Anda di halaman 1dari 4

SKENARIO

Tn D 23 tahun, kurang lebih 4 jam sebelum masuk rumah sakit, saat Tn D


mengendarai sepeda motor, Tn D bertabrakan dengan sepeda motor lain dari arah
berlawanan, Tn D terjatuh dan mengalami penurunan kesadaran. Terdapat hematoma
di kepala dan krepitasi pada paha bagian kanan sepertiga medial dextra.

Pada saat kejadian kecelakaan tersebut Tn D dalam keadaan menggunakkan


helm dan tidak sadarkan diri.

Cara penanganan pada kasus kecelakaan Tersebut adalah:

1. Minta bantuan
Perlu di ingat sebelumnya kita harus meminta bantuan dan menganalisa
keadaan kita serta keadaan di sekitar korban (aman diri,aman lingkungan dan
aman pasien). Permintaan bantuan dapat dilakuakan dengan memanggil orang
lain untuk bersama sama melakukan pertolongan.
2. Melepaskan helm dari korban kecelakaan
a. Penolong pertama mempertahankan “in line immobilisation leher” dengan
mempertahankan helm, kepala dan leher menjadi satu kesatuan. Kedua ibu
jari memegang helm pada sisi kanan dan kiri, sedangkan jari-jari lainya
memegang kedua sudut dagu.
b. Penolong kedua melepas tali pengikat helm, jika perlu dapat jika perlu
dapat dipotong untuk mempercepat upaya pertolongan.
c. Penolong kedua mengambil alih fungsi penolong pertama untuk
mempertahankan leher dalam “in-line immobilisation”. Caranya dengan
menyangga dagu dengan jari-jari tangan kanan, ibu jari disudut kanan
sedangkan jari-jari lainnya pada sudut kiri dagu. Tangan kiri
mempertahankan kepala dengan menyangga kuat daerah belakang kepala
diatas leher (daerah Occipital).
Dengan cara ini diupayakan kepala dan terutama leher tidak bergerak
waktu helm dilepas.
d. Penolongan pertama sekarang leluasa melepas helm setelah
penolong kedua mengambil alih fungsinya. Harus diingat kalau
helm berbentuk seperti telur, sehingga cara yang aman untuk
melepas helm adalah dengan melepaskannya ke arah samping
sehingga daun telinga terbebas dan tidak tersangkut.
e. Setelah helm terlepas, penolong pertama diatas kepala korban
menggantikan peran penolong kedua, menerima kepala penderita
dan mempertahankan posisinya dengan menggenggam kepala
mencengkeram kedua telinga korban. Posisi ini dipertahankan
sampai “spine board” dan “collar brace” dipasang.
3. Penanganan selanjutnya A,B,C,D,E
1) A (Air way/jalan nafas)

Kita pantau pernafasannya jika korban ada sumbatan jalan nafas


segera bebaskan. Keluarkan benda asing dari mulut korban dengan
jari tangan kita. Serta lakukan penanganan korban dengan sumbatan
jalan antara lain :

a. Head Tilt (ekstensi kepala) dengan menekan kepala (dahi)


kebawa maka jalan nafas akan berada dalam posisi yang
lurus dan terbuka.
b. Chin Lift (angkat dagu)
c. Jaw Thrust (mendorong rahang) mendorong rahang korban
ke arah depan. Apabila korban munta miringkan. Perlu
diingat sebisa mungkin hindari gerakan pada leher karena
sedikit melakukan gerakan leher bisa mengakibatkan
kematian mendadak.
2) B (Breathing/pernafasan)
Setelah A benar-benar clear dengan jalan nafas telah bersih. Jika
dengan jalan nafas yang bersih korban tetap tidak ada nafas, maka
segera lakukan bantuan nafas sebanyak 2 kali dan pijat jantung
selama 30x. Dengan bantuan nafas tersebut dada korban akan
mengembang jika tidak ada sumbatan pada jalan nafasnya. Dan
jika dengan bantuan nafas ini korban tidak bernafas spontan segera
periksa sirkulasi. Selain itu kita harus menghitung frekuensi
pernafasan korban tersebut. Pernafasan orang normal berkisar 16-
24x/menit. Apabila korban dengan jumlah pernafasan diatas
24x/menit segera berikan oksigen melalui kanul, facemask dll.
3) C (Circulation )
Sistem sirkulasi dapat segera dinilai dengan cara memeriksa denyut
nadi (di pergelangan tangan atau dileher) menilai warna kulit,
meraba suhu tangan, dan kapilari refil, periksa perdarahan.
Apabila kita melihat korban dengn perdarahan yang banyak,maka
kita harus melakukan langkah diatas untuk menilai seberapa
burukkah sirkulasi korban. Setelah itu kita bisa melakukan bebat
tekan pada si korban tersebut guna menghentikan perdarahan.
4) D (Disability/kesadaran)
Langkah selanjutnya yang harus kita lakuka. Lihat dan nilai
kesadaran korban. Penilaian tersebut dengan metode AVPU
(alert,verbal,pain dan unresposive). Alert adalah korban dalam
keadaan sadar. Verbal adalah terdapat respon apabila korban di
panggil oleh pemeriksa. Pain apabila korban memberi respon
setelah pasien diberi ransangan nyeri. Dan unresponsive merupakan
tingkat kesadaran paling rendah karena tidak ada respon dengan
berbagai ransangan. Selain itu yang perluh diperhatikan pada
disability adalah pembidaian korban apabila korban mengalami
patah tulang.
5) E (Exposure)
Biasanya dilakukan untuk mencari sebab lain dari perdarahan yang
menyebabkan korban tidak sadarkan diri.
Exposure dilakukan dengan menelanjangi korban guna mencari
pendarahan yang berada dibagian tertentu pada korban. Perlu
diingat untuk menjaga suhu tubuh korban dengan cara menyelimuti
tubuh korban. Jika kita melakukan semua langkah-langkah mulai
dari Airway, Breathing, Circulation dan Disability serta Exposure
dengan baik terutama ditempat kejadian perkara maka korban dapat
kita hindarkan dari kecacatan dan kematian.
4. Permintaan bantuan dengan menghubungi unit-unit kegawatdaruratan
ambulanc 118. Untuk dibawa ke Rumah Sakit terdekat untuk
penanganan selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai