Anda di halaman 1dari 11

PERLINDUNGAN DAN PERAWATAN BAGI PETUGAS

A. Terdapat dasar hukum terhadap perlindungan hukum bagi profesi perawat diantaranya yaitu:
1. Undang-Undang Dasar Negara RI 1945:
a. Secara konstitusional dalam Pasal 28D ayat (1) UUD NKRI 1945 yang menyebutkan “setiap
orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta
perlakukan yang sama di hadapan hukum”.
b. Pasal 34 ayat (3)     Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan
dan fasilitas pelayanan umum yang layak
c. Pasal 28H ayat 1 menyatakan bahwa “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat berhak
memperoleh pelayanan kesehatan”.
2. Undang–Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pada Pasal 9 ayat 3
berbunyi “Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat”
3. Undang–Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 4 berbunyi “ Setiap orang
berhak atas kesehatan”.

Pasal 27 Undang-Undang No 36 Tahun 2009


a. Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan pelindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
b. Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban mengembangkan dan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
c. Ketentuan mengenai hak dan kewajiban tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

4. Undang-Undang Nomor. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Pasal 13 menyatakan


a. Tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran di rumah sakit wajib memiliki surat ijin
praktik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
b. Tenaga kesehatan tertentu yang bekerja di rumah sakit wajib memiliki izin sesuai dengan
ketentan peraturan perundang-undangan
c. Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit harus bekerja sesuai dengan standar
profesi, standar pelayanan rumah sakit, standar prosedur operasional yang berlaku, etika
profesi, menghormati hak pasien dan mengutamakan keselamatan pasien
d. Ketentuan mengenai tenaga medis dan tenaga kesehatan sebagaimana yang di maksud pada
ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Menurut Permenkes No.262/1979 yang dimaksud dengan tenaga medis adalah lulusan Fakultas
Kedokteran atau Kedokteran Gigi dan "Pascasarajna" yang memberikan pelayanan medik dan
penunjang medik. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 1996 Tenaga Medik
termasuk tenaga kesehatan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan tersebut, yang dimaksud dengan tenaga medis meliputi
dokter dan dokter gigi. Tenaga medis adalah mereka yang profesinya dalam bidang medis yaitu
dokter, physician (dokter fisit) maupun dentist ( dokter gigi ).

B. Peraturan yang menyatakan perawat merupakan bagian dari profisi kesehatan adalah
1. Pasal 1 angka 2 UU No 36 Tahun 2009. Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala
bentuk dana, tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas
pelayanan kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
2. Pasal 1 ayat 6 UU No 36/2009 tentang kesehatan berbunyi : “Tenaga kesehatan adalah setiap
orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.”
3. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan
secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,
pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat. (Pasal
1 angka 11 UU No 36 Tahun 2009)

C. Jenis Tenaga Kesehatan adalah


Pasal 2 Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 1996:
1. Tenaga kesehatan terdiri dari:
a. tenaga medis;
b. tenaga keperawatan;
c. tenaga kefarmasian;
d. tenaga kesehatan masyarakat;
e. tenaga gizi;
f. tenaga keterapian fisik;
g. tenaga keteknisian medis.
2. Tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi.
3. Tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan.
4. Tenaga kefarmasian meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker.
5. Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan,
mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian.
6. Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien.
7. Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan terapis wicara.
8. Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi
elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi transfusi dan
perekam medis

D. Berdasarkan definisi hukum UU No 36 Tahu 2009 jo PP No 32 Tahun 1996 menggunakan istilah


Tenaga Kesehatan dan perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan.
Tenaga Kesehatan
Pasal 21
1. Pemerintah mengatur perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan, dan pengawasan
mutu tenaga kesehatan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
2. Ketentuan mengenai perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan, dan pengawasan
mutu tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
3. Ketentuan mengenai tenaga kesehatan diatur dengan Undang-Undang

Penjelasan Pasal 21
Ayat (1)
Pada prinsipnya perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan dan pengawasan mutu
tenaga kesehatan ditujukan kepada seluruh tenaga kesehatan dalam menyelenggarakan upaya
kesehatan. Tenaga kesehatan dapat dikelompokkan sesuai dengan keahlian dan kualifikasi yang
dimiliki, antara lain meliputi tenaga medis, tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan, tenaga
kesehatan masyarakat dan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian
medis, dan tenaga kesehatan lainnya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Pengaturan tenaga kesehatan di dalam undang-undang adalah tenaga kesehatan di luar tenaga
medis
Berdasarkan Pasal 21 ayat (3) UU No 36 Tahun 2009 yang diamanahkan untuk dibuat Undang-
Undang adalah adalah Undang-Undang Tenaga Kesehatan.

E. Bagaimana Fenomena Sosial terhadap perlindungan hukum terhadap Profesi Keperawatan ?

Pertama, fakta sosial tidak meratanya penyebaran tenaga dokter di pedesaan mengakibatkan
tenaga keperawatan melakukan intervensi medik bukan intervensi perawatan. Mengingat perawat
sebagai tenaga kesehatan terdepan dalam pelayanan kesehatan di masyarakat, Pemerintah
menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor HK.02/Menkes/148/2010
Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat.

Pasal 8 ayat (3) Permenkes menyebutkan praktik keperawatan meliputi pelaksanaan asuhan
keperawatan, pelaksanaan upaya promotif, preventif, pemulihan, dan pemberdayaan masyarakat
dan pelaksanaan tindakan keperawatan komplementer.

Berdasarkan pasal tersebut menunjukkan, bahwa aktivitas perawat dilaksanakan secara mandiri
(independent) berdasar pada ilmu dan asuhan keperawatan, dimana tugas utama adalah merawat
(care) dengan cara memberikan asuhan keperawatan (nurturing) untuk memuaskan kebutuhan
fisiologis dan psikologis pasien. Dengan kata lain, perawat memiliki hubungan langsung dengan
pasien secara mandiri. Hubungan langsung antara perawat dengan pasien utamanya terjadi di
rumah atau puskesmas yang mendapatkan rawat inap atau pasien yang mendapatkan perawatan
di rumah, home care.

F. Bagaimana aspek legal terhadap perlindungan Hukum Keperawatan ?

Ada sebuah Penelitian Disertasi tentang masalah ini, yaitu M. Fakih, S.H., M.S, di Fakultas
Hukum UGM, yang berjudul “Aspek Keperdataan Dalam Pelaksanaan Tugas Tenaga
Keperawatan Di Bidang Pelayanan Kesehatan Di Propinsi Lampung".

Dalam pernyataaanya “Mengingat perawat sebagai tenaga kesehatan terdepan dalam pelayanan
kesehatan di masyarakat, Pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes)
Nomor HK.02/Menkes/148/2010 Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat.

Pasal 8 ayat (3) Permenkes menyebutkan praktik keperawatan meliputi pelaksanaan asuhan
keperawatan, pelaksanaan upaya promotif, preventif, pemulihan, dan pemberdayaan masyarakat
dan pelaksanaan tindakan keperawatan komplementer. dari pasal tersebut menunjukkan aktivitas
perawat dilaksanakan secara mandiri (independent) berdasar pada ilmu dan asuhan keperawatan,
dimana tugas utama adalah merawat (care) dengan cara memberikan asuhan keperawatan
(nurturing) untuk memuaskan kebutuhan fisiologis dan psikologis pasien.

Dengan kata lain, perawat memiliki hubungan langsung dengan pasien secara mandiri.
Hubungan langsung antara perawat dengan pasien utamanya terjadi di rumah atau puskesmas
yang mendapatkan rawat inap atau pasien yang mendapatkan perawatan di rumah, home care

Sementara perawat yang melakukan keperawatan mandiri menurut ketentuan Pasal 22 ayat (1)
PP No.32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan jo. Pasal 12 ayat (1) Permenkes Nomor
HK.02.02/Menkes/148/2010 memimiliki kewajiban diantaranya menghormati hak pasien,
memberi informasi, meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan dan
memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan standar profesi dan kode etik keperawatan.
Sehingga kewajiban perawat tersebut menjadi hak bagi pasien. "Dengan begitu, hubungan antara
prawat dan pasien merupakan hubungan hukum (perjanjian) yang menimbulkan hak dan
kewajiban bagi masing-masing pihak. Oleh karena itu, aspek keperdataan dalam pelayanan
keperawatan berpokok pangkal pada hubungan pasien dan perawat.
Hingga saat ini perjanjian keperawatan atau informed consent keperawatan belum diatur secara
tertulis dan baru mengatur informed consent tindakan kedokteran sebagaimana diatur dalam
Permenkes No. 290/Menkes/Per/III/2008. Sehingga tindakan medik yang dilakukan perawat
pada prinsipnya berdasar delegasi secara tertulis dari dokter. Kecuali dalam keadaan darurat,
perawat diizinkan melakukan tindakan medik tanpa delegasi dokter sesuai Pasal 10 ayat (1)
Permenkes No. HK. 02.02/Menkes/148/2010, dan aturan Permenkes ini pada dasarnya mirip
dengan rumusan yang dikeluarkan oleh American Nurse Association (ANA) di tahun 1970.

Perluasan tugas yang diberikan pada perawat di Amerika sejak tahun 1970 tentu tidak berarti
peranan perawat yang diperluas dapat ditafsirkan seluas-luasnya. Artinya, tidak semua tindakan
medik dan wewenang profesi kedokteran dapat dilakukan oleh perawat. Permasalahan ini tentu
saja tidak hanya berimplikasi pada upaya preventif dan kuratif, namun juga pada spek etika dan
hukum. Sebab tindakan medik yang dilakukan oleh perawat dalam kondisi darurat dalam praktik
belum menunjukan batas-batas yang jelas. Dalam konteks ini perlu dirumuskan secara yuridis
terhadap tindakan medik tersebut, sehingga tindakan medik yang dilakukan oleh perawat akan
lebih terlindungi.

G. Apa hak dan kewajian perawat secara legal ?


Untuk melindungi tenaga perawat akan adanya tuntutan dari klien/pasien perlu ditetapkan
dengan jelas apa hak, kewajiban serta kewenangan perawat agar tidak terjadi kesalahan dalam
melakukan tugasnya serta memberikan suatu kepastian hukum, perlindungan tenaga perawat.
Hak dan kewajiban perawat ditentukan dalam Kepmenkes 1239/2001 dan Keputusan Direktur
Jenderal Pelayanan Medik Nomor Y.M.00.03.2.6.956
1. Kewajiban Perawat
a. Mempunyai izin untuk melakukan pekerjaan maupun untuk melakukan praktik
keperawatan (Pasal 1, 3, 6, 8)
b. Membantu Program Pemerintah di bidang kesehatan (Pasal 18)
c. Meningkatkan mutu pelayanan profesi (Pasal 19)
d. Mencantumkan Surat Izin Praktik Perawat di ruang praktiknya (untuk praktik
perorangan) (Pasal 21)
e. Memenuhi persyaratan mutu layanan dalam bentuk ketersediaan sarana dan prasarana
minimal bagi perawat (pasal 22, 23) dan berpraktik sesuai dengan peraturan perundangan
(Pasal 30)
f. Menjalankan fungsi keperawatan berdasarkan ketentuan
g. Mengumpulkan sejumlah angka kredit (Ketentuan MenPAN 94/2001)
2. Hak Perawat
Dalam Kepmenkes 1239/2001 hak perawat tidak dijelaskan secara eksplisit tetapi dapat kita
lihat pada pasal 15 dan 20 sebagai berikut
Pasal 15 : dalam melaksanakan praktik keperawatan berwenang untuk:
a. Melaksanakan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, penetapan diagnosa
keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan keperawatan dan evaluasi
keperawatan.
b. Tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada butir (1) meliputi : intervensi
keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan konseling kesehatan.
c. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud angka (1) dan (2)
harus sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh organisasi profesi
d. Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan berdasarkan permintaaan tertulis dari
dokter.
Pasal 20, menjelaskan sebagai berikut:
a. Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seorang/pasien, perawat berwenang untuk
melakukan tindakan pelayanan kesehatan di luar kewenangan sebagai dimaksud dalam
pasal 15
b. Pelayanan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk
penyelamatan jiwa.
Secara yuridis perlindungan hukum dalam tingkat yang paling tinggi secara operasional setelah
Undang-undang dasar adalah undang-undang.  Payung hukum yang meregulasi perawat adalah
UU Kesehatan Nomor 36 tahun 2009, Permenkes nomor 148 tahun 2010 tentang praktik
keperawatan, kemudian SK Menkes no. 729 tahun 2006, Permenkes no. 1796 tahun 2011 tentang
sertifikasi, Sk Dirjen Yanmedik no. 00.06.5.1.311 dan MRA on Nursing Services tahun 2006.
Bagaimana problematika perlindungan hukum terhadap perawat dari aspek peraturan perundang
undangan ?
Sebagaimana paradigma baru, bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan sebagaimana dimaksud
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan kesehatan sebagai hak asasi manusia harus
diwujudkan dalam bentuk pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat
melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau.
Untuk penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau, maka
dibutuhkan sebuah profesi yang dinamakan perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan dan
patut disadari, bahwa profesi keperawatan memiliki peran dan fungsi sangat strategis dalam
pembangunan bidang kesehatan, sedangkan pada sisi lain keperawatan adalah profesi dibidang
kesehatan yang bertanggung jawab dan akuntabel terhadap pelayanan keperawatan kepada
masyarakat dan perlu dijamin serta dilindungi oleh undang-undang demi terselenggaranya
pelayanan keperawatan yang aman dan berkualitas.
Berbicara pelayan kesehatan, maka tidak terlepas dari hal yang berkaitan dengan pelayanan
keperawatan, mengapa, karena merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
dilakukan oleh perawat secara terus menerus berdasarkan keilmuan yang kokoh, kaidah etik dan
nilai moral, serta standar profesi.
Dengan demikian praktik keperawatan sebagai inti dari pelayanan keperawatan yang didasarkan
pada kewenangan yang diberikan kepada perawat karena keahliannya, yang dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan kesehatan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan
globalisasi. Untuk itu perlu memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada masyarakat
dan perawat diperlukan pengaturan mengenai penyelenggaraan praktik keperawatan.
Jika kita mengikuti perkembangan RUU yang berkaitan dengan perlindungan hukum profesi
perawat,maka ada dua RUU sebagaimana dijelaskan oleh Sekjen Kemenkes Dr. Supriyantoro
mengungkapkan bahwa pihak pemerintah saat ini lebih fokus menyelesaikan RUU tentang
Nakes yang dinilainya lebih strategis. “Adanya UU tentang Nakes nantinya akan menjawab
semua harapan nakes tidak hanya perawat, tetapi semua tenaga profesi kesehatan yang ada,” Dia
beralasan, mendahulukan mengesahkan RUU tentang Keperawatan akan berdampak luas
terhadap tuntutan dari profesi lain yang jumlahnya mencapai puluhan. “Saat ini saja profesi dari
kalangan Apoteker juga menuntut untuk dibuatkan undang-undangnya,”
Pada sisi lain Ketua Komisi IX DPR RI Dr. Ribka Ciptaning menegaskan, usulan RUU tentang
Keperawatan sudah menjadi usul inisiatif DPR dan sudah diparipurnakan bulan Februari 2013
lalu.Sekarang DPR tinggal menunggu Amanat Presiden (Ampres) yang perlu dibahas oleh
pemerintah dalam hal ini Kemenkes. Pembahasan RUU keperawatan ini dapat segera dimulai,
sehingga 2013 ini dapat diselesaikan menjadi UU. Dan diharapkan RUU ini segera dibahas, dan
dapat diselesaikan tahun ini.Dia mengatakan, hadirnya UU Keperawatan diharapkan mampu
melahirkan perawat yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan pemerataan pelayanan
kesehatan di pelosok wilayah tanah air. "Sudah sewajarnya perawat mendapat perlindungan
hukum, karena saya yakin perawat adalah pejuang rakyat.

Pasal RUU Perawatan yang manakah yang berkaitan dengan perlindungan hukum keperawatan
yang menjadi “krusial point ?

Pasal 6 RUU Perawatan

1. Kewenangan perawat adalah:


a. Menetapkan diagnosis keperawatan
b. Merencanakan tindakan keperawatan
c. Melaksanakan tindakan keperawatan
d. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan
e. Melakukan rujukan klien
f. Menerima konsultasi keperawatan
g. Melakukan pelayanan keperawatan dan atau kesehatan dirumah
h. Memberikan pengobatan terbatas dan tindakan medik terbatas sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku
2. Melaksanakan tugas limpah
3. Dalam keadaan darurat yang mengancam kehidupan atau nyawa klien perawat dapat
melakukan tindakan di luar kewenangan.
4. Dalam keadaan luar biasa atau bencana, perawat dapat melakukan tindakan di luar kewenangan
untuk membantu mengatasi keadaan luar biasa atau bencana tersebut.
5. Untuk meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan, perawat dapat melakukan
tindakan di luar kewenangannya sebagai perawat dengan ketetapan pemerintah daerah
setempat.
6. Kewenangan perawat vokasional dan profesional lebih rinci diatur dalam peraturan konsil.

Jika kita kaitkan dengan kode etik dalam lampiran Keputusan Munas VI/PPNI Nomor :
09/MUNAS VI/PPNI/2000 tentang Kode Etik Perawatan Indonesia pada klasul Perawat dan
Praktik pada angka 3 yang menyatakan : Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada
informasi yang adekuat dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila
melakukan konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain.
Subtansi ini sudah tertampung dalam Permenkes nomor 148 tahun 2010 tentang praktik
keperawatan, kemudian SK Menkes no. 729 tahun 2006, Permenkes no. 1796 tahun 2011 tentang
sertifikasi, Sk Dirjen Yanmedik no. 00.06.5.1.311 dan MRA on Nursing Services tahun 2006.

Secara hukum apakah bisa perawat melakukan tindakan diluar kewenangannya ?


RUU Perawatan secara khusus memberikan jawaban pada pasal 1 angka 2 dan pasal 5 :
1. Pasal 1
Praktik keperawatan adalah tindakan perawat berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang
diberikan dalam bentuk asuhan keperawatan kepada individu, keluarga, dan atau masyarakat
pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah keperawatan yang
dihadapi.

2. Pasal 5
Praktik Keperawatan

a. Praktik keperawatan dapat dilaksanakan diberbagai difasilitas kesehatan yang diberikan


melalui asuhan keperawatan untuk klien individu, keluarga, kelompok, masyarakat dalam
menyelesaikan masalah keperawatan dan atau masalah kesehatan sederhana dan
komplek.
b. Asuhan keperawatan dapat dilakukan melalui tindakan keperawatan mandiri dan atau
kolaborasi dengan tim kesehatan dan atau dengan sektor terkait lain

c. Tindakan mandiri keperawatan antara lain adalah:

1) Melakukan terapi keperawatan, observasi keperawatan, terapi komplementer,


penyuluhan kesehatan, nasehat dan konseling, advokasi, dan edukasi dalam rangka
penyelesaian masalah keperawatan dan atau kesehatan melalui pemenuhan kebutuhan
dasar manusia dalam upaya memandirikan klien.

2) Memberikan pengobatan terbatas dan tindakan medik terbatas sesuai peraturan


perundang-undangan yang berlaku

3) Melaksanakan pelayanan KB, imunisasi, pertolongan persalinan normal


sesuai Program Pemerintah.

4) Melaksanakan tugas limpah dari tenaga kesehatan lain dalam pelaksanaan program
pengobatan dan atau tindakan medik tertentu.

5) Tindakan kolaborasi keperawatan dengan tim kesehatan lain atau dengan sektor
terkait lain mencakup pembuatan dan pelaksanaan program kesehatan lintas sektoral,
lintas program dan lintas profesi untuk promosi kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan dan rehabilitasi kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat

6) Rancangan Undang-Undang Keperawatan batal diajukan menjadi RUU inisiatif DPR.


Sebab, Badan Legislasi (Baleg) belum menyetujui untuk melakukan harmonisasi
terhadap RUU tersebut setelah diajukan oleh Panitia Kerja (Panja) RUU
Keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai