Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK

PERCOBAAN II

UJI KATION

OLEH

NAMA : HASRIANA

STAMBUK : F1C1 17 013

KELOMPOK : X (SEPULUH)

ASISTEN : ZUL ATHFIN LISTIANI

LABORATORIUM KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kimia analitik adalah ilmu yang mendasari analisa bahan, baik secara

kualitatif maupun kuantitatif. Dalam metode analitik modern, kedua hal ini

penting karena perlu untuk mensintesis zat yang bersangkutan. Analisis kualitatif

merupakan salah satu metode analitik untuk mencari dan mengidentifikasi unsur

radikal, ion maupun senyawa dalam suatu zat atau campuran zat yang tidak

diketahui. Dalam bidang analisis, identifikasi bahan baku yang digunakan sebagai

bahan obat atau bahan bantu tidak begitu banyak dilakukan. Namun yang banyak

dilakukan adalah identifikasi kation yang merupakan bagian bahan obat, bahan

baku, dan bahan bantu.

Identifikasi kation banyak digunakan terhadap terutama sampel yang

berupa bahan garam yang mengandung banyak logam-logam, misalnya pasir besi

dan sebagainya. Dengan uji kation ini, bahan-bahan galian tersebut dapat segera

ditentukan tanpa memerlukan waktu yang lama.

Uji spesifik dilakukan dengan menambahkan pereaksi yang akan

memberikan larutan atau endapan berwarna yang merupakan karakteristik untuk

ion-ion tertentu. Berdasarkan latar belakang diatas, maka dilakukan percobaan uji

kation dengan tujuan agar menentukan adanya kation secara kumulatif dengan

melakukan uji spesifik.


B.Rumusan Masalah

Rumusan masalah percobaan ini adalah bagaimana cara menentukan

adanya kation secara kumulatif dengan menggunakan uji spesifik?

C. Tujuan Percobaan

Tujuan yang hendak dicapai dari dilakukannya percobaan ini adalah untuk

menentukan adanya kation secara kumulatif dengan menggunakan uji spesifik.

D. Manfaat percobaan

Manfaat yang diperoleh dari percobaan ini adalah dapat menentukan

adanya kation secara kumulatif dengan menggunakan uji spesifik.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Air merupakan kebutuhan yang paling penting dalam kehidupan manusia

terutama air tawar yang bersih dan sehat. Kelangkaan dan kesulitan mendapatkan

air bersih dan layak pakai menjadi permasalahan yang mulai muncul dibanyak

tempat yang salah satunya menimpa masyarakat yang tinggal di daerah pesisir

pantai. Sebagian besar sumber air yang didapat merupakan air laut. Sehingga

untuk mendapatkan air bersih perlu adanya pemrosesan atau pengolahan air laut

menjadi air tawar. Dengan teknologi pengolahan air laut sebagai sumber air tawar,

telah dirancang pengolahan air untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Salah satu

solusi untuk mengatasi hal tersebut diatas, maka teknologi seperti desalinasi

merupakan pemilihan yang tepat dengan model distilasi (Pratama dkk., 2017).

Air laut dapat dengan mudah tercemari oleh berbagai logam berat seperti

merkuri (Hg), timbal (Pb), dan kadmium (Cd). Pencemaran merupakan hal

senantiasa dihadapi manusia saat ini terutama pencemaran air. Pencemaran air

dapat berasal dari sampah, limbah cair serta bahan pencemar lain seperti dari

pupuk, pestisida, penggunaan detergen sebagai bahan pembersih, penggunaan

bahan pembungkus yang menghasilkan banyak limbah dan sebagainya. Penyebab

utama logam berat menjadi bahan pencemar berbahaya yaitu logam berat tidak

dapat dihancurkan (non degradable) oleh organisme hidup di lingkungan dan

terakumulasi ke lingkungan, terutama mengendap di dasar perairan membentuk

senyawa komplek bersama bahan organik dan anorganik secara adsorbsi dan

kombinasi (Khairuddin dkk., 2018).


Timbal adalah logam beracun yang secara luas hadir dalam alam,

terutama dalam bentuk anorganik, dan diproduksi dalam kegiatan seperti

penambangan dan peleburan, dan dalam pembuatan baterai. Populasi umum

terpapar timbal terutama melalui konsumsi makanan, dengan sekitar 5-15% dari

dalam mengambil diserap oleh saluran pencernaan, tingkat yang tinggi di miliki

pada anak-anak di bawah 6 tahun umur. Penyerapan timbal gastrointestinal yang

lebih tinggi oleh anak-anak terkait dengan cara mengambil jalan untuk mineral

penting yang lebih aktif daripada pada orang dewasa (Robelo dan Eloisa, 2016)

Timbal atau plumbum merupakan salah satu pencemar di udara memiliki

bentuk partikel yang sering dikenal dengan debu-debu metalik. Debu-debu

tersebut dapat masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan atau makanan. Walaupun

dalam jumlah kecil, partikel tersebut dapat menyebabkan keracunan. Timbal dapat

masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara yaitu melalui saluran pernafasan

(inhalasi), saluran pencernaan (oral), maupun kontak kulit (dermal). (Kasanah

dkk., 2016)

Ion perak (Ag+) telah lama dikenal memiliki aktivitas penghambatan dan

antimikroba yang kuat. Partikel nano perak menunjukkan efek yang sangat

beracun pada kesehatan manusia dan lingkungan karena aktivitas antibakteri.

Paparan kronis pada perak juga dapat menyebabkan efek negatif seperti

perubahan warna kulit kebiru-biruan (argyria) dan mata (argyrosis). Selain itu,

juga dapat menghasilkan efek beracun lainnya seperti kerusakan hati dan ginjal,

iritasi pada mata, kulit, saluran pernafasan dan usus dan perubahan sel darah

(Hasbullah dkk., 2017)


III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Percobaan ini dilaksanakan pada hari senin, 30 Oktober, 2018 pukul

07.30-09.55 WITA dan bertempat di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Haluoleo, Kendari.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah pipet tetes dan tabung

reaksi

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah air laut, air galon, asam

klorida (HCl) 2 M, kalium bromida (KBr) 1 M, kalium kromat (K 2CrO4) 1 M,

asam sulfat (H2SO4) 2 M dan alkohol.


C. Prosedur kerja

a. Uji Kation Ag+

Air Laut Air Galon

- dipipet beberapa tetes dan dimasukkan


kedalam tabung reaksi
- ditambahkan beberapa tetes HCl 2 M
- diamati apakah terbentuk endapan
Hasil Pengamatan

Air Laut Air Galon

- dipipet beberapa tetes dan dimasukkan


kedalam tabung reaksi
- ditambahkan beberapa tetets H2SO4 2 M dan
ditambahkan setetes alkohol
- diamati apakah tebentuk endapan
- diamati apakah terbentuk endapan
Hasil Pengamatan
b. Uji Kation Pb2+

Air Laut Air Galon

- dipipet beberapa tetes dan dimasukkan


kedalam tabung reaksi
- ditambahkan beberapa tetets K2CrO4 1 M
- diamati apakah terbentuk endapan

Hasil Pengamatan

Air Laut Air Galon

- dipipet beberapa tetes dan dimasukkan


kedalam tabung reaksi
- ditambahkan beberapa tetets H2SO4 2 M dan
ditambahkan setetes alkohol
- diamati apakah terbentuk endapan

Hasil Pengamatan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Data pengamatan

a. Uji kation Ag+

No. Perlakuan Hasil pengamatan


1 Air laut 1 mL + 1 mL HCl 2 M +
2 Air laut 1 mL + 1 mL KBr 1 M +
3 Air galon 1 mL + 1 mL HCl 2 M -
4 Air galon 1 mL + 1 mL KBr 1 M -

b. Uji Kation Pb+

No. Perlakuan Hasil pengamatan


1 Air laut 1 mL + 1 mL H2SO4 2 M + Setetes alkohol +
2 Air laut 1 mL + 1 mL K2CrO4 1 M +
3 Air laut 1 mL + 1 mL H2SO4 2 M + C2H5OH -
4 Air galon 1 mL + 1 mL K2CrO4 1 M -

2. Reaksi yang terjadi

Ag+ + HCl AgCl + H+

Ag+ + KBr AgBr + K+

Pb2+ + K2CrO4 PbCrO4 + 2K+

Pb2+ + H2SO4 + 2OH PbSO4 + 2H2O

B. Pembahasan
Uji kation merupakan salah satu uji spesifik suatu zat atau ion positif

yang terdapat dalam suatu sampel dengan cara mereaksikan pereaksi yang dapat

membuat kation atau ion positif yang ingin diketahui menjadi nampak

keberadaannya oleh mata, sehingga diketahui bahwa kation atau ion postif

tersebut ada pada sampel tersebut. Kation-kation dapat terdiri atas beberapa

golongan yaitu golongan I sampai dengan golongan 5. Setiap golongan kation

menunjukkan reaksi tersendiri apabila direkasikn dengan pereaksi yang digunakan

untuk menguji jenis kation tersebut. Kation golongan I adalah kation-kation yang

biasanya sering diujikan dalam uji spesifik yaitu kation Pb 2+, Ag+, Hg+, Cu2+ dan

lain-lain.

Percobaan yang dilakukan pada uji kation Ag+ dan Pb2+ menggunakan

sampel yang berbeda yaitu sampel air laut dan air galon dengan menggunakan

pereaksi HCl dan KBr untuk uji kation Ag+ dan pereaksi K2CrO4 dengan H2SO4

untuk uji kation Pb2+. Percobaan ini bertujuan untuk menentukan adanya kation

secara kumulatif dengan melakukan uji spesifik.

Uji pertama adalah uji kation Ag+ dimana kation Ag+ merupakan kation

yang berasal dari golongan I. Kation Ag+ dalam suatu larutan diuji dengan

menggunakan larutan HCl dan KBr. Berdasarkan hasil pengamatan, pada saat HCl

dicampurkan ke dalam dua larutan sampel yaitu air laut dan air galon, salah satu

diantara kedua larutan tersebut terdapat larutan yang menunjukkan adanya kation

Ag+ dengan terbentuknya endapan AgCl dan AgBr.. Uji yang menunjukkan

adanya kation Ag+ yaitu sampel air laut yang diuji dengan larutan HCl dan KBr.
Percoban selanjutnya yaitu uji Pb2+ dengan penambahan K2CrO4 dan

H2SO4 pada sampel air laut, menunjukkan adanya kation Pb2+ dimana pada saat

pencampuran K2CrO4 dengan larutan sampel terjadi reaksi yang ditunjukkan

adanya endapan kuning PbCrO4 dan PbSO4. Selanjutnya yaitu uji Pb2+ dengan

penambahan K2CrO4 dan H2SO4 pada sampel air galon, tidak terjadi reaksi

apapun. Sehingga dapat dikatakan dalam sampel yang diujikan tidak terdapat

kandungan Pb2+. Untuk sampel air galon uji kation Ag+ dan Pb+ menghasilkan

nilai negatif karena air galon kita ketahui bersama telah melalui proses

penyaringan sehingga sangat kemungkinan kecil air galon mengandung unsur Ag+

dan Pb+ pada sampel yang kita uji dalam percobaan uji kation ini.
V. KESIMPULAN

Berdasarkan data pengamatan dan hasil yang didapatkan bahwa

kandungan suatu kation dalam larutan sampel akan terdeteksi jika direaksikan

dengan pereaksi-pereaksi tertentu, yang dimana akan mengendapkan ion-ion

tersebut. Pada pengujian kation Ag+ dengan menggunakan peraksi HCl dan KBr

yang direkasikan dengan sampel air, terdapat endapan AgCl dan AgBr pada

larutan sampel. Begitu pun pada pengujian kation Pb 2+ dengan mengunakan

pereaksi K2CrO4 dan H2SO4 yang direaksikan dengan sampel air juga terdapat

endapan PbCrO4 dan PbSO4 dalam sampel.


DAFTAR PUSTAKA

Hasbullah, S. A., Syahidatul M. R., Nurnadzirah M. N., , Emma I. Z., Fatimatul


A. A. N., Hamza M. A. Dan Bohari Y., 2017, Synthesis,
Characterization and Structural Study of New Ethyl Thiourea
Compounds and the Preliminary Naked-eye Sensors for Mercury and
Argentum Metal Ions, Oriental Journal Of Chemistry, 33(2).

Kasanah, M., Onny S. dan Tri J., 2016, Hubungan Kadar Timbal (Pb) Udara
dengan Kadar Timbal (Pb) dalam Darah pada Pekerja Pengecatan
Industri Karoseri di Semarang, Jurnal Kesehatan Masyarakat, 4(3).

Khairuddin, Yamin M., Abdul S. dan Muhlis, 2018, Analisis Logam Pencemar
pada Klas Bivalvia dari Teluk Bima, ISBN: 978-602-61265-2-8.

Pratama, A. W., Juli N. dan Ika M., 2017, Pengaruh Perbedaan Jenis Plat
Penyerap Kaca dan Papan Mika Terhadap Kualitas dan Kuantitas Air
Minum pada Proses Destilasi Energi Tenaga Surya, ISSN: 2598-7429.

Rebelo, E. M. dan Eloisa D. C., 2016, Arsenic, Lead, Mercury and Cadmium:
Toxicity, Levels in Breast Milk and The Risks for Breastfed Infants,
Environmental Research, DOI: org/10.1016/j.envres.2016.08.027.

Anda mungkin juga menyukai