Disusun Oleh:
Dosen Pengampu:
Dra. Indaryanti, M.Pd.
Novika Sukmaningthias, M.Pd.
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami hanturkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat,dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Teori Belajar Behaviorisme (Pavlov, Gatherie,
Ausubel)” ini tepat pada waktunya, untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Teori Belajar.Terimakasih kepada Dra.Indaryanti, M.Pd. dan Novika
Sukmaningthias, M.Pd. selaku guru pembimbing Mata Kuliah Belajar dan
Pembelajaran. Ada banyak kesulitan dalam penyelesaian tugas ini, namun berkat
bantuan dari berbagai pihak, akhirnya kesulitan itu dapat kami atasi.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian
makalah ini. Dengan makalah ini, penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, dan mampu memberikan informasi tentang teori-teori
belajar yang dikemukaan tiga tokoh tersebut.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan Makalah............................................................................................5
BAB II ISI
A. Kesimpulan.................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dunia Pendidikan pasti tidak asing lagi dengan kata “Belajar”,
Belajar merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku Individu, dimana
siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan. Belajar merupakan hal
yang sangat penting dan harus di jalani oleh setiap manusia. Dengan
Pendidikan sesorang bisa membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk, dengan pendidikan seseorang bisa membedakan mana yang boleh
dan mana yang tidak boleh, dan dengan Pendidikan juga seseorang bisa
merumuskan tujuan hidup.
4
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah kami pada kali ini yakni:
1. Apa yang dimaksud dengan Belajar menurut Teori Behaviorisme?
2. Bagaimana Biografi Tokoh-tokoh teori Behaviorisme (Pavlov,
Gauthrie, Ausubel)?
3. Bagaimana Teori-teori yang dikemukakan dari Tokoh Teori
Behaviorisme (Pavlov, Gauthrie, Ausubel)?
C. Tujuan Makalah
Adapun Tujuan dari makalah kami pada kali ini yakni:
1. Untuk mengetahui maksud dari Belajar menurut Teori Behaviorisme
2. Untuk mengetahui Biografi Tokoh-tokoh teori Behaviorisme (Pavlov,
Gauthrie, Ausubel)
3. Untuk mengetahui Teori-teori yang dikemukakan dari Tokoh Teori
Behaviorisme (Pavlov, Gauthrie, Ausubel)
4. Untuk mengelesaikan tugas mata kuliah Belajar Dan Pembelajaran
5
BAB II
ISI
Belajar menurut teori behavioristic adalah perubahan tingkah laku yang
terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara stimulus (rangsangan) dengan
respon (tanggapan). Maksudnya, belajar adalah bentuk perubahan yang dialami
oleh peserta didik pada kemampuannya dalam hal berperilaku sebagai hasil dari
interaksi antara stimulus dan respon. Jadi, peserta didik dapat dianggap telah
belajar suatu hal, apabila peserta didik tersebut telah menunjukkan perubahan
pada tingkah lakunya.
6
I. Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
7
Eksperimen Pavlov yang dikenal dengan teori Clasical Conditioning,
hingga dalam sejarahnya ia dikenal sebagai ilmuan besar Rusia yang berhasil
meraih Nobel pada tahun 1909 dalam lapangan ilmu fisiologi.
Sebuah teori akan memiliki nilai lebih jika dapat bermanfaat dalam
aplikasi keseharian manusia, khususnya dalam mengembangkan perilaku
kehidupan yang lebih positif. Maka implikasi dari teori belajar ini, yaitu:
Coditioning klasik hubungannya pada guru dan sekolah dalam belajar
hendaknya seluruh elemen-elemen penunjang kegiatan belajar harus
terkondisikan, sebab dengan adanya pengkondisian tersebut belajar akan
mengarah pada perubahan positif, misalnya guru dan sekolah memberikan
beasiswa pada siswa yang berprestasi, maka bila kondisi itu berlanjut siswa
lain pun akan berubah menjadi lebih tinggi perhatian dan minatnya untuk
belajar.
8
Dewasa ini psikologi di Uni Soviet (saat ini telah menjadi negara-negara
kecil) boleh dikatakan bahwa seluruhnnya Palovian. Pendapat-pendapat Pavlov
dijadikan landasan bagi psikologi Uni Soviet, menurut Sumadi karena hal
tersebut serasi dengan filsafat serta doktrin histories materialisme, yang
berkembang di daerah tersebut.
Teori belajar ini juga sangat cocok digunakan dalam proses belajar
mengajar. Ketika guru memberi pertanyaan yang kemudian diikuti angkatan
tangan siswa, suatu pertanda siswa dapat menjawabnya. Kondisi-kondisi ini
diciptakan untuk memanggil suatu respon atau tanggapan.
Maka menurut teori conditioning belajar itu adalah suatu proses
perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang
kemudian menimbulkan reaksi (response). Untuk menjadikan seseorang itu
belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat tertentu. Yang terpenting dalam
belajar menurut teori conditioning ialah adanya latihan-latihan
yang continue (terus-menerus). Yang diutamakan dalm teori ini adalah hal
belajar yeng terjadi secara otomatis.
Metode Pavlov ini sangat cocok untuk perolehan kemampuan yang
membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti:
kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya,
contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan
komputer, berenang, olahraga dan sebagainya.
Penerapan teori belajar pavlov dalam pembelajaran di kelas
9
Pada teori Pavlov, individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh
stimulus yang berasal dari luas dirinya, hal ini sangat membantu dan
memudahkan pendidik dalam dunia pendidikaan untuk melakukan pembelajran
terhadap peserta didiknya. Hal ini merupakan kelebiahan dari teori Pavlov.
Kelemahan dari teori conditioning ini adalah, jika kondsisi ini di
lakakukan secara terus menerus, maka ditakutkan murid akan mamilki rasa
ketergantungan atas stimulus yang berasal dari luar dirinya. Padahal
seharusnya siswa didik atau anak harus memilki stimulusdari dalam dirinya
sendiri (self motivation) dalam melakukan kegiatan belajar dan pemahaman
yang diberikan oleh guru.
Guthrie lahir pada 1986 dan meninggal pada 1959. Dia adalah professor
psikologi di university of Washington dari 1914 dan pensiun pada 1956. Karya
dasarnya adalah The Psycholoy of Learning, yang dipublikasikan pada 1935
dan direvisi pada 1952. Gaya Tulisanya mudah diikuti, penuh humor, dan
banyak menggunakan banyak kisah untuk menunjukkan contoh ide-idenya.
Tidak ada istilah teknis atau persamaan matematika, dan dia sangat yakin
bahwa teorinya atau teori ilmiah apa saja harus dikemukakan dengan cara yang
dapat dipahami oleh mahasiswa baru.
10
yang menggiringi suatu gerakan akan cenderung diikuti oleh gerakan itu jika
kejadianya berulang.
Sebagaimana Hull, Edwin Guthrie juga menggunakan variabel hubungan
stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Namun ia
mengemukakan bahwa stimulus tidak harus berhubungan dengan kebutuhan
atau pemuasan biologis sebagaimana yang dijelaskan oleh Clark dan Hull.
Dijelaskannya bahwa hubungan antara stimulus dan respon cenderung hanya
bersifat sementara, oleh sebab itu dalam kegiatan belajar siswa perlu sesering
mungkin diberikan stimulus agar hubungan antara stimulus dan respon bersifat
lebih tetap. Ia juga mengemukakan, agar respon yang muncul sifatnya lebih
kuat dan bahkan menetap, maka diperlukan berbagai macam stimulus yang
berhubungan dengan respon tersebut. Guthrie juga percaya bahwa hukuman
(punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang
diberikan pada saat yang tepat akan mampu merubah kebiasaan dan perilaku
seseorang. Namun setelah Skinner mengemukakan dan mempopulerkan akan
pentingnya penguatan (reinforcemant) dalam teori belajarnya, maka hukuman
tidak lagi dipentingkan dalam belajar.
11
C. Pandangan Edwin Ray Guthrie terhadap Stimulus dan Respon
1. Lupa
2. Hukuman
3. Motivasi
12
4. Niat
5. Transer Training
Guthrie kurang berharap dalam hal ini, karena pada dasarnya seseorang
akan menunjukkan respons yang sesuai dengan stimuli jika pada kondisi yang
sama. Guthrie mengatakan kepada mahasiswa universitasnya, jika anda ingin
mendapat manfaat terbesar dari studi anda, anda harus berlatih dalam situasi
yang persis sama dalam kursi yang sama dimana anda akan diuji. Jika anda
belajar sesuatu di kamar, tidak ada jaminan pengetahuan yang diperoleh disitu
yang akan ditransfer ke kelas.
13
D. Metode Mengubah Tingkah Laku Seseorang
1. Metode Respon Bertentangan
Jika suatu reaksi terhadap stimulus tertentu telah menjadi kebiasaan,
maka cara untuk mengubahnya adalah dengan cara menghubungkan stimulus
dengan reaksi yang berlawanan dengan reaksi yang akan dihilangkan. Misalnya
seorang peserta didik yang merasa ketakutan saat disuruh mengerjakan soal di
depan kelas, untuk menghilangkan rasa ketakutan tersebut, guru menyuruh
peserta didik tersebut untuk mengerjakan soal ke depan secara terus menerus.
2. Metode Membosankan
Stimulus dan reaksi yang buruk dibiarkan saja sampai pelakunya (peserta
didik) bosan. Misalnya peserta didik yang tidak mengerjakan tugas rumah,
guru menyuruhnya untuk mengerjakan tugas rumah tersebut berlembar-lembar.
Memisalkan hubungan antara stimulus dan reaksi yang buruk yang akan
dihilangkan, yaitu mengubah stimulus. Misalnya ada peserta didik yang sering
ngobrol ketika guru menjelaskan materi pelajaran, maka peserta didik yang
ngobrol tersebut dipindahkan tempat duduknya.
14
1. Dimensi tentang cara penyajian informasi atau materi kepada siswa.
Pada dimensi ini, Ausubel membedakan antara belajar menemukan
dan belajar menerima.
Belajar Menerima
Pada belajar menerima peserta didik hanya menerima informasi
pembelajaran secara cuma-cuma dalam bentuk final, sehingga peserta didik
hanya perlu menghafalkannya saja. Contohnya pada pembelajaran
matematika dikelas, pengajar hanya memberikan sebuah rumus tanpa
diketahui asalnya terlebih dahulu, sehingga peserta didik saat ulangan harian
hanya menghafalkan rumus yang diberikan gurunya saja.
Belajar Menemukan
Pada belajar menemukan, konsep ditemukan oleh peserta didik itu
sendiri, peserta didik harus mampu menemukan konsep atau seluruh materi
yang diajarkan, jadi peserta didik tidak menerima pelajaran begitu saja.
belajar menemukan ini, sedang gencar diterapkan dimasa sekarang, karena
pada kurikulum 2013, kita menggunakan pendekatan saintific.
2. Dimensi tentang cara peserta didik mengaitkan materi yang diberikan
dengan struktur kognitif yang telah dimiliki.
Pada dimensi ini, Ausubel membedakan antara belajar menghafal dan
belajar bermakna.
Belajar Menghafal (Rote Learning)
Belajar menghafal terjadi apabila peserta didik menghafalkan
informasi baru tanpa menghubungkan pada konsep yang telah ada dalam
struktur kognitifnya maka peserta didik tersebut melakukan belajar
menghafal. Struktur kognitif yang dimaksud meliputi: fakta-fakta, konsep-
konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat
peserta didik. Bila peserta didik mendapatkan informasi baru dimana belum
ada struktur kognitif yang cocok dengan informasi tersebut, maka informasi
baru tersebut harus dipelajari dengan cara menghafal. Belajar menghafal ini
perlu apabila peserta didik memperoleh informasi baru dalam dunia
15
pengetahuan dimana tidak berhubungan sama sekali dengan apa yang ia
ketahui sebelumnya.
Belajar Bermakna (Meaningfull Learning)
David Paul Ausubel adalah seorang ahli psikologi, yang terkenal
dengan teori belajar bermakna (meaningfull) dan pentingnya pengulangan
sebelum memulai pelajaran. Menurut Ausubel pembelajaran bermakna
merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada struktur kognitif
yang telah dimilikinya. Sehingga menjadikan peserta didik kuat ingatannya
dan mempermudahnya dalam mencapai transfer belajar. Struktur kognitif
yang dimaksud meliputi: fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-
generalisasi yang telah dipelajari dan diingat peserta didik. Faktor-faktor
utama yang mempengaruhi belajar bermakna antara lain: struktur kognitif
yang ada, stabilitas dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi
tertentu dan waktu tertentu, Jadi apabila peserta didik dapat
menghubungkan atau mengaitkan informasi baru yang diterimanya dengan
struktur kognitif yang telah dimilikinya maka dapat dikatakan peserta didik
tersebut telah melakukan belajar bermakna.
16
2. Belajar dengan Penemuan yang Tidak Bermakna
Yaitu, pelajaran yang dipelajari ditemukan sendiri oleh peserta didik
tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian
dihafalkan.
17
Apabila peserta didik melaksankan tugas dengan sikap ingin
memahami bahan pelajaran baru dan mengaplikasikannya serta
menghubungkan bahan pelajaran baru tersebut dengan bahan pelajaran yang
lama, dikatakan peserta didik tersebut belajar bahan pelaran yang baru
dengan bermakna. Namun apabila peserta didik tidak berkenan mengaitkan
bahan pelajaran baru dengan informasi yang dimiliki maka belajar itu tidak
bermakna. Dengan demikian banyak peserta didik yang tidak berusaha
mengerti matematika, cenderung mengalami kegagalan dan akhirnya
membenci matematika.
2. Tugas-tugas belajar yang diberikan kepada peserta didik harus sesuai
dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik.
Untuk membuat peserta didik mengaitkan pengetahuan baru dengan
struktur kognitif yang sebelumnya, maka tugas yang diberikan pun harus
yang berhubungan dengan struktur kognitifnya. Jangan sampai pengajar
memberikan materi pelajaran yang sebelumnya tidak ada hubungannya
dengan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya. Misalnya guru memberikan
materi pelajaran baru yang berupa persamaan sementara peserta didik
sebelumnya belum mempelajari tentang aljabar.
3. Tugas-tugas belajar yang diberikan kepada peserta didik harus sesuai
dengan tahap perkembangan intelektual yang dimiliki peserta didik.
Peserta didik yang masih dalam periode operasi konkret, bila diberi
bahan materi matematik yang abstrak tanpa contoh-contoh konkret dari
materi-materi tersebut akan mengakibatkan peserta didik tersebut tidak
mempunyai keinginan mempelajari materi tersebut secara bermakna.
Sehingga peserta didik hanya menghafal pelajaran tadi tanpa pengetahuan
yang cermat dan tepat. Misalnya peserta didik kelas 2 Sekolah Dasar
diberikan materi tentang aljabar dengan variable-variabel. Tentu tidak akan
cocok dengan tahap perkembangan intelektualnya. Pada masa ini peserta
didik masih dalam periode operasi konkret. Jadi belum cocok jika harus
diberikan operasi yang abstrak.
18
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pandangan Edwin Ray Guthrie terhadap Stimulus dan Respon yakni Lupa,
Hukuman, Motivasi, Niat, dan Transfer Trainning. Serta metode Mengubah
tingkah laku menurut Guthrie ada 3 yakni metode respon bertentangan, metode
membosankan, dan metode mengubah lingkungan.
Dimensi Belajar Menurut David Paul Ausubel yakni : dimensi tentang cara
penyajian informasi atau materi kepada peserta didik (belajar menerima dan
belajar menemukan) dan dimensi tentang cara peserta didik mengaitkan materi
yang diberikan dengan struktur kognitif yang telah dimiliki (belajar menghafal
dan belajar bermakna)
19
B. SARAN
Dari uraian di atas penulis menyarankan bagi pembaca, bila ingin jadi
pengembang didunia pendidikan kesempatan masih sangat terbuka lebar karena
pendidikan akan selalu berkembang. Pembaca bisa mengemukakan teori baru atau
mengembangkan teori yang sudah ada. Mudah-mudahan dari tulisan ini dapat
menjadi penyemangat pembaca untuk melakukan penelitian dalam dunia
pendidikan khususnya pendidikan matematika.
20
DAFTAR PUSTAKA
Mulyana, Teori Behavioristik.
https://sites.google.com/site/mulyanabanten/home/teori-belajar-
behavioristik (Diakses pada 13 Februari 2020.)
Aneka makalah, 2012.Makalah teori belajar Classical Conditioning
Ivan Pavlov. https://www.anekamakalah.com/2012/12/teori-belajar-
classical-conditioning.html (Diakses pada 13 Februari 2020.)
Dahlan, Ahmad. 2016. Pandangan teori belajar behaviorisme Pavlov.
https://www.eurekapendidikan.com/2016/12/pandangan-teori-belajar-
behavioristik-pavlov.html (Diakses pada 13 Februari 2020.)
IPG Kampus Bahasa Melayu. 2010. Teori Behaviorisme Ivan Pavlov.
https://teoribehaviorismeivanpavlov.blogspot.com/. (Diakses pada 13
Februari 2020.)
Rahmah, Nur.2013. Belajar Bermakna Ausubel. Al- Khawarizmi.
1:43-47
Hafizah dan Indaryanti. Belajar dan Pembelajaran Matematika.
Palembang. NoerFikri Offset.
Aryanti, dkk. 2012. Makalah Mata Kuliah Teori Belajar Teori Edwin
Ray Guthrie
Gazali, Rahmita Yuliana. 2016. Pembelajaran Matematika yang
Bermaksud. Jurnal Pendidikan Matematika. 2(3):6-9.
21