Anda di halaman 1dari 17

ARTIKEL

OPINI AUDIT GOING CONCERN


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Seminar Akuntansi
Dosen Pengampu : Dr. H. Muhammad Ja’far Shodiq, SE., S.Si, M.Si, Ak, CA

Disusun Oleh Kelompok 4:


1. Eka Wiwied Nuristianti 31401700341
2. Inayatus Sholikah 31401700344
3. Khujja Nur Jannah 31401700348
4. Siti Isrokhim 31401700359

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2018
I. PENDAHULUAN
Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha dan
merupakan asumsi dalam pelaporan keuangan suatu entitas. Asumsi ini
mengharuskan perusahaan secara operasional memiliki kemampuan
mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) dan akan
melanjutkan usahanya di masa depan. Perusahaan diasumsikan tidak bermaksud
atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya
(Ikatan Akuntan Indonesia, 2007:5). Asumsi going concern berarti suatu badan
usaha dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka
waktu panjang dan tidak akan dilikuidasi dalam waktu jangka pendek (Hani et
al. 2003).
Kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan kemampuan
manajemen dalam mengelola perusahaan agar dapat bertahan hidup. Ketika
suatu perusahaan mengalami permasalahan keuangan (financial distress),
kegiatan operasional akan terganggu, yang akhirnya berdampak pada tingginya
resiko yang dihadapi perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidup
usahanya di masa mendatang, hal ini akan berpengaruh terhadap opini audit
yang diberikan oleh auditor.
Opini audit going concern merupakan opini yang diterbitkan auditor
untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya (Ikatan Akuntan Indonesia, 2007). Penerbitan opini audit going
concern ini sangat berguna bagi para pemakai laporan keuangan untuk
membuat keputusan yang tepat dalam berinvestasi, karena ketika seorang
investor akan melakukan investasi perlu untuk mengetahui kondisi keuangan
perusahaan, terutama yang menyangkut tentang kelangsungan hidup perusahaan
tersebut (Hany et.al., 2003). Para investor mengharapkan auditor memberikan
early warning akan kegagalan keuangan perusahaan (Chen dan Church, 1996).
Situasi tersebut membuat auditor mempunyai tanggung jawab yang besar untuk
mengeluarkan opini audit going concern yang konsisten dengan keadaan
sesungguhnya.
Meskipun auditor tidak bertanggung jawab terhadap kelangsungan
hidup sebuah perusahaan, tetapi dalam melakukan audit going concern perlu
menjadi pertimbangan auditor dalam memberikan opini. Mutchler (1985,
dalam Januarti, 2009) menyebutkan kriteria perusahaan akan menerima opini
going concern apabila mempunyai masalah pada pendapatan, reorganisasi,
ketidakmampuan dalam membayar bunga, menerima opini going concern
tahun sebelumnya, dalam proses likuidasi, modal yang negatif, arus kas
negatif, pendapatan operasi negatif, modal kerja negatif, 2 sampai 3 tahun
berturut-turut rugi, laba ditahan negatif.
Pentingnya informasi tentang opini going concern mendorong peneliti
untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian opini
ini. Faktor-faktor yang akan diuji meliputi kualitas audit, kondisi keuangan
perusahaan, pertumbuhan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, ukuran
perusahaan, dan utang perusahaan

II. RUMUSAN MASALAH


1. Apa saja faktor yang mempengaruhi auditor dalam menerbitkan opini
audit going concern?
2. Bagaimana cara auditor menyajikan opini going concern pada perusahaan?

III.TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui apa saja faktor yang
mempengaruhi auditor dalam menerbitkan opini audit going concern dan
Bagaimana cara auditor menyajikan opini going concern pada perusahaan.

IV. KAJIAN TEORI


1. Pengertian Opini Audit
Opini audit menurut kamus standar akuntansi (Ardiyos, 2007) adalah
laporan yang diberikan seorang akuntan publik terdaftar sebagai hasil
penilaiannya atas kewajaran laporan keuangan yang disajikan perusahaan.
Sedangkan menurut kamus istilah akuntansi (Tobing, 2004) opini audit
merupakan suatu laporan yang diberikan oleh auditor terdaftar yang
menyatakan bahwa pemeriksaan telah dilakukan sesuai dengan norma atau
aturan pemeriksanaan akuntan disertai dengan pendapat mengenai kewajaran
laporan keuangan yang diperiksa. Opini audit diberikan oleh auditor melalui
beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini
yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya.
Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam
berkomunikasi dengan lingkungannya. Opini audit diberikan oleh auditor
melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan
atas opini yang harus diberikan atas laporan keungan yang diauditnya. Arens
dan Lobbecke (2003:36) mengemukakan bahwa laporan keuangan audit adalah
langkah terakhir dariseluruh proses audit. Dengan demikian auditor dalam
memberikan opini sudah didasarkan keyakinan profesionalnya.
Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada
umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua
hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, danarus kas
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan
auditor juga merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya
atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan
pendapat.
Opini auditor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut (Mulyadi,
2002:20-22):
a. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa
laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material
sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Laporan
audit dengan pendapat wajar tanpa pengecualian diterbitkan oleh auditor
jika kondisi berikut ini terpenuhi:
1) Semua laporan neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas,
dan laporan arus kas terdapat dalam laporan keuangan.
2) Dalam pelaksanaan perikatan, seluruh standar umum dapat dipenuhi
oleh auditor.
3) Bukti cukup dapat dikumpulkan oleh auditor, dan auditor telah
melaksanakan perikatan sedemikian rupa sehingga memungkinkan
untuk melaksanakan tiga standar pekerjaan lapangan.
4) Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima
umum di Indonesia.
5) Tidak ada keadaan yang mengharuskan auditor untuk menambah
paragraf penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit.
b. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelas (Unqualified
Opinion with Explanatory Language).
Dalam keadaan tertentu, auditor menambahkan suatu paragraf penjelas
(atau bahasa penjelas yang lain) dalam laporan audit, meskipun tidak
mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan
auditan. Paragraf penjelas dicantumkan setelah paragraf pendapat.
Keadaan yang menjadi penyebab utama ditambahkannya suatu paragraf
penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit baku adalah:
1) Ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima umum.
2) Keraguan besar tentang kelangsungan hidup entitas.
3) Auditor setuju dengan suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi yang
dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan.
4) Penekanan atas suatu hal
5) Laporan audit yang melibatkan auditor lain.
c. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)
Pendapat wajar dengan pengecualian diberikan apabila auditee
menyajikan secara wajar laporan keuangan, dalam semua hal yang material
sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, kecuali
untuk dampak hal-hal yang dikecualikan. Pendapat wajar dengan
pengecualian dinyatakan dalam keadaan :
1) Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan
terhadap lingkup audit.
2) Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari
prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, yang berdampak
material, dan ia berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak
wajar,
d. Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion)
Pendapat tidak wajar diberikan oleh auditor apabila laporan
keuangan auditee tidak menyajikan secara wajar laporan keuangan sesuai
dengan prinsip akuntansi berterima umum.
e. Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion)
Auditor menyatakan tidak memberikan pendapat jika ia tidak
melaksanakan audit yang berlingkup memadai untuk memungkinkan
auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan. Pendapat ini juga
diberikan apabila ia dalam kondisi tidak independen dalam hubungannya
dengan klien.

2. Pengertian Going Concern


Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha. Dengan
adanya going concern maka suatu badan usaha dianggap akan mampu
mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka panjang, tidak akan
dilikuidasi dalam jangka waktu pendek (Siagian, 2009). Going concern suatu
perusahaan dapat diproksikan dengan analisis rasio keuangan seperti likuiditas,
solvabilitas, dan profitabilitas. Selain itu, pemberian opini going concern juga
dapat diamati dari kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan (Sinaga, 2009).
Likuiditas perusahaan merupakan kemampuan perusahaan menyediakan
aktiva lancar untuk membayar kewajiban jangka pendeknya (Harahap, 2008).
Likuiditas dalam penulisan ini diproksikan oleh Quick Ratio (QR). Rasio ini
Auditor memiliki peranan penting dalam menjembatani antara kepentingan
investor dan kepentingan perusahaan. Data dalam laporan keuangan yang
dibuat oleh manajemen akan dipercaya oleh pemakai laporan keuangan apabila
laporan keuangan telah mendapat pernyataan wajar dari auditor. Pernyataan
auditor diungkapkan melalui opini audit. Selain itu, peran auditor diperlukan
untuk mencegah diterbitkannya laporan keuangan yang menyesatkan, sehingga
para pemakai laporan keuangan dapat mengambil keputusan investasi dengan
benar.
Solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
jangka panjang. Bukan hanya mampu membayar kewajibannya namun juga
mampu membayar bunganya. Solvabilitas dalam penelitian ini diproksikan
dengan Long Term Debt to Assets Ratio (LTDAR). Perusahaan yang memiliki
LTDAR nilai tinggi, maka semakin rendah solvabilitasnya karena semakin
banyak aset yang dialokasikan ke hutang jangka panjang.
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba. Profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan Return On Assets
(ROA). ROA menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba
dengan menggunakan total asset atau total aktiva yang dimiliki perusahaan
dalam periode tertentu. Perusahaan yang memiliki nilai ROA yang negatif
dalam periode waktu yang berurutan akan memicu masalah going concern
karena ROA yang negatif artinya bahwa perusahaan tersebut mengalami
kerugian dan ini akan mengganggu kelangsungan hidup perusahaan tersebut.
Kualitas auditor juga menjadi pertimbangan dalam pemberian opini audit.
Pemilihan auditor dengan kualitas tinggi dapat meningkatkan kredibilitas
laporan keuangan sehingga investor dan pemakai laporan keuangan lainnya
memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap informasi yang dituangkan dalam
laporan keuangan.
Pertumbuhan perusahaan juga dapat digunakan oleh auditor dalam
pemberian opini audit dengan going concerns. Dalam penulisan ini,
pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan pertumbuhan penjualan karena
penjualan merupakan kegiatan operasi utama perusahaan. Menurut Setyarno
(2006), perusahaan yang memiliki rasio pertumbuhan perusahaan yang positif
menggambarkan bahwa perusahaan tersebut dapat mempertahankan posisi
ekonominya dan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (going
concern).

3. Opini Audit Going Concern


Opini audit going concern adalah opini yang dikeluarkan oleh auditor
untuk mengevaluasi apakah ada kesangsian tentang kemampuan perusahaan
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (IAI, 2001:SA Seksi 341).
Laporan audit dengan modifikasi mengenai going concern merupakan suatu
indikasi bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko auditee  tidak dapat
bertahan dalam bisnis. Dari sudut pandang auditor, keputusan tersebut
melibatkan beberapa tahap analisis. Auditor harus mempertimbangkan hasil
dari operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan
membayar hutang, dan kebutuhan likuiditas di masa yang akan datang.
Going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan
sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal berlawanan
(contrary information). Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap
berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup satuan usaha adalah
berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi
kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar
aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan
operasi yang dipaksakan dari luar dan kegiatan serupa yang lain.
SAS 59 (AU 341) paragraph 10 hingga 14 telah memberi panduan yang
jelas mengenai opini yang bisa diberikan oleh auditor terkait aspek going
concern, sebagai berikut:
a. Apabila setelah melakukan prosedur pemeriksaan normal ditambah
dengan pertimbangan terhadap berbagai kondisi atau peristiwa yang
dapat dijadikan sebagai indikasi untuk menilai kemampuan going
concern perusahaan ternyata TIDAK MENYANGSIKAN kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam
jangka waktu minimal satu tahun buku setelah tanggal laporan keuangan,
maka auditor memberikan opini “Wajar Tanpa Pengecualian”
(Unqualified).
b. Apabila sebaliknya, dimana auditor MENYANGSIKAN kemampuan
going concern perusahaan setelah melakukan prosedur pemeriksaan
normal ditambah dengan pertimbangan terhadap berbagai kondisi atau
peristiwa yang ada, maka auditor WAJIB MENGEVALUASI
RENCANA MANAJEMEN untuk mengatasi kesangsian tersebut.
Selanjutnya:
c. Jika perusahaan TIDAK MEMILIKI RENCANA MANAJEMEN atau
auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen perusahaan TIDAK
DAPAT SECARA EFEKTIF MENGATASI DAMPAK kondisi dan
peristiwa yang bisa membuat perusahaan mengalami kesulitan going
concern, maka auditor menyatakan “Tidak Memberikan Pendapat”
(Disclaimer)
d. Apabila auditor berkesimpulan bahwa RENACANA MANAJEMEN
DAPAT rencana manajemen dapat secara efektif dilaksanakan maka
auditor harus mempertimbangkan kecukupan pengungkapan rencana
manajemen dan faktor-faktor mitigasi persoalan going concern yang
timbul. Selanjutnya, lihat point c di bawah ini.
e. Apabila auditor berkesimpulan bahwa pengungkapan seperti pada point b
di atas TELAH MEMADAI, maka ia memberikan opini “Wajar Tanpa
Pengecualian” dengan “Paragraf Penjelasan” mengenai kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.

4. Pentingnya Status Going Concern Bagi Pengguna Laporan Keuangan


Bagi pengguna eksternal, utamanya investor dan kreditur, Laporan
Keuangan (yang disusun menggunakan asumsi Going Concern
oleh manajemen perusahaan) merupakan sumber informasi utama untuk
mengambil keputusan-keputusan penting:
 Investor menginvestasikan uangnya dengan cara membeli saham
perusahaan dan bersedia dikembalikan dalam bentuk dividend yang nilai
Rupiahnya jauh lebih kecil dibandingkan total Rupiah yang
diinvestasikan, karena berharap akan memperoleh dividend dalam
jangka panjang.
 Lembaga keuangan seperti bank mengucurkan kredit bagi perusahaan
dan bersedia dikembalikan secara bertahap, juga dengan asumsi bahwa
perusahaan mampu beroperasi dalam jangka panjang.

V. PEMBAHASAN
1. Faktor mempengaruhi auditor dalam menerbitkan opini audit going
concern
Secara umum, contoh kondisi dan peristiwa jika di pertimbangkan secara
keseluruhan, menunjukkan adanya kesangsian besar tentang kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam waktu yang
pantas adalah sebagai berikut (IAI, 2001: SA Seksi 341.3 paragraf 6):
1) Trend negatif, sebagai contoh kerugian operasi yang berulang kali terjadi,
kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, ratio
keuangan penting yang jelek.
2) Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan, sebagai contoh
kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian serupa,
penunggakan pembayaran deviden, penolakan oleh pemasok terhadap
pengajuan permintaan pembelian kredit biasa restrukturisasi utang,
kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru atau
penjualan sebagian besar aktiva.
3) Masalah intern, sebagai contoh pemogokan kerja atau kesulitan hubungan
perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukses projek tertentu,
komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis, kebutuhan untuk
mencari sumber atau metode pendanaan baru atau penjualan sebagian
besar aktiva.
4) Masalah luar yang terjadi, sebagai contoh pengaduan gugatan pengadilan,
keluarnya undang-undang, atau masalah-masalah lain yang kemungkinan
membahayakan kemampuan perusahaan untuk beroperasi, kehilangan
franchise, lisensi atau paten penting, kehilangan pelanggan atau pemasok
utama, kerugian akibat bencana besar seperti gempa bumi, banjir,
kekeringan, yang tidak diasuransikan atau diasuransikan namun dengan
pertanggungan yang tidak memadai.

2. Cara Auditor Pemeriksaan Aspek Going Concern


Pada umumnya, keberlanjutan operasional perusahaan terancam oleh satu
keadaan saja, yaitu: adanya kondisi dan peristiwa tak pasti yang bisa membuat
perusahaan menjadi tidak mampu membayar liabilitasnya baik yang tergolong
jangka pendek maupun jangka panjang.
Oleh sebab itu, SAS 59 (AU 341) memberikan petunjuk mengenai
kondisi-kondisi dan peristiwa-peristiwa yang dapat dipakai sebagai bahan
pertimbangan untuk menemukan adanya “kesangsian substansial” (=keraguan
besar) terhadap kemampuan going concern entitas auditee di masa yang akan
datang, setidanya hingga satu tahun buku ke depan. Seperti yang telah
dijelaskan pada pembahasan sebelumnya.
Sehingga ada beberapa langkah yang perlu diperhaikan dalam menyajikan opini
going concern, berikut adalah proses audit yang dijalankan:
b. Menjalankan Prosedur Analitis (analytical procedures)
Entah pada fase perencanaan atau pengujian substantif atau review
setelahnya, auditor biasanya hanya menilai akurasi dan kewajaran
penyajian. Nah, dalam upaya menemukan trend negatif seperti petunjuk
SAS 59 di atas, mungkin auditor perlu melakukan trend analysis terhadap
akun-akun tertentu, misalnya:
 Apakah penjualan atau revenue perusahaan mengalami kemerosotan
yang signifikan secara terus menerus
 Apakah cost dan expense yang timbul trendnya meningkat signifikan
secara terus-menerus
 Apakah ada penumpukan nilai persediaan yang tak kunjung berubah
menjadi tagihan atau kas
 Apakah nilai bad debt terus meningkat
 Apakah total nilai utang dagang/usaha yang mengalami overdue terus
meningkat
b. Menjalankan Review Terhadap Peristiwa Setelah Tanggal
Laporan (Subsquent Events Review)
Pada saat melakukan subsequent event review, auditor biasanya hanya
memastikan bahwa semua transaksi bersifat material telah diikut sertakan
ke dalam Laporan Keuangan Auditan (audited financial statements).
Upaya ekstra yang perlu dilakukan oleh auditor untuk melihat
kemungkinan adanya masalah going concern antara lain:
 Melihat dan mencari tahu, apakah ada pelanggan besar perusahaan
yang mengalami kebangkrutan, sehingga piutang overdue
kemungkinan akan segera berubah menjadi kerugian piutang tak
tertagih, dan yang terpenting mungkin trend penjualan akan terus
menurun di masa-masa berikutnya.
 Melihat dan mencari tahu, apakah harga jual produk/jasa perusahaan
mengalami penurunan di pasaran
 Melihat dan mencari tahu, apakah ada pemasok yang menurunkan
jumlah pasokan (atau menghentikannya samasekali) menyusul
penghentikan fasilitas kredit.
 Apakah ada lembaga keuangan yang menurunkan plafond kredit atau
menghentikannya samasekali.
 Apakah ada pengambilalihan aset perusahaan oleh pihak lain.
c. Menjalankan Review Kepatuhan (Compliance Review)
Upaya ekstra lainnya adalah dengan melakukan review terhadap
kepatuhan perusahaan dalam menjalankan komitment dengan kreditur,
utamanya lembaga keuangan yang menyediakan kredit jangka panjang
seperti bank. Auditor perlu melihat apakah perusahaan masih mampu
memenuhi komitmennya sebagaimana tertuang di dalam perjanjian
semula (dalam akad kredit misalnya).
d. Membaca Notulen Rapat (Minutes Reading)
Biasanya, auditor membaca minutes meeting yang diselenggarakan
dalam RUPS, Dewan Direksi dan Dewan Komite, hanya untuk mencari
tambahan informasi untuk memastikan akurasi dan kewajaran penyajian
laporan keuangan. Upaya ekstra yang bisa dilakukan untuk menemukan
adanya indikasi persoalan going concern di sini diantaranya dengan
mencari informasi yang mengindikasikan:
 Adanya rencana alokasi biaya litigasi (penanganan sengketa) yang
meningkat drastis
 Adanya wacana untuk mencari sumber pendanaan alternative selain
yang biasanya
 Adanya wacana untuk melakukan perombakan sistim kerja
operasional perusahaan secara signifikan
 Adanya program pemangkasan cost dan expense seperti rencana
PHK, penghentian operasional segment atau unit bisnis tertentu, atau
pengurangan jam kerja operasional, secara besar-besaran.
 Adanya penghentian kontrak kerja mendadak dengan tenaga expert
yang selama ini digunakan dalam jangka waktu yang lama.
 Adanya penghentian anggota manajemen puncak dan menengah.
e. Review Terhadap Permintaan Konsultasi Legal (Inquiry of Legal
Counsel Review)
Upaya berikutnya yang bisa dilakukan oleh auditor dalam upaya
menemukan adanya kesangsian terhadap aspek going concern adalah
dengan melihat catatan koresponden dengan institusi-institusi legal seperti
kantor pengacara, penasehat hokum dan notaris. Dari proses review itu,
mungkin auditor bisa menemukan adanya komunikasi yang intens terkait
masalah litigasi seperti adanya tuntutan hukum (pidana dan perdata) dari
pihak ketiga entah itu perseorangan atau badan.

1. Laporan Opini Audit


Pendapat auditor yang dituangkan dalam laporan audit paling umum adalah
laporan audit standar yang unqualified, yang biasa juga disebut laporan
standar bentuk pendek. Bentuk laporan ini digunakan apabila terdapat
keadaan berikut:
a. Bukti audit yang dibutuhkan telah terkumpul secara mencukupi dan
auditor telah menjalankan tugasnya sedemikian rupa, sehingga ia dapat
memastikan bahwa ketiga standar pelaksanaan kerja lapangan telah
ditaati.
b. Ketiga standar umum telah diikuti sepenuhnya dalam perikatan kerja.
c.  Laporan keuangan yang diaudit disajikan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang lazim yang berlaku di Indonesia yang diterapkan pula
secara konsisten pada laporan-laporan sebelumnya. Demikian pula
penjelasan yang mencukupi telah disertakan pada catatan kaki dan
bagian-bagian lain dari laporan keuangan.
d. Tidak terdapat ketidakpastian yang cukup berarti (no material
uncertainties) mengenai perkembangan di masa mendatang yang tidak
dapat diperkirakan sebelumnya atau dipecahkan secara memuaskan.
Bagian dari laporan audit standar, yaitu:
a. Judul laporan. Standar auditing mengharuskan pemberian judul pada
laporan dan judul itu harus memuat kata`independen.Misalnya, judul
yang tepat adalah “laporan`auditor independen” atau “kata independen”
dimaksudkan untuk meyakinkan pemakai bahwa dalam semua aspek
penugasan auditing tersebut tidak menyimpang.
b. Alamat yang dituju laporan auditing. Laporan ini biasanya ditujukan
kepada perusahaan bersangkutan, pemegantg saham, atau dewan
direksinya. Dalam beberapa tahun belakangan, makin sering laporan ini
ditujukan kepada para pemegang saham untuk menunjukkan bahwa
auditor independen terhadap perusahaan dan dewan direksi, dan
komisarisnya.
c. Paragraf pendahuluan. Paragraf pertama dari laporan ini ditujukan
untuk tiga hal: pertama, paragraf ini merupakan pernyataan sederhana
bahwa kantor akuntan publik bersangkutan telah melaksanakan suatu
audit. Hal ini dimaksudkan untuk membedakan laporan tersebut dari
laporan kompilasi atau penelaahan. Kedua, paragraf itu mencantumkan
laporan keuangan yang diperiksa, termasuk tanggal neraca dan periode-
periode akuntansi untuk laporan rugi-laba dan laporan arus kas. Kata-
kata dalam laporan tersebut harus sama dengan laporan yang digunakan
manajemen untuk laporan keuangan itu. Ketiga, paragraf pendahuluan
yang menyatakan bahwa laporan keuangan tersebut merupakan
tanggung jawab manajemen dan bahwa tanggung jawab auditor adalah
sebatas pada pendapat atas laporan yang diperiksa.
d. Paragraf ruang lingkup. Paragraf ruang lingkup adalah pernyataan
faktual mengenai apa yang dilakukan auditor di dalam auditing.
Paragraf ini terlebih dahulu menyatakan bahwa auditor bersangkutan
mengikuti standar auditing yang berlaku umum. Bagian selanjutnya
menerangkan secara singkat mengenai aspek-aspek penting dari suatu
auditing.
Paragraf ruang lingkup menyatakan bahwa auditing dirancang untuk dapat
memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji
yang material. Pernyataan kata material menerangkan bahwa auditor hanya
bertanggung jawab untuk mencari kekeliruan yang signifikan, bukan kekeliruan
kecil yang tidak berpengaruh pada keputusan pemakai laporan. Penggunaan
istilah “keyakinan memadai” menunjukkan bahwa suatu auditing tidak dapat
diharapkan untuk menghilangkan sepenuhnya kemungkinan adanya kekeliruan
atau ketidakberesan yang material di dalam laporan keuangan. Dengan kata
lain, auditing memberikan suatu tingkat keyakinan yang tinggi, tetapi bukan
merupakan jaminan.
Bagian lain dari paragraf ruang lingkup membahas mengenai bahan bukti
auditing yang dikumpulkan dan menyatakan bahwa auditor bersangkutan yakin
bahwa bahan bukti yang dikumpulkan mencukupi untuk situasi tersebut guna
menyatakan pendapat yang disajikan. Kata-kata “atas dasar pengujian”
menunjukkan bahwa yang dilakukan adalah uji petik dan bukan setiap transaksi
dan setiap jumlah dalam laporan keuangan tersebut.
a. Paragraf pendapat. Paragraf terakhir dalam laporan standar memuat
kesimpulan auditor berdasarkan hasil auditing. Bagian ini sangat
penting sehingga seringkali keseluruhan laporan auditing hanya disebut
sebagai pendapat auditor. Paragraf pendapat dengan tegas menyatakan
bahwa yang diberikan adalah suatu pendapat dan bukan suatu
pernyataan mutlak atau jaminan. Tujuannya adalah untuk menunjukkan
bahwa kesimpulan tersebut didasarkan atas pertimbangan profesional.
b. Tandatangan nama nomor register akuntan publik. Nama ini
menunjukkan partner akuntan publik atau auditor yang bertanggung
jawab atas auditing yang dilakukan. Auditor membubuhkan tanda
tangannya berikut nomor register negara yang bersangkutan. Partner
itulah yang akan bertanggung jawab secara hukum dan jabatan atas
mutu auditnya menurut standar professional.
c. Tanggal laporan audit. Tanggal yang dipakai di dalam laporan ini
adalah tanggal saat auditor telah menyelesaikan bagian terpenting dari
prosedur auditing di lapangan. Tanggal ini sangat penting karena
menunjukkan sampai tanggal berapa setelah tanggal laporan keuangan,
auditor bertanggung jawab atas peninjauan terhadap peristiwa yang
terjadi. Sebagai contoh, jika neraca dibuat per tanggal 31 Desember
1991, dan laporan audit bertanggal 6 Maret 1992, ini berarti bahwa
auditor telah mencari transaksi dan peristiwa yang belum tercatat yang
terjadi sampai tanggal 6 Maret 1992.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan:
Faktor yang mempengaruhi auditor dalam menerbitkan opnini audit going
concern meliputi : Trend negatif, Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan
keuangan, Masalah intern, Masalah luar yang terjadi. Selanjutnya cara auditor
pemeriksaan aspek going concern langkah yang perlu diperhaikan dalam
menyajikan opini going concern, berikut adalah proses audit yang dijalankan:
a. Menjalankan Prosedur Analitis (analytical procedures)
b. Menjalankan Review Terhadap Peristiwa Setelah Tanggal
Laporan (Subsquent Events Review)
c. Menjalankan Review Kepatuhan (Compliance Review)
d. Membaca Notulen Rapat (Minutes Reading)
e. Review Terhadap Permintaan Konsultasi Legal (Inquiry of Legal
Counsel Review)
Saran :
Dalam menyajikan opini auditor going concern seorang auditor harus mengikuti
prosedur atau tahapan yang telah ditentukan di panduan.

REFERENSI
https://sutanknowledgecenter.wordpress.com/2012/05/28/jenis-opini-
auditor-pembahasan/
http://www.praktisi.ac.id/?op=news&v=157
http://keuanganlsm.com/laporan-auditing-standar-dengan-pendapat-wajar-tanpa-
pengecualian/
http://supriakuntansisy.blogspot.co.id/2011/04/opini-audit.html
https://www.kajianpustaka.com/2013/10/pengertian-dan-jenis-jenis-opini-audit.html

Anda mungkin juga menyukai