Anda di halaman 1dari 12

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

TEORI BELAJAR E.L. THORDIKE DAN SKINNER

DISUSUN : NURMALA ANISA (06081281823072)


MIA INTAN RIZKY (06081181823009)
MUHAMMAD AIDIL FITISYAH (060812818230723)
RAISYA NOVITA NURAISYAH (06081281823062)
OLVIA PUTRI MAHARANI (06081181823010)
SATHIRA NURRAHMA (06081281823072)
SITI AISYAH TRIWULAN (06081281823070)

PENDIDIKAN MATEMATIKA 2018


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
DAFTAR PUSTAKA

1.1 Latar belakang.....................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................1

1.3 Batasan masalah...................................................................................................................2

1.4 Tujuan penulisan..................................................................................................................2

BAB II ISI.......................................................................................................................................3

2.1 E.L Thordike........................................................................................................................3

2.2 Skinner..................................................................................................................................5

2.3 Penerapan Teori Belajar Behaviour dalam Pembelajaran Matematika........................6

BAB III PENUTUP........................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Masalah belajar adalah masalah yang selalu aktual dan selalu dihadapi oleh setiap
orang. Belajar adalah dasar untuk memahami perilaku. Maka dari itu banyak ahli
membahas dan menghasilkan berbagai teori tentang belajar. Dalam hal ini tidak
dipertentangkan kebenaran setiap teori yang dihasilkan tetapi yang lebih penting adalah
pemakaian teori-teori itu dalam praktek kehidupan
Sehubungan dengan itu dalam rangka mengingatkan mutu pendidikan salah satu usaha
yang di lakukan adalah memahami bagaimana anak-anak belajar. Apakah mereka?
Bagaimana informasi yang diperoleh dari lingkungan diperoses dalam fikiran mereka
sehingga menjadi milik mereka kembangkan? Dan bagaimana pula seharusnya informasi
itu disajikan agar mereka dapat merencana dan lama diingat atau bertahan dalam fikiran
mereka.
Sedangkan teori belajar selalu bertolak dari sudut pandangan psikologi belajar
tertentu. Dengan perkembangannya psikologi dalam pendidikan, maka bersamaan dengan
itu bermunculan pula berbagai teori tentang belajar, justru dapat dikatakan bahwa dengan
tumbuhnya pengetahuan tentang belajar. Maka psikologi dalam pendidikan menjadi
berkembang sangat pesat.Didalam masa perkembangan psikologi pendidikan dijamin
muncul lah secara beruntun beberapa aliran psikologi pendidikan, masing-masing yaitu:
 Psikologi behavioristic
 Psikologi kognitif, dan
 Psikologi humanistic.

1.2 Rumusan Masalah


Dari ketiga aliran psikologi tersebut, behaviostik adalah merukapakan salah satu aliran
yang dimiliki oleh Edward Lee Thordike sehingga dalam makalah ini penulis akan
mengangkat tentang
1. Biografi Edward Lee Thordike dan Skinner
2. Bagaimana teori-teori Edward L.T & Skinner dan eksperimennya.
3. Apa saja hukum-hukum yang digunakan Edward L.T dan Skinner

1
4. Bagaimana penerapan teori Thordike dan Skinner
5. Penerapannya pada matematika

1.3 Batasan masalah


Dalam pembahasan masalah, penulis membatasi ruang lingkup hanya pada keempat
aspek tersebut diatas.

1.4 Tujuan penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk menambah wawasan pengetahuan
mahasiswa/mahasiswi pada mata kuliah belajar dan pembelajaran terutama tentang
pemikiran dan teori-teori Edward Lee Thordike dan Skinner sesuai dengan makalah yang
penulis susun.

2
BAB II ISI
Behaviorisme adalah suatu studi tentang tingkah laku manusia. Fokus utama dalam
konsep behaviorisme adalah perilaku yang terlihat dan penyebab luar yang menstimulasinya.
Menurut teori behaviorisme belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respons. Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.
Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan
output yang berupa respons. Stimulus adalah apa saja yang dapat merangsang terjadinya aktivitas
belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat diterapkan melalui indera, stimulus
dalam hal ini adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa. Sedangkan respons berupa
reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru yang dapat berupa
pikiran, perasaan atau gerakan/tindakan. Proses yang terjadi antara stimulus dan respons tidak
penting untuk diperhatikan kerena tidak dapat diamati dan diukur. Yang dapat diamati adalah
stimulus dan respons, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang
diterima oleh siswa (respons) harus dapat diamati dan diukur. Hal ini sesuai dengan pendapat
Agus Sujanto seorang ahli psikologi dalam bukunya psikologi umum yang mengungkapkan
bahwa menurut Behaviorisme obyek ilmu ini harus hanya sesuatu yang tampak, yang dapat
diindera, dan dapat diobservasi. Metode yang dipakai teori ini yaitu mengamati kemudian
menyimpulkan.
Beberapa tokoh yang menganut teori belajar behavioristik diantaranya adaka E.L Thordike
dan Skinner.
2.1 E.L Thordike
Edward Lee Thordike merupakan seorang ahli psikologi asal Amerika dan salah satu
staf pengajar di Universitas Columbia. Ia adalah anggota dewan Psychological
Coorporation dan menjabat sebagai presiden dari American Psychological Association
pada tahun 1912.
E.L Thordike dikenal dengan teori belajar connectionism-nya (pertautan, pertalian)
beliau berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses “stamping in (diingat)” atau proses
interaksi antara stimulus dan respon. Menurut teori belajar connectionsim ini belajar
dapat terjadi dengan dibentuknya hubungan yang kuat antara stimulus dan respons. Agar
tercapai hubungan antara stimulus dan respons, perlu adanya kemampuan untuk memilih

3
respons yang tepat serta melalui percobaan-percobaan (trials) dan kegagalan-kegagalan
(errors) terlebih dahulu.
a) Hukum Kesiapan (Law of Readiness)
Sebelum melakukan sesuatu, pastilah setiap individu mempersiapkan segala hal yang
diperlukan dan membantu untuk melakukan sesuatu tersebut. Ketika dia melakukan
sesuatu tersebut pastilah akan terasa mudah karena kita telah mempersiapkan segala
sesuatunya dengan baik. Bila seorang individu tidak mempersiapkan dirinya, pastilah ia
akan gelisah ataupun bingung dalam melakukan sesuatu tersebut. Inilah yang disebut
dengan hukum kesiapan dalam teori belajar (yaitu semakin siap suatu organisme
memperoleh perubahan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasaan individu
sehingga asosiasi cenderung diperkuat).
Dalam teori belajar, belajar akan berhasil apabila peserta didik telah siap untuk
belajar yaitu tidak dalam keadaan sakit, yang mana mengganggu kualitas konsentrasi.
Menurut Thorndike ada tiga keadaan kesiapan, yaitu:
1. Jika ada kecenderungan bertindak dan ia melakukannya, maka ia akan merasa
puas. Akibatnya, ia tak akan melakukan tindakan lain.
2. Jika ada kecenderungan bertindak, tetapi ia tidak melakukannya, maka timbul lah
rasa ketidakpuasan, Akibatnya, ia akan melakukan tindakan lain untuk
mengurangi ketidakpuasannya.
3. Jika tidak ada kecenderungan bertindak padahal melakukannya, maka timbul lah
rasa ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan melakukan tindakan lain untuk
mengurangi ketidakpuasannya.
b) Hukum Latihan (Law of Excercise)
Yaitu semakin sering suatu tingkah laku diulang/dilatih/digunakan maka asosiasi
tersebut akan semakin kuat. Hukum ini mengandung dua hal yaitu :
1. Law of Use
Hubungan akan menjadi bertambah kuat jika melakukan latihan.
2. Law of Disuse
Hubungan akan menjadi bertambah lemah jika latihan dihentikan.

4
Interpretasi dari hukum ini adalah semakin sering suatu pengetahuan yang telah
terbentuk akibat terjadinya proses antara stimulus dan respon dilatih/digunakan,
maka ikatan tersebut akan semakin kuat.
c) Hukum Akibat (Law of Effect)
Yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya
menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Menurut
hukum ini belajar akan lebih berhasil jika respon peserta didik terhadap suatu
stimulus segera diikuti dengan rasa senang. Suatu perbuatan yang disertai akibat
menyenangkan cenderung dipertahankan dan akan diulangi. Sebaliknya, suatu
perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak
akan diulangi.
Misalkan seorang peserta didik diminta untuk menyelesaikan suatu soal
matematika, setelah ia kerjakan, ternyata jawabannya benar. Maka ia merasa senang
dan akibatnya antara soal dan jawabannya yang benar itu akan kuat tersimpan dalam
ingatannya.

2.2 Skinner
B.F. Skinner (104-1990) berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris
dengan pendekatan model instruksi langsung (directed instruction) dan meyakini bahwa
perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Gaya mengajar guru dilakukan
dengan beberapa pengantar dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui
pengulangan (drill) dan latihan (exercise).
Skinner memberikan definisi belajar “Learning is a process of progressive behavior
adaptation” atau belajar merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif
yaitu adanya tendensi kearah yang lebih baik dari keadaan yang sebelumnya.
Skinner dikenal dengan teori pengkondisian operan (operant conditioning) atau
pengondisian instrumental (instrumental conditioning), yaitu suatu bentuk pembelajaran
dimana konsekuensi perilaku menghasilkan berbagai kemungkinan terjadinya perilaku
tersebut. Pengondisian operan maksudnya adalah penggunaan penguatan atau hukuman.
a) Penguatan (Reinforcement)

5
Reinforcement Positve terjadi apabila suatu stimulus tertentu
(menyenangkan) ditunjukkan atau diberikan sesudah suatu perbuatan dilakukan.
Misalnya, pujian yang diberikan guru kepada peserta didik yang dapat menjawab
dengan benar soal matematika.
Reinforcement Negative terjadi apabila suatu stimulus tertentu (tidak
menyenangkan) ditolak atau dihindari. Misalnya, teguran yang dilakukan guru
didalam kelas pada peserta didik yang tidak memperhatikam penjelasan guru.

b) Hukuman (Punishment)
Hukuman dibedakan menjadi dua yaitu:
Presentation punishment adalah apabila stimulus yang tidak
menyenangkan ditunjukkan atau diberikan. Misalnya, guru memerintahkan
peserta didik untuk menuliskan tugas dalam satu buku penuh.
Removal punishment adalah apabila stimulus tidak ditunjukkan atau
diberikan, artinya menghilangkan sesuatu yang menyenangkan atau diinginkan.
Misalnya anak-anak tidak diperkenankan menggunakan handphone selama
seminggu.

2.3 Penerapan Teori Belajar Behaviour dalam Pembelajaran Matematika


Sebagai mana disampaikan di bagian depan, para penganut psikologi tingkah laku
(behaviorism) memandang belajar sebagai hasil dari pembentukan hubungan antara rangsangan
dari luar (stimulus) seperti "2 x 2‟ dan balasan dari siswa (response) seperti "4‟ yang dapat
diamati. Semakin sering hubungan antara rangsangan dan balasan terjadi, maka akan semakin
kuatlah hubungan keduanya (law of exercise). Hal ini sejalan dengan peribahasa batu saja akan
berlubang jika ditetesi air terus menerus. Karena itu, para penganut teori belajar tingkah laku
sering menggunakan cara mengulang-ulang atau tubian (drill).

Ketika akan memulai proses pembelajaran, guru telah mengetahui tingkat pemahaman
siswa tentang materi prasyarat. Hal ini sejalan dengan pendapat Yusuf (2010:41) bahwa jika
seorang komunikator instruksional ingin mengubah perilaku sasaran (komunikan) di masa yang
akan datang, ia perlu banyak tahu tentang manusia komunikan yang akan dihadapinya, misalnya
berusaha mengetahui tentang memorinya, tentang struktur kognitifnya, dan tentang kapasitas

6
pengetahuannya dalam belajar pada masalah yang akan disampaikannya. Dengan mengetahui hal
tersebut dapat membantu guru dalam menentukan faktor awal yang ditengarai dapat menjadi
penyebab kesulitan belajar siswa.

Karena memandang siswa sebagai obyek yang diberi respons, maka sebaiknya guru dapat
mengkondisikan diri siswa selama kegiatan pembelajaran sesuai dengan aturan-aturan yang jelas
dan ditetapkan terlebih dahulu secara ketat, serta mampu memberikan motivasi dan penguatan
kepada siswa. Sistem pembelajaran juga bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan
stimulus dan respon. Jadi diperlukan peran aktif guru sebagai sumber belajar. Guru juga perlu
menyusun bahan ajar yang memuat banyak latihan soal, sebagai penguatan atau stimulus.

Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah. Evaluasi hasil
belajar menuntut jawaban yang benar. Evaluasi belajar dipandang sebagai bagian yang terpisah
dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya menggunakan paper and pencil test serta dilakukan
setelah selesai kegiatan pembelajaran. Penekanan evaluasi ini pada kemampuan siswa secara
individual. Evaluasi juga dapat digunakan sebagai proses penguatan. Pemberian hadiah atas
prestasi atau tingkah laku siswa yang sesuai dengan keinginan guru juga dapat digunakan
sebagai penguatan.

Contoh langkah-langkah kegiatan pembelajaran Matematika Keuangan sub bab bunga


tunggal dan bunga majemuk, sebagai berikut:

1) Pada bab ini pengetahuan awal atau materi prasyarat yang harus dikuasai siswa adalah
perkalian pada bilangan bulat yang sama serta arti dari perkalian. Guru seyogyanya
terlebih dahulu mengecek pemahaman siswa tentang perkalian bilangan bulat tersebut.
Agar pengecekan ini dapat menyeluruh dan cepat, maka dapat dilakukan dengan
berpasangan antar teman seperti yang tersaji pada lembar tugas. Hasil pengecekan ini
akan digunakan guru sebagai deteksi awal faktor kesulitan belajar siswa
2) Setelah semua siswa dipastikan telah dapat menguasai materi prasyarat, maka guru mulai
menyiapkan diri siswa dengan memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan
pembelajaran, kemudian guru memberikan gambar apersepsi, agar dapat menarik minat
siswa.

7
3) Guru menjelaskan sub bab tentang pengertian bunga tunggal dan bunga majemuk beserta
contoh latihan soal. Perlu diingat, pemberian materi ini dilakukan per unit kecil
dilanjutkan dengan banyak latihan soal.
4) Guru memberikan lembar kerja siswa yang berisi latihan soal bunga tunggal dan bunnga
majemuk dan meminta siswa mengerjakannya.
5) Setelah selesai guru meminta siswa untuk menukar lembar jawab tersebut dengan teman
satu bangku.
6) Guru meminta siswa mengkoreksi jawaban temannya. Hal ini dilakukan agar siswa
mengetahui dengan segera letak kesalahan sebagai umpan balik dari respon yang dia
berikan.
7) Setelah dikoreksi guru meminta siswa mengembalikan lembar jawab tersebut, agar siswa
dapat mengetahui letak kesalahan dalam pengerjaannya dengan segera sebagai umpan
balik dari respon yang dia berikan.
8) Guru memberikan ucapan selamat dan reward kepada siswa yang mempunyai kesalahan
paling sedikit. Hal ini dilakukan asebagi penguatan, agar siswa mau mengulang kembali
prestasinya.
9) Guru bersama siswa membuat suatu kesimpulan dari kegiatan pembelajaran
10) Guru melakukan evaluasi kegiatan pembelajaran dengan memberikan post test, sebagai
penguatan.
11) Guru memberikan umpan balik dari hasil post test siswa, dengan memberikan
pembetulan pada jawaban siswa yang salah sertamemberikan ucapan selamat dan reward
kepada siswa yang mempunyai kesalahan paling sedikit.
12) Guru memberikan pekerjaan rumah sebagai latihan penguatan.

8
BAB III PENUTUP
Behaviorisme adalah suatu studi tentang tingkah laku manusia. Beberapa tokoh yang
menganut teori belajar behavioristik diantaranya E.L Thordike yang merupakan seorang ahli
psikologi asal Amerika dan salah satu staf pengajar di Universitas Columbia, beliau berpendapat
bahwa belajar adalah suatu proses “stamping in (diingat)” atau proses interaksi antara stimulus
dan respon. Agar tercapai hubungan antara stimulus dan respons, perlu adanya kemampuan
untuk memilih respons yang tepat serta melalui percobaan-percobaan (trials) dan kegagalan-
kegagalan (errors) terlebih dahulu. Dan Skinner dikenal sebagai tokoh behaviorisme. Beliau
memberikan definisi belajar “Learning is a process of progressive behavior adaptation” atau
belajar merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif yaitu adanya tendensi
kearah yang lebih baik dari keadaan sebelumnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Indaryati, Hafizah. 2017. Belajar dan Pembelajaran MATEMATIKA. Palembang: NoerFikri.

Zulhammi. 2015. TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DAN HUMANISTIK DALAM


PERSPEKTIF ISLAM. diakses dari http://repo.iain-padangsidimpuan.ac.id/364/1/356-
1046-1-PB.pdf tanggal 09/02/2020 pukul 21.12 WIB.

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/T%20behaviouristik.pdf diakses tanggal 09/02/2020 pukul


22.03 WIB

http://tifanify.blogspot.com/2013/03/hukum-teori-belajar-hasil-diskusi.html diakses tanggal


09/02/2020 pukul 22.03 WIB

https://media.neliti.com/media/publications/278126-implikasi-teori-belajar-ethorndike-behav-
02efbdb7.pdf diakses tanggal 09/02/2020 pukul 22.03 WIB

10

Anda mungkin juga menyukai