OLEH :
Syarat-syarat mutlak yang harus ada dalam pembangunan pertanian (A.T Mosher,
1965;77) adalah :
a. Adanya pasar untuk produk atau hasil-hasil pertanian.
Petani produsen sangatlah senang apabila ia mendapatkan harga yang tinggi pada
saat ia menjual produksinya. Pembangunan pertanian dapat meningkatkan
produksi hasil pertanian. Untuk hasil-hasil itu perlu ada pasaran serta harga yang
cukup tinggi guna membayar kembali biaya-biaya tunai dan daya upaya yang
telah dikeluarkan petani sewaktu memproduksikannya. Mennurut A.T Mosher,
1965;78, diperlukan tiga hal dalam pasaran untuk hasil usaha tani, yaitu :
a) Seseorang di suatu tempat yang membeli hasil usaha tani, perlu ada permintaan
(demand) terhadap hasil usaha tani ini.
b) Seseorang yang menjadi penyalur dalam penjualan hasil usaha tani, sistem
tataniaga.
c) Kepercayaan petani pada kelancaran sistem tataniaga itu. Kebanyakan petani
harus menjual hasil-hasil usaha taninya sendiri atau di pasar setempat.
b. Teknologi yang senantiasa berkembang sesuai dengan perkembangan atau
kesempatan ataupun permasalahan yang dihadapi.
Kemajuan dan pembangunan dalam bidang apapun tidak dapat dilepaskan dari
kemajuan teknologi. Revolusi pertanian didorong oleh penemuan mesin-mesin
dan cara-cara baru dalam bidang pertanian. A.T Mosher (Mubyarto, 1989;235)
menganggap teknologi yang senantiasa berubah itu sebagai syarat mutlak adanya
pembangunan pertanian. Apabila tidak ada perubahan dalam teknologi maka
pembangunan pertanian pun terhenti. Produksi terhenti kenaikannya, bahkan
dapat menurun karena merosotnya kesuburan tanah atau karena kerusakan yang
makin meningkat oleh hama penyakit yang semakin merajalela.
Teknologi baru yang diterapkan dalam bidang pertanian selalu dimaksudkan
untuk menaikkan produktivitas, apakah ia produktivitas tanah, modal atau tenaga
kerja. Seperti halnya traktor lebih produktif daripada cangkul, pupuk buatan lebih
produktif daripada pupuk hijau dan pupuk kandang, menanam padi dengan baris
lebih produktif daripada menanamnya tidak teratur.
Dalam menganalisa peranan teknologi baru dalam pembangunan pertanian,
digunakan dua istilah lain yang sebenarnya berbeda namun dapat dianggap sama
yaitu perubahan teknik (technical change) dan inovasi (inovation) menurut
Mubyarto (1989;235). Istilah perubahan teknik jelas menunjukkan unsur
perubahan suatu cara baik dalam produksi maupun dalam distribusi barang-barang
dan jasa-jasa yang menjurus ke arah perbaikan dan peningkatan produktivitas.
Sedangkan inovasi berarti pula suatu penemuan baru yang berbeda dari yang
sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya, artinya selalu bersifat baru.
c. Tesedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal.
Apabila pada suatu daerah petani telah diyakinkan akan kebaikan mutu suatu jenis
bibit unggul atau oleh efektivitas penggunaan pupuk tertentu atau oleh
mujarabnya obat pemberantas hama dan penyakit, maka bibit unggul, pupuk dan
obat-obatan yang telah didemonstrasikan itu harus benar-benar tersedia secara
lokal di dekat petani, di mana petani dapat membelinya.
Kebanyakan metode baru yang dapat meningkatkan produksi pertanian,
memerlukan penggunaan bahan-bahan dan alat-alat produksi khusus oleh petani.
Diantaranya termasuk bibit, pupuk, pestisida, makanan dan obat ternak serta
perkakas. Pembangunan pertanian menghendaki kesemuanya itu tersedia di atau
dekat pedesaan (lokasi usaha tani), dalam jumlah yang cukup banyak untuk
memenuhi keperluan tiap petani yang membutuhkan dan menggunakannya dalam
usaha taninya.
d. Adanya perangsang (insentif) berproduksi bagi petani atau pelaku usaha tani.
Cara-cara kerja usaha tani yang lebih baik, pasar yang mudah dijangkau dan
tersedianya sarana dan alat produksi memberi kesempatan kepada petani untuk
menaikkan produksi. Begitu pula dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang
dikeluarkan oleh pemerintah menjadi perangsang produksi bagi petani.
Pemerintah menciptakan kebijaksanaan-kebijaksanaan khusus yang dapat
merangsang pembangunan pertanian. Misalnya kebijaksanaan harga beras
minimum, subsidi harga pupuk, kegiatan-kegiatan penyuluhan pertanian yang
intensif, perlombaan-perlombaan dengan hadiah menarik pada petani-petani
teladan dan lain-lain. kebijaksanaan harga pada umumnya yang menjamin
stabilitas harga-harga hasil pertanian merupakan contoh yang dapat meningkatkan
rangsangan pada petani untuk bekerja lebih giat dan mereka akan lebih pasti
dalam usaha untuk meningkatkan produksi.
Jadi perangsang yang dapat secara efektif mendorong petani untuk menaikkan
produksinya adalah terutama bersifat ekonomis (A.T Mosher, 1965;124), yaitu :
a) Perbandingan harga yang menguntungkan.
b) Bagi hasil yang wajar.Tersedianya barang dan jasa yang ingin dibeli oleh petani
untuk keluarganya.
e. Tersedianya transportasi yang menunjang.
Pentingnya perangkutan adalah bahwa produksi pertanian harus tersebar meluas,
sehingga diperlukan jaringan perangkutan yang menyebar luas, untuk membawa
sarana dan alat produksi ke tiap usaha tani dan membawa hasil usaha tani ke
pasaran konsumen baik di kota besar dan/atau kota kecil.Perangkutan haruslah
diusahakan semurah mungkin.
Cabai (Capsicum annuum L. ) adalah tanaman yang termasuk ke dalam
keluarga tanaman Solanaceae. Cabai mengandung senyawa kimia yang
dinamakan capsaicin (8-methyl-N-vanillyl-6-nonenamide). Selain itu, terkandung
juga berbagai senyawa yang mirip dengan capsaicin, yang dinamakan
capsaicinoids. Sedangkan Buah cabai merupakan buah buni dengan bentuk garis
lanset, merah cerah, dan rasanya pedas. Daging buahnya berupa keping-keping
tidak berair. Bijinya berjumlah banyak serta terletak di dalam ruangan buah
(Setiadi, 2008).
Kingdom : Plantae
Dividi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Subkelas : Sympetalae
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
(Kusandriani, 1996).
Komoditas cabai merah saat ini merupakan salah satu komoditas andalan petani
sayuran di Indonesia karena dapat ditanam pada berbagai lahan, tidak mengenal
musim tanam, dapat dijual dalam bentuk segar maupun olahan, serta mempunyai
nilai sosial ekonomi yang tinggi. Tanaman cabai banyak mengandung vitamin A
dan vitamin C serta mengandung minyak atsiri capsaicin, yang menyebabkan rasa
pedas dan memberikan kehangatan panas bila digunakan untuk rempah-rempah
(bumbu dapur). Cabai dapat ditanam dengan mudah sehingga bisa dipakai untuk
kebutuhan sehari-hari tanpa harus membelinya di pasar. Tanaman cabai cocok
ditanam pada tanah yang kaya humus, gembur dan sarang, serta tidak tergenang
air, pH tanah yang ideal sekitar 5-6. Waktu tanam yang baik untuk lahan kering
adalah pada akhir musim hujan (Maret-April). Untuk memperoleh harga cabai
yang tinggi, bisa juga dilakukan pada bulan Oktober dan panen pada bulan
Desember, walaupun ada risiko kegagalan. Tanaman cabai diperbanyak melalui
biji yang ditanam dari tanaman yang sehat serta bebas dari hama dan penyakit.
Buah cabai yang telah diseleksi untuk bibit dijemur hingga kering. Kalau
panasnya cukup dalam lima hari telah kering kemudian baru diambil bijinya.
Untuk areal satu hektar dibutuhkan sekitar 2-3 kg buah cabai (300-500 gr biji)
(Sugiarti, 2003).
Benih cabai dapat diperoleh dari buah yang tua yang bentuknya sempurna,
tidak cacat dan bebas hama penyakit. Belah buah cabai secara memanjang.
Keluarkan bijinya dan jemur. Biarkan hingga kering. Biji seperti ini bisa langsung
disemai. Biji yang terpilih untuk ditanam sebaiknya mengalami perlakuan benih
dahulu. Benih direndam dalam larutan kalium hipoklorit 10% sekitar 10 menit.
Tindakan ini sebagai penangkal penyakit virus yang sering terdapat pada benih.
Benih juga dapat direndam dalam air hangat (suhu 50 oC selama semalam. Tujuan
perendaman agar benih cepat tumbuh. Tanaman cabai sebaiknya ditanam dalam
bentuk bibit. Untuk itu diperlukanpersemaian dengan atap daun kelapa, daun
pisang, atau alang – alang. Pada daerah dataran tinggi sebaiknya dibuat atap yang
kekuatannya memadai. Arah persemaian dibuat menghadap ke timur. Tanah
bedengan dibuat agak gembur. Tambahkan pupuk kandang dengan dicampur
merata. Tebarkan biji cabai dan siram dengan sprayer halus agar tumbuh baik.
Setelah berumur 30-40 hari setelah semai bibit siap ditanam di lahan (Nazaruddin,
2000).
Untuk memperoleh harga jual yang tinggi biasanya dilakukan petani cabai
dadakan atau petani musiman.
Harga cabai merangkak naik saat musim hujan. Pada musim tersebut
budidaya cabai terbentur pada masalah perawatan serta pengendalian hama dan
penyakit. Bagi petani yang kurang berpengalaman, pasti tanaman cabainya
mengalami kerusakan. Hal demikian menjadikan pasokan cabai berkurang.
d. Rotasi tanaman
Bila tidak ada hambatan dan perawatan cukup intensif, tanaman akan
dapat dipanen pertama kalinya pada usia 70 – 75 hari. Untuk selanjutnya tanaman
dapat dipanen secara terus menerus dengan selang waktu satu atau dua minggu
sekali. Sebenarnya panen dilakukan petani berdasarkan pada keadaan pasar. Bila
pasar cabai kurang menguntungkan buah dipanen dalam keadaan yang benar –
benar tua ataupun waktu panennya agak lama. Sebaliknya bila keadaan pasar
menguntungkan, petani memanen cabai ini dengan selang waktu pendek (Setiadi,
2008)
Ameriana, M , R.
S. Natawi
djaja, B. Arief,
Rusidi, dan M.
H. Karmana. 2006.
Faktor
-
faktor
yang
Mempengaruhi
Kepedulian Konsumen terhadap Sayuran
Aman Residu Pestisida (Kasus pada
Buah Tomat di Kota Bandung). J.
Hort
,
vol
. 16(1):77
-
86
.
Ameriana, M, W. Adiyo
ga, R.
S. Basuki, dan
E. Suryaningsih. 2000. Kepedulian
Konsumen terhadap Sayuran
Bebas
Residu Pestisida: Kasus pada Sayuran
Tomat dan Kubis. J. Hort
, vol
. 9(4):366
-
377.