DAMIANUS
Journal of Medicine
VOLUME 12, NOMOR 1, 2013
ARTIKEL PENELITIAN
1-7 KETEBALAN TUNIKA INTIMA-MEDIA ARTERI KAROTIS PADA DEWASA MUDA
Poppy Kristina Sasmita, Herlina Uinarni, Tena Djuartina
16-24 GAMBARAN KADAR KOLESTEROL TOTAL SERUM KARYAWAN RUMAH SAKIT ATMA JAYA DENGAN
OBESITAS SENTRAL
Andika Surya Atmadja, Sheella R Bororing, Nanny Djaja
25-32 PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU TERHADAP KELENGKAPAN IMUNISASI
DASAR PADA BAYI DI KECAMATAN PENJARINGAN, JAKARTA
Meiliyana Wijaya, Elsye Angella Wanda, Nelly Tina Widjaja
TINJAUAN PUSTAKA
33-41 potensi sel nk untuk imunosurveilans kerentanan, prognosis, dan tingkat
keparahan penyakit kronis
Daniel Edbert Liang, Yossico Ria Wibowo
LAPORAN KASUS
68-81 PENATALAKSANAAN ANESTESI KASUS SINDROM PRUNE-BELLY PADA BAYI PEREMPUAN USIA
6 BULAN DI RUMAH SAKIT CIPTO MANGUNKUSUMO
Tommy Nugroho Tanumihardja
82-88 SARKOMA STROMA ENDOMETRIUM: SEBUAH LAPORAN KASUS DAN RELEVANSI DIAGNOSTIK
IMUNOHISPATOLOGIKNYA
Dyonesia Ary Harjanti, Cyprianus Murtono, Matius Lesmana
Damianus Journal of Medicine;
Vol.12 No.1 Februari 2013: hlm. 8-15
ARTIKEL PENELITIAN
Yulia Tanti Narwati1, Ignatio Rika2, Dicky Adi Putra3, Maria Clarissa Wiraputranto3
1
Departemen Mikrobiologi, Fakultas ABSTRACT
Kedokteran Unika Atma Jaya, Jalan
Pluit Raya 2, Jakarta Utara 14440 Background: Ice cubes can be easily found, especially in drinks, either from
2
Departemen Fisiologi, Fakultas the vendor stalls, or canteen, or a fancy restaurant. The establishment of the
Kedokteran Unika Atma Jaya, Jalan consumption of ice cubes through many stages and each stage has the potential
Pluit Raya 2, Jakarta Utara 14440
to be contaminated by pathogenic bacteria.
3
Fakultas Kedokteran Unika Atma
Jaya, Jalan Pluit Raya 2, Jakarta Objective: In accordance with the high consumption of food and beverages that
Utara 14440 use ice cubes in canteen of School of Medicine Atma Jaya Catholic University of
Indonesia, the researchers conducted a screening to determine the feasibility of
Korespondensi: quality ice cubes that served.
Yulia Tanti Narwati. Departemen Method: Bacterial count uses the most probable number (MPN) method for
Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran
determining concentration of faecal coliform bacteria. The basic principle of this
Unika Atma Jaya. E-mail: yulia_tnt@
yahoo.com method is the indirect determination of the concentration of microorganisms in
water samples using MPN statistical table. This test gives the value of the amount
of bacteria in the culture of the sample results. Sampling was done once in four
canteens of School of Medicine Atma Jaya Catholic University of Indonesia.
Samples were analyzed in three stages of the test, i.e., presumptive test, confirmed
test, and the complete test
Result: All samples have bacteria: samples P 1600 CFU/100 ml samples; samples
L 1600 CFU/100 ml samples; samples B 1600 CFU/100 ml samples; and samples
N 1600 CFU/100 ml samples.
Conclusion: The ice cubes that are used in all canteen are not in accordance
with the standard of Permenkes RI No. 416/Men.Kes/Per/IX/1990 which requires
0 bacteria/100 ml samples in a test with the MPN method
Key Words: Coliform, ice cubes, most probable number (MPN) method
ABSTRAK
Latar Belakang: Es batu banyak ditemui pada minuman, baik dari warung kaki
lima, kantin, maupun restoran mewah. Pembuatan es batu konsumsi melalui
banyak tahapan dan pada setiap tahapannya memiliki potensi untuk tercemar
oleh bakteri patogen.
Tujuan: Sejalan dengan tingginya konsumsi makanan dan minuman yang
menggunakan es batu pada kantin Fakultas Kedokteran Universitas Katolik
Indonesia (Unika) Atma Jaya, maka dilakukan screening untuk mengetahui
untuk memastikan bahwa es batu yang disajikan uji penduga selanjutnya diuji dengan uji penguat
pada konsumen layak dikonsumsi, yaitu sesuai dengan cara ditanam (diinokulasi) ke dalam
dengan definisi mutu pangan seperti tercantum media Endo Agar (EA) dan dimurnikan dengan
pada Bab I pasal 13 Undang-Undang Republik metode penipisan streak quadrant. Uji lengkap
Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan, merupakan pemeriksaan terakhir untuk memas-
yang berbunyi mutu pangan adalah nilai yang tikan bakteri positif pada uji penguat benar-benar
ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan, merupakan bakteri koliform dengan melakukan
kandungan gizi, dan standar perdagangan ter- inokulasi bakteri dari hasil penipisan uji penguat
hadap bahan makanan dan minuman. 7 LB dengan tabung Durham dan pada agar nutrisi.
Inkubasi pada suhu 35°C selama 24 jam. Penga-
Sejalan dengan tingginya konsumsi makanan
dan minuman yang menggunakan es batu pada matan dilakukan untuk melihat hasil positif atau
kantin sekitar Fakultas Kedokteran Universitas negatif pada bakteri yang ditumbuhkan di media
Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya, Pluit, maka LB dan dilakukan pewarnaan Gram cuplikan
perlu dilakukan screening untuk mengetahui bakteri yang ditumbuhkan pada media nutrient
kelayakan dari es batu yang akan dikonsumsi. agar (NA).8,9 Hasil uji positif koliform pada tiap
pengambilan sampel akan dihitung jumlah unit
pembentuk koloni dengan menggunakan tabel
Uji MPN dilakukan melalui tiga tahap uji, yaitu uji penguat diamati dan dilakukan dokumentasi
uji penduga, uji penguat, dan uji lengkap. Uji terhadap beberapa sampel yang mewakili pada
penduga digunakan media lactose broth (LB) tanggal 30 Maret 2011, kemudian dilanjutkan
dan dilakukan inkubasi selama 24 jam pada suhu dengan uji lengkap. Hasil uji lengkap diwarnai
35°C, dengan menggunakan 3 seri pengenceran dengan pewarnaan Gram pada tanggal 31 Maret
masing-masing lima tabung. Hasil positif pada 2011 dan dilakukan analisis. (Gambar 1)
Hasil positif pada uji penduga menunjukkan Uji penguat dilakukan dengan cara menanam se-
bahwa bakteri yang tumbuh dapat menggunakan luruh tabung positif ke dalam media EA dengan
laktosa sebagai sumber karbonnya, ditandai de- menggunakan metode streak quadrant. Hasil
ngan adanya pertumbuhan (positif) pada media penipisan uji penduga sampel P dengan metode
LB, sedangkan gas yang dihasilkan dalam fer- streak quadrant endo agar setelah inkubasi 24
mentasi laktosa dapat dilihat dengan adanya gas jam dengan suhu 35°C dan didapatkan pada
gelembung gas di dalam tabung Durham. Hasil EA koloni berwarna pink dengan bercak merah
uji penduga yang dilakukan terhadap semua keunguan, ungu gelap, dan hijau metalik dan
sampel yang diambil diperoleh hasil yang sama, terjadi perubahan warna media dari merah muda
yaitu keseluruhan tabung menunjukkan hasil menjadi merah gelap. Hasil penipisan uji pen-
positif (Tabel 1). Pada seri pengenceran pertama duga sampel L didapatkan koloni berwarna pink
diperoleh seluruh tabung positif, demikian juga dengan bercak merah keunguan, ungu gelap,
seri pengenceran kedua dan ketiga. Data yang dan hijau metalik dan terjadi perubahan media
diperoleh kemudian dibandingkan dengan tabel warna dari merah muda menjadi merah gelap.
MPN dan diperoleh skor 5-5-5, hal ini menun- Hasil penipisan uji penduga sampel N diperoleh
jukkan perkiraan terdapat 1600 unit pembentuk koloni berwarna ungu kemerahan, ungu gradasi
koloni/100 mL sampel. metalik, dan hijau metalik dan terjadi perubahan
Gambar 1. Gambar uji penduga sampel L menunjukkan media lactose broth yang menjadi keruh
setelah diinkubasi selama 24 jam
P 5 5 5
L 5 5 5
N 5 5 5
B 5 5 5
warna dari merah muda menjadi merah gelap. sampel diperoleh hasil positif dari media LB.
Adapun hasil penipisan uji penduga sampel B Hasil pewarnaan Gram didapatkan bakteri Gram
koloni berwarna metalik dan pink. Selain itu, negatif pada sampel P berbentuk batang, kokus,
pada media EA yang ditumbuhi koloni terjadi dan kokobasil; begitupula dengan sampel L di-
perubahan warna dari merah muda menjadi peroleh bakteri Gram negatif berbentuk batang,
merah gelap. (Tabel 2). kokus, dan kokobasil. Pada sampel N diperoleh
bakteri Gram negatif berbentuk batang, batang
Uji pelengkap dilakukan dengan menginokulasi
pendek, dan kokus, serta bakteri Gram positif
cuplikan koloni dari media EA pada LB tunggal
berbentuk kokus; sedangkan sampel B diperoleh
dan media NA kemudian diinkubasi selama
bakteri Gram negatif berbentuk batang, kokus,
24 jam dengan suhu 35°C. Hasil positif pada
dan kokobasil. (Gambar 2)
media lactose broth ditandai dengan adanya
pertumbuhan yang menandakan terdapat bakteri
yang memfermentasikan laktosa dan perubahan
PEMBAHASAN
media LB menjadi keruh yang menandakan
adanya pertumbuhan bakteri. Isolat yang ditum- Hasil kultur setelah inkubasi 24 jam dengan
buhkan pada media NA diwarnai dengan Gram suhu 35°C didapatkan perubahan warna pada
dan diamati di bawah mikroskop. Pada semua media pertumbuhan EA menjadi berwarna
Sampel Hasil
Koloni pink dengan bercak merah keunguan, ungu gelap, hijau metalik, terjadi
P perubahan warna media dari merah muda menjadi merah gelap
Koloni berwarna pink dengan bercak merah keunguan, ungu gelap, hijau metalik,
L terjadi perubahan media warna dari merah muda menjadi merah gelap.
Koloni ungu kemerahan, ungu gradasi metalik dan hijau metalik dan terjadi perubahan
N warna dari merah muda menjadi merah gelap
Koloni berwarna metalik dan pink. Selain itu, pada media EA yang ditumbuhi koloni
B terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi merah gelap
Gambar 2. Bakteri Gram positif berbentuk kokus (A), bakteri Gram negatif berbentuk batang (B),
bakteri berbentuk kokobasil Gram negatif (D)
merah gelap di daerah yang ditumbuhi koloni ngan adanya hasil positif adanya E. coli sebagai
bakteri lactose fermenter. Hal ini disebabkan indikator, maka ada kemungkinan pula terdapat
media EA mengandung indikator fuchsin sulphite bakteri patogen lain dalam es batu konsumsi
yang memudahkan untuk identifikasi fermentasi tersebut. Cemaran ini dapat masuk pada setiap
laktosa. Pada uji lengkap dilakukan pewarnaan langkah pembuatan es batu mulai dari sumber-
Gram dan diamati melalui mikroskop didapatkan: nya sampai proses penyajian, antara lain:
a) Bakteri berwarna merah (Gram negatif) ber- a. Sumber air. Terdapat dua macam sumber air
bentuk batang panjang dan bakteri berwarna yang digunakan pada pembuatan sampel es
merah keunguan (Gram negatif) berbentuk batu, yaitu air tanah yang diproses (disaring
batang pendek. Bakteri batang Gram nega- dan diberi zat kimia untuk pembersihan) oleh
tif yang dapat memfermentasikan laktosa pabrik pembuatan es batu dan air galon isi
antara lain E. coli, Citrobacter freundii, En- ulang. Potensi cemaran pada kedua sumber
terobacter aerogenes, Klebsiella pneumonia, ini berbeda. Pada air tanah yang diproses,
dan Klebsiella oxytoca. Namun, bila meng- cemaran dapat terjadi pada sumber air ta-
gabungkan sifat yang dapat muncul pada nahnya bila daerah sekitar tidak memenuhi
ketiga uji, yaitu memberi warna hijau metalik standar, misalnya dekat dengan septic tank
pada media agar menghasilkan gas pada atau limbah. Pipa saluran air yang bocor juga
fermentasi laktosa dan batang Gram negatif, dapat berpotensi sebagai tempat masuknya
maka kemungkinan besar bakteri yang dite- cemaran. Air tanah dan galon isi ulang me-
mukan adalah jenis E. coli yang merupakan miliki masalah yang sama di mana proses
indikator cemaran pada uji MPN. 10
water treatment yang kurang memadai serta
b) Bakteri berwarna ungu (Gram positif) ber- perawatan alat menjadi masalah utama pe-
bentuk kokus. Contoh bakteri Gram positif nyebab masuknya cemaran. Selain itu, galon
hal, seperti pengungkit es yang berkarat, Bogor menunjukkan hasil yang sama bahwa
udara selama perjalanan, dan lainnya yang kualitas es batu yang dijual di daerah tersebut
menyebabkan cemaran pada es tersebut. juga tidak memenuhi syarat, demikian pula de-
d. Penyimpanan. Pada tahapan penyimpanan, ngan penelitian yang dilakukan di daerah Yog-
wadah merupakan sumber utama cemaran. yakarta.14-15 Hal ini menunjukkan bahwa kualitas
Wadah yang tidak higienis atau diletakkan es batu yang banyak dijual di masyarakat masih
pada lingkungan terbuka dapat menjadi memiliki kualitas yang tidak memenuhi standar,
potensi cemaran pada es batu. sehingga perlu untuk diperhatikan oleh semua
pihak yang terkait.
e. Penyajian. Penyajian merupakan proses
krusial masuknya cemaran yang disebabkan
karena tangan penyaji yang tidak bersih,
peralatan saji yang tidak higienis, serta KESIMPULAN
proses pengolahan makanan atau minuman Dari empat sampel es batu yang dihitung dengan
yang disajikan bersama es yang tidak baik, metode MPN seluruh sampel didapatkan 1600
akan menjadi potensi cemaran pada sajian bakteri/100 ml sampel. Hal ini menunjukkan
yang menggunakan es. 13
bahwa es batu konsumsi yang dipakai di kantin
Cemaran dalam es batu konsumsi dapat ber- Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya tidak
dampak buruk bagi kesehatan, antara lain me- sesuai dengan standar karena ditemukan 1600
nyebabkan penyakit. Contohnya bila ditemukan bakteri/100 ml sampel, sedangkan pada Per-
bakteri E. coli dalam jumlah banyak seperti pada menkes RI No. 416/Men.Kes/Per/IX/1990 syarat
sampel, maka orang yang mengonsumsi es batu yang diharuskan adalah ditemukan 0 bakteri/100
tersebut memiliki kemungkinan risiko terkena ml sampel pada pengujian dengan metode MPN.
penyakit diare. Selain itu, dengan tingginya kadar Namun, dalam uji ini peneliti memiliki keterba-
E. coli sebagai indikator, maka kemungkinan be- tasan dari segi waktu, alat, dan dana penelitian,
sar ada bakteri patogen lain, seperti Salmonella sehingga belum dapat meneliti sumber pence-
typhi, yang dapat menyebabkan demam tifoid maran dari es batu konsumsi, baik dari sumber
bagi orang yang mengonsumsinya. Namun, air, proses produksi, distribusi, maupun penya-
bila dilihat dari realitas konsumen di lingkungan jian di kantin. Atas beberapa keterbatasan dalam
yang mengonsumsi es batu tersebut, jarang penelitian ini, peneliti menyarankan penelitian
terdengar keluhan konsumen yang sakit setelah lebih lanjut dengan pengambilan sampel pada
mengonsumsi minuman yang mengandung es
setiap langkah pembuatan es batu mulai dari
batu. Hal ini dapat dijelaskan dengan adaptasi
sumbernya sampai proses penyajian agar dapat
sistem imun manusia.
menemukan sumber pencemarannya. Peneliti
Beberapa penelitian mengenai kualitas es batu juga menyarankan hasil kultur bakteri yang di-
juga telah dilakukan di antaranya di daerah peroleh dilakukan identifikasi dan uji resistensi.
teran Dorland Indonesia. Ed ke-26. Jakarta: manual. 2nd ed. USA: Elsevier; 2004.
2. Centers for Disease Control and Prevention laboratory manual in general microbiology.
[CDC], US Department of Health and Hu- 8th ed. USA: McGraw-Hill; 2002.
man Services. Surveillance for waterborne 10. World Health Organization. Guideline for
disease and outbreaks associated with drinking-water quality 2nd ed volume 3 sur-
drinking water and water not intended for veillance and control of community supplies.
drinking — United States, 2005–2006. Sur- Geneva: WHO; 1997.
veillance Summaries. 2008; 57 (SS-9): 44.
11. Kementerian Kesehatan Nasional Republik
Available from: http://www.cdc.gov/mmwr/
Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan
pdf/ss/ss5709.pdf.
RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002. Jakarta:
3. Kementerian Kesehatan Republik Indone- Depkes; 2002.
sia. Laporan riset kesehatan dasar 2007.
12. Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse
Jakarta: Depkes; 2008.
SA. Jawetz, Melnick, & Adelberg’s. Medical
4. Morello JA, Granato PA, Mizer HE. Labora- microbiology. 24th ed. USA: McGraw-Hill;
tory manual and workbook in microbiology 2007.
application to patient care 7th ed. New York:
13. Unus S. Mikrobiologi Air. Bandung: PT.
McGraw-Hill; 2003.
Alumni; 2003.
5. World Health Organization. Water safety
14. Firleyanti AS. Evaluasi bakteri indikator sani-
plans. Geneva: WHO; 2005.
tasi di sepanjang rantai distribusi es batu di
6. Ashbolt NJ, Grabow WOK, Snozzi M. Indica- Bogor. J Il Pert Indon. 2006;11(2);28-36.
tors of microbial water quality. Water Series.
15. Sopacua FC, Purwijantiningsih LME, Pra-
London: IWA Publishing; 2001.
nata S. Kandungan Coliform dan klorin es
7. Badan Pengawas Obat dan Makanan Re- batu di Yogyakarta. Yogyakarta: Fakultas
publik Indonesia. Undang-Undang Nomor Teknobiologi Universitas Atma Jaya Yogya-
7 Tahun 1996 tentang Pangan. Jakarta: karta. Available from: http://e-journal.uajy.
BPOM; 1996. ac.id/4842/1/jurnal.pdf.