Rangkuman Kode Etik dan Tata Kelola – Teori yang Melandasi Good Corporate
Governance
Teori yang mendasari Good Corporate Governance
Perusahaan terdiri dari serangkaian kontrak (the nexus of contract) antara berbagai
pihak seperti konsumen, pekerja, manajer, dan pemasok, pemerintah, regulator,
investor, pemilik, analisis, akuntan, auditor, dewan komisaris. Hal ini menunjukkan
adanya hubungan yang sangat komplek dalam suatu perusahaan.
Penerapan Corporate Governance membantu menyelaraskan dan menyatukan
berbagai pihak yang memiliki kepentingan berbeda terhadap perusahaan, agar
bersama-sama berkolaborasi untuk mencapai tujuan perusahaan.
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori keagenan menekankan pentingnya pemilik perusahaan (pemegang saham)
menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga-tenaga profesional yang
lebih memahami menjalankan bisnis sehari-hari. Semakin besar perusahaan maka
akan terjadi pemisahan antara pemilik dan pengendali perusahaan.
Banyak pemegang saham yang bertindak pasif artinya tidak ikut serta dalam
kegiatan operasional perusahaan, oleh karena itu manajer diharapkan dapat
bertindak demi kepentingan pemegang saham.
Implikasi teori keagenan terhadap konsep Corporate Governance adanya pemberian
insentif dan melakukan monitoring (pengawasan). Monitoring yang dilakukan oleh
pihak independen memerlukan biaya pengawasan (monitoring cost) berupa biaya
audit, yang merupakan salah satu dari agency cost
2. Teori Penatalayanan (Stewardship Theory)
Teori penatalayanan mengasumsikan bahwa manajer adalah pelayan yang baik bagi
perusahaan. Teori ini dibangun di atas asumsi filosofis mengenai sifat manusia yakni
manusia pada hakekatnya dapat dipercaya, mampu bertindak dengan penuh
tanggung jawab, memiliki integritas dan kejujuran terhadap pihak lain.
Implikasi stewardship theory terhadap Corporate Governance yaitu salah satunya
adalah terbitnya Undang-Undang Perseroan Terbatas di Indonesia yang didalamnya
menetapkan kewajiban bagi setiap anggota direksi dan komisaris untuk dengan
itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan
usaha perseroan (pasal 97 dan 114 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas).
3. Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholder Theory)
Teori ini mengartikan suatu organisasi sebagai kesepakatan multilateral antara
perusahaan dan berbagai stakeholdernya. Ada hubungan perusahaan dengan pihak
internal (pegawai, manajer, pemilik) ada juga hubungan perusahaan dengan pihak di
luar perusahaan (pelanggan, pemasok, pesaing, masyarakat).
Yordan 18120001
Implikasi teori ini untuk mengatasi keterbatasan rasionalitas dan asimetri informasi
yang dapat menimbulkan perilaku adverse selection dan moral hazard adalah
mengadakan biaya transaksi.