Anda di halaman 1dari 15

PENDAHULUAN

PROGRAM KIE DALAM PELAYANAN KB

Komunikasi, Informasi, dan Edukasi

Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) dalam keluarga erencana merupakan


pelaksanaan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh departemen kesehatan.
Definisi komunikasi, informasi dan edukasi adalah sebagai berikut

Komunikasi merupakan penyampaian pesan secara langsung atau pun tidak


langsung kepada penerima pesan untuk mendapatkan suatu efek (depkes RI
1984). Effendi (1998) mendefinisikan komunikasi sebagai pertukaran pikiran
atau keterangan dalam rangka menciptakan rasa saling mengerti dan saling
percaya, demi terwujudnya hubungan yang baik antara seseorang dengan
seseorang lain. Notoatmojo (2003) mendefinisika komunikasi kesehatan sebagai
usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan
masyarakat, dengan menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi, baik
menggunakan komunikasi antar pribadi atau pun masa.

Informasi adalah keterangan, gagasan, maupun kenyataan yang perlu diketahui


oleh masyarakat (BKKBN, 1993). Depkes 1990 mendefinisikan informasi
senagai pesan yang disampaikan.

Pendidikan adalah proses perubahan prilaku kea rah yang positif (depkes RI
1990). Pendidikan kesehatan merupakan salah satu competensi yang dituntut dari
tenaga kesehatan, karena merupakan salah satu peranan yang harus dilaksanakan
dalam setiap memberikan pelayanan kesehatan, baik itu terhadap individu,
keluarga, kelompok ataupun masyarakan (Efendi 1998).

Dalam melaksanakan program KB perlu diperhatikan bahwa bidang tanggung


jawab departemen kesehatan mencapai segi pelayanan medis, teknis dan
pembinaan partisipasi masyarakat. Agar partisipasi masyarakat tercapai, perlu ada
berbagai usaha penyuluhan secara intensif kepada masyarakat yang terutama
ditujukan kepada pengunjung fasilitas pelayanan KB dan masyarakat yang berada
dilingkungan KB.

Pada dasranya usaha penyuluhan kesehatan dilaksanakan oleh petugas kesehatan


yang langsung berhubungan dengan masyarakat baik di pusat kesehatan
masyarakan maupun melalui sarana komunikasi lain. Seperti pada usaha
penyuluhan lainnya, penyuluhan kesehatan dalam program KB juga dilakukan
oleh petugas fasilitas pelayanan KB baik medis, paramedic, maupun non medis
yang bekerja khusus pada fasilitas tersebut. Tenaga kesehatan lainnya, seperti
petugas sanitasi, juru cacar, petugas BCG, dan sebagainya yang juga potensial
melakukan penyuluha keluarga tentang keluarga berencana.

KIE bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek KB sehingga


tercapai penambahan peserta baru, membina kelestarian peserta KB. Kegian KIE
juga bertujuan untuk meletakan dasar bagi mekanisme sosiokultural yang dapat
menjamin berlangsungnya proses penerimaan. Selain itu, juga mendorong
terjadinya proses perubahan prilaku kea rah yang positif, penigkatan
pengetahuan, sikap, dan praktek masyarakan secara wajar sehingga masyarakat
melaksanakannya secara mantap sebagai perilaku yang sehat dan bertanggung
jawab.

Tindakan konseling merupakan salah satu tindakan mandiri yang dapat dilakukan
bidan. Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan KB dan
KR. Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu klien dalam
memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan
pilihannya. Disamping itu, tindakan konseling juga dapat membuat klien meras
lebih puas. Konseling yang baik akan membantu klien dalam menggunakan
kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan keberhasilan KB. Konseling juga
akan mempengaruhi interaksi antara petugas dank lien karena dapat
meningkatkan hubungan dan kepercayaan.
BAB I

1. Melakukan Advokasi Dan Konseling Dalam Pengambilan Keputusan


Menggunakan KB Dengan ABPK

1.1 Pengertian Konseling


Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua
aspek pelayanan keluarga berencana dan bukan hanya informasi yang
diberikan dan dibicarakan pada satu kali kesempatan yakni pada saat
pemberian pelayanan. Teknik konseling yang baik dan informasi yang
memadai harus diterapkan dan dibicarakan secara interaktif sepanjang
kunjungan klien dengan cara yang sesuai dengan budaya yang ada.
Konseling adalah proses pertukaran informasi dan interaksi positif
antara klien dan petugas yang membantu klien mengenali kebutuhannya,
memilih solusi terbaik dan membuat keputusan yang paling sesuai dengan
kondisi yang dihadapi.
Konseling merupakan tindak lanjut dari KIE dan dibutuhkan jika seseorang
menghadapi suatu masalah yang tidak dapat dipecahkan sendiri. Konseling KB
dapat dikembangkan agar dapat dilakukan oleh petugas pelayanan KB, dalam
batas yang sesuai dengan kewenangan dan kemampuannya (BKKBN,1996).

1.2 Tujuan Konseling


Tujuan dalam pemberian konseling keluarga berencana antara lain :
a. Meningkatkan penerimaan.
Informasi yang benar, diskusi bebas dengan cara mendengarkan,
berbicara dan komunikasi non verbal meningkatkan penrimaan KB
oleh klien.
b. Menjamin pilihan yang cocok.
Konseling menjamin bahwa petugas dan klien akan memilih cara
yang terbaik sesuai dengan keadaan kesehatan dan kondisi klien
c. Menjamin penggunaan cara yang efektif.
Konseling yang efektif diperlukan agar klien mengetahui
bagaimana menggunakan cara KB yang benar, dan bagaimana
mengatasi informasi yang keliru dan/isu-isu tentang cara tersebut
d. Menjamin kelangsungan yang lebih lama.
Kelangsungan pemakain cara KB akan lebih baik bila klien ikut
memilih cara tersebut,mengetahui bagaimana cara kerjanya dan
bagaimana mengatasi efek sampingnya. Kelangsungan pemakainan
juga lebih baik bila ia mengetahui bahwa ia dapat berkunjung
kembali seandainya ada masalah. Kadang-kadang klien hanya ingin
tahu kapan ia harus kembali untuk memperoleh pelayanan.

1.3 Teknik Konseling


a. Cara Suportif
Teknik konseling dengan cara ini bertujuan untuk memberi
dukungan kepada peserta atau car peserta. Cara ini dilakukan denga
menenangkan dan menentramkan diri agar klien memiliki keyakinan
bahwa ia memiliki kemampuan untuk membantu dirinya sendiri.
b. Katarsis
Teknik konseling dengan cara katarsis dilakukan dengan
memberi kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan apa yang
dirasakannya.
c. Refleksi
Membuat refleksi dan kesimpulan atau ucapan serta perasaan
yang tersirat dalam ucapan.
d. Informatif
memberi semua informasi yang diperlukan untuk membantu
calon atau peserta

1.4 Jenis Konseling KB


Komponen penting dalam pelayanan KB dapat dibagi dalam
tiga tahap. Konseling awal pada saat menerima klien, konseling
khusus tentang cara KB, dan konseling tindak lanjut
a. Konseling Awal
Konseling awal bertujuan untuk memutuskan metode apa
yang akan dipakai, didalamnya termasuk mengenalkan pada
klien semua cara KB atau pelayanan kesehatan, prosedur
klinik, kebijakan dan bagaimana pengalaman klien pada
kunjungannya itu. Bila dilakukan dengan objektif, konseling
awal membantu klien untuk memilih jenis KB yang cocok
untuknya. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat
konseling awal antara lain menanyakan pada klien cara apa
yang disukainya, dan apa yang dia ketahui mengenai cara
tersebut, menguraikan secara ringkas cara kerja, kelebihan dan
kekurangannya.
b. Konseling Khusus
Konseling khusus mengenai metoda KB memberi
kesempatan pada klien untuk mengajukan pertanyaan tentang
cara KB tertentu dan membicarakan pengalamannya,
mendapatkan informasi lebih rinci tentang cara KB yang
tersedia yang ingin dipilihnya, mendapatkan bantuan untuk
memilih metoda KB yang cocok serta mendapat penerangan
lebih jauh tentang bagaimana menggunakan metoda tersebut
dengan aman, efektif dan memuaskan.

c. Konseling Tindak Lanjut


Bila klien datang untuk mendapatkan obat baru atau
pemeriksaan ulang maka penting untuk berpijak pada
konseling yang dulu. Konseling pada kunjungan ulang lebih
bervariasi dari pada konseling awal. Pemberi pelayanan perlu
mengetahui apa yang harus dikerjakan pada setiap situasi.
Pemberi pelayanan harus dapat membedakan antara masalah
yang serius yang memerlukan rujukan dan masalah ynag
ringan yang dapat diatasi di tempat.

Pembagian kegiatan konseling KB berdasarkan kondisi dan


kebutuhan masyarakat dalam menerima pelayanan kontrasepsi
serta kemampuan petugas di berbagai jenjang :
a. Konseling KB awal atau pendahuluan
Ditujukan pada akseptor yang sama sekali belum tau hal
KB, NKKBS. Konseling dilakukan dengan memberikan
berbagai alasan membentuk keluarga kecil dan upaya
mencapai kesejahteraan keluarga.
b. Konseling KB cara pemilihan
Ditujukan pada akseptor yang sudah mengerti NKKBS dan
membutuhkan bantuan dalam memilih cara KB. Konselingh
tentang penjelasan cara pemakaian, keuntungan, efek samping
dan beberapa keadaan yang perlu diperhatikan pada pemakaian
alat kontrasepsi.
c. Konseling KB pemantapan
Ditujukan pada akseptor yang sudah memahami NKKBS
dan akan memakai alat KB. Konseling ini bertujuan agar
akseptor yakin bahwa alat atau obat kontrasepsi yang akan
dipakai sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya, mengetahui
kemungkinan efek samping dan cara mengatasinya.
d. Konselig KB pengayoman
Ditujukan pada akseptor yang sudah memakai alat
kontrasepsi. Untuk mengatasi masalah yang dialami karena
pengguaan alat kontrasepsi. Konseling ini dapat dibagi 3
macam konseling yang bersifat medis, psikis, dan berkaitan
dengan lingkungan social budaya dan agama.

e. Konseling KB perawatan atau pengobatan ditujukan pada


akseptor yang mengalami goncangan emosi atau gangguan
kejiwaan akibat keinginannya untuk memiliki keluarga kecil
bahagia sejahtera (BKKBN 1996).

1.5 Melakukan Advokasi

Pasal 11

1. Adpokasi merupakan upaya yang dibutuhkan dalam melakukan


pelaksanaan program KB PP dan PK
2. Advokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan salah satu
upaya pendekatan yang dilakukan terhadap orang lain dengan harapan
dapat mempengaruhi keberhasilan program KB PP dan PK

Pasal 12

1. Kegiatan advokasi sebagai mana yang dimaksud dalam pasal 11


dilakukan stakeholder sebagai bentuk komunikasi strategis dalam
upaya meningkatkan komitmen pemerintah ataupun swasta untuk
mendukung program KB PP dan PK
2. Kegiatan advokasi dilakukan kepada mitra kerja sebagai bentuk
komunikasi strategis dalam upaya meningkatkan komitmen,
memperdayakan organisasi masyarakat, organisasi profesi dan forum-
forum yang ada lainnya untuk mendukung program KB PP dan PK
3. Penggerakan KB PP dan PK

Pasal 13

1. Pergerakan KB PP dan PK merupakan rangkaian berupa pemantapan


calon peserta khususnya ibu hamil atau pasca persalinan atau ibu
menyusui ataupun pasca persalinan agar bersedia menggunakan KB
2. Pergerakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan kegiatan
meliputi:
a. KIE
b. Konseling
c. Penapisan
d. Pembiayaan penggerakan
3. Penggerakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh
tenaga pengelola dan pelaksana KB, tenaga lini lapangan dan
dilakukan oleh tenaga kesehatan
4. Penguatan dan optimalisasi perat tenaga lini lapangan dalam upaya
penggerakan KB perlu dilakukan melalui peningkatan kompetensi
(Peraturan Kepala Badan Kependudukan Dan keluarga Berencana
Nasional Nomor 24 Tahun 2017)

3. Langkah-Langkah Konseling SATU TUJU


Dalam memberikan konseling. Khususnya bagi calon klien KB yang
baru hendaknya dapat diterapkan 6 langkah yang sedah dikenal dengan
kata ku nciSATU TUJU. Penerapan SATU TUJU tersebut tidak perlu
dilakukan secara berurutan karena petugas harus menyesuaikan diri
dengan kebutuhan klien. Beberapa klien membutuhkan lebih banyak
perhatian pada langkah yang satu dibandingkan dengan langkah lainnya.
Kata kunci SATU TUJU adalah sebagai berikut :
a) SA : sapa dan salam
Sapa dan salam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan
perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara ditempat yan nyaman
serta terjamin privasinya. Yakinkan klien untuk membangun rasa percaya
diri.Tanyakan kepada klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan
apa yang dapat diperolehnya.
b) T : Tanya
Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk
berbicaramengenai pengalaman keluarga berencana dan kesehatan
reproduksi, tujuan, kepentingan, harapan, serta keadaan kesehatan dan
kehidupan keluarganya.Tanyakan konstrasepsi yan diiginkan oleh klien.
Berikan perhatian kepada klien apa yang disampaikan oleh klien ssuai
dengan kata-kata, gerak isyarat dan caranya.Coba tempatkan diri kita di
dalam hati klien.Perlihatkan bahwa kita memahami. Dengan memahami
pengetahuan, kebutuhan dan keinginan klien kita dapat membantunya.
c) U: Uraikan
Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan
reproduksi yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa jenis
kontrasepsi. Bantulah klien pada jenis kontrasepsi yang paling dia ingini,
serta jelaskan pula jenis-jenis lain yang ada. Juga jelaskan alternative
kontrasepsi lain yang mungkin diingini oleh klien.Uraikan juga mengenai
risiko penularan HIV/ Aids dan pilihan metode ganda.
d) TU : Bantu
Bantulah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berfikir mengenai
apa yangpaling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya. Doronglah klien
untuk menunjukkan keinginannya dan mengajukan pertanyaan. Tanggapilah
secara terbuka. Petugas membantu klien mempertimbangkan criteria dan
keinginan klien terhadap setiap jenis kontrasepsi.Tanyakan juga apakah
pasangannya akan memberikan dukungan dengan pilihan tersebut. Jika
memungkinkan diskusikan mengenai pilihan tersebut pada pasangannya.
Pada akhirnya yakinkan bahwa klien telah membuat suatu keputusan yang
tepat. Petugas dapat menanyakan : Apakah anda sudah memutuskan pilhan
jenis kontrasepsi? Atau apa jenis kontrasepsi terpilih yang akan digunakan.
e) J : Jelaskan
Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya
setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, jika diperlukan perlihatkan
alat/obat kontrasepsinya.Jelaskan bagaimana alat / obat kontrasepsi tersebut
digunakan dan bagaimana cara penggunaannya. Sekali lagi doronglah klien
untuk bertanya dan petugas menjawab secara jelas dan terbuka.Beri
penjelasan juga tentang manfaat ganda metode kontrasepsi, misalnya
kondom yang dapat mencegah infeksi menular seksual (IMS).Cek
pengetahuan klien tantang penggunaan kontrasepsi pilihannya dan puji klien
apabila dapat menjawab dengan benar.
f) U : Kunjungan Ulang
Perlunya dilakukan kunjungan ulang. Bicarakan dan buatlah perjanjian,
kapan klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan atau permintaan
kontrasepsi jika dibutuhkan. Perlu juga selalu mengingatkan klien untuk
kembali apabila terjadi suatu masalah.

4. Informed choice

Informed choice merupakan bentuk persetujuan pilihan tentang: metode


konrasepsi yang dipilih oleh klien setelah memahami kebutuhan reproduksi yang
paling sesuai dengan dirinya / keluarganya; pilihan tersebut merupakan hasil
bimbingan dan pemberian informasi yang obyektif, akurat dan mudah dimengerti
oleh klien; pilihan yang diambil merupakan yang terbaik dari berbagai alternative
yang tersedia.

Klien yang informed choice akan lebih baik dalam menggunakan KB, karena:

 Informed choice adalah suatu kondisi perserta dari calon peserta KB yang
memilih kontrasepsi didasari oleh pengetahuan yang cukup setelah
pendapat informasi yang lengkap KIP/K
 Memberdayakan para klien untuk melakukan informed choice adalah
kunci yang baik menuju pelayanan KB yang berkualitas
 Bagi calon peserta KB baru, informed choice merupakan proses
memahami kontrasepsi yang akan dipakainya
 Bagi peserta KB apabila mengalami gangguan efek samping, komplikasi
dan kegagalan tidak terwujud karena sudah mengerti tentang kontrasepsi
yang akan dipilihnya
 Bagi peserta KB tidak akan terpengaruh oleh rumor yang timbul di
kalangan masyarakat
 Bagi peserta KB apabila mengalami gangguan efek samping, komplikasi
akan cepat berobat ke tempat pelayanan

5. Persetujuan tindakan medis (informed consent)

Informed consent adalah bukti tertulis tentang persetujuan terhadap


prosedur klinik suatu metode kontrasepsi yang akan dilakukan pada klien.
Persetujuan tindakan medik (informed consent) berisi tentang kebutuhan
reproduksi klien, informed choice, dan prosedur klinik yang akan dilakukan. Ada
penjelasan tentang resiko dalam melakukan prosedur klinik tersebut, standar
prosedur yang akan dilakukan dan upaya untuk menghindarkan resiko, klien
menyatakan mengerti tentang semua informasi tersebut diatas dan secara sadar
memberikan persetujuan. Informed consent juga dilakukan pada pasangannya
dengan alasan sebagai berikut: Aspek hukum, hanya saksi yang mengetahui
bahwa pasangannya secara sadar telah memberikan persetujuan terhadap tindakan
medic.

Setiap pemakaian kontrasepsi harus memperhatikan hak-hak reproduksi


setiap individu dan pasangannya, sehingga harus di awali dengan pemberian
informasi yang lengkap.

Menurut culver and gert ada empat komponan yang harus dipahami pada
suatu consent atau persetujuan.

a. Sukarela (voluntariness)
Sukarela mengandung makna bahwa pilihan yang dibuat atas dasar
sukarela tanpa ada unsur paksaan didasari informasi dan kopetensi
sehingga pelaksanaan sukarela harus memenuhi unsur informasi yang
diberikan sejelas-jelasnya.
b. Informasi (information)
Jika pasien tidak tahu, sulit untuk dapat mendeskripsikan keputusan.
Fdalam berbagai kode etik pelayanan kesehatan bahwa informasi yang
lengkap dibutuhkan agar mampu membuat keputusan yang lengkap.
Kurangnya informasi atau diskusi tentang resiko efek samping tindakan,
akan membuat pasien sulit mengambil keputusan, bahkan ada rasa cemas
dan canggung
c. Kompetensi (competence)
Dalam konteks kopetensi bermakna suatu pemahaman bahwa
seseorang membutuhkan sesuatu hal untuk mampu membuat keputusan
dengan tepat, juga membutuhkan banyak informasi.
d. Keputusan (decision)
Pengambilan keputusan merupakan suatu proses, dimana merupakan
persetujuan tanpa refleksi. Pembuatan keputusanmerupakan tahap terakhir
proses persetujuan. Keputusa penolakan pasien terhadap suatu tindakan
harus di validasi lagi apakah Karena pasien kurang kompetensi. Jika
pasien menerima suatu tindakan, beritahu prosedur tindakan dan buatlah
senyaman mungkin.

Informed consent memiliki dua dimensi, yaitu sebagai berikut:

1. Dimensi hukum, merupakan perlindungan pasien terhadap bidan yang


berprilaku memaksakan kehendak, memuat:
a. Keterbukaan informasi antara bidan dan pasien
b. Informasi yang diberikan harus dimengerti pasien
c. Memberi kesempatan pasien untum memperoleh yang terbaik
2. Dimensi etik, mengandung nilai-nilai:
a. Menghargai otonimi pasien
b. Tidak melakukan interfensi melainkan membantu pasien bila
diminta atau dibutuhkan
c. Bidan menggali keinginan pasien baik secara subyektif atau hasil
pemikiran krasional.

6. Media Konseling KB

Media cetak
1. Booklet
Media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku
baik berupa tulisan maupun gambar.
2. Leaflet
Bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui
lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat berupa kalimat, gambar, atau
kombinasi.
3. Flyer (selebaran)
Berbentuk seperti leaflet tetapi tidak dilipat.
4. Flip chart (lembar balik)
Biasanya dalam bentuk buku, setiap lembar (halaman) berisi gambar yang
diinformasikan dan lembar baliknya (belakangnya) berisi kalimat sebagai
pesan atau informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut.
5. Rubric
Tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas suatu
masalah kesehatan atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan.
6. Poster
Bentuk media yang berisi pesan-pesan atau informasi kesehatan yang
biasanya di temple di dinding, tempat-tempat umum. Biasanya isinya
bersifat pemberitahuan dan propaganda.
7. ABPK (alat bantu pengambilan keputusan)
Membantu klien memutuskan dan menggunakan metode KB yang paling
tepat baginya. Menyediakan informasi penting yang diperlukan provider
untuk memberikan layanan KB yang berkualitas pada klien.

Kelebihan media cetak

1. Media cetak bisa disimpan dan dibaca berkali kali jika perlu.
2. Media cetak biasanya lebih mudah untuk menjelaskan hal-hal yang
bersifat kompleks dan lebih nyaman untuk dibaca.

Kekurangan media cetak


1. Media cetak kurang efektif untuk menargetkan audiens global, sebaliknya,
media online justru lebih memiliki jangakauan yang lebih luas.
2. Media cetak hanya dapat berbentuk tulisan dan gambar untuk
mempresentasikan berita. Sementara media elektronik sekarang sudah
popiler dalam bentuk audio dan video.
3. Penyebaran informasi media cetak lebih lambat dari pada internet.

Media Elektronik

Jenis-jenis media elektronik yang dapat digunakan sebagai media pendidikan


kesehatan antara lain:

1. Televise
Penyampaian pesan kesehatan melalui media televise dapat berbentuk
sandiwara, sinteron, forum diskusi, pidato (ceramah), tv spot, dan quis
atau cerdas cermat.
2. Radio
Bentuk penyampaian informasi dalam radio dapat berupa obrolan (Tanya
jawab), konsultasi kesehatan, sandiwara radio, dan radio spot.
3. Video
Penyampaian informasi kesehatan melalui video
4. Slide
Slide dapat juga digunakan untuk menyampaikan informasi kesehatan
5. Film strip

Kekurangan media elektronik

1. Media elektronik tidak dapat mengulang apa yang sudah di tayangkan


2. Hanya dapat dinikmati sebentar

Kelebihan media elektronik

1. Dari segi waktu, media elektronik lenih cepat dalam menyebarkan berita
ke masyarakat
2. Media elektronik memiliki audio visual yang memudahkan para
audiensnya untuk memahami berita

Media Papan (billboard)

Media papan yang dipasang di tempat-tempat umum dapat diisi pesan-pesan atau
informasi kesehatan. Media ini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada
lembaran seng dan ditempel di kendaraan umum (bus dan taxi)

Media hiburan

Penyampaian informasi kesehatan dapat dilakukan melalui media hiburan, baik


diluar gedung (panggung terbuka) maupun dalam gedung, biasanya dalam bentuk
dongeng, sosiodrama, kesenian tradisional, dan pemeran.

Anda mungkin juga menyukai