Anda di halaman 1dari 9

TUGAS EKONOMI PERTANIAN

IIMPLEMENTASI SISTEM PERTANIAN DARI KOMODITI TANAMAN


CABAI

OLEH :

NATANIA BR TARIGAN :190301140


ISWER KAUR :190301141
AGROTEKNOLOGI 3

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
Pertanian merupakan sektor usaha yang dimiliki oleh sebagian besar
masyarakat Indonesia terutama yang bertempat tinggal di pedesaan.Usaha
pertanian di Indonesia memiliki peranan penting dalam aspek penyediaan
lapangan kerja, penyediaan pangan serta penyumbang devisa melalui kegiatan
ekspor dan lainnya. Namun dalam kenyataannya sektor pertanian belum
mengalami perubahan secara signifikan hal ini bisa dilihat dari kehidupan subjek-
subjek pelaku pertanian, slah satunya yang paling mendasar yaitu petani. Petani
sebagai pelaku pertanian pokok masih berada dalam garis kehidupan dengan
pendapatan dibawah rata-rata.

Syarat-syarat mutlak yang harus ada dalam pembangunan pertanian (A.T Mosher,
1965;77) adalah :
a. Adanya pasar untuk produk atau hasil-hasil pertanian.
Petani produsen sangatlah senang apabila ia mendapatkan harga yang tinggi pada
saat ia menjual produksinya. Pembangunan pertanian dapat meningkatkan
produksi hasil pertanian. Untuk hasil-hasil itu perlu ada pasaran serta harga yang
cukup tinggi guna membayar kembali biaya-biaya tunai dan daya upaya yang
telah dikeluarkan petani sewaktu memproduksikannya. Mennurut A.T Mosher,
1965;78, diperlukan tiga hal dalam pasaran untuk hasil usaha tani, yaitu :
a) Seseorang di suatu tempat yang membeli hasil usaha tani, perlu ada permintaan
(demand) terhadap hasil usaha tani ini.
b) Seseorang yang menjadi penyalur dalam penjualan hasil usaha tani, sistem
tataniaga.
c) Kepercayaan petani pada kelancaran sistem tataniaga itu. Kebanyakan petani
harus menjual hasil-hasil usaha taninya sendiri atau di pasar setempat.
b. Teknologi yang senantiasa berkembang sesuai dengan perkembangan atau
kesempatan ataupun permasalahan yang dihadapi.
Kemajuan dan pembangunan dalam bidang apapun tidak dapat dilepaskan dari
kemajuan teknologi. Revolusi pertanian didorong oleh penemuan mesin-mesin
dan cara-cara baru dalam bidang pertanian. A.T Mosher (Mubyarto, 1989;235)
menganggap teknologi yang senantiasa berubah itu sebagai syarat mutlak adanya
pembangunan pertanian. Apabila tidak ada perubahan dalam teknologi maka
pembangunan pertanian pun terhenti. Produksi terhenti kenaikannya, bahkan
dapat menurun karena merosotnya kesuburan tanah atau karena kerusakan yang
makin meningkat oleh hama penyakit yang semakin merajalela.
Teknologi baru yang diterapkan dalam bidang pertanian selalu dimaksudkan
untuk menaikkan produktivitas, apakah ia produktivitas tanah, modal atau tenaga
kerja. Seperti halnya traktor lebih produktif daripada cangkul, pupuk buatan lebih
produktif daripada pupuk hijau dan pupuk kandang, menanam padi dengan baris
lebih produktif daripada menanamnya tidak teratur.
Dalam menganalisa peranan teknologi baru dalam pembangunan pertanian,
digunakan dua istilah lain yang sebenarnya berbeda namun dapat dianggap sama
yaitu perubahan teknik (technical change) dan inovasi (inovation) menurut
Mubyarto (1989;235). Istilah perubahan teknik jelas menunjukkan unsur
perubahan suatu cara baik dalam produksi maupun dalam distribusi barang-barang
dan jasa-jasa yang menjurus ke arah perbaikan dan peningkatan produktivitas.
Sedangkan inovasi berarti pula suatu penemuan baru yang berbeda dari yang
sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya, artinya selalu bersifat baru.
c. Tesedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal.
Apabila pada suatu daerah petani telah diyakinkan akan kebaikan mutu suatu jenis
bibit unggul atau oleh efektivitas penggunaan pupuk tertentu atau oleh
mujarabnya obat pemberantas hama dan penyakit, maka bibit unggul, pupuk dan
obat-obatan yang telah didemonstrasikan itu harus benar-benar tersedia secara
lokal di dekat petani, di mana petani dapat membelinya.
Kebanyakan metode baru yang dapat meningkatkan produksi pertanian,
memerlukan penggunaan bahan-bahan dan alat-alat produksi khusus oleh petani.
Diantaranya termasuk bibit, pupuk, pestisida, makanan dan obat ternak serta
perkakas. Pembangunan pertanian menghendaki kesemuanya itu tersedia di atau
dekat pedesaan (lokasi usaha tani), dalam jumlah yang cukup banyak untuk
memenuhi keperluan tiap petani yang membutuhkan dan menggunakannya dalam
usaha taninya.
d. Adanya perangsang (insentif) berproduksi bagi petani atau pelaku usaha tani.
Cara-cara kerja usaha tani yang lebih baik, pasar yang mudah dijangkau dan
tersedianya sarana dan alat produksi memberi kesempatan kepada petani untuk
menaikkan produksi. Begitu pula dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang
dikeluarkan oleh pemerintah menjadi perangsang produksi bagi petani.
Pemerintah menciptakan kebijaksanaan-kebijaksanaan khusus yang dapat
merangsang pembangunan pertanian. Misalnya kebijaksanaan harga beras
minimum, subsidi harga pupuk, kegiatan-kegiatan penyuluhan pertanian yang
intensif, perlombaan-perlombaan dengan hadiah menarik pada petani-petani
teladan dan lain-lain. kebijaksanaan harga pada umumnya yang menjamin
stabilitas harga-harga hasil pertanian merupakan contoh yang dapat meningkatkan
rangsangan pada petani untuk bekerja lebih giat dan mereka akan lebih pasti
dalam usaha untuk meningkatkan produksi.

Jadi perangsang yang dapat secara efektif mendorong petani untuk menaikkan
produksinya adalah terutama bersifat ekonomis (A.T Mosher, 1965;124), yaitu :
a) Perbandingan harga yang menguntungkan.
b) Bagi hasil yang wajar.Tersedianya barang dan jasa yang ingin dibeli oleh petani
untuk keluarganya.
e. Tersedianya transportasi yang menunjang.
Pentingnya perangkutan adalah bahwa produksi pertanian harus tersebar meluas,
sehingga diperlukan jaringan perangkutan yang menyebar luas, untuk membawa
sarana dan alat produksi ke tiap usaha tani dan membawa hasil usaha tani ke
pasaran konsumen baik di kota besar dan/atau kota kecil.Perangkutan haruslah
diusahakan semurah mungkin.
Cabai (Capsicum annuum L. ) adalah tanaman yang termasuk ke dalam
keluarga tanaman Solanaceae. Cabai mengandung senyawa kimia yang
dinamakan capsaicin (8-methyl-N-vanillyl-6-nonenamide). Selain itu, terkandung
juga berbagai senyawa yang mirip dengan capsaicin, yang dinamakan
capsaicinoids. Sedangkan Buah cabai merupakan buah buni dengan bentuk garis
lanset, merah cerah, dan rasanya pedas. Daging buahnya berupa keping-keping
tidak berair. Bijinya berjumlah banyak serta terletak di dalam ruangan buah
(Setiadi, 2008).

Klasifikasi tanaman cabai

Kingdom : Plantae

Dividi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Subkelas : Sympetalae

Ordo : Tubiflorae (solanales)

Famili : Solanaceae

Genus : Capsicum

Species : Capsicum annum L.

(Kusandriani, 1996).

Komoditas cabai merah saat ini merupakan salah satu komoditas andalan petani
sayuran di Indonesia karena dapat ditanam pada berbagai lahan, tidak mengenal
musim tanam, dapat dijual dalam bentuk segar maupun olahan, serta mempunyai
nilai sosial ekonomi yang tinggi. Tanaman cabai banyak mengandung vitamin A
dan vitamin C serta mengandung minyak atsiri capsaicin, yang menyebabkan rasa
pedas dan memberikan kehangatan panas bila digunakan untuk rempah-rempah
(bumbu dapur). Cabai dapat ditanam dengan mudah sehingga bisa dipakai untuk
kebutuhan sehari-hari tanpa harus membelinya di pasar. Tanaman cabai cocok
ditanam pada tanah yang kaya humus, gembur dan sarang, serta tidak tergenang
air, pH tanah yang ideal sekitar 5-6. Waktu tanam yang baik untuk lahan kering
adalah pada akhir musim hujan (Maret-April). Untuk memperoleh harga cabai
yang tinggi, bisa juga dilakukan pada bulan Oktober dan panen pada bulan
Desember, walaupun ada risiko kegagalan. Tanaman cabai diperbanyak melalui
biji yang ditanam dari tanaman yang sehat serta bebas dari hama dan penyakit.
Buah cabai yang telah diseleksi untuk bibit dijemur hingga kering. Kalau
panasnya cukup dalam lima hari telah kering kemudian baru diambil bijinya.
Untuk areal satu hektar dibutuhkan sekitar 2-3 kg buah cabai (300-500 gr biji)
(Sugiarti, 2003).

Benih cabai dapat diperoleh dari buah yang tua yang bentuknya sempurna,
tidak cacat dan bebas hama penyakit. Belah buah cabai secara memanjang.
Keluarkan bijinya dan jemur. Biarkan hingga kering. Biji seperti ini bisa langsung
disemai. Biji yang terpilih untuk ditanam sebaiknya mengalami perlakuan benih
dahulu. Benih direndam dalam larutan kalium hipoklorit 10% sekitar 10 menit.
Tindakan ini sebagai penangkal penyakit virus yang sering terdapat pada benih.

Benih juga dapat direndam dalam air hangat (suhu 50 oC selama semalam. Tujuan
perendaman agar benih cepat tumbuh. Tanaman cabai sebaiknya ditanam dalam
bentuk bibit. Untuk itu diperlukanpersemaian dengan atap daun kelapa, daun
pisang, atau alang – alang. Pada daerah dataran tinggi sebaiknya dibuat atap yang
kekuatannya memadai. Arah persemaian dibuat menghadap ke timur. Tanah
bedengan dibuat agak gembur. Tambahkan pupuk kandang dengan dicampur
merata. Tebarkan biji cabai dan siram dengan sprayer halus agar tumbuh baik.
Setelah berumur 30-40 hari setelah semai bibit siap ditanam di lahan (Nazaruddin,
2000).

Pemeliharaan tanaman cabai tidak terlalu sulit. Dengan cara


membersihkan rumput pengganggu, menjaga ketersediaan air, dan memberantas
hama serta penyakit. Penyakit utama yang sering menanggalkan tanaman cabai
ialah penyakit yang disebabkan virus daun keriting. Virus ini ditularkan kutu
daun. Virus tersebut merusak daun muda sehingga menjadi keriting atau
menggulung dan mengecil. Sampai sekarang penykit ini belum dapat diberantas
sehingga bila ada tanaman yang terserang lebih baik dicabut dan dibuang agar
tidak menular (Sunarjono, 2004).
Sesuai dengan pernyataan Redaksi Agro Media (2008), yang
menyatakan bahwa penentuan waktu tanaman harus tepat untuk memperoleh
produksi buah cabai yang berkualitas dan berkuantitas tinggi. Penetuan waktu
tanam juga berpengaruh pada harga jual cabai akibat permintaan pasar.

a. Penentuan waktu tanam berdasarkan musim

Cabai merupakan tanaman semusim. Umumnya petani menanam cabai


pada musim kemarau setelah tanam palawija. Hal ini sesuai karakteristik cabai
yang pertumbuhannya baik generatif maupun vegetatif membutuhkan sinar
matahari penuh dan cuaca cerah. Umumnya petani menanam cabai saat musim
kemarau karena serangan penyakit terbilang minim.

b. Penentuan waktu tanam berdasarkan harga jual

Untuk memperoleh harga jual yang tinggi biasanya dilakukan petani cabai
dadakan atau petani musiman.

c. Penentuan waktu tanam berdasarkan permintaan pasar

Harga cabai merangkak naik saat musim hujan. Pada musim tersebut
budidaya cabai terbentur pada masalah perawatan serta pengendalian hama dan
penyakit. Bagi petani yang kurang berpengalaman, pasti tanaman cabainya
mengalami kerusakan. Hal demikian menjadikan pasokan cabai berkurang.

d. Rotasi tanaman

Secara tradisional, terutama dilahan sawah penanaman cabai biasanya


dirotasi dengan tanaman lain. Hal ini dilakukan oleh petani karena faktor kultur
budidaya serta untuk memutus siklus hama atau penyakit tanaman. Para petani di
pedesaan yang belum mengetahui teori dan teknik rotasi biasanya mentukan rotasi
tanaman berdasarkan pengalaman turun temurun.

Bila tidak ada hambatan dan perawatan cukup intensif, tanaman akan
dapat dipanen pertama kalinya pada usia 70 – 75 hari. Untuk selanjutnya tanaman
dapat dipanen secara terus menerus dengan selang waktu satu atau dua minggu
sekali. Sebenarnya panen dilakukan petani berdasarkan pada keadaan pasar. Bila
pasar cabai kurang menguntungkan buah dipanen dalam keadaan yang benar –
benar tua ataupun waktu panennya agak lama. Sebaliknya bila keadaan pasar
menguntungkan, petani memanen cabai ini dengan selang waktu pendek (Setiadi,
2008)

Memelihara kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pembangunan


pertanian. Ciri keberlanjutan dalam pembangunan pertanian harus memperhatikan
aspek lingkungan, aspek daya produksi, dan aspek kebersamaan atau keadilan
sebagai satu kesatuan yang utuh. Keberlanjutan dalam aspek lingkungan
mengarah pada satu kegiatan pertanian tanah lingkungan. Hal tersebut menjadi
tuntutan konsumen dunia sekaligus menjamin kesinambungan kegiatan pertanian.
Keberlanjutan dalam aspek produksi mengarah pada pemanfaatan sumber daya
alam secara rasional dan bertumpu pada kekuatan iptek dan sumber daya manusia
pertanian yang tangguh. Keberlanjutan dalam aspek kebersamaan atau keadilan
harus menjamin eksistensi pelaku bisnis pertanian skala kecil dan menengah yang
ada saat ini ke arah yang semakin berkembang (Mangunwijdaja dan Sailah, 2005).

Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi holistik yang


meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agroekosistem, termasuk
keragaman hayati, siklus biologi dan aktifitas biologi tanah. Pertanian organik
menekankan penggunaan praktik manajemen yang lebih mengutamakan
penggunaan masukan setempat dengan kesadaran bahwa keadaan regional
setempat memang memerlukan sistem adaptasi lokal (Eliyas, 2008).

Para petani tradisional pada awalnya hanya menggunakan pupuk organik.


Namun dengan semakin meluasnya areal pertanian, pupuk organik tidak lagi
mencukupi sehingga kemudian muncul pupuk anorganik yang lebih dikenal
sebagai pupuk kimia. Pupuk anorganik memiliki beberapa kelebihan dibanding
dengan pupuk organik, diantaranya mampu memberikan efek yang lebih cepat dan
memiliki bentuk fisik yang lebih praktis dan menarik. Karena lebih mudah
mendapatkannya, petani pun kemudian lebih menyukainya. Namun seiring
berjalannya waktu kemudian disadari bahwa penggunaan pupuk kimia secara
terus menerus dapat merusak tanah. Meski efek penggunaannya lebih lambat
namun pupuk organik lebih ramah lingkungan dibanding pupuk anorganik
(Yuliarti, 2009).
Pemanfaatan lahan pasir pantai mulai dilakukan seiring makin menyempitnya
lahan sawah akibat konversi lahan, sehingga kepemilikan lahan semakin sempit
(Widodo, 2009).Perluasan areal penanaman cabai dilakukan untuk meningkatkan
produksi dan memenuhi kebutuhan pasar. Dilihat dari data Badan Pusat Statistik
(BPS)dua tahun terakhir; produksicabai merah tertinggi terjadi di Kabupaten
Kulon Progo. Luas arealcabai merah di Kulon Progotahun 2013 sebesar 1.469 ha,
meningkat dari tahun 2012 seluas 1.435 ha. Namun demikian dilihat dari produksi
dan produktivitasnya, cenderung mengalami penurunan dari 11.581,6 t(8,07 t/ha)
pada tahun 2012 menjadi 10.920,8 t(7,43 t/ha) tahun 2013 (BPS-D.I.Yogyakarta,
2014).
Teknologi Budidaya Cabai Merah Pada waktupersiapan lahandilakukan
penambahan Trichodermayang merupakan agensia hayati dicampurkan dengan
pupuk organik sebelum disebarkan sebagai pupuk dasar(Tabel 4).Penambahan
Trichoderma mampu mengurangi serangan penyakit layu fusariumdan layu
bakteri. Tanaman pada musim tanam yang sebelumnya terserang penyakit layu
intensitas nya hampir mencapai 50%, berkurang hampir setengahnya setelah
aplikasi trioderma. Diaplikasi. Hasil analisis uji intensitas penyakit kuning dan
layu tidak berbeda nyata akan tetapi persentase intensitas serangan penyakit layu
cenderung menurun dengan penerapan teknologi introduksi bila dibandingkan
dengan cara petani. Pada penerapan teknologi introduksi, intensitas serangan
26,04% mengalami penurunan sebesar 5,84% bila dibandingkan cara petani yang
intensitasnya 31,88% varietas Helix.
Secara keseluruhan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tepat mampu
menghasilkan produk cabai merah yang kompetitif, efisien, berkualitas (bersih
dari kontaminan berbahaya, penampilan menarik, dan kondisi fisik buah
mulus/tanpa cacat), sehat, dan aman dikonsumsi (Harun et al.,1996, Ameriana et
al.,2000, Ameriana et al.,2006, Duriat,2008).Tujuan pengkajian ini untuk
menganalisis kelayakan paket teknologi usahatani varietas cabai merah varietas
Kencana dan Helixspesifik lokasi lahan pesisir pantai.

Ameriana, M , R.
S. Natawi
djaja, B. Arief,
Rusidi, dan M.
H. Karmana. 2006.
Faktor
-
faktor
yang
Mempengaruhi
Kepedulian Konsumen terhadap Sayuran
Aman Residu Pestisida (Kasus pada
Buah Tomat di Kota Bandung). J.
Hort
,
vol
. 16(1):77
-
86
.
Ameriana, M, W. Adiyo
ga, R.
S. Basuki, dan
E. Suryaningsih. 2000. Kepedulian
Konsumen terhadap Sayuran
Bebas
Residu Pestisida: Kasus pada Sayuran
Tomat dan Kubis. J. Hort
, vol
. 9(4):366
-
377.

Anda mungkin juga menyukai