Anda di halaman 1dari 2

MENANGGAPI TEMAN BERMASALAH DI KELAS

MENGGUNAKAN KALIMAT SANTUN

Oleh :

Yenistyo Pujiani, S.Pd

SMP NEGERI 1 AMPELGADING

Kabupaten Pemalang – Jawa Tengah

Setiap manusia pasti memiliki permasalahan baik kecil maupun besar tergantung

individu masing-masing dapat menyikapinya dengan bijak atau malah menghindari. Begitu

juga siswa SMP Negeri I Ampelgading ketika mereka mengikuti KBM di kelas, mereka setiap

hari bergelut dengan pelajaran dan harus menyelesaikan masalah mereka. Hal

tersebut,berkenaan dengan kepandaian atau kecakapan yang mereka miliki saat mengerjakan

tugas guru, mengikuti aturan sekolah yang begitu banyak seperti masuk pukul 07.00,

memakai seragam dengan rapi, tidak boleh bolos dan bahkan harus berbicara santun dengan

siapa saja.

Siswa memiliki latar belakang kehidupan dalam keluarga dan lingkungan

masyarakat yang berbeda tentunya akan berbeda pula cara mereka menyikapi peraturan di

sekolah. jika mereka sudah terbiasa dengan kedisiplinan di rumah dan lingkungan masyarakat

yang mendukung, maka ketika mengikuti aturan sekolah tanpa masalah. Namun, ketika

mereka tidak terbiasa dengan hal tersebut biasa santai, tidak menerapkan disiplin karena

bimbingan orang tua yang lemah, mengucapkan kata dengan seenaknya sendiri atau tidak

santun karena tidak adanya contoh di rumah. Maka ketika mereka datang ke sekolah dengan
seabrek aturan, mereka akan kaget bahkan hal tersebut dianggap sebagai siksaan beberapa jam

hingga sekolah bubar, kadang ada yang ingin bebas secara cepat untuk menghindarinya

dengan cara bolos sekolah.

Siswa bermasalah jumlahnya lebih sedikit dari siswa yang tidak bermasalah ketika

di kelas. Oleh karena itu, siswa bermasalah menjadi hal yang menjengkelkan bagi teman lain

karena siswa tersebut . Ada-ada saja masalah yang dibuat jika siswa bermasalah akan merasa

bosan di kelas dan melakukan hal-hal yang tidak berkenan bagi guru sehingga guru akan

sejenak menghentikan pelajaran untuk mengingatkan anak tersebut. Kelas menjadi kurang

kondusif yang akan menjadikan teman lainnya melontarkan kalimat-kalimat yang cenderung

mengandung sarkasme dan celaan terhadap anak tersebut. Supaya menciptakan kondusifitas

sekaligus sebagai pembelajaran anak untuk bisa mengingatkan teman yang bermasalah, maka

anak perlu dibekali bagaimana menggunakan kalimat yang santun meski digunakan untuk

menyampaikan ketidak sukaan mereka terhadap perilaku teman yang bermasalah agar tidak

menyinggung perasaan. Bahasa santun akan membuat harmonisasi kelas menjadi terjaga dan

juga anak yang bermasalah tidak merasa dirinya di kucilkan, serta menghindari praktik

bullying di sekolah yang akhir-akhir ini marak terjadi.

Diharapkan dengan penyampaian kalimat yang santun terhadap anak yang

bermasalah akan menjadikan anak tersebut sadar bahwa yang dilakukan salah tanpa perlu

mencela. Peran guru dalam menanamkan pembelajaran tentang bagaimana bahasa yang

santun menjadi kunci dalam mengembangkan hubungan saling menghargai dan

menginsyafkan peserta didik bermasalah bahwa sesungguhnya semua manusia itu pada

dasarnya baik dengan pendekatan yang manusiawi. Kalimat yang santun akan mengubah

perilaku anak yang bermasalah menjadi pribadi yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai