Abstrak
Berhubung adanya bahan pangan tambahan (BTP) khususnya zat pengawet yang beredar dipasaran dengan
harga yang relatif terjangkau sehingga maraknya para pedagang nakal yang mencampurkan bahan dagangan
nya dengan borak yang bertujuan agar memperoleh keuntungan yang lebih besar dan dapat awet dengan
jangka waktu yang lama jika disimpan lebih lama, karena itu pemerintah melarang adanya bahan pangan
tambahan (BTP) yang berupa zat pengawet yang berbahaya. Berdasarkan SK menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.722/MENKES/PERIX/1998, tentang larangan penggunaan boraks sebagai bahan tambah
pangan, oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan analisis boraks dalam bahan makanan dengan
menggunakan uji nyala dengan mereaksikan sampel dengan pereaksi asam sulfat pekat dan metanol, uji
positif menunjukkan warna hijau. Dari sampel yang diujikan berasal dari pengawas laboratorium itu sendiri,
hasil dari sampel tersebut menunjukan adanya kandungan borak karena terbentuknya api warna hijau pada
saat uji nyala.
PENDAHULUAN
Peranan bahan tambahan pangan (BTP) ‘Boraks’. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan.
khususnya bahan pengawet menjadi semakin Nomor:722/MenKes/Per/IX/98 tentang BTP,
penting sejalan dengan kemajuan teknologi boraks termasuk bahan yang berbahaya dan
produksi BTP sintesis. Banyaknya BTP dalam beracun sehingga tidak boleh digunakan sebagai
bentuk lebih murni dan tersedia secara komersil BTP (Tiastuti, 2013). Penggunaan boraks pada
dengan harga yang relatif murah akan mendorong bahan pangan akan menghasilkan tekstur yang
meningkatnya pemakaian BTP yang berarti lebih kenyal, lebih awet sehingga waktu
meningkatkan konsumsi bahan tersebut bagi simpannya bisa lebih lama (Maria,2010). Sejak
setiap individu (Cahyadi, 2008). Salah satu zat lama, boraks di salah gunakan oleh produsen
yang sering digunakan sebagai BTP adalah untuk pembuatan kerupuk beras, miE
lontong (sebagai pengeras), ketupat (sebagai lemak dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks
pengeras), bakso (sebagai pengenyal dan menyebabkan demam, anuria (tidak terbentuknya
pengawet), kecap (sebagai pengawet), bahkan urin), koma, merangsang sistem saraf pusat,
pembuatan bubur ayam (sebagai pengental dan menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan
pengawet). Padahal fungsi boraks yang darah turun, kerusakan ginjal, pingsan bahkan
sebenarnya adalah digunakan dalam dunia kematian (Nasution, 2009). Berkaitan dengan
industri non pangan sebagai bahan solder, bahan marak nya penggunaan boraks sebagai BTP dan
pembersih, pengawet kayu, antiseptik, dan bahaya boraks bagi kesehatan bila terkonsumsi,
pengontrol kecoa (Suhanda, 2012). Sering maka dianggap perlu untuk melakukan analisa
mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks pada beberapabahanpanga
boraks akan menyebabkan gangguan otak, hati,
METODE
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu cawan porselen, korek api, pemijar, pipet, mortar dan penggerus, spatula,
timbangan analitik dan oven. Bahan-bahan yang digunakan adalah sampel bahan pangan, asam sulfat pekat,
dan metanol.
Hasil
degemari karena tekstur nya yang kenyal pintar dan aktif dibandingkan dengan
digemari sejak terkenal nya ‘cimin’ dan boraks, karena kerja otak orang yang
‘cilor’. Cimin tidak berbeda dari cilor itu jarang/tidak mengkonsumsi boraks jauh
sendiri, hanya saja cimin memiliki ukuran lebih baik dari pada seseorang yang
Di balik tekstur makanan yang lebih organ tubuh manusia. Bayangkan kalau
kenyal dan warna makanan yang lebih boraks yang masuk kedalam ubuh
menarik, serta ketahanan makanan yang terkonsumsi dengan ukuran yang cukup
DAFTAR PUSTAKA
http://halosehat.com/farmasi/kimia/39-bahaya- guji-kandungan-boraks-pada-beberapa-
boraks-pada-makanan-bagi-kesehatan- makanan-menggunakan-kunyit/
manusia 4. Boraks :
http://www.suaramerdeka.com/harian/0709/03
/ragam05.htm