Anda di halaman 1dari 2

LO 9 Tatalaksana Dermatitis Numularis

Non Medikamentosa

1. Hindari/atasi faktor pencetus.


2. Berikan pelembab apabila ditemukan kulit kering.
Beberapa jenis pelembab antara lain berupa humektan (contohnya gliserin dan propilen glikol),
natural moisturizing factor (misalnya urea 10% dalam euserin hidrosa), emolien (contohnya lanolin
10%, petrolatum, minyak tumbuhan dan sintetis), protein rejuvenators (misalnya asam amino), bahan
lipofilik (di antaranya asam lemak esensiel, fosfolipid, dan seramid).

Medikamentosa

Prinsip: Terapi bersifat kausatif dan/atau simtomatis sesuai dengan manifestasi klinis. Terdapat beberapa
obat yang dapat dipilih sesuai dengan indikasi sebagai berikut:

1. Topikal
 Kompres pada lesi akut.
 Antiinflamasi dan/atau antimitotik:
o Pilihan utama: kortikosteroid topikal potensi sedang hingga kuat .
o Pilihan lainnya inhibitor kalsineurin seperti takrolimus dan pimekrolimus atau preparat tar.
Topikal (2x sehari):
 Kompres terbuka dengan larutan PK (Permanganas Kalikus) 1/10.000, menggunakan 3 lapis kasa
bersih, selama masingmasing 15-20 menit/kali kompres (untuk lesi madidans/basah) sampai lesi
mengering.
 Kemudian terapi dilanjutkan dengan kortikosteroid topikal: Desonid krim 0.05% (catatan: bila
tidak tersedia dapat digunakan fluosinolon asetonid krim 0.025%) selama maksimal 2 minggu.
 Pada kasus dengan manifestasi klinis likenifikasi dan hiperpigmentasi, dapat diberikan golongan
betametason valerat krim 0.1% atau mometason furoat krim 0.1%).
 Pada kasus infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik topikal atau sistemik
bila lesi meluas.
2. Sistemik
 Antihistamin oral
o Antihistamin sedatif yaitu: hidroksisin (2 x 1 tablet) selama maksimal 2 minggu, atau
o Loratadine 1x10 mg/ hari selama maksimal 2 minggu.
 Pada kasus dermatitis numularis berat dan refrakter dapat diberikan:
o kortikosteroid sistemik.
o Pada anak dapat diberikan metotreksat dengan dosis 5-10 mg perminggu.
 Pada kasus dermatitis numularis dengan lesi generalisata dapat ditambahkan fototerapi
broad/narrow band UVB.
3. Jika ada infeksi bakterial, diberikan antibiotik topikal atau sistemik bila lesi luas.

Edukasi
1. Hindari/atasi faktor pencetus.
2. Cegah garukan dan jaga hidrasi kulit agar tidak kering.
3. Pasien disarankan untuk menghindari suhu ekstrim, penggunaan sabun berlebihan, dan penggunaan
bahan wol atau bahan lain yang dapat menyebabkan iritasi. Bila kulit kering, sebaiknya diberi
pelembab atau emolien.

DAFTAR PUSTAKA

Menaldi SLSW. 2016. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Badan Penerbit FK UI.
Permenkes RI NO. 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer.
Widaty, Sandra, dkk. 2017. “Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
Indonesia”. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia. Jakarta : Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai