Hepatosit mengandung AST
tiga sampai empat kali lebih banyak daripada ALT (Saucher dan McPherson, 2002).
Aminotransferase merupakan indikator yang baik untuk kerusakan hati apabila
keduanya meningkat. Cedera akut pada hati, seperti karena hepatitis, dapat menyebabkan 
peningkatan baik AST maupun ALT menjadi ribuan IU/Liter. Pngukuran
aminotransferase setiap minggu mungkin sangat bermanfaat untuk memantau
perkembangan dan pemulihan hepatitis atau cedera hati lain (Saucher dan McPherson,
2002).
E. ALAT DAN BAHAN
Alat :
- Mikropiprt + tip
- Spektrofotometer
- Tabung serologi
- Rak tabung
- Beaker glass
- Centrifuge

Bahan dan Reagen merk ERBA :

- Reagen 1 (R1)
o Tris Buffer 137.5 mmol/l
o L-Alanine 709 mmol/l
o LDH (Microbial) ≥ 2000 U/l
- Reagen 2 (R2)
o CAPSO 20 mmol/l
o 2-oxoglutarate 80 mmol/l
o NADH 1.05 mmol/l R2

Bahan :

- Serum, plasma

F. PEROSEDUR KERJA
1. Dicampur reagen 1 dan 2 dengan perbandingan 4 : 1 ( contoh : 1000 µL R1 dengan
250 µL R2) dihomogenkan  WR (working reagen)
2. Setelah disiapkan WR maka dilanjutkan dengan prosedur dalam tabel

Sampel
Working Reagen (WR) 500 µl
Sampel 50 µl
Dihomogenkan, langsung dibaca pada spektrofotometer dengan
panjang gelombang 240 nm, Hg 334 nm, Hg 365 nm pada suhu 37°C
(inkubasi dilakukan dalam alat 1 menit dan pengukuran serapan dibaca
pada alat 1.2 dam 3 menit),

Kalkulasi :

∆ A sam/min
1. ALT/GPT (U / l) = x Ccal
∆ A cal/min
Ccal = konsentrasi kalibrator
2. Faktor yang idgunakan: ALT/GPT = f x ∆A/min f = factor
Faktor pada suhu 37°C
Sampel start (f)
Pada 340 nm 1745
Pada 334 nm 1780
Pada 365 nm 3235

Konversi UNIT
U / l x 0,017 = µkat/l

G. HASIL
Interpretasi hasil

Laki-Laki ≤ 45 U/I
Perempuan ≤ 34 U/I

Identitas probandus

1. Sampel dari Rumah sakit


Id pasien : 2002210107s
Umur : 71 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Hasil SGPT pasien sebesar : 9 U/I
Hasil blanko : -0.000 dAbs/min A

Hasil pengamatan

Gambar Keterangan

Sampel pasien yang sudah di


sentrifuge
Proses pengambilan working
reagen sebanayk 500 µL

Peroses penamahan sampel


sebanyak 50 µL

Hasil dari balanko yaitu -0.000


dAbs/min A
Hasil pemeriksaan SGPT pada
sampel pasien dengan ID sampel
2002210107s hasilnya 9 U/I

Hasil yang didapat dari RS Sanglah


12.90 U/I
H. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan SGPT yang telah dilakukan dengan pasien atas
nama X umur 71 tahun, jenis kelamin perempuan diperoleh hasil nilai kadar SGPT
sebesar 9 u/L. Nilai tersebut masih dalam rentang normal (perempuan ≤ 34 U/l). Dari
hasil tersebut dapat diketahui bahwa pasien tidak sedang menderita kerusakan fungsi
hati.

Menurut Le Fever (1997) dan Ekawati (2009), SGPT merupakan enzim yang
utama banyak ditemukan pada sel hati serta efektif dalam mendiagnosis destruksi
hepatoseluler. Enzim ini dapat dijumpai dalam jumlah kecil pada darah, otot jantung,
ginjal dan otot rangka. Ketika sel hati rusak, enzim ini merembes ke dalam aliran darah
sehingga menyebabkan kadar SGPT meningkat. Peningkatan kadar enzim dalam darah
merupakan akibat adanya kerusakan sel yang mengandung enzim atau adanya perubahan
permeabilitas membran sel, sehingga makromolekul – makromolekul dapat menembus
dan terlepas ke dalam cairan ekstrasel (Widman, 1989).

Pengertian Hati

Hati adalah organ kelenjar terbesar dengan berat kira-kira 1200-1500 gram
Terletak di abdomen kuadrat kanan atas menyatu dengan saluran bilier dan kandung
empedu. Hati menerima pendarahan dari sirkulasi sistemik melalui arteri hepatika dan
menampung aliran darah dari sistem porta yang mengandung zat makanan yang
diabsorbsi usus. Secara mikroskopis, hati tersusun oleh banyak lobulus dengan struktur
serupa yang terdiri dari hepatosit, saluran sinusoid yang dikelilingi oleh endotel vaskuler
dan sel kupffer yang merupakan bagian dari sistem retikuloendotelial. Hati memiliki
peran sangat penting dalam metabolisme glukosa dan lipid, membantu proses
pencernaan, absorbsi lemak dan vitamin yang larut dalam lemak, serta detoksifikasi
tubuh terhadap zat toksik (Rosida,A, 2016).

Fungsi Hepar (Hati)

Selain merupakan organ parenkim yang ukurannya tersebar, hati juga mempunyai fungsi
yang paling banyak dan kompleks.
1. Meproduksi protein plasma (albumin, fibrinogen, protombin; juga memproduksi
heparin, yaitu suatu antikoagulan darah).
2. Fagositosis mikroorganisme dan eritrosit dan lekosit yang sudah tua atau rusak.
3. Pusat metabolism protein, lemak dan karbohidrat. Bergantung kepada keperluan
tubuh, ketiganya dapat saling dibentuk.
4. Pusat detoksifikasi zat yang beracun di dalam tubuh.
5. Merupakan cairan empedu.
6. Merupakan gudang penyimpanan berbagai zat seperti mineral, glikogen dan berbagai
racun yang tidak dapat dikeluarkan dari tubuh.
7. Menyimpan vitamin, zat besi, dan glikogen (Irianto Koes, 2013).

Pemeriksaan faal hati secara sederhana dapat dipergunakan untuk mendapat informasi
mengenai beberapa jenis disfungsi hati :

a) Penanda nekrosis sel hati : SGOT, SGPT, LDH


b) Penanda kolestasis : bilirubin direk, gamma-GT, fosfatase alkali
c) Penilaian faal sintesis : kadar albumin serum, kadar prealbumin (transtiretin),
kolinesterase, masa protrombin (Kosasih E.N. & Kosasih A.S., 2008).

Pengertian Serum Glutamic Pyruvic Transminase (SGPT)

Aminotransferase alanin (ALT)/SGPT merupakan enzim yang utama banyak ditemukan


pada sel hati serta efektif dalam mendiagnosis destruksi hepatoselular. Enzim ini juga
ditemukan dalam jumlah sedikit pada otot jantung, ginjal, serta otot rangka. Kadar
ALT/SGPT sering kali dibandingkan dengan AST/SGOT untuk tujuan diagnostik. ALT
meningkat lebih khas daripada AST pada kasus nekrosis hati dan hepatitis akut, sedangkan
AST meningkat lebih khas pada nekrosis miokardium (infark miokardium akut), sirosis,
kanker hati, hepatitis kronis dan kongesti hati. Kadar AST ditemukan normal atau
meningkat sedikit pada kasus nekrosis miokardium. Kadar ALT kembali lebih lambat ke
kisaran normal daripada kadar AST pada kasus hati (Kee, 2014).

SGPT yang berasal dari sitoplasma sel hati dianggap lebih spesifik daripada SGOT
(berasal dari mitokondria dan sitoplasma hepatosit) untuk kerusakan parenkim sel hati.
Pada umumnya nilai tes SGPT lebih tinggi daripada SGOT pada kerusakan parenkim hati
akut sedangkan pada proses kronis didapat sebaliknya. Nekrosis sel hati kadang-kadang
disertai oleh kolestasis baik intra maupun ekstra hepatik kadang-kadang disertai nekrosis
sel hati. Nekrosis akut ditandai oleh bocornya enzim-enzim sitoplasma sel hati dalam
jumlah yang besar sehingga menyebabkan tes SGPT meningkat. Kadar normal Serum
Glutamic Pyruvic Transminase (SGPT) dinyatakan dalam kisaran μ/l dan akan meningkat
jika terjadi kerusakan hati. (Kosasih E.N. & Kosasih A.S., 2008).

Serum Glutamic Pyruvic Transminase (SGPT) merupakan suatu enzim hepar yang
berperan penting dalam metabolisme asam amino dan glukoneogensis. Enzim ini
mengkatalisa pemindahan suatu gugus amino dari alanin ke α-ketoglutarat untuk
menghasilkan glutamat dan piruvat (Daniel S. Pratt, 2010).

Kadar normal SGPT pada pria <40 μ/l dan wanita <35 μl. Kadar SGPT di ukur
menggunakan alat Fotometer dengan metode optimasi kinetik rekomendasi IFCC
(Kurniawan Fajar Bakti, 2015)

Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan Serum Glutamic Pyruvic Transminase (SGPT)


di laboratorium adalah hemolisis spesimen darah yang menyebabkan hasil uji palsu, aspirin
dapat menyebabkan penurunan atau peningkatan ALT serum dan obat tertentu dapat
meningkatkan kadar ALT serum (Kee, 2014).

Metabolisme

Untuk dapat mengetahui jenis pemeriksaannya, maka dapat dilakukan dengan tes fungsi
hati atau penanda nekrosis sel hati. Salah satunya dengan pemeriksaan SGPT. Pemeriksaan
SGPT ini adalah tes untuk menilai fungsi hati apakah dapat bekerja dengan baik didalam
tubuh. Hati memiliki enzim yang membantu untuk proses metabolisme di dalam tubuh
enzim-enzim tersebut salah satunya adalah SGPT jika hati mengalami kerusakan maka
akan menyebabkan tingginya kadar SGPT tersebut.

Enzim yang mengkatalisis pemindahan gugus amino secara reversibel antara asam amino
dan alfa-keto ialah enzim aminotransferase yang sering disebut juga dengan enzim
transaminase. Apabila terjadi gangguan fungsi hati, enzim aminotransferase di dalam sel
akan masuk ke dalam peredaran darah, karena terjadi perubahan permeabilitas membran sel
sehingga kadar enzim aminotransferase dalam darah akan meningkat (Widman, 1989).
Enzim aminotransferase yang paling sering dihubungkan dengan kerusakan sel hati
adalah alanin aminotransferase (ALT) yang juga disebut serum glutamat piruvat
transaminase (SGPT). Hati adalah satu - satunya sel dengan konsentrasi SGPT yang tinggi,
sedangkan ginjal, otot jantung, dan otot rangka mengandung kadar SGPT sedang. SGPT
dalam jumlah yang lebih sedikit ditemukan di pankreas, paru, limpa, dan eritrosit. Dengan
demikian, SGPT memiliki spesifitas yang relatif tinggi untuk kerusakan hati (Ronald,
2004). Apabila terjadi kerusakan sel, enzim akan banyak keluar ke ruang ekstra sel dan ke
dalam aliran darah. Pengukuran konsentrasi enzim didalam darah dengan uji SGPT dapat
memberikan informasi penting mengenai tingkat gangguan fungsi hati. Aktivitas SGPT di
dalam hati dapat di deteksi meskipun dalam jumlah sangat kecil (Utami, 2009).

Enzim ALT (alanin aminotransferase) merupakan enzim yang dibuat di dalam sel hati
(hepatosit). Enzim ini banyak dijumpai pada organ hati terutama pada mitokondria. Serta
memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengiriman karbon dan nitrogen dari otot ke
hati. Dalam otot rangka, piruvat ditransaminasi menjadi alanin sehingga menghasilkan
penambahan rute transport nitrogen dari otot ke hati. Enzim ini lebih spesifik ditemukan
pada hepar terutama di sitoplasma sel-sel parenkim hepar. Kadar enzim ALT (alanin
aminotransferase) dalam serum akan meningkat terutama pada kerusakan dalam hati.
Kenaikan kadar tersebut terjadi akibat adanya kerusakan sel-sel hati oleh virus, obat-obatan
atau toksin. Kenaikan kembali atau bertahannya enzim ALT (alanin aminotransferase)
yang tinggi menunjukkan berkembangnya kelainan dan nekrosis hati. Kadar ALT (alanine
aminotransferase) merupakan ukuran nekrosis hepatoseluler yang paling spesifik dan
banyak digunakan. Pada kerusakan hati akut, peningkatan ALT (alanine aminotransferase)
lebih besar daripada AST (aspartat aminotransferase) sehingga ALT (alanine
aminotransferase) bisa dipakai sebagai indikator untuk melihat kerusakan sel. Kadar ALT
(alanine aminotransferase) juga lebih sensitif dan spesifik daripada kadar AST (aspartat
aminotransferase) dalam mendeteksi penyakit hati. Enzim ini yang banyak ditemukan pada
organ hati terutama sitosol. Dalam transaminase Pada glutamat oksaloasetat transaminase
diperlukan oleh tubuh untuk mengurangi kelebihan amonia. Enzim ini lebih spesifik
ditemukan pada organ jantung, otot, pankreas, paru-paru, dan otot skelet. Enzim ini
berfungsi untuk mengkatalis pemindahan amino dari alanin ke α-ketoglutarat. Produk dari
reaksi transaminase reversibel adalah piruvat dan glutamate (Kendran, Arjana, dan
Prandyantari, 2017).

Metode Pemeriksaan SGPT

Pemeriksaan SGPT menggunakan metode kinetik-IFCC. Alanin mengkatalisis


reaksi pemindahan gugus NH2 dari asam amino alanin ke asam alfa ketoglutarat. Hasilnya
terbentuklah asam keto yang lain, yang berasal dari alanin yaitu asam piruvat dan asam
amino yang berasal dari asam alfa-ketoglutarat yaitu asam glutamate. Prinsip kerja enzim
GPT adalah sebagai berikut:

GPT L-Alanin + α Ketoglutarat Piruvat + L-Glutamat

LDH Piruvat + NADH + H+ Laktat + NAD+

GPT mengkatalisis pemindahan gugus amino dari alanin kepada ketoglutarat


untuk membentuk piruvat dan glutamat. Kemudian dengan adanya NADH dan laktat
dehidrogenase maka piruvat akan direduksi menjadi laktat dan NAD. Reaksi diamati
dengan mengikuti penurunan absorbansi atau penurunan konsentrasi NADH pada panjang
gelombang 340 nm. Penurunan absorbansi ini proporsional dengan aktivitas katalitik GPT
(Laili, 2013).

Patofisiologi Serum Glutamic Pyruvat Transminase (SGPT)

SGPT yang berada sedikit di atas normal tak selalu menunjukkan seseorang
sedang sakit. Bisa saja peningkatan itu terjadi bukan akibat gangguan pada liver. Kadar
SGPT juga gampang naik turun. saat diperiksa, kadarnya sedang tinggi. Namun setelah
itu, kembali normal. Pada orang lain, saat diperiksa kadarnya sedang normal, padahal
biasanya justru tinggi. Karena itu, satu kali pemeriksaan saja sebenarnya belum bisa
dijadikan dalil untuk membuat kesimpulan (Widjaja, 2009).

Kondisi yang Meningkatkan SGPT

Menurut Riswanto (2009) kodisi yang dapat meningkatkan SGPT dibedakan menjadi
tiga, yaitu :
a. Peningkatan SGPT > 20 kali normal : hepatitis viral akut, nekrosis hati
(toksisitas obat atau kimia).
b. Peningkatan 3-10 kali normal : infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif,
sumbatan empedu ekstra hepatik, sindrom Reye, dan infark miokard
(SGOT>SGPT).
c. Peningkatan 1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan hati, sirosis Laennec,
sirosis biliaris.

Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Kadar SGPT

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli yang berhubungan


dengan nilai SGPT, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kadar SGPT, yaitu :

a. Istirahat tidur
Penderita hepatitis yang tidak tercukupi kebutuhan istirahat tidurnya atau waktu
tidurnya kurang dari 7 atau 8 jam setelah dilakukan pemeriksaan terjadi peningkatan
kadar SGPT.
b. Kelelahan
Kelelahan yang diakibatkan oleh aktivitas yang terlalu banyak atau kelelahan yang
diakibatkan karena olahraga juga akan mempengaruhi kadar SGPT.
c. Konsumsi obat-obatan
Mengkonsumsi obat-obatan tertentu dapat meningkatkan kadar SGPT
1. Haloten, merupakan jenis obat yang biasa digunakan sebagai obat bius.
2. Isoniasid, merupakan jenis obat antibiotik untuk penyakit TBC.
3. Metildopa, merupakan jenis obat anti hipertensid.
4. Fenitoin dan Asam Valproat, merupakan jenis obat yang biasa digunakan sebagai
obat anti epilepsi atau ayan.
5. Parasetamol, merupakan jenis obat yang biasa diberikan dalam resep dokter
sebagai pereda dan penurun demam. Parasetamol adalah jenis obat yang aman,
jika dikonsumsi dalam dosis yang tepat. Namun jika berlebihan akan
menyebabkan sirosis (kerusakan hati) yang cukup parah bahkan sampai
menyebabkan kematian. Selain jenis obat diatas adapula jenis obat lainnya yang
dapat merusak fungsi hati, seperti alfatoksin, arsen, karboijn tetraklorida, tembaga
dan vinil klorida.

I. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum pemeriksaan SGPT yang telah dilakukan dengan pasien


atas nama X, ID pasien 20022101075, umur 71 tahun, jenis kelamin perempuan diperoleh
hasil nilai SGPT sebesar 9 u/L. sehingga dapat disimpulkan nilai SGPT pasien berada
pada nilai normal.
DAFTAR PUSTAK

Daniel S. Pratt. 2010. Liver Chemistry and Function test. In : Feldma M, Friedma, L.S.,
Brandt, L.J., eds. Scheisenger and Fordtran's Gastrointestinal and Liver disease. Saunders
Elsevier, Philadelphia, PA

Ekawati,Utami.2009. Hepatoprotektor(Penjaga Hati). http://utamieka.wordpress.


com/author/utamieka/

Glutamat Oksaloasetat Transaminase ) pada orang sehat Yogyakarta: skripsi jurusan


pendidikan kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Yogyakarta 2013.

Irianto, koes. 2013. Anatomi dan Fisiologi. Alvabeta cv. Bandung

Kosasih N.E. dan Kosasih S.A. 2008. Tafsiran Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik.
Tangerang : KARISMA Publishing Group

Kee Lefever Joyce. 2014. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik Edisi 6.
Jakarta : EGC

Kurniawan, Fajar Bakti. 2015. Kimia Klinik Praktikum Analis Kesehatan. Jakarta : EGC

Le fever, K. J. 1997. Buku Saku Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik dengan


Implikasi Keperawatan. EGC. Jakarta.

Laili Ulfiatul, 2013, Pengaruh pemberian temulawak (curcuma xanthorrhiza Roxb)dalam


bentuk kapsul terhadap kadar SGPT ( Serum Glutamat Piruvat Transaminase ) dan SGOT
( Serum

Rosida, azma. 2016. “Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Hati”. Bagian Patologi Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat/RSUD Ulin Banjarmasin 1 (12).
123-131

Riswanto. 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Alfamedia dan kanal medika:


Yogyakarta.
Ronald, A. S. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.

Sabiston. (1992). Buku Ajar Bedah Bagian 1. Jakarta: EGC


Sacher, Ronald A dan Richard A. McPherson. 2002. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium, e/11. Jakarta: EGC.
Widman, F.K. 1989. Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium. EGC.
Jakarta.
Widjaja, Harjadi I. 2009. Anatomi Abdomen. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai