Anda di halaman 1dari 6

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

SKOZOFRENIA

Skizofrenia berasal dari kata schism dan phrenia yang berarti perpecahan
1. Pengertian (Definisi) jiwa meliputi pikiran, emosi/perasaan, dan perilaku. Skizofrenia adalah
gangguan jiwa berat yang ditandai dengan adanya gangguan dalam
menilai realita.
2. Anamnesis a. Halusinasi pendengaran, seperti mendengar suara-suara
b. Delusi, seperti percaya rekan kerja ingin meracuni anda
c. Kegelisahan
d. Kemarahan
e. Emosi datar
f. Kekerasan
g. Banyak berargumentasi
h. Merasa diri penting atau memandang orang lain rendah
i. Pikiran dan perilaku bunuh diri
3. Pemeriksaan Status a. Gangguan proses pikir : asosiasi longgar, inkoherensi,tangensial,
Mental terhambat/ bloking, asosiasi bunyi, ekolalia, neologisme, mutisme
b. Gangguan isi pikir : waham, adalah keyakinanyang salah,yang
menetap, tidak sesuai realita dan tidak bisa dikoreksi. Jenis-jenis
waham antara lain, waham kejar, waham kebesaran, waham
rujukan, waham dikendalikan, waham disiarkan,waham penyiaran
pikiran, waham penyisipan pikiran, waham cemburu, dll
c. Gangguan persepsi: halusinasi, ilusi, depersonalisasi dan derealisasi
d. Gangguan emosi : ada tiga afek yang sering, yaitu : afek tumpul
atau datar, afek tak serasi, dan afek labil
e. Gangguan perilaku; berbagai perilaku tak sesuai atau aneh
dapatterlihat seperti gerakan tubuh yang aneh dan
menyeringai,perilaku ritual, sangatketolol-tololan,dan
agresifsrtaperilaku seksual yang takpantas
f. Gangguan Motivasi; aktivitas yang disadari seringkali menurun
atau hilang pada orang dengan skizofrenia. misalnya kehilangan
kehendak dan tidak adaaktivitas.
2. Gangguan Neurokognitif; terdapat gangguan atensi, menurunnya
kemampuan untuk menyelesaikan masalah, gangguan memori
(misalnya,memori kerja, spasialdan verbal) sertafungsi eksekutif.
4. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan seperti umumnya pemeriksaan fisik lainnya
antara lain berat badan, suhu tubuh, tekanan darah, nadi, pemeriksaan
jantung, paru-paru dan abdomen, namun pada umumnya tidak ada

1
kelainan dan dalam batas normal.
5. Kriteria Diagnosis Kriteria Diagnostik menurut PPGDJ-III:

1. Agorafobia:
Semua kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk diaghnosis pasti
a. Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus
merupakan manifestasi primer dari ansietas dan bukan sekunder
dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atau pikiran
obsesif
b. Ansietas yang timbul tebatas pada setidaknya dua dari situasi
berikut: banyakorang/keramaian, tempat umum, bepergian
keluar rumah, dan bepergian sendiri dan
c. Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala
yang menonjol (penderita menjadi house bound)
2. Fobia Sosial
Semua kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk diaghnosis pasti:
a. Gejala psikologis,perilaku atau otonomik yang timbul harus
merupakan manifestasi primer dari ansietas dan bukan sekunder
dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atau pikiran
obsesif
b. Ansietas yang timbul harus mendominasi atau terbatas pada
situasi social tertentu (outside thefamily circle) ; dan
c. Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala
yang menonjol
3. Fobia Khas (terisolasi):
Semua kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk diaghnosis pasti:
a. Gejala psikologis,perilaku atau otonomik yang timbul harus
merupakan manifestasi primer dari ansietasnya dan bukan
sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atau
pikiran obsesif
b. Ansietas harus terbatas pada adanya objek atau situasi fobik
tertentu(highlyspesific situations)
c. Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya

F.20.0 Skizofrenia Paranoid


a. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
b. Halusinasi dan/ waham arus menonjol
 Suara-suara yang mengancam pasien atau memberi perintah,
atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi
pluit
 Halusinasi pembauan atau pengecapan, halusinasi visual
mungkin ada tetapi jarang

2
 Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of
influence) atau passivity
 Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta
gejala katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.
F20.1 Skizofrenia Hebefrenik
a. Memenuhi Kriteria umum diagnosis skizofrenia
b. Diagnosis hebefrenik untuk pertama kali hanya ditegakkan pada
usia remaja atau dewasa muda (onset biasanya 15-25 tahun)
c. Kepribadian premorbid menunjukan pemalu dan senang
menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk
memastikan bahwa gambaran yang khas
d. Untuk meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan selama 2
atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang
khas: perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat
diramalkan, serta manerisme, ada kecenderungan untuk
menyendiri. Afek dangkal, tidak wajar, sering disertai oleh
cekikikan

F 20.2 Skizofrenia Katatonik


a. Memenuhi kriteria umum untuk diagnosa skizofrenia
b. Satu atau lebih dari perilaku harus mendominasi gambaran
klinsnya
1. Stupor atau mutisme
2. Gaduh gelisah
3. Menampilkan postur tubuh tertentu
4. Negativisme
5. Rigiditas
6. Fleksibilitas cerea
c. Pasien yang tidak komunikatif dengan perilaku dari gangguan
katatonik, diagnosa skizofren harus ditunda sampai diperoleh
bukti

F20.3 Skizofrenia Tak terinci (undifferentiated )


a. Memenuhi kriteria umum untuk diagnosa skizofrenia
b. Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia paranoid, hebefrenik,
katatonik.
c. Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi
pasca skiszofrenia

F20.5 Skizofrenia Residual


Untuk diagnostik yang menyakinkan persyaratan berikut harus di penuhi

3
semua:
 Gejala negative menonjol misalnya aktifitas menurun, afek yang
menumpul, sikap pasif dan ketidak adaan inisiatif, kemiskinan
dalam kuantitas atau isi pembicaraan.
 Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa
lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosa skizofrenia
 Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana
gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat
berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom negatif dari
skizofrenia
 Tidak terdapat dementia, atau penyakit/gangguan otak organik
lainnya

F20.6 Skizofrenia Simpleks


Skizofrenia simpleks sulit dibuat tergantung pada pemantapan
perkembangan yang berjalan berlahan dan progresif dari:
 Gejala negatif yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului
riwayat halusinasi, waham, atau manifestasi lain
 Disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang
bermakna, bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang
mencolok, tidak berbuat sesuatu tanpa tujuan hidup, dan
penarikan diri secara sosial.
6. Diagnosis Kerja Aksis I Sesuai kasus dan memenuhi kriteria diagnosis
 F10-F19 Gg. Mental dan perilaku akibat zat psikoaktif
 Kondisi Lain Yang Menjadi Fokus Perhatian Klinis
Aksis II Sesuai kasus dan memenuhi kriteria diagnosis
 Gangguan Kepribadian
 Retardasi Mental
Aksis III Sesuai kasus dan memenuhi kriteria diagnosis
 Kondisi Medik Umum/penyakit fisik
Aksis IV Sesuai jenis stressor yang ditemukan berupa
 Masalah Psikososial dan Lingkungan
Aksis V Sesuai kondisi pasien
 Penilaian Fungsi Secara Global
7. Diagnosis Banding 1. Gangguan kondisi medis umum, misal epilepsy lobus temporalis,
tumor lobus temporalis atau frontalis, stadium awal sclerosis
multiple dan sindrom lupus eritematosus
2. Penyalahgunaan alcohol dan zat psikoaktif
3. Gangguan skizoafektif
4. Gangguan afektif berat
5. Gangguan waham menetap

4
6. Gangguan perkembangan pervasive
7. Gangguan kepribadian skizotipal
8. Gangguan kepribadian skizoid
9. Gangguan kepribadian paranoid
8. PemeriksaanPenunjang Tidak ada pemeriksaan penunjang khusus untuk penderita skizofrenia.
Bila ada indikasi/curiga organik maka bisa dilakukan pemeriksaan sesuai
kebutuhan seperti:
1. Pemeriksaan Laboratorium lengkap, darah tepi lengkap, Fungsi hati,
profil lipid, fungsi ginjal, glukosa sewaktu
2. PANSS
3. CT-Scan dan lain-lain
9. Terapi Dasar pengobatan secara holistik, yaitu

1. Somatoterapi

 Perbaiki keadaan umum


 Pemberian anti psikotik dan monitoring efek samping obatseperti table berikut

a. Neuroleptik tipikal (Konvensional)

B. Neuroleptik atipikal

Pemberian antipsikotika perlu waktu yang lama. Serangan akut pertama


kali diperlukan terapi rumatan 1-2 tahun setelah remisi.untuk
kekambuhan kedua kali diperlukan terapi rumatan 5 tahun setelah remisi
c. Terapi Elektrokonvulsi kalau perlu (gaduh-gelisah atau stuporyang
berat)
2. Psikoterapi
 Untuk memperkuat fungsi ego dengan cara psikoterapi
suportif
 Agar penderita dapat bersosialisas
 Manipulasi lingkungan dilakukan agarlingkungan dapat
 Memahami dan menerima keadaan penderita
 Membimbing pasien dalam kehidupan sehari-

5
hari,memberi kesibukan atau pekerjaan
 Mengawasi minum obat secara teratur dan terus menerus
serta membawa pasien untuk pemeriksaan ulang

Kesembuhan pasien Skizofrenia dapat berupa


1. Kesembuhan total (totalrecovery):mungkin sembuh
seterusnya,mungkin sembuh seterusnyamungkin kambuh 1-2 kali
2. Kesembuhan social (social recovery)
3. Keadaan kronis yang stabil(stable cronicity)
4. Terjadi deteriorasi
3. Edukasi Keluarga berusaha untuk menghindari ungkapan-ungkapan emosi yang
(Hospital Health Promotion) bisa mengakibatkan penyakit penderita kambuh kembali. Dan diberi
informasi tentang cara-cara untuk mengekspresikan perasaan-perasaan,
baik yang positif maupun yang negative secara jelas, dan untuk
memecahkan setiap persoalan secara bersama-sama.
4. Prognosis Secara umum prognosis skizofrenia bergantung pada : usia pertamakali
timbul (onset); mula timbulnya akut atau kronik; tipe/jenis skizofrenia;
cepat, tepat serta teraturnya pengobatan; ada atau tidak ada faktor
keturunan; ada atau tidak ada faktor pencetus; kepribadian pre-psikotik;
keadaan sosio-ekonomi; jenis kelamin; status perkawinan; gejala
positif/negative
5. Tingkat Evidens I /II/III/IV
6. Tingkat Rekomendasi A /B/C
7. Penelaah Kritis SMF PSIKIATRI
8. Indikator Klinis
9. Kepustakaan 1. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan R.I.,
1993 Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di
Indonesia III, Depkes RI., Jakarta hlm 450- 489.
2. Kaplan, H.l., Sadock BJ, 1998. Synopsis of Psikiatry, behavioral
sciences Clinical psichiatry, 8 thed. William&Wilkins, USA
3. Kaplan, Hl, Sadock BJ, Grebb JA, skizofrenia, dalam : Sinopsis
psikiatri, ed 7, vol 1, 1997 : 685-729.
4. Maramis,WF,. CAtatn Ilmu Kedokteran Jiwa,Cetakan I. Airlangga
University Press, Surabaya
5. Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PP
PDSKJI). Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran jiwa/Psikiatri
(PNPK JIWA/PSIKIATRI). 2012
10. Kriteria Pasien Boleh
Pulang

Anda mungkin juga menyukai