Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KONSEP DASAR KELAINAN PRESENTASI


DAN POSISI PUNCAK KEPALA, DAHI,
MUKA,PRESENTASI OKSIPITO ANTERIOR

DOSEN PEMBIMBING:

SETIAWATI, SST, M.Kes

DI SUSUN OLEH:

1. SISKA WULANDARI

2. SONIA ISABELA

3. VERA LISNIA

4. YULITA HARIANI

5. YUTQINATI

POLTEKKES KEMENKES RI PALEMBANG

PRODI D-III KEBIDANAN KAMPUS MUARA ENIM

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya kami masih
diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
yang berjudul ”Konsep dasar kelainan presentasi dan posisi puncak kepala, dahi,
muka presentasi oksipitoanterior” ini disusun untuk memenuhi tugas dari dosen mata
kuliah GADAR DIII Kebidanan Muara Enim

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada : Ibu Setiawati


selaku dosen pembimbing mata kuliah GADAR yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan demi terselesaikannya makalah ini, serta Rekan-rekan dan semua pihak yag
telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan
makalah ini dimasa mendatang.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
mahasiswa khususnya dan masyarakat pada umumnya.Dan semoga makalah ini dapat
dijadikan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan para mahasiswa, masyarakat, dan
pembaca.

Muara Enim, 3 Februari 2020


                                                                       

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang................................................................................................................1.1
Rumusan Masalah..........................................................................................................1.2
Tujuan Penulisan............................................................................................................1.3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian MTBS......................................................................................................................2.1
Pelaksanaan MTBS Pada Bayi Umur 2 Bulan Sampai 5 Tahun................................................2.2
Penilaian Dan Klasifikasi Bayi Umur 2 Bulan Sampai 5 Tahun...............................................2.3
Tujuan Pendekatan MTBS............................................................................................2.4
Tindakan Dan Pengobatan...........................................................................................2.5
Konseling Bagi Ibu....................................................................................................................2.6
Kunjungan Ulang Untuk Pelayanan Tindak Lanjut...................................................................2.7
BAB III PENUTUP
Kesimpulan.....................................................................................................................3.1
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Gangguan terhadap jalannya proses persalinan dapat disebabkan oleh
berbagai factor, antara lain dengan adanya kelainan presentasi, posisi dan
perkembangan janin intra uterine. Diagnosa distosia akibat janin bukan hanya
disebabkan oleh janin dengan ukuran yang besar, janin dengan ukuran normal
namun dengan kelainan pada presentasi intra uterin juga tidak jarang
menyebabkan gangguan proses persalinan. Saat ini tidak ada metode yang akurat
untuk meramalkan secara pasti tentang adanya.
Disproporsi Fetopelvik baik secara klinis maupun menggunakan alat
radiologis oleh sebab itu tenaga kesehatan sangat perlu mengetahui bagaimana
mendeteksi secara dini penyulit- penyulit yang akan terjadi pada ibu hamil, ibu
bersalin, dan janin. Terutama kasus  malposisi dan malpesentasi, agar tenaga
kesehatan khususnya tenaga bidan dapat melakukan penanganan yang tepat.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana tentang presentasi puncak kepala?
2.      Bagaimana tentang presentasi muka?
3.      Bagaimana tentang presentasi dahi?
4.      Bagaimana tentang presentasi oksipito posterior?

C.    Tujuan
1.      Mengerti dan Mengetahui tentang presentasi puncak kepala.
2.      Mengerti dan Mengetahui tentang presentasi muka.
3.      Mengerti dan Mengetahui tentang presentasi dahi.
4.      Mengerti dan Mengetahui tentang presentasi oksipito posterior.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penyulit Kala I dan II; Kelainan Presentasi dan Posisi
     A.            Presentasi Puncak Kepala

1.      Definisi
Presentasi puncak kepala ialah dimana bagian terbawah adalah puncak kepala,
teraba UUB yang paling rendah pada pemeriksaan dalam dan UUB sudah berputar
ke depan.
Pada persalinan normal, saat melewati jalan lahir kepala janin dalam keadaan
flexi dalam keadaan tertentu flexi tidak terjadi, sehingga kepala deflexi. Presentasi
puncak kepala disebut juga preesentasi sinput terjadi bila derajat deflexinya
ringan, sehingga ubun-ubun besar merupakan bagian terendah. Pada presentasi
puncak kepala lingkar kepala yang melalui jalan lahir adalah sikumfrensia fronto
oxipito dengan titik perputaran yang berada di bawah simfisis adalah glabella.
2.      Etiologi
Presentasi puncak kepala atau disebut juga presentasi sinsiput terjadi karena
derajat defleksinya ringan, sehingga ubun-ubun besar merupakan bagian terendah.
Ini biasanya disebabkan karena kelainan panggul, kepala bentuknya bundar, anak
kecil atau mati dan kerusakan dasar panggul. Pada umumnya presentasi puncak
kepala ini merupakan kedudukan sementara, yang kemudian dapat berubah
menjadi presentasi belakang kepala.
Menurut statistik hal ini terjadi pada 1% dari seluruh persalinan. Letak
defleksi ringan dalam buku synopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi (2002)
biasanya disebabkan:
a. Kelainan panggul (panggul picak)
b. Kepala bentuknya bundar
c. Anak kecil atau mati
d. Kerusakan dasar panggul
Sedangkan sebab lainnya yaitu : Penyebabnya keadaan – keadaan yang memaksa
terjadi defleksi kepala atau keadaan yang menghalangi terjadinya fleksi kepala.
a. Sering ditemukan pada janin besar atau panggul sempit.
b. Multiparitas, perut gantung
c. Anensefalus, tumor leher bagian depan.

3.      Diagnosis
Pada pemeriksaan dalam didapati UUB paling rendah dan berputar ke depan
atau sesudah  anak lahir terdapat caput di daerah UUB. Dalam memimpin partus,
penolong harus sabar menunggu sambil mengobservasi karena 75% dapat lahir
spontan. Untuk menolong perputaran, ibu tidur miring kearah punggung anak.
Bila ada indikasi, dapat ditolong dengan ekstraksi forcep atau vakum. Pada ibu
dapat terjadi komplikasi, yaitu terjadinya partus lama atau robekan jalan lahir
yang lebih luas. Selain  itu karena partus lama dan moulage hebat, maka
mortalitas anak agak tinggi (9%).
Pada pemeriksaan dalam didapati UUB paling rendah dan berputar ke depan
atau sesudah anak lahir caput terdapat di daerah UUB. Diagnosis kedudukan :
Presentasi puncak kepala
a.       Pemeriksaan abdominal
1)      Sumbu panjang lain sejajar dengan sumbu panjang ibu
2)      Di atas panggul teraba kepala
3)      Punggung terdapat pada satu sisi, bagian-bagian kecil terdapat pada sisi yang
berlawanan
4)      Di fundus uteri teraba bokong
5)      Oleh karena tidak ada fleksi maupun ekstensi maka tidak teraba dengan jelas
adanya tonjolan kepala pada sisi yang satu maupun sisi lainnya.
b.      Auskultsi
Denyut jantung janin terdengar paling keras di kuadran bawah perut ibu, pada sisi
yang sama dengan punggung janin
c.       Pemeriksaan vaginal
1)      Sutura sagitalis umumnya teraba pada diameter transversa panggul,
2)      Kedua ubun-ubun sama-sama dengan mudah dapat diraba dan dikenal.
Keduanya sama tinggi dalam panggul.
d.      Pemeriksaan sinar-x
Pemeriksaan radiologis membantu dalam menegakkan diagnosis kedudukan dan
menilai panggul
4.      Komplikasi terhadap Ibu dan Janin
Pada ibu dapat terjadi partus yang lama atau robekan jalan lahir yang lebih
luas. Selain itu karena partus lama dan moulage hebat, maka mortalitas anak agak
tinggi (9%) (Mochtar, 2002).
Ibu : Robekan jalan lahir yang lebih luas
Anak: Karena partus lama dan molase hebat sehingga mortalitas anak agak tinggi

5.      Penatalaksanaan Bidan
Idealnya pada setiap kelainan presentasi dan posisi dari kepala janin, tindakan
bidan adalah merujuk. Kecuali keadaan janin kecil, panggul normal, jarak rumah
dan tempat rujukan yang jauh, maka bidan dapat menolong pasien dengan
melakukan inform concent terlebih dahulu. Pada kasus presentasi puncak kepala
bidan perlu melakukan observasi yang lebih ketat kepada ibu, janin dan kemajuan
persalinan. Apabila dalam batas normal maka bidan bisa memberikan pertolongan
pada ibu dengan keadaan presentasi puncak kepala, tetapi keadaan panggul ibu
normal, janin tidak besar, alat resusitasi harus siap dan persiapan persalinan yang
lainnya.
6.      Penatalaksanaan Lanjut
a.       Dapat ditunggu kelahiran spontan
b.      Episiotomi
c.       Bila 1 jam dipimpin mengejan tak lahir, dan kepala bayi sudah didasar
panggul, maka dilakukan  ekstraksi forcep Usahakan lahir pervaginam karena
kira-kira 75 % bisa lahir spontan. Bila ada indikasi ditolong dengan vakum/forsep
biasanya anak yang lahir di dapati caput daerah UUB (Mochtar, 2002).

    B.   Presentasi Dahi


  

1.      Definisi
Presentasi dahi adalah keadaan dimana kedudukan kepala berada diantara
fleksi maksimal, sehingga dahi merupakan bagian terendah.
Presentasi dahi adalah keadaan dimana kedudukan kepala berada diantara
fleksi maksimal dan defleksi maksimal, sehingga dahi merupakan bagian yang
terendah. Pada umumnya presentasi dahi ini merupakan kedudukan yang bersifat
sementara, dan sebagian besar akan berubah menjadi presentasi muka atau
presentasi belakang kepala. Angka kejadian presentasi dahi kurang lebih satu
diantara 400 persalinan.
Posisi ini biasanya akan berubah menjadi letak muka/letak belakang
kepala.Kepala memasuki panggul dengan dahi melintang/miring pada waktu putar
paksi dalam, dahi memutar kedepan depan dan berada di bawah arkus pubis,
kemudian terjadi flexi sehingga belakang kepala terlahir melewati perinerum lalu
terjadi deflexi sehingga lahirlah dagu.
Presentasi dahi adalah posisi kepala antara flexi dan deflexi, sehingga dahi
merupakan bagian terendah. Posisi ini biasanya akan berubah menjadi letak
muka/letak belakang kepala.
Kepala memasuki panggul dengan dahi melintang/miring pada waktu
putar paksi dalam, dahi memutar kedepan depan dan berada di bawah arkus pubis,
kemudian terjadi flexi sehingga belakang kepala terlahir melewati perinerum lalu
terjadi deflexi sehingga lahirlah dagu
2.      Etiologi
Sebab terjadinya presentasi dahi pada dasarnya sama dengan sebab
terjadinya presentasi muka yaitu keadaan-keadaan yang memaksa terjadinya
defleksi kepala atau keadaan-keadaan yang memaksa terjadinya fleksi kepala.
Semua presentasi muka biasanya melewati fase presentasi dahi lebih dahulu.
Beberapa keadaan yang dimaksud di atas ialah seperti :
a.       Panggul sempit
b.      Janin Besar
c.       Multiparitas
d.      Kelainan janin seperti anansefalus
e.       Kematian janin dalam rahim
faktor ibu : panggul sempit,  multiparitas, perut gantung
faktor janin :  janin besar,  janin mati, lilitan tali pusat
faktor uterus :  plasenta previa,   letak uretus yang miring, tumor leher
depan,     spasma otot leher rahim

3.      Diagnosis
Pada permulaan persalinan diagnosis presentasi dahi sulit ditegakkan.
Pemeriksaan luar memberikan hasil seperti pada presentasi muka, tetapi bagian
belakang kepala tidak seberapa menonjol. Denyut jantung janin jauh lebih jelas
terdengar di bagian dada, yaitu bagian yang sama dengan bagian-bagian kecil.
Kelainan presentasi ini harus dicurigai apabila pada persalian kepala janin
tidak dapat turun kedalam rongga panggul pada wanita yang pada persalinan-
persalinan sebelumnya tidak pernah mengalami kesulitan. Pada pemeriksaan
dalam dapat diraba sutura frontalis, yang bila diikuti pada ujung yang satu diraba
ubun-ubun besar dan pada ujung lain teraba pangkal hidung dan lingkar orbita.
Pada presentasi dahi ini mulut dan dagu tidak dapat diraba.
a.   Pemeriksaan luar seperti pada presentasi muka , tapi bagian belakang kepala tidak
seberapa menonjol.
b.   DJJ terdengar dibagian dada, disebelah yang sama dengan bagian-bagian kecil janin.
c.    Pada persalinan : kepala janin tidak turun ke dalam rongga panggul bila pada
persalinan sebelumnya normal.
d.   Periksa dalam : meraba sutura frontalis, ujung satu teraba UUB dan ujung lain teraba
pangkal hidung dan lingkaran orbita., mulut dan dagu tidak teraba.

4.      Komplikasi terhadap Ibu dan Janin


Janin yang kecil masih mungkin lahir spontan, tetapi janin dengan berat
dan besar normal tidak dapat lahir spontan pervaginam. Hal ini disebabkan karena
kepala turu melalui pintu atas panggul dengan sirkumferensia
maksiloparietalis(36cm) yang lebih besar daripada lingkaran pintu atas
panggul. Prognosisnya :
Bagi ibu :
-  Partus menjadi lebih lama dan lebih sulit
-   Bisa terjadi robekan yang hebat
-   Ruptura uteri
Bagi anak:
-   Mortalitas lebih tinggi

5.      Penatalaksanaan Bidan
Idealnya pada setiap kelainan presentasi dan posisi dari kepala janin,
tindakan bidan adalah merujuk. Kecuali keadaan janin kecil, panggul normal,
jarak rumah dan tempat rujukan yang jauh, maka bidan dapat menolong pasien
dengan melakukan inform concent terlebih dahulu. Pada Presentasi dahi kepala
berada diantara fleksi maksimal dan defleksi. Bidan tidak memiliki kewenangan
dalam menolong persalinan dengan presentasi dahi, tindakan bidan disini adalah
merujuk ke pelayanan kesehatan. Bidan di rumah sakit bisa berkolaborasi dengan
tenaga kesehatan lainnya dalam menolong partus dengan presentasi dahi pada
janin yang kecil, panggul normal, keadaan ibu, janin dan kemajuan persalinan
baik maka bidan bisa melakukan kolaborasi melahirkan janin dengan presentasi
dahi seperti melahirkan janin dengan presentasi muka. Tetapi peralatan untuk
resusitasi harus sudah dipersiapkan terlebih dahulu.

6.      Penatalaksanaan Lanjut
Presentasi dahi dengan ukuran panggul dan janin yang normal, tidak akan
dapat lahir spontan pervaginam, sehingga harus dilahirkan secara seksio sesaria.
Pada janin yang kecil dan panggul yang luas pada garis besarnya sikap dalam
menghadapi persalinan presentasi dahi sama dengan sikap menghadapi persalinan
presentasi muka. Bila persalinan menunjukkan kemajuan, tidak perlu dilakukan
tindakan. Demikian pula bila harapan presentasi dahi dapat berubah menjadi
presentasi belakang kepala atau presentasi muka. Jika pada akhir kala I kepala
belum masuk ke dalam rongga panggul, dapat diusahakan dengan mengubah
presentasi dengan perasat Thorn, tetapi jika tidak berhasil, sebaiknya dilakukan
seksio sesaria. Meskipun kepala telah masuk ke rongga panggul, tetapi bila kala II
tidak mengalami kemajuan sebaiknya juga dilakukan seksio sesaria. Bayi yang
lahir dalam presentasi dahi menunjukkan kaput seksudanium yang besar pada dahi
serta moulage kepala yang hebat.
     C.    Presentasi Muka
1.      Definisi
Presentai muka ialah keadaan dimana kepala dalam kedudukan defleksi
maksimal, sehingga oksiput tertekan pada punggung dan muka merupakan bagian
terendah menghadap kebawah. Presentasi muka dikatakan primer, apabila sudah
terjadi sejak masa kehamilan, dan dikatakan sekunder bila baru terjadi pada waktu
persalinan.
2.      Etiologi
Sebab-sebab presentasi muka sangat banyak dan pada umumnya berasal
dari setiap factor yang menyebabkan defleksi atau menghalangi fleksi kepala.
Karena itu, posisi ekstensi kepala lebih sering terjadi pada panggul sempit atau
pada bayi yang sangat besar. Insiden penyempitan pintu atas panggul yang tinggi
di samping bayi yang besar harus diingat ketika mempertimbangkan pengelolaan
presentasi kepala.
Pada wanita multipara, perut yang menggangtung merupakan factor
predisposisi lain bagi presentasi muka. Keadaan tersebut menyebabkan punggung
bayi menggantung ke depan atau ke arah lateral, sering dengan arah yang sama
seperti ditunjukkan oleh oksiput, sehingga menambah ekstensi vertebra servikalis
dan torakalis.
Pada kasus-kasus yang luar biasa, pembesaran leher yang mencolok atau
lilitan tali pusat di leher dapat menyebabkan ekstensi. Janin anenchephalus pada
umumnya mempunyai presentasi muka karena kesalahan perkembangan kranium.
3.      Diagnosis
Meskipun pemeriksaan abdomen dapat memperkirakan kemungkinan
presentasi muka, diagnosa klinisnya harus ditentukan pemeriksaan pervaginam.
Melalui pemeriksaan pervaginam, gambaran muka yang dapat dibedakan adalah
mulut serta hidung, tulang-tulang pipi dan sebagian tulang orbita. Kita dapat
keliru membedakan presentasi bokong dengan presentasi muka. Anus dapat keliru
dengan mulut dan tuberositasiskii keliru dengan prominensia zigomatikus
(tonjolan tulang pipi). Anus bayi harus berada satu garis lurus dengan tuberositas
iskii, anus tidak menghisap dan biasanya keluar mekonium, sedangkan mulut bayi
dengan keduatonjolan pipi membentuk sudut-sudut sebuah segitiga dan mulut
bayi bisa menghisap. Hasil pemeriksaan radiografi menunjukan kepala bayi dalam
posisi hiperektensi dan tulang-tulang muka yang berada pada atau sedikit di
bawah pintu atas panggul merupakan gambaran yang cukup khas.
4.      Komplikasi terhadap Ibu dan Janin
Pada umumnya persalinan pada presentasi muka berlangsung tanpa
kesulitan. Hal ini dapat dijelaskan karena kepala masuk ke dalam panggul dengan
sirkumferensia trakeloparietalis yang hanya sedikit lebih besar daripada
sirkumferensia suboksipitobregmatika. Tetapi kesulitan persalinan dapat terjadi
karena adanya kesempitan panggul dan janin yang besar yang merupakan
penyebab terjadinya presentasi muka tersebut. Di samping itu dibandingkan
dengan letak belakang kepala, muka tidak dapat melakukan dialtasi serviks secara
sempurna dan bagian terendah harus turun sampai ke dasar panggul sebelum
ukuran terbesar kepala melewati pintu atas panggul.
Dalam keadaan dimana dagu berada di belakang, prognosis menjadi
kurang baik bila dibandingkan dengan dagu di depan, karena dalam keadaan
tersebut janin yang cukup bulan tidak mungkin dapat lahir pervaginam.
Persalinan macet. Wajah tidak seperti verteks, tidak mengalami mulase.
Oleh karena itu, kontraksi minor pelvis sudah dapat menyebabkan terjadinya
persalinan macet, pada posisimentoposterior presisten, wajah terjepit dan
diperlukan seksio sesaria.
Prolaps tali pusat. Prolaps tali pusat sering terjadi jika ketuban pecah
karena wajah merupakan bagian presentasi janin yang tidak pas. Bidan harus
selalu melakukan pemeriksaan vagina ketika pecah untuk mendeteksi terjadinya
hal tersebut.
Memar pada wajah. Wajah bayi selalu memar dan membengkak pada
saat lahir dengan edema pada kelopak mata dan bibir. Kepala memanjang dan
bayi akan berbaring dengan kepala ekstensi. Bidan sebelumnya harus
memperingatkan orang tua tentang penampilan bayinya tersebut, meyakinkan
mereka bahwa hal ini hanya sementara, edema akan hilang dalam 1 atau 2 hari
dan memar biasanya akan sembuh dalam seminggu.
Perdarahan serebral. Tidak adanya mulase pada tulang wajah dapat
menyebabkan perdarahan intrakranial akibat kompresi berlebihan tengkorak janin
atau kompresi ke arah belakang pada mulase tipikal tengkorak janin pada
presentasi ini
Trauma maternal. Laserasi perineum yang luas dapat terjadi pada
pelahiran karena besarnya diameter submentovertikal dan bipariental yang
mendistensi vagina dan perineum. Terdapat peningkatan insiden pelahiran dengan
operasi, baik dengan forceps ataupun seksio sesaria dan keduanya meningkatkan
morbiditas maternal.
5.      Penatalaksanaan Bidan
Idealnya pada setiap kelainan presentasi dan posisi dari kepala janin,
tindakan bidan adalah merujuk. Kecuali keadaan janin kecil, panggul normal,
jarak rumah dan tempat rujukan yang jauh, maka bidan dapat menolong pasien
dengan melakukan inform concent terlebih dahulu. Bidan praktek mandiri tidak
memiliki kewenangan dalam menolong persalinan dengan presentasi muka, maka
tindakan bidan disini adalah merujuk pasien. Dirumah sakit bidan bisa melakukan
tugasnya dengan kolaborasi bersama tenaga kesehatan lain, tetapi apabila tafsiran
berat janin kecil, panggul normal atau luas, kondisi ibu, janin dan kemajuan
persalinan normal, maka bidan tetap melakukan pemantauan yang lebih ketat dan
biasanya bisa lahir per-vaginam. Bidan harus mempersiapkan alat resusitasi.
Tetapi secsio cesaria merupakan pilihan yang terbaik untuk presentasi muka ini.
6.      Penatalaksanaan Lanjut
Dalam keadaan tanpa penyempitan panggul dan dengan persalinan spontan
yang efektif tanpa adanya gawat janin, persalinan pervaginam biasanya akan
berhasil. Bila proses persalinan tersebut dibiarkan, pemantauan terhadap jantung
bayi sebaiknya dilakukan dengan menggunakan alat-alat eksternal untuk
menghindari kerusakan pada muka dan mata bayi. Seperti disebutkan di atas,
presentasi muka pada bayi aterm leboh sering terjadi pada kasus penyempitan
pintu atas panggul. Karena itu, sectio caesarea sering terbukti sebagai cara yang
terbaik untuk persalinan bayi aterm dengan presentasi muka.
Metode pelaksanaan lainnya untuk presentasi muka, bila ada, jarang
merupakan indikasi dalam obstetri modern. Cara yang dianggap sudah usang
adalah dengan melakukan upaya untuk mengubah secara manual presentasi muka
menjadi presentasi verteks melalui rotasi manual atau dengan forceps dari dagu
posterior persisten menjadi posisi mentum anterior dan kemudian versi serta
ekstraksi podali internal. Semua cara tersebut dapat menyebabkan trauma yang
serius baik bagi bayi maupun ibu.
     D.            Presentasi Oksipito Posterior

1.      Definisi
Posisi Oksipito posterior adalah jenis malposisi oksiput yang paling sering
dan terjadi pada kira-kiran 10% persalinan. Posisi oksipitoposterior yang persisten
terjadi akibat kegagalan rotasi internal sebelum pelahiran. Malposisi ini terjadi
pada 5% pelahiran (Pearl et al 1993).
Terdapat presentasi verteks, tetapi oksiput terletak di bagian posterior,
bukan di bagian anterior pelvis. Akibatnya, kepala janin mengalami defleksi dan
terbentuk diameter tengkorak janin yang lebih besar.

2.      Etiologi
Penyebab langsungnya sering kali tidak diketahui, tetapi mungkin
berkaitan dengan bentuk pelvis yang abnormal. Pada pelvis android, bagian
depannya menyempit dan oksiput cenderung menempati bagian belakang pelvis
yang lebih luas. Bentuk oval pelvis antropoid, dengan diameter transversalnya
yang sempit, cenderung posisi oksipito posterior.
a.       Diameter antero posterior panggul lebih panjang dari diameter tranversa.
Panggul anthopoid.
b.      Segmen depan menyempit, contoh: panggul android.
c.       Otot-otot dasar panggul yang lembek pada multipara.
d.      Kepala janin yang kecil dan bulat.
e.      Sering dijumpai pada panggul anthropoid, android dan kesempitan
midpelvis.
f.        Letak punggung janin dorsoposterior.
g.      Putar paksi salah satu tidak berlangsung, pada :
1)      Perut gantung.
2)      Janin kecil atau janin mati.
3)      Arkus pubis sangat luas.
4)      Dolichocephali.
5)      Panggul sempit.
3.      Diagnosa
Diagnosa posisi oksiput posterior persistens dapat ditegakkan dengan
penemuan hasil pemeriksaan :
a.       Pada pemeriksaan abdomen yaitu :
1)  Bagian bawah perut mendatar
2)  Ekstremitas janin teraba anterior
3)  DJJ terdengar di samping
b.      Pada pemeriksaan vagina yaitu :
1) Presentasi kepala
2)  Sutura sagitalis berada pada diameter antero posterior rongga pelvis
3) UUK dekat sacrum
4) UUB mudah teraba di anterior jika kepala dalam keadaa defleksi
4.      Tanda dan Gejala
UUK pada pemeriksaan dalam teraba di belakang, putar paksi terhalang
atau tidak terjadi.

5.      Komplikasi terhadap Ibu dan Janin


Selain persalinan yang lama beserta segala risikonya terhadap ibu dan
janin dan peningkaatan kecenderungan persalinan dengan alat, berikut ini
berbagai komplikasi yang dapat terjadi.
a.       Persalinan macet
Hal ini dapat terjadi jika kepala mengalamu defleksi atau ekstensi sebagian
dan terjadi terjepit didalam pelvis.
b.      Trauma maternal
Pelahiran dengan forceps dapat menyebabkan luka memar dan trauma
perineum. Pelahiran janin pada posisi oksipitoposterior persisten, terutama jika
sebelumnya tidak terdiagnosis dapat menyebabkan robekan derajat tiga (Pearl et
al 1993).
c.       Trauma Neonatal
Trauma neonatal yang terjadi setelah pelahiran dari posisi oksipitoposterior
berkaitan dengan dilakukannya pelahiran dengan forsep atau ventouse.prognosis
untuk neonatus yang dilahirkan dari posisi oksipitoposterior sebanding dnegan
yang diharapkan pada bayi yang dilahirkan dari posisi oksipitoanterior.
d.      Prolaps tali pusat
Letak kepala yang tinggi menyebabkan ketuban pecah yang dini dan spontan,
yang bersama dengan bagian presentasi janin yang tidak pas dapat menyebabkan
terjadinya prolaps tali pusat.
e.       Perdarahan serebral
Mulase ke atas pada tengkorak janin yang ditemukan pada posisi
oksipitoposterior, dapat menyebabakna perdarahan intrakranial, sebagai akibat
tertariknya falks serebri dari tentorium serebeli.
6.      Penatalaksanaan Bidan
Idealnya pada setiap kelainan presentasi dan posisi dari kepala janin,
tindakan bidan adalah merujuk. Kecuali keadaan janin kecil, panggul normal,
jarak rumah dan tempat rujukan yang jauh, maka bidan dapat menolong pasien
dengan melakukan inform concent terlebih dahulu. Tetapi apabila bidan praktek
mandiri, menemukan kasus ini maka tindkan bidan adalah merujuk pasien.
7.      Penatalaksanaan Lanjut
a. Lakukan pengawasan dengan seksama dengan harapan dapat lahir spontan
pervaginam.
b. Tindakan baru dilakukan jika kala II terlalu lama/ ada tanda – tanda
bahaya terhadap janin.
c. Pada persalinan dapat terjadi robekan perineum yang teratur atau ekstensi
dari episiotomy.
d. Periksa ketuban. Bila intake, pecahkan ketuban.
e. Bila posisi kepala> 3/5 diatas PAP atau diatas 2 maka SC.
f. Bila pembukaan serviks belum lengkap dan tidak ada tanda obstruksi, beri
oksitosin drip.
g. Bila pembukaan lengkap dan tidak ada kemajuan pada fase pengeluaran,
ulangi apakah ada obstruksi. Bila tidak ada tanda obstruksi oksitosin drip.
h. Bila pembukaan lengkap dan kepala masuk sampai tidak kurang 1/5 atau
(0) maka ekstraksi atau forceps.
i. Bila ada tanda obstruksi/ gawat janin maka SC.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Presentasi puncak kepala ialah dimana bagian terbawah adalah puncak kepala,
teraba UUB yang paling rendah pada pemeriksaan dalam dan UUB sudah berputar
ke depan.
Presentasi dahi adalah keadaan dimana kedudukan kepala berada diantara
fleksi maksimal dan defleksi maksimal, sehingga dahi merupakan bagian yang
terendah. Pada umumnya presentasi dahi ini merupakan kedudukan yang bersifat
sementara, dan sebagian besar akan berubah menjadi presentasi muka atau
presentasi belakang kepala. Angka kejadian presentasi dahi kurang lebih satu
diantara 400 persalinan.
Presentasi muka ialah keadaan dimana kepala dalam kedudukan defleksi
maksimal, sehingga oksiput tertekan pada punggung dan muka merupakan bagian
terendah menghadap kebawah. Presentasi muka dikatakan primer, apabila sudah
terjadi sejak masa kehamilan, dan dikatakan sekunder bila baru terjadi pada waktu
persalinan.
Posisi Oksipito posterior adalah jenis malposisi oksiput yang paling sering
dan terjadi pada kira-kiran 10% persalinan. Posisi oksipitoposterior yang persisten
terjadi akibat kegagalan rotasi internal sebelum pelahiran. Malposisi ini terjadi
pada 5% pelahiran (Pearl et al 1993).

Daftar Pustaka
MMK,Ai yeyeh Rukiyah,S.Si.T.MMK,Lia Yulianti,Am.keb.2010.Asuhan
Kebidanan 4 (Patologi).Jakarta:Trans Info Media
Gunggingham,F.Gary.2012.Obstetri Williams edisi 23.Jakarta:EGC
Fraser,Diane M.Cooper,Margaret A.2009.Buku Ajar Bidan Myles.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai