Anda di halaman 1dari 5

TAMAN WISATA KULINER DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR

METAFORA DI KOTA SURAKARTA


Atikasita Armin Putri, Widi Suroto, Rachmadi Nugroho
Program Studi Arsitektur
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Email : atikasitaap@yahoo.com

Abstract : Nowadays, culinary tourism is growing very rapidly. Eating and drinking are not
only a basic need but also become one of the tourist destinations. Solo city is one of the cities
that have potential in the development of culinary tourism. Solo city that has its own identity
as a city of culture, has also been named as the first rank cities culinary tourism destinations
in Indonesia. The government also has a plan to increase the culinary center at Solo in the
year 2017-2019. The planned culinary center have to maintain a culinary hallmark of of Solo,
so the plan need methods to achieve those goals. Therefore, the approach used as a
metaphor of architecture appropriate method in the design of container culinary tourism.
Architectural metaphor used is combined metaphor which combination of tangible metaphor
and intangible metaphor.Tangible metaphor will be applied in the form of forms that act as a
culinary hallmark visualization Solo with the aim to attract visitors, while intangible
metaphor will be applied as forming distinctive atmosphere is non-visual to reinforce the
impression of the culinary Solo.

Keywords: Culinary Tourism, Food Tourism, Intangible Metaphor Architecture, Metaphor


Architecture, Tangible Metaphor Architecture

1. PENDAHULUAN disajikan di kota ini. Mulai dari makanan


Wisata kuliner pada masa kini basah seperti Nasi Liwet, Tengkleng, Selat
berkembang sangat pesat. Tidak dapat Solo, Gudeg Ceker, Timlo Solo, Sambel
dipungkiri, pada dasarnya makan dan minum Tumpang, Sate Kere, Cabuk Rambak, dan lain-
merupakan kebutuhan pokok manusia. Dengan lain. Ada juga hidangan ringan yang sangat
perkembangan jaman, makan dan minum tidak identik dengan Solo yaitu Serabi Solo, Intip,
hanya sebagai kebutuhan pokok tapi juga Abon dan Roti Mandarin. Begitu juga
menjadi menjadi salah satu tujuan dalam minuman khas Solo, yaitu Gempol Pleret,
kegiatan pariwisata. Dawet Ayu dan Tahok (Dinas Kebudayaan dan
Indonesia tidak diragukan lagi dalam Pariwisata Kota Pariwisata, 2016)
bidang kuliner. Beraneka ragam suku dan Keberanekaragaman kuliner khas Solo
budaya menimbulkan ciri khas tersendiri di yang sulit ditemukan di tempat lain
masing-masing daerah. Begitu pula dengan ciri menjadikan daya tarik tersendiri bagi
khas di bidang kuliner. Tidak hanya beragam wisatawan untuk berkunjung ke Solo. Kota
jenisnya, kelezatan kuliner Indonesia juga Solo selalu mempertahankan kekhasan budaya
telah diakui oleh dunia dengan pengakuan nasi dan kuliner karena memiliki visi misi
goreng dan rendang sebagai makanan terenak pariwisata, yaitu “Solo ke Depan adalah Solo
sedunia (CNNGo, 2011). Tempo Dulu”.
Kota Surakarta, yang biasa akrab Kekuatan dari visi misi pengembangan
disebut Solo, memiliki potensi besar dalam pariwisata Kota Solo tersebut menjadi salah
pengembangan wisata kuliner. Dari segi satu keistimewaan yang menjadikan Kota Solo
kuliner, Solo sangat dikenal sebagai salah satu dinobatkan sebagai peringkat pertama kota
kota dengan kuliner yang unik dan beragam. destinasi wisata kuliner di Indonesia (Asfar,
Wisatawan yang berkunjung ke Solo hampir 2016). Prestasi tersebut baru saja ditetapkan
tidak pernah melewatkan kuliner-kuliner yang oleh Kementerian Pariwisata Indonesia pada
bulan Maret 2016 melalui hasil survey Tim
Arsitektura, Vol. 14, No.2, Oktober 2016

Percepatan Pengembangan Destinasi Wisata arsitektur dengan pengaplikasian ide dalam


Kuliner Indonesia. Penetapan Solo sebagai bentuk visual dan non visual yang sangat
kota destinasi wisata kuliner terpopuler di mudah ditangkap dan dirasakan maknanya
Indonesia didasari oleh penilaian dari segi oleh orang lain. Penerapan Arsitektur Metafora
keistimewaan kuliner Kota Solo yang dinilai disesuaikan berdasarkan jenisnya yang
sangat beragam, lengkap dan memiliki ciri dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu Metafora
khas dibanding kota lainnya. Penobatan Konkrit, Metafora Abstrak dan Metafora
tersebut akan dimanfaatkan oleh Dinas Kombinasi. Dari segi visual/konkrit, Arsitektur
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Solo untuk Metafora akan dimanfaatkan sebagai
terus mengembangkan potensi destinasi wisata pembentuk kesan objek untuk menarik minat
kuliner. Salah satu rencana dari Dinas pengunjung. Sedangkan, sebagai pembentuk
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Solo adalah kesan atau suasana yang menjadi ciri khas
mengembangkan sentra kuliner di Solo, yang Kota Solo akan lebih ditekankan pada
tahun ini hanya memiliki satu sentra kuliner penerapan Arsitektur Metafora secara non
yaitu Galabo, akan ditargetkan adanya visual/abstrak, sehingga dalam penerapan pada
penambahan 2-4 sentra kuliner di Kota Solo objek akan menggunakan Arsitektur Metafora
pada tahun 2017-2019. Kombinasi.
Perencanaan perancangan area wisata
kuliner akan menjadi objek wisata Kota
Surakarta yang harus memperhatikan nilai- 2. METODE
nilai kekhasan Kota Surakarta, terlebih dengan
predikat Kota Surakarta yang terkenal sebagai Metode desain yang digunakan dalam
kota budaya. Objek ini memperhatikan proses perencanaan dan perancangan Taman
bagaimana cara memunculkan kembali dan Wisata Kuliner adalah metode apresiatif atau
menguatkan kesan atau suasana yang menjadi deskriptif kualitatif, yang meliputi 3 aspek,
ciri khas kuliner Kota Solo yang telah yaitu tahap ide/konsep, tahap transformasi dan
terbentuk sejak jaman dahulu, dengan tujuan tahap fisik/produk (Lestari, 2013).
pengunjung yang datang ke dalam objek ini Pada tahap ide/konsep merupakan
akan dapat langsung mengenal, memahami tahap awal dalam metode apresiatif yang
dan merasakan kesan atau suasana tersendiri merupakan pemberangkatan ide awal dengan
bahkan dapat mengingatkan pada kenangan- menggali potensi hingga menentukan gagasan
kenangan Kota Solo, khususnya di bidang awal. Ide/konsep Taman Wisata Kuliner
kuliner. berawal dari penggalian potensi kuliner yang
Selain itu, area wisata kuliner tersebut semakin berkembang dan memiliki potensi
merupakan wadah yang tentunya akan tersendiri di Kota Surakarta. Dari penggalian
terbentuk unsur bisnis di dalamnya. Dalam potensi dan penentuan gagasan awal tersebut
sebuah konteks bisnis, juga perlu adanya ciri menjadi latar belakang desain yang kemudian
khas tersendiri yang dapat membentuk kesan menentukan tujuan dan sasaran desain. Dari
khusus pada bangunan tersebut dengan tujuan penentuan tujuan dan sasaran, dilakukan tahap
dapat menarik minat pengunjung. Dari selanjutnya kajian pustaka dan kajian preseden
ketertarikan tersebut akan menjadi langkah sebagai dasar perancangan arsitektural. Kajian
untuk mendatangkan pengunjung dan pustaka dan kajian preseden dilakukan melalui
keuntungan, sehingga menjadi tujuan dari penggalian teori dari buku dan artikel terkait
kesuksesan wadah bisnis. Terlebih dalam Taman Wisata Kuliner dan Arsitektur
fungsi objek yang merupakan sebuah pusat Metafora.
kumpulan seluruh kuliner khas Kota Surakarta, Tahap transformasi merupakan tahap
sehingga objek ini akan menjadi salah satu yang diawali dengan penggalian data terkait
simbol kota dan tujuan wisata kota yang harus Taman Wisata Kuliner, Arsitektur Metafora
mempunyai identitas tersendiri. dan Kota Surakarta. Penggalian data ini
Untuk itu, akan digunakan Arsitektur dilakukan dengan melakukan survey lapangan.
Metafora sebagai pendekatan desain. Selain untuk penggalian data, survey lapangan
Arsitektur Metafora dipilih sebagai karena juga dilakukan untuk penentuan lokasi tapak
Arsitektur Metafora merupakan metode dan mengumpulkan data mengenai keadaan
Atikasita Armin Putri, Widi Suroto, Rachmadi Nugroho, Taman Wisata Kuliner dengan Pendekatan ….

lingkungan dan potensi sekitar tapak atau c. Akses mudah dicapai oleh kendaraan
lokasi terpilih. dan penjalan kaki.
Dari data yang didapat, dilanjutkan d. Potensi lokasi yang berdekatan dengan
dengan penentuan kriteria desain serta objek-objek wisata lainnya dan
merumuskan konsep desain. Dalam tahap terdapat aliran Kali Pepe di bagian
analisa dilakukan melalui proses penguraian tapak sehingga menjadi potensi
data-data dan pembuatan gambaran sebagai tersendiri.
media analisa. Tahapan analisa dikelompokkan
menjadi analisa programatik dan analisa
pemrograman arsitektur.
Tahap terakhir adalah tahap fisik
produk yang dibagi menjadi tahap sintesa dan
apresiasi berdasar konsep. Tahap sintesa
bentuk adalah penyatuan keseluruhan data dan
hasil analisa untuk mencapai tujuan dan
sasaran yang sesuai dengan pendekatan
Arsitektur Metafora.
Gambar 1. Tapak Terpilih
3. ANALISIS
Tapak memiliki luas 10.250 m2. Seperti pada
3.1 Analisis Arsitektur Metafora pada
Gambar 1 menunjukkan batasan tapak yaitu
Objek Rancang Bangun
sebelah utara merupakan pertokoan, sebelah
1. Tujuan
selatan merupakan Bank Negeri Indonesia dan
Bentuk yang dapat menggambarkan
pertokoan, sebelah timur merupakan Jalan
fungsi objek secara visual, dan suasana
Suryopranoto dan sebelah barat merupakan
khas kuliner Kota Solo secara non visual
Jalan Arifin.
(Anthony C. Antoniades, 1992).
2. Dasar pertimbangan
3.3 Analisis Pencapaian
a. Tujuan objek desain untuk dapat
1. Tujuan
mengkomunikasikan fungsi objek
Main enterance dan side entrance yang
secara visual guna menarik minat
sesuai dengan kriteria pencapaian (Gambar
pengunjung.
2).
b. Tujuan objek desain untuk membentuk
2. Dasar pertimbangan
suasana khas dalam pewujudan non
a. Sesuai dengan teori pencapaian.
visual.
b. Memperhatikan aksesibilitas menuju
tapak.
3.2 Analisis Tapak
c. Memperhatikan kemudahan
1. Tujuan
pencapaian dari jalan utama.
Tapak terpilih yang sesuai dengan
d. Tidak mengganggu pergerakan lalu
kriteria yang telah ditetapkan.
lintas.
2. Dasar Pertimbangan
a. Sesuai dengan perencanaan
pengembangan wilayah Kota
Surakarta berdasarkan Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Surakarta yang
merupakan wilayah pariwisata,
budaya dan perdagangan (Walikota
Surakarta, 2012).
b. Terletak pada lokasi yang strategis
yaitu pusat kota dengan tingkat Gambar 2. Hasil Analisis Pencapaian
keaktifan masyarakat yang masih 3.4 Analisis Orientasi
tinggi dan menjadi wilayah tujuan 1. Tujuan
wisatawan.
Arsitektura, Vol. 14, No.2, Oktober 2016

View bangunan pada tapak yang sesuai


dengan potensi kondisi lapangan. 4. KESIMPULAN
2. Dasar pertimbangan (KONSEP DESAIN)
a. Orientasi entrance menjadi elemen Desain Taman Wisata Kuliner
yang mengekspos keberadaan objek. menggunakan metode pendekatan Arsitektur
b. Orientasi ke dalam tapak dapat Metafora yang diaplikasikan pada beberapa
digunakan apabila terdapat potensi bagian, antara lain:
untuk diekspos. 4.1 Arsitektur Metafora Konkrit
(Gambar 3) Pada pengaplikasian Arsitektur Metafora
Konkrit, bentuk yang dimunculkan disesuaikan
dengan tiap zona bangunan. Contohnya, pada
zona bangunan Nasi Liwet mengaplikasikan
metafora bentuk pincuk daun pisang yang
difungsikan sebagai elemen kanopi (Gambar
4). Selain itu, pada area makan indoor yang
menjual makanan dengan bahan baku kambing
akan mengaplikasikan metafora anglo sebagai
Gambar 3. Hasil Analisis Orientasi elemen furniture meja makan (Gambar 5).
Begitu juga dengan area makan outdoor akan
3.5 Analisis Peruangan mengaplikasikan elemen meja makan dari
1. Tujuan metafora bentuk Serabi Solo (Gambar 6).
Macam-macam ruang yang direncanakan
berdasarkan pelaku, jenis kegiatan dan
pola kegiatan yang terjadi di dalamnya.
2. Dasar Pertimbangan
Untuk mengetahui kebutuhan ruang yang
diperlukan harus memenuhi kriteria
kelompok kegiatan, pelaku kegiatan dan
pola kegiatan.
3. Jenis kegiatan
a. Kegiatan wisata kuliner Gambar 4. Metafora Konkrit Pincuk Daun Pisang
b. Kegiatan pelayanan
c. Kegiatan pengelolaan
d. Kegiatan servis

3.6 Analisis Tata Massa Bangunan


1. Tujuan
Pola tatanan lansekap yang menunjang
estetika dan fungsi ruang sebagai kegiatan Gambar 5. Metafora Konkrit Anglo
wisata (Albert J. Rutledge, 1971).
2. Dasar pertimbangan
a. Tata massa bangunan menyesuaikan
karakter tapak dan kuliner khas Kota
Solo yang dinamis.
b. Pemilihan warna yang menyesuaikan
tiap zoning dan dominasi warna
hangat pada lansekap.
c. Penataan massa bangunan dengan Gambar 6. Metafora Konkrit Serabi Solo
proporsi yang wajar cenderung intim.
d. Pemilihan material atau bahan untuk
lansekap yang didominasi material
alam.
Atikasita Armin Putri, Widi Suroto, Rachmadi Nugroho, Taman Wisata Kuliner dengan Pendekatan ….

4.2 Arsitektur Metafora Abstrak REFERENSI


Pewujudan Arsitektur Metafora Abstrak
diaplikasikan dengan pembentukan nuansa dan Antoniades, Anthony C. 1992. Poetics of
suasana yang kental dengan kuliner khas kota Architecture: Theory of Design. New
Solo yang disesuaikan dengan ciri khas York: Wiley.
masing-masing kuliner, seperti nuansa lesehan Asfar-Solopos Digital, Adib M.
dan penyajian dengan pincuk pada bangunan “KULINER SOLO : Solo &
Nasi Liwet, nuansa kolonial pada bangunan Bandung Destinasi Kuliner Nomor 1
Selat Solo, nuansa budaya Cina dan aroma Di Indonesia.” SOLOPOS.com,
dupa pada bangunan Pecinan (Gambar 7). March 19, 2016.
Selain itu, juga dengan efek alunan musik http://www.solopos.com/2016/03/19/
tradisional khas Solo yang mengiringi kuliner-solo-solo-bandung-destinasi-
kekhidmatan pengunjung dalam menikmati kuliner-nomor-1-di-indonesia-
kuliner, serta efek pencahayaan pada malam 702519
hari yang bergunan sebagai pembentukan CNNGo Staff. “World’s 50 Best Foods,”
bayangan dan nuansa romantis dan hangat July 21, 2011.
(Gambar 8). http://travel.cnn.com/explorations/eat
/worlds-50-most-delicious-foods-
067535/.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota
Surakarta, 2016. “Solo Culinary
Destination.”
http://www.surakarta.go.id/konten/so
lo-culinary-destination#overlay-
context=users/admin.
Lestari, Rose Millia. 2013. “Medan Prada
House (Analogi Metafora)”.
Rutledge, Albert J.1971. Anatomy of a
Park: The Essentials of Recreation
Gambar 7. Suasana Bangunan Kolonial dan
Pecinan Area Planning and Design.
Universitas Michigan: McGraw-Hill.
Walikota Surakarta. “Peraturan Daerah
Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2012
Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Surakarta Tahun 2011
– 2031,” 2012.

Gambar 8. Nuansa Malam Hari dengan Efek


Pencahayaan

Anda mungkin juga menyukai