Anda di halaman 1dari 2

Essay Terbaik

ibnudin.com

Judul : Tragedi Nol Buku

Audiensi dengan Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) merupakan ajang
penting bagi Taufiq Ismail untuk menyampaikan aspirasi dan pendapatnya terhadap penelitian membaca
buku. Tragedi nol buku dia menyebutnya, yang berarti sebuah ungkapan atau gambaran keprihatinan
seorang sastrawan terhadap budaya bangsa Indonesia.

Hasil penelitian Taufiq Ismail menunjukkan bahwa siswa SMA Indonesia tidak wajib membaca buku
sastra sama sekali, yang dapat kita lihat minimnya pengetahuan siswa terhadap sastra. Lingkup pelajaran
Bahasa Indonesia hanya mengarang, menulis, dan menguasai EYD atau PUEBI. Sastra seolah dianggap
tidak penting dan dikucilkan. Ini tentunya sangat membuat beliau prihatin.

Membaca pun hanya menjadi sekedar ajakan atau himbauan, bukan sebuah kewajiban. Dapat dilihat
dari studi minat membaca di 65 negara, Indonesia menempati posisi ke-57, masih kalah dengan Thailand
yang nyatanya menempati posisi ke-50. Selain itu, negara Jepang yang yang kita tahu merupakan negara
maju dalam teknologi menempati posisi ke-8.
Dapat kita katakan ini merupakan musibah. Musibah seperti bencana alam dapat menghancurkan
sebuah daerah atau bahkan negara, tetapi tragedi nol buku ini dapat menghancurkan mentalitas dan
dimensi karakter bangsa. Seharusnya, kekhawatiran negara terhadap tragedi ini harus sama dengan
penyebaran narkoba yang semakin membesar.

Mengapa seperti itu? Kita sering mendengar kalimat “Buku Adalah Jendela Dunia”. Banyak pengertian
yang dapat kita ambil dari kalimat ini. Semakin banyak kita membaca buku, semakin kita dapat melihat
dunia, atau bahkan mengubahnya. Hanya dengan membaca buku juga, pengetahuan kita akan makin
bertambah, dan negara kita pun bisa berubah menjadi negara maju.

Tragedi nol buku ini memang sangat disayangkan. Padahal, disediakannya perpustakaan di setiap sekolah
dan daerah gunanya untuk membuat siswa rajin membaca, menghindari miskin ilmu dan terus
menambah wawasan dari bidang apapun. Selain itu, alangkah lebih baik negara pun ikut membantu
dalam program membaca untuk siswa Indonesia.

Kita menyadari bahwa buku merupakan salah satu pilar penting dalam membangun karakter bangsa,
karena bukan sekadar memberikan ilmu pengetahuan, namun juga dapat membentuk cara berpikir,
bertutur kata yang baik dan sopan, serta berbuat atau membentuk budi pekerti yang baik. Ya, buku
memiliki andil yang sangat besar dalam melahirkan generasi bangsa yang bermoral.

Anda mungkin juga menyukai