Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indikator untuk menentukan derajat kesehatan dan kesejahteraan

suatu bangsa dapat dilihat dari Angka Kematian Bayi (AKB) atau infant

mortality. Menurut data WHO pada tahun 2018 jumlah angka kematian

balita menurun 12,6 juta pada tahun 1990 menjadi 5,3 juta pada tahun

2018. Lebih dari setengah kematian disebabkan oleh penyakit yang dapat

dicegah dan diobati dengan intervensi sederhana, faktor yang berhubungan

dengan gizi menyumbang 45% angka kematian sebanyak 2,5 juta anak

meninggal pada bulan pertama kehidupan (WHO, 2018.) Pada tahun 2017

AKB di Indonesia sebesar 24 per 1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI,

2018).

Berdasarkan data WHO, salah satu penyebab kematian pada bayi

adalah penyakit infeksi, terjadinya penyakit infeksi berhubungan dengan

pemberian ASI. Air Susu Ibu (ASI ) merupakan sumber makanan bagi

bayi yang diberikan dari usia 0-6 bulan tanpa memberikan makanan

apapun (Widiartini, 2015). Secara global hanya 40% bayi dibawah usia 6

bulan yang mendapat ASI ekslusif (WHO, 2018). Cakupan pemberian ASI

ekslusif di Indonesia pada tahun 2016 sebesar 51,32% (Kemenkes RI,

2016) yang kemudian mengalami peningkatan signifikan di tahun 2018

sebesar 68,74% (Kemenkes RI,2018). Berdasarkan data Dinas Kesehatan

1
2

Provinsi Bengkulu tahun 2018, cakupan pemberian ASI ekslusif sebesar 76%

dan cakupan terendah dari 10 kabupaten terdapat di Kota Bengkulu dengan

persentase sebesar 69% (Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, 2018).

Pada anak usia 0-5 tahun merupakan masa emas dalam tumbuh

kembangnya yang disebut dengan (golden ages). Pada masa ini asupan nutrisi

yang diterima akan sangat berperan bagi tumbuh kembangnya terutama

perkembangan kognitifnya. Memberikan ASI dapat mempercepat

perkembangan otak pada bayi (Tuti Meihartati, 2018). Faktor-faktor

pemberian ASI ekslusif ialah Pekerjaan, pengetahuan, dukungan keluarga dan

dukungan tenaga kesehatan. Faktor pengetahuan ibu tentang manfaat ASI dan

teknik menyusui yang benar akan menentukan keberhasilan pemberian ASI

(Arifiati, 2017).

Keberhasilan menyusui sangat penting untuk dicapai, hal ini

disebabkan apabila ibu berhasil menyusui maka proses menyusui akan terus

berlanjut hingga ibu dapat memberikan ASI pada bayinya selama 6 bulan

tanpa makanan apapun yang disebut dengan pemberian ASI ekslusif.

Keberhasilan menyusui selama 6 bulan secara ekslusif memerlukan minimal

7 kontak dengan tenaga kesehatan atau konselor (Wibowo, 2013). World

Health Organization (WHO) telah menetapkan 7 kontak dengan konselor

merupakan waktu khusus yang dianjurkan pada ibu dan keluarga semasa
3

hamil sampai dengan menyusui untuk bertemu dan melakukan konsultasi

sehingga ibu mendapatkan informasi yang tepat dan relevan tentang ASI.

Hasil penelitian Febriani, 2018 menunjukkan pelaksanaan 7 kontak

ASI mempengaruhi keberhasilan menyusui. Sejalan dengan penelitian Liliana

dkk, 2017 terdapat perbedaan keberhasilan ibu dalam pemberian ASI yang

signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah diberikan

konseling. Keberhasilan meyusui akan dicapai apabila penyampaian edukasi

atau informasi disampaikan dengan materi yang mudah dipahami dan dapat

dilakukan dengan menggunakan media. penelitian yang dilakukan Suksesty,

dkk (2017) pada kelompok intervensi jumlah ibu berhasil menyusui lebih

banyak dibandingkan dengan kelompok kontrol. Mendukung penelitian

tersebut hasil penelitian Wening, dkk (2019) terdapat perbedaan yang

signifikan antara skor persentase pengetahuan pretest dan postest setelah

diberikan penyuluhan dengan bantuan media cakram MP-ASI.

Pentingnya keberhasilan menyusui akan menentukan keberlanjutan

pemberian ASI secara ekslusif. pemberian ASI ekslusif kepada bayi akan

banyak membawa manfaat, salah satunya pencegahan kejadian stunting.

Didukung hasil penelitian yang dilakukan Rohmatun (2014) menunjukkan

bahwa ada hubungan antara pemberian ASI ekslusif dengan kejadian stunting

pada balita, stunting apabila terjadi pada masa golden age maka berakibat

pada perkembangan otak yang tidak baik sehingga dimasa yang akan datang
4

dapat berakibat pada penurunan kemampuan intelektual. Sejalan dengan

peneltian yang dilakukan Agistiawan dan Kusharisupeni (2014) penelitian ini

menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI

ekslusif dengan nilai IQ pada anak.

Peningkatan cakupan ASI ekslusif didukung penuh oleh pemerintah,

untuk itu itu pemerintah menjadikan pemberian ASI ekslusif sebagai salah

satu perhatian yang dituangkan dalam UU Kesehatan No.36 tahun 2009

tentang ASI ekslusif. Berdasarkan data Profil Kesehatan Kota Bengkulu tahun

2018 cakupan pemberian ASI ekslusif sebesar 39,9%. Cakupan pemberian

ASI eksluif yang cukup rendah terdapat pada Puskesmas Perawatan Beringin

Raya dengan cakupan sebesar 25,2% (Dinas Kesehatan Kota Bengkulu,

2018).

Survey awal yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan

Beringin Raya pada 5 orang ibu menyusui yang memiliki bayi usia 0-6 bulan

didapati, 3 dari 5 orang ibu mengalami kesulitan dalam proses menyusui. Ibu

mengalami masalah pada payudara, posisi, pelekatan, proses bayi menghisap

dan refleks oksitosin, sedangkan 2 orang ibu tidak mengalami kesulitan yang

berarti namun masih perlu bimbingan terutama dalam posisi dan pelekatan

yang juga menjadi kunci keberhasilan menyusui. Berdasarkan masalah diatas

peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul pengaruh edukasi 7 kontak


5

ASI dengan media cakram terhadap keberhasilan menyusui di wilayah kerja

Puskesmas Perawatan Beringin Raya Kota Bengkulu Tahun 2019.

B. Rumusan Masalah

Masalah dalam penelitian yaitu masih rendahnya cakupan ASI ekslusif dan

masih banyaknya ibu menyusui yang mengalami kesulitan dalam proses

menyusui dengan pertanyaan penelitian “Bagaimana pengaruh edukasi 7

kontak ASI dengan media cakram terhadap keberhasilan menyusui di wilayah

kerja Puskesmas Perawatan Beringin Raya Kota Bengkulu Tahun 2019?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian untuk mengetahui pengaruh edukasi 7 kontak

ASI dengan media cakram terhadap keberhasilan menyusui di wilayah

kerja Puskesmas Perawatan Beringin Raya Kota Bengkulu Tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik responden (umur, pendidikan, pekerjaan,

jumlah anak). Pada ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas

Perawatan Beringin Raya Kota Bengkulu Tahun 2019.

b. Mengetahui rata-rata keberhasilan ibu dalam proses menyusui sebelum

dan sesudah diberikan intervensi berupa 7 kontak ASI menggunakan


6

media cakram di wilayah kerja Puskesmas Perwatan Beringin Raya

Tahun 2019.

c. Mengetahui rata-rata keberhasilan ibu dalam proses menyusui sebelum

dan sesudah intervensi diberikan pada kelompok control di wilayah

kerja Puskesmas Perawatan Beringin Raya Tahun 2019.

d. Pengaruh edukasi 7 kontak ASI dengan media cakram terhadap

keberhasilan menyusui di wilayah kerja Puskesmas Perawatan

Beringin Raya Kota Bengkulu Tahun 2019.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau

informasi bagi mahasiswa jurusan kebidanan mengenai pengaruh edukasi

7 kontak ASI dengan media cakram terhadap keberhasilan menyusui.

2. Bagi Puskesmas Perawatan Beringin Raya Kota Bengkulu

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

Puskesmas Perawatan Beringin Raya Kota Bengkulu untuk meningkatkan

cakupan pemberian ASI dengan cara melakukan edukasi 7 kontak ASI

baik menggunakan media cakram maupun dengan konseling standar.

3. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi peneliti

selanjutnya dengan variabel dan tempat yang sama dalam waktu yang
7

berbeda atau dengan variabel yang sama dengan tempat dan waktu yang

berbeda.

E. Keaslian Peneltian

1. Febriani (2018) dengan judul Pelaksanaan 7 Kontak ASI Pada

Keberhasilan Menyusui. Desain penelitian menggunakan survey analitik

dengan pendekatan cross sectional, penentuan sample menggunakan

teknik consecutive sampling dan analisis menggunakan chi-square. Hasil

penelitian ada hubungan pelaksanaan 7 kontak ASI terhadap keberhasilan

menyusui. Perbedaan dengan penelitian ini adalah desain penelitian,

populasi, sampel, tempat penelitian, analisis dan variabel penelitian.

2. Liliana,dkk (2017) dengan judul Pengaruh Konseling Laktasi Terhadap

Pengetahuan Kemampuan dan Keberhasilan Ibu dalam Pemberian ASI.

Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi eksperimen with posttest

only non equivalent control group. Teknik pengambilan sampel dengan

consecutive sampling. Analisis menggunakan chi-square. Hasil penelitian

konseling laktasi berpengaruh terhadap pengetahuan, kemampuan dan

keberhasilan ibu dalam pemberian ASI. Perbedaan dengan penelitian ini

adalah populasi, sampel, tempat penelitian, analisis dan variabel

penelitian.
8

3. Suksesty, dkk (2017) dengan judul Peran Konseling Laktasi dengan

Penerapan Media terhadap Tingkat Keyakinan Diri dan Keberhasilan

Menyusui pada Ibu Post Partum. Desai penelitian quasi eksperimen

dengan rancangan posttest only with control group design, pengambilan

sampel dengan cara consecutive sampling. Rancangan analisis penelitian

menggunakan uji T dan Man Whitney serta uji rank spearman. Hasil

penelitian adalah tingkat keyakinan diri dan kemampuan menyusui pada

kelompok yang diberikan konseling laktasi dengan penerapan media lebih

tinggi dibanding kelompok yang diberikan konseling laktasi dengan

asuhan standar. Perbedaan dengan penelitian ini adalah populasi, sampel,

tempat penelitian, dan variabel penelitian.

4. Wening dkk, (2019) dengan judul Peranan Media Cakram MP-ASI

terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil tentang

Pemberian MP-ASI. Desain penelitian yaitu quasi eksperimental control

group desgin, teknik pengampilan sampel dengan purposive sampling.

Analisis yang digunakan uji T, man whitney dan wilcoxon. Hasil

penelitian pada kelompok kontrol menunjukkan terdapat peningkatan

pada pengetahuan dan tidak terdapat pengaruh penyuluhan pada sikap.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah populasi, sampel, tempat

penelitian, analisis dan variabel penelitian.


9

5. Arifiati.N. (2017) dengan judul Analisis Faktor yang Mempengaruhi

Pemberian ASI Ekslusif Pada Bayi Di Kelurahan Warnasari Kecamatan

Citangkil Kota Cilegon. Desain penelitian adalah cross sectional dengan

teknik probabillity sampling jenis proportionate stratified random

sampling. Hasil penelitian faktor pekerjaan, pengetahuan, dukungan

keluarga serta dukungan tenaga kesehatan berhubungan dengan

pemberian ASI ekslusif. Perbedaan dengan penelitian ini adalah desain

penelitian, populasi, sampel, tempat penelitian, analisis dan variabel

penelitian.

6. Rohmatun (2014) dengan judul Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dan

Pemberian ASI Ekslusif dengan Kejadian Stunting Pada Balita di Desa

Sidowarno Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten. Desain penelitian

yaitu penelitian observational dengan pendekatan cross sectional. Analisis

dilakukan dengan uji chi square. Hasil penelitian terdapat hubungan

antara pemberian ASI ekslusif dengan kejadian stunting pada balita.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah desain penelitian, populasi,

sampel, tempat penelitian, analisis dan variabel penelitian.

7. Agistiawan dan Kusharisupeni, (2014) dengan judul Hubungan

Pemberian ASI Ekslusif, Status Gizi, dan Faktor lainnya dengan

Kecerdasan (IQ) pada Siswa Kelas I dan II di MI Hidayatul Athfal Depok

Tahun 2014. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan


10

metode pengambilan sampel total sampling. Hasil penelitian

menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pemberian ASI

ekslusif dengan nilai IQ. Perbedaan dengan penelitian ini adalah desain

penelitian, populasi, sampel, tempat penelitian, analisis dan variabel

penelitian.

Anda mungkin juga menyukai