Anda di halaman 1dari 19

STUDI KASUS

COMPOUNDING DISPENSING
SWAMEDIKASI DEMAM

DOSEN PENGAMPU

Vivin Nopiyanti, M.Sc., Apt

Oleh :

Verra Nurmaylindha

2020394420

PROGRAM STUDI APOTEKER


UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengobatan sendiri atau swamedikasi adalah tindakan yang dilakukan untuk
mengatasi masalah kesehatan dengan menggunakan obat-obatan yang dapat dikonsumsi
tanpa pengawasan dari dokter. Beberapa penyakit yang pengatasannya dengan
swamedikasi seperti: fly, sakit kepala, pilek, bauk, dan demam.
Demam adalah gejala berupa naiknya suhu tubuh melebihi normal (temperature
normal tubuh berkisar antara 36,5-37,5o C) sebagai respon normal tubuh terhadap suatu
gangguan. Infeksi merupakan penyebab terbanyak demam pada anak-anak. Infeksi adalah
keadaan tubuh yang dimasuki kuman penyebab penyakit, bisa virus, parasite, atau
bakteri. Suhu tubuh dikendalikan oleh suatu bagian dari otak yang disebut hipotalamus.
Hipotalamus berusaha agar suhu tubuh tetap hangat (36,5-37,5 oC) meskipun lingkungan
luar tubuh berubah-ubah. Hipotalamus mengatur suhu dengan cara menyeimbangkan
antara produksi panas pada otot dan hati serta pengeluaran panas pada kulit dan paru-
paru.
Surveilans Departemen Kesehatan RI, kejadian demam di frekuensi menjadi 15,4
per 10.000 penduduk. Dari survey berbagai rumah sakit di Indonesia dari tahun 1982
sampai dengan 1986 memperlihatkan peningkatan jumlah penderita sekitar 35,8%.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari demam ?
2. Bagaimana patofisiologi dari demam ?
3. Apa saja penyebab dari demam ?
4. Bagaimana tatalaksana dari demam ?
5. Apa saja terapi farmakologi dari demam ?
6. Apa saja terapi non-farmakologi dari demam ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari demam
2. Untuk mengetahui patofisiologi dari demam
3. Untuk mengetahui penyebab dari demam
4. Untuk mengetahui tatalaksana dari demam
5. Untuk mengetahui terapi farmakologi dari demam
6. Untuk mengetahui terapi non-farmakologi dari demam
BAB II
ISI
A. Definisi
Demam adalah salah satu dari tanda-tanda klinis yang paling umum dan ditandai
dengan peningkatan suhu tubuh di atas normal yang memicu peningkatan tonus otot serta
menggigil. Rata-rata suhu tubuh normal yang diukur secara oral adalah 36,5 oC sampai
37oC, demam juga dikenal dengan istilah pireksia, merupakan tanda bahwa sesuatu yang
luar biasa sedang terjadi dalam tubuh, untuk orang dewasa demam biasanya tidak
berbahaya kecuali mencaai 39,4 oC atau lebih tinggi. Untuk demam pada anak-anak yang
sangat muda dan bayi, suhu sedikit lebih tinggi dapat mengindikasikan adanya suatu
infeksi serius (Jevuska 2012).
Tingkat demam tidak selalu menunjukkan keseriusan kondisi yang mendasarinya
suatu penyakit ringan dapat menyebabkan demam tinggi, dan penyakit yang lebih serius
dapat menyebabkan demam rendah. Demam sering dikonotasikan negative, demam
memainkan peran kunci dalam membantu tubuh melawan sejumlah infeksi yang disebut
dengan homeostasis.

B. Patofisiologi
Suhu tubuh secara normal dipertahankan pada rentang yang sempit, walaupun
terpapar suhu lingkungan yang bervariasi. Suhu tubuh secara normal berfluktuasi
sepanjang hari, 0,5⁰C dibawah normal pada pagi hari dan 0,5⁰C diatas normal pada
malam hari. Suhu tubuh diatur oleh hipotalamus yang mengatur keseimbangan antara
produksi panas dan kehilangan panas. Produksi panas tergantung pada aktivitas
metabolik dan aktivitas fisik. Kehilangan panas terjadi melalui radiasi, evaporasi,
konduksi dan konveksi. Dalam keadaan normal termostat di hipotalamus selalu diatur
pada set point sekitar 37⁰C, setelah informasi tentang suhu diolah di hipotalamus
selanjutnya ditentukan pembentukan dan pengeluaran panas sesuai dengan perubahan set
point (Kayman, 2003).
Sebagai respon terhadap rangsangan pirogenik, maka monosit, makrofag, dan sel-
sel Kupffer mengeluarkan suatu zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen (IL-1,
TNFα, IL-6 dan interferon) yang bekerja pada pusat termoregulasi hipotalamus untuk
meningkatkan patokan termostat. Hipotalamus mempertahankan suhu di titik patokan
yang baru dan bukan di suhu tubuh normal. Sebagai contoh, pirogen endogen
meningkatkan titik patokan menjadi 38,9⁰C, hipotalamus merasa bahwa suhu normal
prademam sebesar 37⁰C terlalu dingin dan organ ini memicu mekanisme-mekanisme
respon dingin untuk meningkatkan suhu tubuh (Plipat, et al., 2002).
Peningkatan suhu tubuh berhubungan langsung dengan tingkat sitokin pirogen
yang diproduksi untuk mengatasi berbagai rangsang. Rangsangan eksogen seperti
eksotoksin dan endotoksin menginduksi leukosit untuk mengeluarkan pirogen endogen
dan yang poten di antaranya adalah IL-1 dan TNFα, selain IL-6 dan INF (interferon).
Pirogen endogen ini akan bekerja pada sistem syaraf pusat pada tingkat Organum
Vasculosum Laminae Terminalis (OVLT) yang dikelilingi oleh bagian medial dan lateral
nucleus preoptik, hipotalamus anterior, dan septum palusolum. Sebagai respons terhadap
sitokin tersebut, maka pada OVLT terjadi sintesis prostaglandin, terutama prostaglandin
E2 melalui metabolisme asam arakidonat jalur siklooksigenase 2 (COX-2) dan
menimbulkan peningkatan suhu tubuh terutama demam (Plipat, et al., 2002).
Mekanisme demam dapat juga terjadi melalui jalur non prostaglandin melalui
sinyal aferen nervus vagus yang dimediasi oleh produk lokal Macrophage Inflammatory
Protein-1 (MIP-1), suatu kemokin yang bekerja secara langsung terhadap hipotalamus
anterior. Berbeda dengan demam dari jalur prostaglandin, demam melalui aktivitas MIP-
1 ini tidak dapat dihambat oleh antipiretik (Victor, et al., 1994).
Menggigil ditimbulkan agar dengan cepat meningkatkan produksi panas,
sementara vasokontriksi kulit juga berlangsung dengan cepat untuk mengurangi
pengeluaran panas. Kedua mekanisme tersebut mendorong suhu naik. Dengan demikian,
pembentukan demam sebagai respons terhadap rangsangan pirogenik adalah sesuatu yang
disengaja dan bukan disebabkan oleh kerusakan mekanisme termoregulasi (Victor, et al.,
1994).

C. Etiologi
Gejala yang menyertai demam tergantung kepada penyebab demam itu sendiri.
Berikut ini adalah contoh gejala yang bisa menyertai demam:
 Sakit kepala
 Berkeringat dingin
 Menggigil
 Dehidrasi
 Batuk-batuk
 Sakit tenggorokan
 Sakit pada telinga
 Diare dan muntah-muntah
 Sakit otot
 Kehilangan selera makan
 Merasa kelelahan

Pemeriksaan suhu tubuh yang paling tepat adalah menggunakan termometer.


Jangan mengandalkan rabaan tangan untuk memastikan demam atau tidak. Demam
belum tentu menjadi kondisi yang serius, namun Anda perlu waspada apabila suhu tubuh
anda di atas 38 derajat celcius dan Anda mengalami satu atau lebih gejala di bawah ini:

  Leher terasa kaku dan mata menjadi sangat sensitif terhadap cahay
  Muntah-muntah secara terus-menerus
 Muncul bercak-bercak kemerahan pada kulit
 Sesak napas
 Terus-menerus merasa mengantuk
 Apabila Anda/anak Anda merasa kesakitan
D. Penatalaksanaan Demam
(Mayo Clinic, 2018)

E. Terapi Farmakologi
1. Analgesik/Antipiretik
Analgetik adalah obat yang mengurangi rasa nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran. Analgetik-antipiretik adalah obat yang mengurangi rasa nyeri dan serentak
menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Mekanisme kerjanya dengan menghambat
sintesa neurotransmitter tertentu yang dapat menimbulkan rasa nyeri & demanm.
Contoh obat-obat analgesik-antipiretik yang beredar di Indonesia (Inarno, 2013) :
a. Parasetamol (Acetaminofen)
Paracetamol merupakan analgetik-antipiretik yang memiliki efek analgetik
(menghilangkan rasa nyeri) dan antipiretik (menurunkan demam). Paracetamol
paling aman jika diberikan selama kehamilan. Paracetamol termasuk dalam
golongan analgetik-antipiretik yang bersifat analgetik ringan. Contoh merek
dagang paracetamol yaitu Bodrex, Panadol, Paramex (Inarno 2013).
1. Bentuk sediaan
 Tablet 100 mg
 Tablet 500 mg
 Sirup 120 mg/5ml

2. Aturan pemakaian
 Dewasa:
1 tablet (500 mg) 3 – 4 kali sehari, (setiap 4 – 6 jam)
Dosis Maksimum: 4000mg / hari
  Anak:
0-1 tahun : 1⁄2-1sendok the sirup, 3–4 kali sehari (setiap 4 – 6 jam)
1-5 tahun  : 1 – 1 1⁄2 sendok teh sirup, 3 – 4 kali sehari (setiap 4 – 6
jam)
6-12 tahun : 1⁄2 - 1 tablet (250-500 mg), 3 – 4 kali sehari (setiap 4 – 6
jam) (Depkes RI, 2006)
3. Efek samping
Pusing, gangguan ginjal, gangguan hati reaksi alergi berupa bintik bintik
dan gangguan darah (PioNas, 2018).
4. Penyimpanan
Suhu kamar, kering dan tidak panas atau lembab (Depkes RI, 1995).
5. Interasi Obat
Penggunaan obat ini dengan obat-obat yang terlampir di bawah umumnya
tidak direkomendasikan, namun mungkin dibutuhkan pada beberapa
kasus. Apabila kedua obat diresepkan bersamaan, dokter Anda mungkin
akan mengganti dosisnya atau seberapa sering penggunaan obat satu atau
lainnya.
-  Imatinib
- Isoniazid
- Pixantrone

Penggunaan obat ini dengan obat-obatan yang terlampir di bawah dapat


menyebabkan peningkatan risiko dari beberapa efek samping tertentu,
namun penggunaan kedua obat mungkin dapat menjadi pengobatan terbaik
untuk Anda. Apabila kedua obat-obatan diresepkan bersama, dokter Anda
mungkin akan mengganti dosisnya atau seberapa sering penggunaan obat
satu dan yang lainnya.

- Acenocoumarol
- Carbamazepine
-   Fosphenytoin
- Lixisenatide
- Phenytoin
-  Warfarin
- Zidovudine (PioNas, 2018).
6. Kontraindikasi
Obat demam tidak boleh digunakan pada:
- Penderita gangguan fungsi hati
- Penderita yang alergi terhadap obat ini
- Pecandu alkohol
7. Hal yang harus diperhatikan
- Dosis harus tepat, tidak berlebihan, bila dosis berlebihan dapat
menimbulkan gangguan fungsi hati dan ginjal.
- Sebaiknya diminum setelah makan
- Hindari penggunaan campuran obat demam lain karena dapat
menimbulkan overdosis.
- Hindari penggunaan bersama dengan alkohol karena meningkatkan
risiko gangguan fungsi hati.
- Konsultasikan ke dokter atau Apoteker untuk penderita gagal ginjal.

2. NSAID
Nonsteroid anti-inflammatory drugs (NSAID) bekerja menghambat enzim
siklooksigenase dalam tubuh, enzim tersebut berfungsi memproduksi prostaglandin.
Prostaglandin menyebabkan munculnya rasa nyeri karena mengiritasi ujung saraf
perasa. Prostaglandin jug bagian dari pengatur suhu tubuh. Golongan NSAID dapat
mengurangi nyeri dengan turunnya kadar prostaglandin. Efek lain akibat turunnya
prostaglandin adalah berkurangnya peradangan, pembengkakan, dan turunnya demam
serta mencegah pembekuan darah. Contoh golongan NSAID (Kresnawati 2011):
a. Ibuprofen
Ibuprofen di indikasikan untuk meredakan nyeri ringan sampai sedang, nyeri
setelah operasi, nyeri pada penyakit sendi (seperti pengapuran sendir atau
rematik), nyeri otot, nyeri haid, menurunkan demam, serta efek anti-radang
(Yolanda, 2013).
1. Bentuk sediaan
- Tablet 200 mg
- Tablet 400 mg
2. Aturan pemakaian
- Dewasa: 1 tablet 200 mg, 2 – 4 kali sehari. Diminum setelah makan.
Dosis Maksimum: 1,2 - 2,4 gram/ hari
- Anak:
1–2 tahun: 1⁄4 tablet 200 mg, 3–4 kali sehari
3–7 tahun: 1⁄2 tablet 500 mg, 3–4 kali sehari
8 – 12 tahun: 1 tablet 500 mg, 3 – 4 kali sehari tidak boleh diberikan untuk
anak yang beratnya kurang dari 7 kg.
3. Efek samping
- Gangguan saluran cerna seperti mual, muntah, diare, konstipasi
(sembelit/susah buang air besar), nyeri lambung sampai pendarahan.
- Ruam kulit, bronkhospasmus, trombositopenia
- Penurunan ketajaman penglihatan dan sembuh bila obat dihentikan
- Gangguan fungsi hati
- Reaksi alergi dengan atau tanpa syok anafilaksi
- Anemia kekurangan zat besi
4. Penyimpanan
Suhu kamar, kering dan tidak panas atau lembab (Depkes RI, 1995)
5. Kontraindikasi
Obat tidak boleh digunakan pada:
- Penderita tukak lambung dan duodenum (ulkus peptikum) aktif
- Penderita alergi terhadap asetosal dan ibuprofen
- Penderita polip hidung (pertumbuhan jaringan epitel berbentuk tonjolan
pada hidung)
- Kehamilan tiga bulan terakhir
6. Interaksi Obar
Penggunaan obat ini dengan obat AINS lainnya dan berbarengan dengan
alkohol dapat mengakibatkan pendarahan pada saluran cerna (Depkes RI,
2006).
7. Hal yang perlu diperhatikan
- Gunakan obat dengan dosis tepat
- Hati-hati untuk penderita gangguan fungsi hati, ginjal, gagal jantung, asma
dan bronkhospasmus atau konsultasikan ke dokter atau Apoteker
- Hati-hati untuk penderita yang menggunakan obat hipoglisemi,
metotreksat, urikosurik, kumarin, antikoagulan, kortiko-steroid, penisilin
dan vitamin C atau minta petunjuk dokter.
- Jangan minum obat ini bersama dengan alkohol karena meningkatkan
risiko perdarahan saluran cerna.

b. Aspirin
Aspirin bekerja menghabat produksi prostaglandin (sebuah zat spesifik yang
menyebabkan rasa sakit dan demam) untuk mengurangi respons tubuh terhadapa
serangkaian proses kimia yang akhirnya menuju terbentuknya rasa sakit. Obat ini
di indikasikan untuk meringankan rasa sakit, nyeri otot, dan sendi, demam, nyeri
karena haid, migren, sakit kepala, dan sakit gigi tingkat ringan hingga agak berat
(Bayer, 2005).
1. Bentuk sediaan
- Tablet 100 mg
- Tablet 500 mg
2. Aturan pemakaian
- Dewasa: 500 mg setiap 4 jam (maksimal selama 4 hari)
Dosis Maksimum: 8 gram / hari
- Anak:
2–3 tahun: 1⁄2-11⁄2 tablet 100mg, setiap 4 jam
4–5 tahun: 11⁄2-2 tablet 100mg, setiap 4 jam
6–8 tahun: 1⁄2-3⁄4 tablet 500mg, setiap 4 jam
9–11tahun:  3⁄4-1 tablet 500mg, setiap 4 jam
> 11 tahun: 1 tablet 500 mg, setiap 4 jam
3. Efek samping
- Nyeri lambung, mual, muntah
- Pemakaian dalam waktu lama dapat menimbulkan tukak dan perdarahan
lambung
4. Penyimpanan
Suhu kamar, kering dan tidak panas atau lembab (Depkes RI, 1995)
5. Kontraindikasi
Tidak boleh digunakan pada:
- Penderita alergi termasuk asma
- Tukak lambung (maag) dan sering perdarahan di bawah kulit
- Penderita hemofilia dan trombositopenia
6. Interaksi
Penggunaan obat ini dengan obat AINS lainnya dan berbarengan dengan
alkohol dapat mengakibatkan pendarahan pada saluran cerna (Depkes RI,
2006)
7. Hal yang perlu diperhatikan
- Aturan pemakaian harus tepat, diminum setelah makan atau bersama
makanan untuk mencegah nyeri dan perdarahan lambung.
- Konsultasikan ke dokter atau Apoteker bagi penderita gangguan fungsi
ginjal atau hati, ibu hamil, ibu menyusui dan dehidrasi
- Jangan diminum bersama dengan minuman beralkohol karena dapat
meningkatkan risiko perdarahan lambung.
- Konsultasikan ke dokter atau Apoteker bagi penderita yang menggunakan
obat hipoglikemik, metotreksat, urikosurik, heparin, kumarin,
antikoagulan, kortikosteroid, fluprofen, penisilin dan vitamin C.
F. Terapi Non-Farmakologi
1. Istirahat yang Cukup
Istirahat yang cukup diperlukan untuk mengembalikan kondisi tubuh kembali
seimbang dan optimum, dengan cara memberikan sel dan organ tubuh memiliki
waktu istirahat dan pemulihan yang cukup (Kayman, 2003).
2. Memperbanyak Asupan Cairan
Pemberian cairan dalam jumlah banyak untuk mencegah dehidrasi karena
kebutuhan air dalam tubuh pasien meningkat (Kayman, 2003).
3. Mengenakan Pakaian Hangat Secukupnya
Tidak memberikan pasien pakaian panas atau tebal yang berlebihan pada saat
menggigil. Mengenakan satu lapis pakaian dan satu lapis selimut saja sudah dapat
memberikan rasa nyaman kepada pasien (Kayman, 2003).
4. Mandi dengan Air Hangat
Mandi dengan air hangat diperlukan untuk menghindari keadaan menggigil dan
peningkatan suhu tubuh bila dibandingkan dengan mandi dengan air biasa atau air
dingin (Kayman, 2003).
5. Memberikan Kompres Hangat
Kompres hangat adalah tindakan dengan menggunakan kain atau handuk yang
telah dicelupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu
sehingga dapat memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh. Pemberian
kompres hangat efektif terutama setelah pemberian obat. Hindari pemberian kompres
dingin karena akan menyebabkan keadaan menggigil dan meningkatkan kembali suhu
inti tubuh pasien (Kayman, 2003).
Beberapa tindakan kompres yang dapat dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh
anatara lain kompres hangat basah, kompres hangat kering menggunakan buli-buli
hangat, kompres dingin basah dengan larutan obat anti septik, kompres dingin basah
dengan air biasa, dan kompres dingin kering dengan kirbat es (eskap) (Kayman,
2003).
Kompres air hangat dapat menurunkan suhu tubuh melalui proses evaporasi.
Dengan kompres air hangat menyebabkan suhu tubuh di luar akan hangat sehingga
tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu di luar cukup panas, akhirnya tubuh
akan menurunkan kontrol pengatur suhu di otak supaya tidak meningkatkan suhu
pengatur tubuh. Dengan adanya suhu luar yang hangat, maka pembuluh darah tepi di
kulit akan melebar dan mengalami vasodilatasi sehingga pori pori kulit akan
membuka dan mempermudah pengeluaran panas dalam bentuk uap atau keringat
sehingga akan terjadi penurunan suhu tubuh. Pemberian kompres air hangat ini
dilakukan di tempat tempat tertentu di bagian tubuh, misalnya pada bagian aksila dan
dahi (Dewi, 2016).

G. Kasus & Dialog


Seorang Bapak umur 40 tahun datang ke apotek dengan keluhan demam, mengigil
berkeringat dan nyeri otot. Setelah berpergian ke luar negeri seminggu yang lalu.
Sebelumnya belum pernah mengalami penyakit ini, tidak memiliki penyakit lain, berat
badan 100kg, tidak memiliki alergi.

Pada siang hari seorang Bapak datang ke Apotek Sehat Farma. Bapak tersebut
datang ke Apotek untuk membeli obat yang bisa menurunkan demam yang disertai
menggigil, berkeringat, dan nyeri otot.

(Bapak tersebut datang ke Apotek dan di sambut Apoteker)


Apoteker : Selamat Siang…
Pasien : Siang…
Apoteker : Ada yang bisa dibantu ?
Pasien : Gini bu, saya mau obat untuk menurunkan demam kira-kira obatnya apa
ya ?
Apoteker : Mohon maaf sebelumnya, perkenalkan saya Verra apoteker di apotek ini.
Maaf pak tadi obat nya akan digunakan untuk siapa ?
Pasien : Untuk saya sendiri bu.
Apoteker : Sudah berapa lama pak demamnya ?
Pasien : Saya mengalami ini setelah berpergian ke luar negeri sekitar seminggu
yang lalu, bu.
Apoteker : Kalau boleh tau, apa ada keluhan yang sedang dirasakan bapak ?
Pasien : Ini bu, nggak tau kenapa mengigil berkeringat dan nyeri otot.
Apoteker : Apakah bapak sebelumnya sudah ada mengkonsumsi obat sebelum
datang ke apotek ini ?
Pasien : Belum ada bu.
Apoteker : Kalau begitu saya ambilkan dulu ya pak obatnya.
Pasien : Oke Bu.
(Apoteker mengambil obat di etalase)
Apoteker : Bapak, ini obatnya untuk menurunkan demam dan nyeri otot bapak, saya
berikan paracetamol diminum 3 x sehari 1 tablet bila demam ya pak.
Apabila demamnya sudah turun bapak bisa menghentikan mengkonsumsi
obat ini. Obatnya dapat disimpan ditempat yang terlindung dari cahaya
matahari atau disimpan di kotak obat.
Pasien : Baik bu. Oiya bu, obat ini apa ada efek samping nya nggak ya ?
Apoteker : Efek samping yang paling sering terjadi yaitu pusing pak, jadi nanti
bapak tidak perlu khawatir ya pak jika mengalami pusing.
Selain obat ini, untuk dapat membantu menurunkan demam bapak dapat
meminta tolong istri atau keluarga untuk mengompres bapak. Serta bapak
harus beristirahat yang cukup dan memperbanyak konsumsi air putih.
Bagaimana pak apakah ada yang ingin ditanyakan lagi ?
Pasien : Baik Pak. Saya sudah paham.
Apoteker : Baiklah pak, jika bapak sudah paham dengan yang saya jelaskan tadi.
Boleh bapak jelaskan kembali penggunaan obatnya ?
Pasien : Obat nya ini diminum 3 x sehari 1 tablet jika demam saja, kalau demam
nya sudah berhenti maka minum obat nya juga berhenti. Terus bisa
dilakukan kompres, istirahat yang cukup dan banyak minum air.
Apoteker : Iya bener pak. Semoga cepat sembuh ya pak. Apabila bapak masih
merasa demam setelah mengkonsumsi obat ini harap segera konsultasi ke
dokter ya pak. Untuk obat nya bisa dibayar dikasir ya pak.
Pasien : Ohiya baik bu. Terimakasih banyak bu.
Apoteker : Sama-sama pak.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Demam adalah salah satu dari tanda-tanda klinis yang paling umum dan ditandai
dengan peningkatan suhu tubuh di atas normal yang memicu peningkatan tonus otot
serta menggigil. Rata-rata suhu tubuh normal yang diukur secara oral adalah 36,5 oC
sampai 37oC. Beberapa gejala dari demam ialah sakit kepala, menggigil, berkeringat
dingin, tidak selera makanan, merasa lelah dan masih banyak lagi gejala yang
dialami. Pengobatan demam data menggunakan obat golongan analgesik/antipiretik
seperti paracetamol, serta obat golongan NSAID seperti ibuprofen dan aspirin.
DAFTAR PUSTAKA

Bayer. 2005. Aspirim. Bayer HealthCare.


Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi Ke-Empat. Jakarta : Depker RI.
Depkes RI. 2006. Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta :
Depkes RI.
Inarno. 2012. Obat Golongan Analgesik dan Antipiretik. STIKES Banyuwangi.
Jevuska. 2012. Definisi Demam. Artikel Kedokteran, Interna.
Kayman, H. 2003. Management of Fever : Making Evidence-Based Decisions. Clin
Pediatr, (42): 383.
Kresnawati. 2011. Obat Golongan NSAID. Artikel Pencegahan.
Mayo clinic. 2018. Fever treatment: quick guide to tarting a fever. Tersedia online di
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/fever/in-depth/fever/art-
20050997 [diakses pada tanggal 10 Maret 2020].
PioNas. 2018. Ibuprofen. Tersedia online di
http://pionas.pom.go.id/monografi/ibuprofen. [diakses tanggal 10 Maret 2020].
PioNas. 2018. Paracetamol. Tersedia online di
http://pionas.pom.go.id/monografi/parasetamol-asetaminofen. [diakses tanggal 10
Maret 2020].
Plipat, N., Hakim, S., Ahrens, W.R. 2002. The febrile child. Dalam: Strange GR, Ahrens
WR, Lelyveld S, Schafermeger RW, penyunting. Pediatric emergency
medicine. Edisi ke-2. New York:McGraw-Hill. 315-24.
Victor, N., Vinci, R.J., Lovejoy, F.H. 1994. Fever in children. Pediatr Rev. (15); 127-34.

Anda mungkin juga menyukai