Anda di halaman 1dari 29

ISU-ISU EKONOMI PANGAN DAN GIZI

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah

Ekonomi Pangan dan Gizi

Dosen Pembimbing : M. Ikhsan Amar S.Gz, M.Kes

Disusun oleh :

Kelompok 7

Natia Defiana 1710714004

Nizma Assafarina Fatihah 1710714037

Clara Felicia 1710714051

Agatha Katherine Widi P J 1710714055

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan


jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam
ciptaan-Nya. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan
kita Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus
berupa ajaran agama yang sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata


kuliah Ekonomi Pangan dan Gizi yang berjudul “Isu-isu Ekonomi Pangan dan
Gizi”.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi
para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki
makalah ini. 

Kami sangat mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil manfaatnya
dan menginspirasi. 

Depok, 26 Mei 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................ii

DAFTAR ISI…................................................................................................ iii


BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2

1.3 Tujuan..................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3

2.1 Isu Strategis Ketahanan Pangan...............................................................3

2.2 Kecukupan Konsumsi Pangan dan Gizi..................................................6

2.3 Konsumsi Pangan Beragam dan Bergizi Seimbang................................12

2.4 Beban Ganda Status Gizi Masyarakat.....................................................17

BAB III KESIMPULAN..................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................23

SOAL LATIHAN.............................................................................................24

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumberdaya


manusia. Penentu gizi yang baik terdapat pada jenis pangan yang baik pula yang
disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Jenis pangan yang baik harus mempunyai
ketahanan pangan dan keamanan pangan yang baik. Ketahanan pangan (food
security) ini harus mencakup aksesibilitas, ketersediaan, keamanan dan
kesinambungan.

Aksesibilitas di sini artinya setiap rumah tangga mampu memenuhi


kecukupan pangan keluarga dengan gizi yang sehat. Ketersediaan pangan adalah
rata-rata pangan dalam jumlah yang memenuhi kebutuhan konsumsi di tingkat
wilayah dan rumah tangga. Sedangkan keamanan pangan (food safety)
dititikberatkan pada kualitas pangan yang memenuhi kebutuhan gizi. Ketahanan
pangan merupakan basis ketahanan ekonomi dan ketahanan nasional secara
berkesinambungan. Namun. di Indonesia ketahanan pangan ini belum bisa
terpenuhi secara optimal karena banyak masyarakat yang terkendala dengan
kemiskinan.

Kemiskinan ini yang mengakibatkan timbulnya penyakit gizi seperti busung


lapar, kwashiorkor, dll. Secara umum dapat dikatakan bahwa peningkatan
ekonomi sebagai dampak dari berkurangnya kurang gizi dapat dilihat dari dua
sisi, pertama berkurangnya biaya berkaitan dengan kematian dan kesakitan dan
di sisi lain akan meningkatkan produktivitas.

Isu tentang pangan merupakan isu yang paling vital. Pangan merupakan
kebutuhan dasar manusia, oleh karena itu pangan harus tersedia dalam jumlah
yang cukup dan mutu yang layak sehingga dapat memenuhi kebutuhan pangan
seluruh masyarakat. Pada dasarnya kebutuhan pangan setiap penduduk selaku
warga negara dijamin oleh negara. Indonesia termasuk salah satu negara yang
menjamin penyediaan pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan negara.

1
Dalam UUD 1945 pasal 34 dijelaskan bahwa negara bertanggung jawab dalam
memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, termasuk pangan.

Terkait dengan pangan, permasalahan tentang ketahanan pangan menjadi


salah satu poin penting. Ketahanan pangan menurut Undang-Undang Pangan
Nomor 18 Tahun 2012 merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi negara
sampai dengan perseorangan yang tercermin dari tersedianya pangan yang
cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan
terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya
masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana isu strategis ketahanan pangan di Indonesia?
2. Bagaimana keecukupan konsumsi pangan dan gizi di Indonesia?
3. Bagaimana konsumsi pangan beragam dan bergizi seimbang di Indonesia?
4. Bagaimana beban ganda status gizi masyarakat di Indonesia?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui isu- isu eonomi pangan dan gizi mulai dari isu
strategis ketahanan pangan, kecukupan konsumsi pangan dan gizi, konsumsi
pangan beragam dan bergizi seimbang, beban ganda status gizi masyarakat.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Isu Strategis Keamanan Pangan
1. Pemantapan ketersediaan pangan berbasis kemandirian 
 Kapasitas produksi domestik
Meliputi laju peningkatan produksi pangan cenderung melandai dengan
rata-rata pertumbuhan kurang satu persen sedangkan pertambahan
penduduk sebesar 1,2% setiap tahun; belum berkembangnya kapasitas
produksi pangan daerah dengan teknlogi sesifik lokasi karena hambatan
inrastruktur pertanian; petani umumnya skala kecil (kurang dari 0,5 hektar)
yang berjumlah 13,7 juta KK menyebabkan aksesibilitasnya terbatas
terhadap sumber permodalan, teknologi, sarana produksi dan pasar; banyak
dijumpai kasus terhambatnya distribusi sarana produks khususnya pupuk
bersubsidi; lambatnya penerapan teknologi akibat kurang insentif ekonomi
dan masalah sosial petani
 Kelestarian sumberdaya lahan dan air 
Saat ini tingkat alih fungsí lahan pertanian ke non pertanian
(perumahan, perkantoran dll) di Indonesia diperkirakan 106.000 ha/5 th .
Kondisi sumber air di Indonesia cukup memperihatinkan, daerah tangkapan
air yakni daerah aliran sungai (DAS) kondisi lahannya sangat kritis akibat
pembukaaan hutan yang tidak terkendali. Defisit air di Jawa sudah terjadi
sejak tahun 1995 dan terus bertambah hingga tahun 2000 telah mencapai
52,8 milyar m3 per tahun. Sejak 10 tahun terakhir terjadi banjir dengan
erosi hebat dan ancaman tanah longsor pada musim hujan bergantian
dengan kekeringan hebat pada musim kemarau. Bila laju degradasi terus
berjalan maka tahun 2015 diperkirakan defisit air di Jawa akan mencapai
14,1 miliar m³ per tahun.

 Cadangan pangan

3
Adanya kondisi iklim yang tidak menentu sehingga sering terjadi
pergeseran penanaman, masa pemanenan yang tidak merata sepanjang
tahun, serta sering timbulnya bencana yang tidak terduga (banjir, longsor,
kekeringan, gempa) memerlukan sistem pencadangan pangan yang baik.
Saat ini belum optimalnya :(1) sistem cadangan pangan daerah untuk
mengantisipasi kondisi darurat bencana alam minimal 3 (tiga) bulan , (2)
cadangan pangan hidup (pekarangan, lahan desa, lahan tidur, tanaman
bawah tegakan perkebunan), (3) kelembagaan lumbung pangan masyarakat
dan lembaga cadangan pangan komunitas lainnya, (4) sistem cadangan
pangan melalui Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan ataupun lembaga usaha
lainnya

2. Peningkatan kemudahan dan kemampuan mengakses pangan 


 Pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat
Masyarakat yang rendah dalam mengakses pangan ada pada golongan
masyarakat miskin, yang diperkirakan sekitar 14.7 persen atau sekitar 34.9
juta pada tahun 2008. Dari jumlah penduduk miskin tersebut, sekitar 68
persen tinggal di pedesaan damana umumnya adala petani.
 Kelancaran distribusi dan akses pangan
Masalah yang dijumpai adalah: infrastruktur distribusi, sarana dan
prasarana pasca panen,mpemasaran dan distribusi antar dan keluar daerah
dan isolasi daerah, sistem informasi pasar, keterbatasan Lembaga
pemasaran daerah, hambatan distribusi karena pungutan resmi dan tidak
resmi, kasus penimbunan komoditas pangan oleh spekulan, adanya
penurunan akses pangan pangan karena terkena bencana
 Penjaminan Stabilitas Harga Pangan
Isu ini stabilitas harga pangan penting karena masa panen yan tidak
merata sepanjang bulan, sehigga harga tinggi pada masa panen dan rendah
pada waktu musim panen, selain itu juga dikarenakan harga pangan dunia
semakin tidak menentu,dan indonesa sangat rentang terhadap pengaruh
pasar dunia. Disamping itu dengan adanya stabilitas harga pangan akan
menguatkan posisi tawar petani dan menjamin akses pangan masyarakat

4
3. Peningkaan Kuantitas dan kualitas konsumsi pangan menuju gizi
seimbang berbasis pada pangan lokal 
 Konsumsi beras masih cukup tinggi yaitu sebesar 105,2 kg/kap/thn
(Susenas 2005), Walaupun Kualitas konsumsi terus meningkat dan pada
tahun 2005 mencapai 79,1 dan 2007 mencapai 83.1, namun konsumsi
pangan sumber protein, sumber lemak dan vitamin/mineral masih jauh dari
harapan. Konsumsi pangan dengan bahan baku terigu mengalami
peningkatan yang sangat tajam yakni sebesar sebesar 19,2 persen untuk
makanan mie dan makan lain berbahan terigu 7.9 persen pada periode
1999-2004. Pada saat ini konsumsi pangan hewani penduduk Indonesia
baru mencapai 6,6 kg/kapita/tahun. Tingkat konsumsi ini lebih rendah
dibanding Malaysia dan Filipina yang masing-masing mencapai 48
kg/kap/tahun dan 18 kg/kapita/tahun
 Faktor penyebab belum berkembangannya adalah : (1) belum
berkembangnya teknologi tepat guna dan terjangkau mengenai pengolahan
pangan berbasis tepung umbi-umbian lokal dan pengembangan aneka
pangan lokal lainnya, (2) belum berkembangnya bisnis pangan untuk
peningkatan nilai tambah ekonomi melalui penguatan kerjasama
pemerintah-masyarakat-dan swasta, (3) belum optimalnya usaha perubahan
perlaku diversifikasi konsumsi pangan dan gizi sejak usia dini melalui jalur
pendidikan formal dan non formal, (4) rendahnya citra pangan lokal, (5)
belum optomalnya Pengembangan program perbaikan gizi yang cost
effective, diantaranya melalui peningkatan dan penguatan program
fortifikasi pangan dan program suplementasi zat gizi mikro khususnya zat
besi dan vitamin A
4. Peningkatan status gizi masyarakat 
 Jumlah anak balita dengan status gizi buruk diperkirakan sebesar 8.81
persen (sekitar 5 juta jiwa) dan gizi kurang sebesar 19,0 persen dan
beberapa masalah gizi lainnya seperti anemia gizi besi (AGB), gangguan
akibat kekurangan iodium (GAKI) dan kurang vtamin A (KVA) masih
terjadi (2005). Masalah kurang energi kronis (KEK) adalah 16,7 persen
pada 2003. Pada saat yang bersamaan pada kelompok usia produktif juga

5
terdapat masalah kegemukan (IMT>25) dan obesitas (IMT>27).
 Peningkatan staus gizi harus dilakukan dengan dalam rangka mengurangi
jumlah penderita gizi kurang, termasuk kurang gizi mikro yang diprioritas
pada kelompok penentu masa depan anak, yaitu, ibu hamil dan calon ibu
hamil/remaja putri, ibu nifas dan menyusui, bayi sampai usia dua tahun
tanpa mengabaikan kelompok usia lainnya. Hal ini dapat ditempuh
melalui : (1) komunikasi, informasi dan edukasi tentang gizi dan
kesehatan , (2) penguatan kelembagaan pedesaan seperti Posyandu, PKK,
dan Dasa Wisma; (3) peningkatan efektivitas fungsi koordinasi lembaga-
lembaga pemerintah dan swasta di pusat dan daerah, dibidang pangan dan
gizi
5. Peningkatan mutu dan keamanan pangan 
 Saat ini masih cukup banyak digunakan bahan tambahan pangan
(penyedap, pewarna pemanis, pengawet, pengental, pemucat dan anti
gumpal) yang beracun atau berbahaya bagi kesehatan.
 Masih kurangnya pengetahuan dan kepedulian masyarakat konsumen
maupun produsen (khususnya industri kecil dan menengah) terhadap
keamanan pangan, yang ditandai merebaknya kasus keracunan pangan baik
produk pangan segar maupun olahan.
 Belum ada sangsi yang tegas terhadap pelanggaran peraturan keamanan
pangan. Oleh karena itu usaha-usaha untuk pencegahan dan pengendalian
keamanan pangan harus dilakukan

2.2 Kecukupan Konsumsi Pangan dan Gizi


Indonesia telah menyatakan komitmen untuk melaksanakan aksi
mengatasi kelaparan, kekurangan gizi serta kemiskinan di dunia. Dalam
Millenium Development Goals (MDGs), ditegaskan untuk mengurangi
angka kemiskinan ekstrim dan kerawanan pangan di dunia sampai
setengahnya di tahun 2015. Ketahanan pangan yang dibangun di
Indonesia, disamping sebagai prasyarat untuk memenuhi hak azasi pangan
masyarakat juga merupakan pilar bagi eksistensi dan kedaulatan suatu
bangsa.

6
Pembangunan ketahanan pangan menuju kemandirian pangan
diarahkan untuk menopang kekuatan ekonomi domestik sehingga mampu
menyediakan pangan yang cukup secara berkelanjutan bagi seluruh
penduduk terutama dari produksi dalam negeri.
Dalam upaya pemantapan ketahanan pangan masyarakat, pemerintah
melalui Badan Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian sejak tahun 2002
mengembangkan tujuh model pemberdayaan di kabupaten/kota di seluruh
propinsi. Adapun model pemberdayaan ketahanan pangan tersebut adalah:
1) Lumbung pangan, 2) Sistem tunda jual, 3) Pangan lokal, 4)
Pemanfaatan pekarangan, 5) Daerah rawan pangan, 6) Participatory
integrated development in rainfed areas (PIDRA) dan 7) Special program
for food security.
Selain upaya diatas, pemerintah juga terus memulihkan perekonomian
masyarakat melalui berbagai kebijakan makro dan mikro yang
pelaksanaannya dilakukan oleh berbagai departemen.
2.2.1 Konsumsi Energi dan Protein
Tingkat kecukupan konsumsi energi dan protein dapat digunakan sebagai
indikator untuk melihat kondisi gizi masyarakat dan juga keberhasilan
pemerintah dalam pembangunan pangan, pertanian, kesehatan, dan sosial
ekonomi secara terintegrasi.

Hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII (WKNPG) tahun 2004,
rata-rata tingkat kecukupan konsumsi energi dan protein penduduk Indonesia
masing-masing sebesar 2000 kkal/kapita/hari dan 52,0 gram/ kapita/hari.
Berdasarkan acuan tersebut, konsumsi energi secara agregat mendekati
tingkat kecukupan yang dianjurkan (99,8 %), sedangkan untuk protein sudah

7
melebihi dari yang dianjurkan sejak tahun 2002. Perkembangan tingkat
kecukupan konsumsi energi dan protein masyarakat dapat dilihat pada
Gambar 1 dan 2.

Kajian di atas juga menunjukkan pola konsumsi pangan yang demikian


tidak hanya terjadi di perdesaan tetapi juga pada masyarakat perkotaan yang
tingkat pendapatannya masih memungkinkan untuk melakukan pemilihan
pangan sesuai dengan selera dan kaidah gizi. Pada tingkat pendapatan yang
terbatas, seseorang akan mengutamakan faktor kenyang (pemenuhan

8
karbohidrat) daripada faktor gizi, preferensi dan prestise. Pada masyarakat
kota selain faktor pendapatan, tingkat pendidikan dan kesadaran akan hidup
sehat juga lebih baik.

9
2.2.2 Konsumsi Pangan
Dalam bahasan konsumsi pangan dibedakan menurut fungsinya seperti
pangan sumber karbohidrat, pangan sumber protein dan sumber lemak serta
vitamin dan mineral. Keragaan data konsumsi pangan ini sangat penting
terutama bagi pemerintah untuk dapat melakukan antisipasi dalam
penyediaannya terutama melalui pasokan dari produksi domestik. Komitmen
pemerintah dalam upaya perwujudkan ketahanan pangan, dilakukan dengan
meningkatkan kemandirian pangan dalam pemenuhan kebutuhan pangan.

10
2.3 Konsumsi Pangan Beragam dan Bergizi Seimbang

11
Berbagai kajian di bidang gizi dan kesehatan menunjukkan
bahwa untuk dapat hidup sehat dan produktif, manusia memerlukan
sekitar 45 jenis zat gizi yang harus diperoleh dari makanan yang
dikonsumsi, dan tidak ada satu jenis panganpun yang mampu memenuhi
seluruh kebutuhan gizi bagi manusia. Untuk memenuhi kebutuhan gizi
tersebut, setiap orang perlu mengkonsumsi pangan yang beragam dan
bergizi seimbang, serta aman.
Penganekaragaman konsumsi pangan dan gizi dipengaruhi oleh
banyak faktor, antara lain : faktor yang bersifat internal (individual) seperti
pendapatan, preferensi, keyakinan (budaya dan religi), serta pengetahuan
gizi, maupun faktor eksternal seperti faktor agro-ekologi, produksi,
ketersediaan dan distribusi,anekaragam pangan,serta promosi/iklan.
(Nugrahaeni, M 2016).
Kualitas keanekaagaman konsumsi pangan dapat ditunjukan dengan PPH
(Pola pangan Harapan).

PERKEMBA
NGAN KONSUMSI ENERGI DAN SKOR PPH TAHUN 2013-2017
( PERKOTAAN DAN PERDESAAN)

12
PERKEMBANGAN KONSUMSI ENERGI PENDUDUK INDONESIA 2013-
2017

13
Pengertian gizi seimbang : susuan pangan sehari-hari yang
mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah dengan memperhatikan
prinsip keanekaragamn pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersi dan
memantau berat badan secra teratur dalam Rngka mempertahankan berat
badan normal untuk mencegah masalah gizi. (Benny A 2014).

Pentingnya gizi seimbang : pangan terbagi menjadi pangan pokok,


lauk pauk , sayur , buah dan air. Dimana masing masing akan memberikan
zat gizi makro maupun mikro yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin
dan mineral. Zat gizi makro dan mikro tersebut digunakan oleh manusia
untuk menghasilkan energi, untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh
serta pengatur pelarut media transport pembentuk. Dimana itu semua jika
seimbang akan membentuk kualitas sdm yang baik. (Benny A 2014).

14
Pada dampak dari gangguan gizi terdapat dampak jangka pendek dan
jangka panjang. Dimulai sejak gizi dalam kandungan maupun sejak
dilahirkan dan terkena infeksi, dimana keduanya memiliki dampak
terhadap gen. Gen akan memberi dampak gangguan gizi pada jangka
pendek pada perkembangan otak, pertumbuhan otot/tulang dan komposisi
tubuh pada tinggi dan berat badan, serta sistem metabolik
karbohidrat,prtein, lemak, hormon , reseptor dan gen. Jika terus berlanjut
masa jangka pendek maka akan berlanjut pada dampak jangka panjang
yang berdampak pada kapasitas kognitif , edukasi dan budaya, imunitas,
lokomotif, kapasitas bekerja, bahan yang menjadi pendukung untuk
kinerja otak, simpanan energi , insulin resisten. Akibat dari jangka panjang
yaitu kegagalan di masa sekolah, kurang edukasi dan rendah pendapatan.
Selain itu menyebabkan infeksi, stunting, obesitas, CHD, tinggi BP, struk
dan kanker. (Benny A 2014)
POLA GIZI SEIMBANG
Susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis
dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan
prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan
mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah gizi
(Benny A 2018).

15
Pilar 1 : mengonsumsi aneka ragam pangan
Pilar 2 membiasakan perilaku hidup berrsih
Pilar 3 melakukan aktivitas fisik
Pilar 4 : memantau berat badan teratur untuk mempertahankan berat badan
normal.

Perilaku gizi seimbang


1. syukuri dan nikmati aneka ragam makanan
2. banyak makan sayuran dan cukup buah buahan
3. biasakan mengkonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi
4. biasakan mengkonsumsi aneka ragam makanan pokok
5. batasi konsumsi pangan manis, asin, dan berlemak
6. biasakan sarapan
7. biasakan minum air putih yang cukup dan aman
8. biasakan membaca label pada kemasan pangan
9. cuci tangan pakai sabun dengan air bersih dan mengalir
10. lakukan aktivitas fisik yang cukup danpertahanankan berat badn normal

16
2.4 Beban Ganda Status Gizi Masyarakat
Beban Ganda Malnutrisi atau DBM (double burden of malnutrition)
adalah suatu konsep yang pertama kali disajikan sekitar satu dekade yang
lalu yang artinya koeksistensi kekurangan gizi dan kelebihan gizi
makronutrien maupun mikronutrien di sepanjang kehidupan pada populasi,
masyarakat, keluarga dan bahkan individu yang sama. Yang
mengkhawatirkan adalah dimensi DBM di sepanjang kehidupan, atau
keterkaitan antara gizi buruk pada ibu hamil dan janin dengan
meningkatnya kerentanan terhadap kelebihan gizi dan pola makan yang
terkait penyakit tidak menular di kemudian hari.
DBM adalah permasalahan global yang mempengaruhi negara-negara
kaya maupun miskin: 25% populasi dunia mengalami kelebihan berat
badan, 17% anakanak pra-sekolah kekurangan berat badan dan 28,5%
mengalami stunting (pendek), 40% wanita usia subur menderita anemia,
dan sepertiga populasi global masih menderita kekurangan yodium.
Sebagian besar negara berpenghasilan rendah hingga menengah akan
terpengaruh oleh DBM, dengan jumlah populasi kelebihan berat badan
meningkat lebih cepat daripada penurunan jumlah populasi yang
kekurangan berat badan. Obesitas meningkat dua kali lipat secara global
dalam tiga dekade terakhir, tetapi pada negara-negara berpenghasilan
rendah hingga menengah, peningkatannya terjadi tiga kali lipat hanya
dalam dua dekade. (Word Bank, 2013)
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2013, secara nasional
prevalensi kependekan pada balita di Indonesia adalah 37,2% yang terdiri
dari 18,0 % sangat pendek dan 19,2 % pendek. Sedangkan hasil Riskesdas
2018, secara nasional prevalensi kependekan pada balita di Indonesia

17
adalah 30,8 % yang terdiri dari 11,5 % sangat pendek dan 19,3 % pendek.
Artinya, prevalensi kependekan pada balita di Indonesia tahun 2013 dan
tahun 2018 mengalami penurunan. Begitu juga prevalensi gizi kurus pada
tahun 2013 12,1% dan pada tahun 2018 turun menjadi 10,2%

Di saat bersamaan, prevalensi balita overweight di Indonesia juga


menurun. Berdasarkan data Riskesdas 2013, prevalensi overweight di
Indonesia mencapai 11,9%, sedangkan 2018 overweight di Indonesia
sebesar 8,0%. Indonesia termasuk di dalam 17 negara di dunia yang
memiliki ketiga masalah gizi tersebut dalam waktu bersamaan. Tingginya
prevalensi malnutrisi, baik undernutrition maupun overnutrition,
menunjukkan bahwa beban ganda malnutrisi di Indonesia sudah cukup
memprihatinkan. Wasting atau kurus merupakan salah satu masalah

18
kurang gizi jangka pendek dimana berat badan tidak sesuai dengan tinggi
badannya (BB/TB). Sedangkan stunting merupakan masalah kekurangan
gizi kronis atau jangka panjang yang disebabkan oleh asupan gizi yang
tidak adekuat sesuai dengan kebutuhannya dalam waktu yang lama.
Stunting yang terjadi saat masih berada di dalam kandungan baru akan
nampak saat anak berusia dua tahun.

2.4.1 Dampak panjang beban ganda malnutrisi


Kekurangan gizi pada anak-anak bisa mulai terjadi pada tahap sangat
awal dalam hidup. Saat seorang anak menerima asupan gizi yang kurang baik
saat masih dalam kandungan, tubuhnya akan “terprogram” agar bisa bertahan
hidup dalam kondisi gizi yang kurang. Akibat “pemrograman” ini, apabila
kelak ia hidup dalam lingkungan dengan asupan gizi yang mudah diperoleh,
tubuh mereka akan sangat rentan terhadap obesitas sehingga mudah terkena
penyakit tidak menular seperti diabetes dan jantung.
Stunting adalah tanda kurang gizi kronis, dan dampak paling merugikan
adalah terhadap perkembangan otak:

 Stunting mengurangi IQ sebesar 5-11 poin


 Nilai sekolah anak-anak jadi lebih rendah
 Anak-anak yang lahir dengan berat badan kurang punya peluang 2,6 kali
lebih kecil untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi
 Pemasukan anak-anak dengan stunting 10 persen lebih rendah.

Saat anak terkena stunting, produktivitas mereka akan berkurang saat


usia muda – capaian pendidikan lebih rendah menghasilkan pekerjaan dengan
pemasukan lebih kecil. Bila diiukti dengan kenaikan berat badan tinggi saat
tua, mereka akan berisiko terkena obesitas dan penyakit lain yang terkait pola
makan. Ini adalah beban ganda malnutrisi.
2.4.2 Penyebab beban ganda malnutrisi di Indonesia
Ada banyak penyebab beban ganda malnutrisi. Sebuah studi Bank Dunia
menyoroti empat faktor utama di Indonesia:

 Meningkatknya usia harapan hidup berkontribusi terhadap perubahan pola

19
penyakit dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular.
 Naiknya kekayaan nasional disertai naiknya ketersediaan makanan
membuat konsumsi lemak per kapita naik dua kali lipat. Makanan olahan
juga dikonsumsi dengan tingkat yang lebih tinggi, khususnya di wilayah
perkotaan.
 Banyak kota tidak ramah bagi pejalan kaki sehingga tidak mendukung
aktivitas fisik, selain itu tempat-tempat yang menyediakan makanan sehat
terbatas. Mereka yang bekerja dan sekolah tidak punya banyak pilihan
selain makanan siap saji di luar rumah.
 Budaya dan tradisi mempengaruhi gizi ibu hamil dan anak-anak, serta
norma sosial membuat perempuan menikah saat masih muda. Faktor-
faktor ini berkontribusi terhadap naiknya kasus kelahiran dengan berat
badan kurang.
Dampak beban ganda malnutrisi tidak hanya dirasakan oleh individu.
Dari segi ekonomi, kerugian akibat stunting dan malnutrisi diperkirakan
setara dengan 2-3% PDB Indonesia. Banyaknya kasus penyakit tidak menular
di Indonesia berakibat pada meningkatnya pengeluaran pemerintah,
khususnya untuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Penyakit tidak
menular, seperti stroke, diabetes melitus, dan gagal ginjal, kini menjadi
penyebab 60% kematian di Indonesia dan pembiayaan JKN untuk kasus
penyakit tidak menular ini merupakan salah satu yang terbesar.

2.4.3 Hubungan Beban Ganda Status Gizi Masyarakat dengan Ekonomi


Journal : Malnutrition in Eastern Indonesia: Does food access matter?
Studi ini menunjukkan bahwa meningkatnya prevalensi beban ganda
malnutrisi di Indonesia timur tidak hanya dipengaruhi oleh karakteristik
individu maupun rumah tangga saja, namun juga dapat dipengaruhi oleh
keterjangkauan pangan secara ekonomi, di mana perubahan pendapatan dan
harga pangan dapat mengubah perilaku konsumsi pangan individu atau rumah
tangga dan secara tidak langsung juga berpengaruh pada status gizi
masyarakat. Dengan demikian, maka upaya yang dilakukan untuk mengatasi
masalah beban ganda malnutrisi di Indonesia timur ini tidak cukup hanya

20
melakukan intervensi pada aspek kesehatan saja, tetapi juga harus
memperhatikan aspek keterjangkauan terhadap pangan, baik dari sisi
pendapatan maupun harga pangan itu sendiri. Intervensi terhadap peningkatan
pendapatan dan stabilisasi harga pangan pokok diperlukan agar tidak
memberi insentif bagi rumah tangga untuk mensubstitusi pangannya dengan
pangan lain yang memiliki kandungan energi lebih banyak tetapi sedikit
kandungan nutrisi lainnya.

21
BAB III

KESIMPULAN

Indonesia telah menyatakan komitmen untuk melaksanakan aksi mengatasi


kelaparan, kekurangan gizi serta kemiskinan di dunia. Dalam Millenium
Development Goals (MDGs), ditegaskan untuk mengurangi angka kemiskinan
ekstrim dan kerawanan pangan di dunia sampai setengahnya di tahun 2015.
Ketahanan pangan yang dibangun di Indonesia, disamping sebagai prasyarat
untuk memenuhi hak azasi pangan masyarakat juga merupakan pilar bagi
eksistensi dan kedaulatan suatu bangsa.
Berbagai kajian di bidang gizi dan kesehatan menunjukkan bahwa untuk
dapat hidup sehat dan produktif, manusia memerlukan sekitar 45 jenis zat
gizi yang harus diperoleh dari makanan yang dikonsumsi, dan tidak ada satu
jenis panganpun yang mampu memenuhi seluruh kebutuhan gizi bagi manusia.
Untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut, setiap orang perlu mengkonsumsi
pangan yang beragam dan bergizi seimbang, serta aman.
Penganekaragaman konsumsi pangan dan gizi dipengaruhi oleh banyak
faktor, antara lain : faktor yang bersifat internal (individual) seperti pendapatan,
preferensi, keyakinan (budaya dan religi), serta pengetahuan gizi, maupun faktor
eksternal seperti faktor agro-ekologi, produksi, ketersediaan dan
distribusi,anekaragam pangan,serta promosi/iklan. (Nugrahaeni, M 2016).
Beban Ganda Malnutrisi atau DBM (double burden of malnutrition) adalah
suatu konsep yang pertama kali disajikan sekitar satu dekade yang lalu yang
artinya koeksistensi kekurangan gizi dan kelebihan gizi makronutrien maupun
mikronutrien di sepanjang kehidupan pada populasi, masyarakat, keluarga dan
bahkan individu yang sama. Yang mengkhawatirkan adalah dimensi DBM di
sepanjang kehidupan, atau keterkaitan antara gizi buruk pada ibu hamil dan janin
dengan meningkatnya kerentanan terhadap kelebihan gizi dan pola makan yang
terkait penyakit tidak menular di kemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA

Word Bank. 2013. Menghadapi Beban Ganda Malnutrisi. Diakses 18 April 2019,

22
dari
http://documents.worldbank.org/curated/en/278471468258284433/pdf/NonAs
ciiFileName0.pdf

Anonim. 2017. Indonesia Menghadapi Beban Ganda Malnutrisi. Diperoleh 18


April 2019, dari http://www.jurnalmedika.com/blog/1-Indonesia-
Menghadapi-Beban-Ganda- Malnutrisi

Fauziyah, Arina Nur. 2016. Malnutrition in Eastern Indonesia: Does food


access matter?. Jurnal Ekonomi Kesehatan, Vol. 1, No. 2, hlm. 13-17.

Ariani , Mewa . 2007 . KONSUMSI PANGAN MASYARAKAT INDONESIA


ANALISIS DATA SUSENAS 1999-2005 . Diperoleh 20 April 2019 , dari
https://ejournal.persagi.org/index.php/Gizi_Indon/article/viewFile/40/37

Benny A, dkk. 2018. SADAR GIZI SEIMBANG MEWUJUDKAN


GENERASI TINGGI, SEHAT, CERDAS DAN
BERPRESTASI. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Benny A, dkk. 2014.Pedoman Gizi Seimbang 2014. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI.
Nugraheni, M. 2016. Pedoman analisis konsumsi pangan. Yogyakarta :
Universitas Negri Yogyakarta.

SOAL LATIHAN
1. kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan
yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat untuk
dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan merupakan
Undang-Undang Pangan Ketahanan pangan Nomor?
a. 18 Tahun 2012
b. 20 Tahun 2012
c. 18 Tahun 2010
d. 18 Tahun 2011
e. 18 Tahun 2009
2. Masalah yang terjadi pada Peningkatan kemudahan dan kemampuan
mengakses pangan dalam kelancaran distribusi dan akses pangan meliputi,
kecuali
a. infrastruktur distribusi, sarana dan prasarana pasca panen

23
b. pemasaran dan distribusi antar dan keluar daerah dan isolasi
daerah,
c. sistem informasi pasar
d. ekspor
e. keterbatasan Lembaga pemasaran daerah
3. berikut merupakan yang meliputi Isu Strategis Keamanan Pangan ,
kecuali?
a. Pemantapan ketersediaan pangan berbasis kemandirian
b. Peningkatan kemudahan dan kemampuan mengakses pangan
c. Peningkaan Kuantitas dan kualitas konsumsi pangan menuju gizi
seimbang berbasis pada pangan lokal
d. Penurunan ekspor pangan
e. Peningkatan mutu dan keamanan pangan
4. Dalam Peningkatan mutu dan keamanan pangan dalam penggunaan bahan
tambahan pangan jika disalah gunakan akan beracun atau berbahaya bagi
kesehatan.berikut yang termasuk bahan tambahan pangan
a. Penyedap
b. pewarna pemanis
c. pengawet
d. pengental,
e. rehidrasi
5. Dalam bahasan konsumsi pangan dibedakan menurut fungsinya
a. pangan sumber karbohidrat, pangan sumber protein dan
sumber lemak serta vitamin dan mineral
b. pangan sumber karbohidrat, pangan sumber protein dan sumber
lemak
c. pangan sumber energi, karbohidrat, pangan sumber protein dan
sumber lemak serta vitamin dan mineral
d. pangan sumber karbohidrat, pangan sumber protein dan sumber
lemak serta mineral
e. pangan sumber karbohidrat, pangan sumber protein dan sumber
lemak serta vitamin
6. Dalam upaya pemantapan ketahanan pangan masyarakat, pemerintah
melalui Badan Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian sejak tahun 2002
mengembangkan tujuh model pemberdayaan di kabupaten/kota di seluruh
propinsi. Adapun model pemberdayaan ketahanan pangan tersebut adalah:
kecuali
a. Lumbung pangan,
b. Sistem tunda jual,
c. Pangan lokal,
d. pangan luar
e. Daerah rawan pangan.

24
7. Penganekaragaman konsumsi pangan dan gizi dipengaruhi oleh
banyak faktor, pada faktor internal antara lain :
a. pendapatan,
b. agro-ekologi,
c. produksi,
d. ketersediaan
e. distribusi,
8. Penganekaragaman konsumsi pangan dan gizi dipengaruhi oleh
banyak faktor eksterna, antara lain
a. pendapatan,
b. preferensi,
c. keyakinan (budaya dan religi)
d. faktor agro-ekologi,
e. pengetahuan gizi
9. pola gizi seimbang merupakan
a. Susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam
jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan
memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas
fisik, perilaku hidup bersih dan mempertahankan berat badan
normal untuk mencegah masalah gizi
b. Susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis
dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh,
c. Susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis
dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan
memperhatikan aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan
mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah gizi
d. Susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis
dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan
memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik,
dan perilaku hidup bersih
e. Susunan pangan yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah
yang lebih dari kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip
keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan
mempertahankan berat badan normal untuk mencegah masalah gizi
10. Dampak panjang beban ganda malnutrisi, Ada banyak penyebab beban
ganda malnutrisi. Sebuah studi Bank Dun ia menyoroti empat faktor utama
di Indonesia yaitu, kecuali
a. Menurunnna usia harapan hidup
b. turunnya kekayaan nasional disertai naiknya ketersediaan makanan
c. Banyak kota tidak ramah bagi pejalan kaki sehingga tidak
mendukung aktivitas fisik,

25
d. Budaya dan tradisi mempengaruhi gizi ibu hamil dan anak-anak,
dengan berat badan kurang.
e. Meningkatnya ekspor pangan

26

Anda mungkin juga menyukai

  • Anak
    Anak
    Dokumen1 halaman
    Anak
    nizma safarina
    Belum ada peringkat
  • Bagian Niniz
    Bagian Niniz
    Dokumen1 halaman
    Bagian Niniz
    nizma safarina
    Belum ada peringkat
  • Bank Soal Ekopang Setelah Uts
    Bank Soal Ekopang Setelah Uts
    Dokumen20 halaman
    Bank Soal Ekopang Setelah Uts
    nizma safarina
    Belum ada peringkat
  • Bagian Niniz
    Bagian Niniz
    Dokumen1 halaman
    Bagian Niniz
    nizma safarina
    Belum ada peringkat
  • Bagian Niniz
    Bagian Niniz
    Dokumen1 halaman
    Bagian Niniz
    nizma safarina
    Belum ada peringkat
  • Bagian Niniz
    Bagian Niniz
    Dokumen1 halaman
    Bagian Niniz
    nizma safarina
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen1 halaman
    Tugas
    nizma safarina
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 2
    Kelompok 2
    Dokumen2 halaman
    Kelompok 2
    nizma safarina
    Belum ada peringkat
  • Ilmu Gizi Pengertia
    Ilmu Gizi Pengertia
    Dokumen1 halaman
    Ilmu Gizi Pengertia
    nizma safarina
    Belum ada peringkat
  • Interaksi OBAT PDF
    Interaksi OBAT PDF
    Dokumen10 halaman
    Interaksi OBAT PDF
    ERONADIAULFAH SUGITO
    Belum ada peringkat
  • Obesitas
    Obesitas
    Dokumen1 halaman
    Obesitas
    nizma safarina
    Belum ada peringkat
  • Obes
    Obes
    Dokumen19 halaman
    Obes
    nizma safarina
    Belum ada peringkat
  • Kisi2 No 2 Patof
    Kisi2 No 2 Patof
    Dokumen4 halaman
    Kisi2 No 2 Patof
    nizma safarina
    Belum ada peringkat
  • Elekrtokardiogram Punya Nizma
    Elekrtokardiogram Punya Nizma
    Dokumen12 halaman
    Elekrtokardiogram Punya Nizma
    nizma safarina
    Belum ada peringkat
  • Harris Benedict
    Harris Benedict
    Dokumen5 halaman
    Harris Benedict
    nizma safarina
    Belum ada peringkat
  • List Judul
    List Judul
    Dokumen1 halaman
    List Judul
    nizma safarina
    Belum ada peringkat
  • Good Laboratory Practice
    Good Laboratory Practice
    Dokumen6 halaman
    Good Laboratory Practice
    nizma safarina
    Belum ada peringkat
  • Pembedahan
    Pembedahan
    Dokumen4 halaman
    Pembedahan
    nizma safarina
    Belum ada peringkat
  • Pancasila Dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
    Pancasila Dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
    Dokumen6 halaman
    Pancasila Dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
    nizma safarina
    Belum ada peringkat
  • Anfis 1
    Anfis 1
    Dokumen2 halaman
    Anfis 1
    nizma safarina
    Belum ada peringkat
  • Jadwal
    Jadwal
    Dokumen1 halaman
    Jadwal
    nizma safarina
    Belum ada peringkat
  • BDJGHVJS, LF
    BDJGHVJS, LF
    Dokumen6 halaman
    BDJGHVJS, LF
    nizma safarina
    Belum ada peringkat
  • Faktor Risiko KVA
    Faktor Risiko KVA
    Dokumen4 halaman
    Faktor Risiko KVA
    nizma safarina
    Belum ada peringkat
  • Psikologi
    Psikologi
    Dokumen4 halaman
    Psikologi
    Juliana Dewi Olii
    Belum ada peringkat
  • Soal Statistika Fix
    Soal Statistika Fix
    Dokumen39 halaman
    Soal Statistika Fix
    nizma safarina
    Belum ada peringkat
  • HYPERLINK
    HYPERLINK
    Dokumen3 halaman
    HYPERLINK
    nizma safarina
    Belum ada peringkat
  • Soal Sampling Dan Estimasi
    Soal Sampling Dan Estimasi
    Dokumen1 halaman
    Soal Sampling Dan Estimasi
    nizma safarina
    Belum ada peringkat
  • Keseimbangan Pasar
    Keseimbangan Pasar
    Dokumen3 halaman
    Keseimbangan Pasar
    nizma safarina
    Belum ada peringkat
  • Proses Komunikasi
    Proses Komunikasi
    Dokumen2 halaman
    Proses Komunikasi
    Fairuz Ikhwan
    Belum ada peringkat