- Bacteriodes melaninogenus
- Bacteriodes fragilis
- Peptostreptococcus species
- Bacillus intermedius
- Fusobacterium nucleatum
- Staphillococcus aureus
- Streptococcus micraerophilic
- Streptococcus pyogenes
- Streptococcus pneumoniae
Abses sekunder adalah abses yang terjadi sebagai akibat dari kondisi lain. Seperti contoh:
Obstruksi bronkial (karsinoma bronkogenik); penyebaran hematogen (endokarditis bakterial,
IVDU); penyebaran infeksi dari daerah sekitar (mediastinum, subphrenic) (Kumar, 2007).
- Klebsiella pneumoniae
- Pseudomonas aeroginosa
- Escherichia coli
- Actinomyces species
- Nocardia species
- Gram negatif bacilli
c. Kelompok jamur (mucoraceae, aspergillus species), parasit, amuba, mikobakterium (Kumar, 2007).
KRITERIA DIAGNOSIS
Diagnosis abses paru tidak bisa ditegakkan hanya berdasarkan kumpulan gejala seperti
pneumonia dan pemeriksaan fisik saja.Dignosa harus ditegakkan berdasarkan:
2. Hasil pemeriksaan fisik yang mendukung adanya data tentang penyakit dasar yang mendorong
terjadinya abses paru, seperti tanda-tanda proses konsolidasi diantaranya. :
a. Redup pada perkusi
b. Suara nafas yang meningkat
c. Sering dijumpai adanya jarih tabuh
d. Takikardi
e. Febris
3. Pemeriksaan laboratorium sputum gram, kultur darah dapat mengarah pada organism penyebab
infeksi. Jika TB dicurigai, tes BTA dan mikobakterium dapat dilakukan. Pada pemeriksaan darah rutin
ditemukan leukositosis. Laju endap darah meningkat, hitung jenis sel darah putih didapat pergeseran ke
kiri
4. Gambaran radiologis yang menunjukkan kavitas dengan proses konsolidasi di sekitarnya, adanya air
fluid level yang berubah posisi sesuai dengan gravitasi. Abses paru sebagai akibat aspirasi paling
sering terjadi pada segmen posterior lobus superior atau segmen superior lobus inferior. Ketebalan
dinding abses paru-paru berlangsung dari tebal ke tipus dan dari dinyatakan sakit hingga
tampakgambaran yang membaik di sekitar infeksi paru. Besarnya tingkat udara abses cairan dalam
paru-paru sering sama dalam pandangan posterioanterior atau lateral. Abses dapat memanjang ke
permukaan pleura.
5. Bronkoskopi
Bronkoskopi dengan biopsy sikat yang terlindung dan bilasan bronkus merupakan cara diagnostic
yan paling baik dengan akurasi diagnostic bakteriologi melebihi 80 %. Cara ini hendaknya dimulai
pengobatan karena banyaknya kuman yang terlibat dan sulit diprediksi secara klinis.
6. Aspirasi jarum perkutan
Cara ini mempunyai akurasi tinggi untuk diagnosis bakteriologis, dengan spefisitas melebihi
aspirasi transtrakeal.
DAPUS
Rasyid, Ahmad. Abses Paru. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta :
Interna Publishing. 2009. Hal 2323-8