1. Kapsul
Kapsul adalah lapisan polisakarida yang terletak di luar selubung sel Bakteri, dan dengan demikian
dianggap bagian dari selubung luar sel Bakteri. Ini adalah lapisan yang tersusun dengan baik, tidak
mudah dihilangkan, dan dapat menjadi penyebab berbagai penyakit. Kapsul dianggap sebagai faktor
virulensi Bakteri karena meningkatkan kemampuan Bakteri untuk menyebabkan penyakit (misalnya
mencegah fagositosis). Kapsul dapat melindungi Bakteri agar tidak ditelan oleh sel eukariotik, seperti
makrofage, sehingga sebuah antibodi yang khusus pada kapsul tertentu mungkin diperlukan agar
fagositosis dapat terjadi. Kapsul juga mengandung air yang melindungi Bakteri terhadap pengeringan
dan membantu Bakteri menempel pada permukaan.
2. Dinding Sel
Selubung sel Bakteri terdiri dari membran plasma dan dinding sel. Seperti pada organisme lain,
dinding sel Bakteri memberikan integritas struktural pada sel. Pada organisme Prokariota, fungsi
utama dari dinding sel adalah untuk melindungi sel dari tekanan turgor internal yang disebabkan
oleh konsentrasi protein dan molekul lain yang lebih tinggi di dalam sel dibandingkan dengan
lingkungan eksternalnya. Dinding sel Bakteri berbeda dari semua organisme lain karena adanya
peptidoglikan, yang terbuat dari polisakarida dan residu N-Acetylmuramic acid (NAM) and N-
acetylglucosamine (NAG) dalam jumlah yang sama.
Berdasarkan struktur dinding selnya, ada Bakteri yang dapat diwarnai dengan pewarnaan Gram,
yang digolongkan menjadi Bakteri Gram positif, dan Bakteri Gram negatif. Bakteri Gram positif akan
menghasilkan noda berwarna ungu, [4] sedangkan Bakteri Gram negatif akan menghasilkan noda
berwarna merah muda.
3. Membran Plasma
Membran plasma atau membran sitoplasma terdiri dari fosfolipid bilayer, bersifat selektif
permeabel, dan memiliki semua fungsi umum dari membran sel seperti mengatur zat-zat ke luar dan
ke dalam sel. [6]
4. Flagela
Mungkin struktur ekstraseluler sel Bakteri yang paling mudah dikenali adalah flagela. Flagela adalah
struktur seperti cambuk yang menonjol dari dinding sel Bakteri dan bertanggung jawab untuk
motilitas (gerakan) Bakteri. Susunan flagela adalah unik untuk tiap spesies yang diamati. Ada 4
golongan Bakteri berdasarkan jumlah dan kedudukan flagela, yaitu:
Monotrik – Satu flagela yang melekat pada salah satu ujung sel (Gb. A)
Lofotrik – Banyak flagela yang melekat pada salah satu ujung sel (Gb. B)
Amfitrik – Satu flagela yang melekat pada kedua ujung sel (Gb. C)
Peritrik – Banyak flagela yang tersebar di beberapa lokasi permukaan sel (Gb. D)
Tidak seperti Eukariota, DNA Bakteri tidak tertutup dalam inti sel, melainkan berada di dalam
sitoplasma bakteri. Ini berarti bahwa transfer informasi seluler melalui proses translasi, transkripsi,
dan replikasi DNA semua terjadi dalam ruang yang sama dan dapat berinteraksi dengan struktur
sitoplasma lainnya, terutama ribosom. Selain DNA kromosom, kebanyakan Bakteri juga mengandung
potongan independen kecil dari DNA yang disebut plasmid, yang mengkodekan sifat-sifat yang
menguntungkan, tetapi tidak esensial untuk inangnya. Plasmid dapat dengan mudah diperoleh oleh
Bakteri atau hilang, dan dapat dikirim antar Bakteri sebagai bentuk transfer gen horizontal. Jadi
plasmid dapat digambarkan sebagai DNA kromosom ekstra di dalam sel bakteri.
6. Ribosom
Ribosom tersusun atas protein dan rRNA (ribosomal ribonucleic acid) yang sangat penting untuk
sintesis protein. Dari bobotnya ribosom tersusun atas 60% rRNA and 40% protein. [8]
7. Membran Intraseluler
Meskipun tidak khas pada semua Bakteri, beberapa Bakteri mengandung membran intraseluler
selain (atau sebagai ekstensi dari) membran sitoplasma mereka. Ide awal adalah bahwa Bakteri
mungkin memiliki lipatan membran yang disebut dengan mesosom, meskipun beberapa fungsi
diusulkan untuk struktur ini pada tahun 1960, seperti pusat pembentukan energi dan pembentukan
dinding sel baru, mesosom kemudian dikenali sebagai artefak (sesuatu yang diamati dalam
penyelidikan ilmiah atau percobaan yang tidak terdapat secara alami, tetapi terjadi sebagai akibat
dari prosedur dalam mempersiapkan atau menginvestigasi) pada akhir 1970-an. Mesosom kemudian
tidak lagi dianggap sebagai bagian dari struktur normal sel Bakteri. [9] Contoh lain, kromatofora,
adalah membran intraseluler yang ditemukan pada Bakteri fototrof, yang digunakan terutama untuk
fotosintesis. Kromatofora mengandung pigmen bakterioklorofil dan karotenoid. [6]
8. Endospora
Mungkin bentuk terbaik adaptasi Bakteri pada lingkungan buruk adalah pembentukan endospora.
Endospora adalah struktur pertahanan hidup Bakteri yang sangat tahan terhadap berbagai bentuk
tekanan kimia dan lingkungan. Endospora memungkinkan kelangsungan hidup Bakteri pada
lingkungan yang akan mematikan bagi organisme ini dalam bentuk vegetatif normal mereka. Telah
diusulkan bahwa pembentukan endospora telah memungkinkan kelangsungan hidup beberapa
Bakteri selama ratusan juta tahun (misalnya dalam kristal garam) walaupun publikasi ini masih
dipertanyakan.
Pembentukan endospora terbatas pada beberapa genus Bakteri Gram positif seperti Bacillus dan
Clostridium. Lokasi yang endospora dalam sel adalah spesifik pada spesies dan dapat digunakan
untuk menentukan identitas Bakteri. Arkeolog telah menemukan endospora yang diambil dari usus
mumi Mesir dan juga dari sedimen yang berusia lebih dari tujuh ribu tahun yang diambil dari
Minnesota Elk Lake.
H. Bentuk Bakteri
Bentuk dasar bakteri terdiri atas bentuk bulat (kokus), batang (basil),dan spiral (spirilia) serta
terdapat bentuk antara kokus dan basil yang disebut kokobasil.
Berbagai macam bentuk bakteri :
1. Bakteri Kokus :
Bersel Tunggal
Mungkin ciri paling sederhana dari bakteri adalah keberadaan mereka sebagai organisme
bersel tunggal. Sementara sebagian besar bakteri, archaeans dan Eubacteria sama,
menghabiskan seluruh siklus hidup mikroskopis mereka sebagai sel tunggal independen,
beberapa seperti dalam tanah myxobacteria akan membentuk tubuh berbuah multiseluler
sebagai bagian dari siklus hidup mereka.
Sel eukariotik, seperti tanaman, hewan dan jamur, memiliki inti yang terikat membran yang
compartmentalizes DNA sel dari sisa sel. Fungsi lain di dalam sel-sel ini juga diserap ke
membran-terikat organel khusus, seperti mitokondria untuk respirasi sel dan kloroplas untuk
fotosintesis. Bakteri tidak memiliki nukleus dan organel kompleks dalam sel mereka. Ini
bukan untuk mengatakan bahwa bakteri tidak memiliki organisasi internal, DNA mereka
sering diasingkan ke wilayah sel bakteri yang dikenal sebagai nucleoid tersebut. Namun,
penting untuk dicatat bahwa nucleoid tersebut tidak secara fisik dipisahkan dari seluruh sel
dengan membran.
Plasma Membran
Meskipun membran plasma yang umum di seluruh sel hidup lainnya, membran ini bukan
fitur bakteri. Tidak adanya organel internal yang pada akhirnya menurunkan banyak fungsi
yang terjadi dalam sel-sel eukariotik terjadi pada membran plasma bakteri. Misalnya,
infoldings khusus dari membran plasma memungkinkan bakteri fotosintetik untuk melakukan
reaksi tergantung cahaya fotosintesis sehingga fotosintesis eukariota dilakukan pada selaput
thykaloid dalam kloroplas.
Dinding Sel
Sebuah dinding sel peptidoglikan adalah fitur umum di antara Eubacteria. Dinding sel ini
menyelubungi sel bakteri, memberikan kekuatan dan mencegah pecah di lingkungan yang
berubah. Salah satu pengujian yang mendasar dilakukan dalam mengidentifikasi bakteri
adalah pewarnaan Gram, yang mengkategorikan sebagai Eubacteria Gram positif atau Gram
negatif didasarkan pada kemampuan dinding sel untuk mempertahankan kristal violet
pewarna. Dinding sel merupakan target antibiotik pen isilin dan turunannya. Penisilin
menghambat pembentukan dinding sel dan dapat menghancurkan dinding, terutama di cepat
tumbuh dan berkembang biak bakteri. Sekali lagi menggarisbawahi keragaman dalam
kelompok ini, tidak semua Eubacteria memiliki dinding sel peptidoglikan. Dinding sel
klamidia tidak memiliki peptidoglikan. Kurangnya Mycoplasma setiap dinding sel.
Archaeans juga memiliki dinding sel tetapi menggunakan bahan selain peptidoglikan.
DNA
Beberapa, kromosom linier sering diwakili grafis dalam buku teks biologi yang khusus untuk
eukariota. Sebaliknya, baik archaeans dan Eubacteria memiliki kromosom tunggal melingkar
dan sebuah urutan DNA jauh lebih pendek daripada yang ditemukan pada eukariota. Semakin
pendek urutan DNA mungkin sebagian dapat dijelaskan oleh relatif berkurang kompleksitas
sel bakteri tetapi juga hasil dari berkurangnya keberadaan intron – segmen gen yang
dikeluarkan selama terjemahan DNA menjadi protein. Genom bakteri ditambah dengan
fragmen kecil dari DNA yang dikenal sebagai plasmid, meskipun ini tidak unik untuk bakteri
dan juga dapat ditemukan pada eukariota. Plasmid yang direplikasi dalam sel bakteri
independen dari kromosom bakteri dan dapat dipertukarkan antara organisme bakteri yang
berbeda. Plasmid mungkin memberikan atribut ke sel inang seperti resistensi antibiotik.
c. Konjugasi adalah pemindahan materi genetik berupa plasmid secara langsung melalui
kontak sel dengan membentuk struktur seperti jembatan diantara dua sel bakteri yang
berdekatan. Umumnya terjadi pada bakteri gram negatif.
Sepsis
Sepsis adalah komplikasi berat dari infeksi. Pada kondisi ini, bakteri penyebab
infeksi sudah menyebar di aliran darah, sehingga tubuh melepaskan zat antibodi
untuk melawannya. Namun, hal tersebut dapat merusak organ-organ tubuh. Jika
sampai terjadi gangguan fungsi organ atau syok septik, keadaan ini dapat
menimbulkan kematian.
Sepsis bisa terjadi pada siapa saja, namun kondisi ini lebih berisiko terjadi pada
bayi, orang lanjut usia (lansia), dan orang dengan kelemahan sistem kekebalan
tubuh. Sepsis dapat diobati dengan pemberian antibiotik suntikan, obat-obatan untuk
meningkatkan tekanan darah apabila terjadi syok septik, cairan yang cukup,
dan oksigen jika diperlukan. Pada kondisi yang kritis, mungkin akan dilakukan
pemasangan ventilator untuk membantu pernapasan. Penanganan sepsis perlu
disertai pemantauan ketat oleh dokter di rumah sakit.
Meningitis
Meningitis adalah infeksi pada selaput pelindung otak dan saraf tulang belakang.
Meningitis yang disebabkan bakteri berpotensi merusak otak dan menyebabkan
kematian, sementara yang disebabkan virus umumnya lebih ringan. Meningitis
biasanya terjadi karena adanya infeksi di bagian tubuh lain, seperti telinga, rongga
sinus, atau tenggorokan, yang menyebar ke otak.
Pielonefritis akut
Pielonefritis akut adalah infeksi ginjal yang terjadi secara mendadak dan kondisinya
parah. Pielonefritis akut yang tidak ditangani dengan baik akan sangat berbahaya
dan dapat mengancam jiwa jika ginjal menjadi bengkak dan rusak secara permanen.
Selain itu, ada juga pielonefritis kronis, yaitu infeksi ginjal yang terjadi secara
berulang, namun lebih jarang terjadi.
Umumnya pielonefritis berawal dari infeksi saluran kemih (ISK). Jika terjadi masalah
pada aliran urine, bakteri bisa masuk ke tubuh melalui saluran kemih, berkembang
biak di kandung kemih, kemudian menyebar hingga ke ginjal.
Tuberkulosis
Oksidasi senyawa nitrit menjadi nitrat oleh bakteri nitrat. Prosesnya dinamakan nitratasi.
5. Bakteri fermentasi
Beberapa makanan hasil fermentasi dan mikroorganisme yang berperan:
No. Nama produk atau makanan Bahan baku Bakteri yang berperan
1. Yoghurt susu Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus
Bakteri merugikan :
1. Bakteri perusak makanan
Beberapa spesies pengurai tumbuh di dalam makanan. Mereka mengubah makanan dan
mengeluarkan hasil metabolisme yang berupa toksin (racun). Racun tersebut berbahaya bagi
kesehatan manusia. Contohnya:
1. Clostridium botulinum, menghasilkan racun botulinin, seringkali terdapat pada makanan
kalengan
2. Pseudomonas cocovenenans, menghasilkan asam bongkrek, terdapat pada tempe
bongkrek
3. Leuconostoc mesenteroides, penyebab pelendiran makanan
2. Bakteri denitrifikasi
Jika oksigen dalam tanah kurang maka akan berlangsung denitrifikasi, yaitu nitrat direduksi
sehingga terbentuk nitrit dan akhirnya menjadi amoniak yang tidak dapat dimanfaatkan oleh
tumbuhan. Contoh bakteri yang menyebabkan denitrifikasi adalah Micrococcus denitrificans
dan Pseudomonas denitrificans.
3. Bakteri patogen
Merupakan kelompok bakteri parasit yang menimbulkan penyakit pada manusia, hewan dan
tumbuhan.
Bakteri penyebab penyakit pada manusia:
No. Nama bakteri Penyakit yang ditimbulkan
1. Salmonella typhosa
Tifus
2. Shigella dysenteriae
Disentri basiler
3. Vibrio comma
Kolera
4. Haemophilus influenza
Influensa
5. Diplococcus pneumoniae
Pneumonia (radang paru-paru)
6. Mycobacterium tuberculosis
TBC paru-paru
7. Clostridium tetani
Tetanus
8. Neiseria meningitis
Meningitis (radang selaput otak)
9. Neiseria gonorrhoeae
Gonorrhaeae (kencing nanah)
10. Treponema pallidum
Sifilis atau Lues atau raja singa
11. Mycobacterium leprae
Lepra (kusta)
12. Treponema pertenue
Puru atau patek
4. Dekomposisi
Bakteri bekerja secara terstruktur dalam proses degradasi organisme atau proses pembusukan
mayat. Proses pembusukan berawal dari mikroorganisme, misalnya bakteri-bakteri yang
hidup di dalam usus besar manusia. Bakteri tersebut mulai mendegradasi protein yang
terdapat dalam tubuh. Jika seluruh jenis ikatan protein sudah terputus, beberapa jaringan
tubuh menjadi tidak berfungsi. Proses ini disempurnakan bakteri yang datang dari luar tubuh
mayat, bisa berasal dari udara, tanah, ataupun air. Seluruh jenis bakteri ini menyerang hampir
seluruh sel di tubuh dengan cara menyerang sistem pertahanan tubuh yang tidak lagi aktif,
menghancurkan jaringan otot, atau menghasilkan enzim penghancur sel yang disebut
protease. Kemudian dengan berbagai jenis metabolisme, mikroorganisme mulai memakan
jaringan mati dan mencernanya. Tak jarang kerja proses ini dibantu reaksi kimia alami yang
terjadi dalam organisme mati.
5. Bakteri heterotrof
Tidak semua mikroorganisme mampu mendegradasi mayat. Kebanyakan mereka berasal dari
jenis bakteri heterotrof. Bakteri ini membutuhkan molekul-molekul organik dari organisme
lain sebagai nutrisi agar ia dapat bertahan hidup dan berkembang biak. Berbeda dengan
bakteri autotrof yang mampu menghasilkan makanan sendiri dengan CO2 sebagai nutrisi
makro serta bantuan dari cahaya matahari atau sumber energi kimia lainnya.
Jenis bakteri heterotrof biasanya hidup dan berkembang biak pada organisme mati. Mereka
mendapatkan energi dengan menguraikan senyawa organik pada organisme mati. Molekul-
molekul besar seperti protein, karbohidrat, lemak, atau senyawa organik lain didekomposisi
metabolisme tubuh bakteri tersebut menjadi molekul-molekul tunggal seperti asam amino,
metana, gas CO2, serta molekul-molekul lain yang mengandung enam nutrisi utama bakteri,
yaitu senyawa-senyawa karbon (C), hidrogen (H), nitrogen (N), oksigen (O), fosfor (P), serta
sulfur (S).
6. Kumpulan unsur organik
Tubuh mayat adalah tempat hidup, sumber makanan, serta tempat berkembang biak bakteri-
bakteri tersebut, karena tubuh terdiri dari kumpulan protein, karbohidrat, lemak, atau
senyawa organik dan anorganik lain. Secara biologis, tubuh makhluk hidup (khususnya
manusia) kumpulan dari unsur-unsur organik seperti C, H, N, O, P, S, atau unsur anorganik
seperti K, Mg, Ca, Fe, Co, Zn, Cu, Mn, atau Ni. Keseluruhan unsur tersebut dibutuhkan
bakteri heterotrof sebagai sumber nutrisi alias makanan utama mereka. Sementara cairan-
cairan dengan pH (tingkat keasaman suatu larutan) tertentu yang berada dalam tubuh manusia
adalah media kultur (lingkungan) pertumbuhan yang baik bagi bakteri-bakteri tersebut.
7. Bau busuk
Bau busuk dari tubuh mayat tidak hanya mengganggu, namun juga membahayakan.
Pembusukan dimulai dengan pemutusan ikatan protein-protein besar pada jaringan tubuh oleh
bakteri fermentasi menggunakan enzim protease. Kumpulan hasil pemutusan ikatan protein
yang disebut asam amino ini dicerna berbagai jenis bakteri, misalnya bakteri acetogen.
Bakteri ini mereaksikan asam amino dengan oksigen dalam tubuhnya untuk menghasilkan
asam asetat, hidrogen, nitrogen, serta gas karbon dioksida. Produk asam asetat ini
menimbulkan bau.
Asam asetat yang dihasilkan ini diproses kembali oleh bakteri jenis methanogen, misalnya
Methanothermobacter thermoautotrophicum yang biasa hidup di lingkungan kotor seperti
selokan dan pembuangan limbah (septic tank). Asam asetat direaksikan dalam sel
methanogen dengan gas hidrogen dan karbon dioksida untuk menghasilkan metana, air, dan
karbon dioksida. Metana dalam bentuk gas juga menghasilkan bau busuk.
Selain asam asetat dan gas metana, beberapa bakteri menghasilkan gas hidrogen sulfida yang
baunya seperti telur busuk. Lebih dari itu, bau busuk mayat di lautan yang bercampur dengan
uap garam bersifat racun, karena mampu mereduksi konsentrasi elektrolit dalam tubuh.
Produk berbahaya selain gas yang dihasilkan adalah cairan asam dan cairan lain yang
mengandung protein toksik. Jika cairan-cairan ini sempat menginfeksi kulit yang luka atau
terkena makanan, bukan hanya produk beracun yang dapat masuk ke dalam tubuh tetapi juga
bakteri heterotrof patogen seperti clostridium.
Bakteri serta produk beracun ini dapat menginfeksi manusia lewat kontaminasi makanan,
minuman, atau luka di kulit. Karena adanya saluran masuk ini, maka berbagai penyakit
seperti malaria, diare, degradasi sel darah merah, lemahnya sistem pertahanan tubuh, infeksi
pada luka (tetanus), bengkak, atau infeksi pada alat kelamin menjadi ancaman yang serius.
Cara mengatasi serangan mikroorganisme ini adalah dengan menjaga makanan dan minuman
tetap steril, yaitu dengan dipanaskan. Mencuci tangan dan kaki dengan sabun antiseptik cair
sebelum makan. Menjaga lingkungan agar steril dengan cara menyemprotkan obat pensteril.
Bakteri-bakteri tersebut juga dapat dicegah pertumbuhannya dengan cara meminum obat
antibiotik atau suntik imunitas. Sifat-sifat inilah yang harus dipahami dengan cara mengikuti
prosedur standar penanganan mayat. Antara lain menggunakan masker standar minimal
WHO (tipe N-95), memakai sarung tangan khusus, serta mencuci tangan sebelum dan
sesudah mengangkat satu mayat. Langkah terbaik adalah segera menguburkan mayat.
DAFTAR PUSTAKA
Alcamo IE (2001). Fundamentals of microbiology. Boston: Jones and Bartlett. ISBN 0-7637-
1067-9.
Atlas RM (1995). Principles of microbiology. St. Louis: Mosby. ISBN 0-8016-7790-4.
Martinko JM, Madigan MT (2005). Brock Biology of Microorganisms, 11th ed., Englewood
Cliffs, N.J: Prentice Hall. ISBN 0-13-144329-1.
Holt JC, Bergey DH (1994). Bergey's manual of determinative bacteriology, 9th ed.,
Baltimore: Williams & Wilkins. ISBN 0-683-00603-7.
Hugenholtz P, Goebel BM, Pace NR (1998). "Impact of culture-independent studies on the
emerging phylogenetic view of bacterial diversity". J Bacteriol 180 (18): 4765–74.
Funke BR, Tortora GJ, Case CL (2004). Microbiology: an introduction, 8th ed,, San
Francisco: Benjamin Cummings. ISBN 0-8053-7614-3.
http://id.wikipedia.org/wiki/Bakteri"