Oleh :
Setiap manusia pasti memiliki permasalahan baik kecil maupun besar tergantung
individu masing-masing dapat menyikapinya dengan bijak atau malah menghindari. Begitu
juga siswa SMP Negeri I Ampelgading ketika mereka mengikuti KBM di kelas, mereka setiap
hari bergelut dengan pelajaran dan harus menyelesaikan masalah mereka. Hal
tersebut,berkenaan dengan kepandaian atau kecakapan yang mereka miliki saat mengerjakan
tugas guru, mengikuti aturan sekolah yang begitu banyak seperti masuk pukul 07.00,
memakai seragam dengan rapi, tidak boleh bolos dan bahkan harus berbicara santun dengan
siapa saja.
masyarakat yang berbeda tentunya akan berbeda pula cara mereka menyikapi peraturan di
sekolah. jika mereka sudah terbiasa dengan kedisiplinan di rumah dan lingkungan masyarakat
yang mendukung, maka ketika mengikuti aturan sekolah tanpa masalah. Namun, ketika
mereka tidak terbiasa dengan hal tersebut biasa santai, tidak menerapkan disiplin karena
bimbingan orang tua yang lemah, mengucapkan kata dengan seenaknya sendiri atau tidak
santun karena tidak adanya contoh di rumah. Maka ketika mereka datang ke sekolah dengan
seabrek aturan, mereka akan kaget bahkan hal tersebut dianggap sebagai siksaan beberapa jam
hingga sekolah bubar, kadang ada yang ingin bebas secara cepat untuk menghindarinya
Siswa bermasalah jumlahnya lebih sedikit dari siswa yang tidak bermasalah ketika
di kelas. Oleh karena itu, siswa bermasalah menjadi hal yang menjengkelkan bagi teman lain
karena siswa tersebut . Ada-ada saja masalah yang dibuat jika siswa bermasalah akan merasa
bosan di kelas dan melakukan hal-hal yang tidak berkenan bagi guru sehingga guru akan
sejenak menghentikan pelajaran untuk mengingatkan anak tersebut. Kelas menjadi kurang
kondusif yang akan menjadikan teman lainnya melontarkan kalimat-kalimat yang cenderung
mengandung sarkasme dan celaan terhadap anak tersebut. Supaya menciptakan kondusifitas
sekaligus sebagai pembelajaran anak untuk bisa mengingatkan teman yang bermasalah, maka
anak perlu dibekali bagaimana menggunakan kalimat yang santun meski digunakan untuk
menyampaikan ketidak sukaan mereka terhadap perilaku teman yang bermasalah agar tidak
menyinggung perasaan. Bahasa santun akan membuat harmonisasi kelas menjadi terjaga dan
juga anak yang bermasalah tidak merasa dirinya di kucilkan, serta menghindari praktik
bermasalah akan menjadikan anak tersebut sadar bahwa yang dilakukan salah tanpa perlu
mencela. Peran guru dalam menanamkan pembelajaran tentang bagaimana bahasa yang
menginsyafkan peserta didik bermasalah bahwa sesungguhnya semua manusia itu pada
dasarnya baik dengan pendekatan yang manusiawi. Kalimat yang santun akan mengubah