A. Terdapat dasar hukum terhadap perlindungan hukum bagi profesi perawat diantaranya yaitu:
1. Undang-Undang Dasar Negara RI 1945:
a. Secara konstitusional dalam Pasal 28D ayat (1) UUD NKRI 1945 yang menyebutkan “setiap
orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta
perlakukan yang sama di hadapan hukum”.
b. Pasal 34 ayat (3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan
dan fasilitas pelayanan umum yang layak
c. Pasal 28H ayat 1 menyatakan bahwa “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat berhak
memperoleh pelayanan kesehatan”.
2. Undang–Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pada Pasal 9 ayat 3
berbunyi “Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat”
3. Undang–Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 4 berbunyi “ Setiap orang
berhak atas kesehatan”.
Menurut Permenkes No.262/1979 yang dimaksud dengan tenaga medis adalah lulusan Fakultas
Kedokteran atau Kedokteran Gigi dan "Pascasarajna" yang memberikan pelayanan medik dan
penunjang medik. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 1996 Tenaga Medik
termasuk tenaga kesehatan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan tersebut, yang dimaksud dengan tenaga medis meliputi
dokter dan dokter gigi. Tenaga medis adalah mereka yang profesinya dalam bidang medis yaitu
dokter, physician (dokter fisit) maupun dentist ( dokter gigi ).
B. Peraturan yang menyatakan perawat merupakan bagian dari profisi kesehatan adalah
1. Pasal 1 angka 2 UU No 36 Tahun 2009. Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala
bentuk dana, tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas
pelayanan kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
2. Pasal 1 ayat 6 UU No 36/2009 tentang kesehatan berbunyi : “Tenaga kesehatan adalah setiap
orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.”
3. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan
secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,
pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat. (Pasal
1 angka 11 UU No 36 Tahun 2009)
Penjelasan Pasal 21
Ayat (1)
Pada prinsipnya perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan dan pengawasan mutu
tenaga kesehatan ditujukan kepada seluruh tenaga kesehatan dalam menyelenggarakan upaya
kesehatan. Tenaga kesehatan dapat dikelompokkan sesuai dengan keahlian dan kualifikasi yang
dimiliki, antara lain meliputi tenaga medis, tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan, tenaga
kesehatan masyarakat dan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian
medis, dan tenaga kesehatan lainnya.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Pengaturan tenaga kesehatan di dalam undang-undang adalah tenaga kesehatan di luar tenaga
medis
Berdasarkan Pasal 21 ayat (3) UU No 36 Tahun 2009 yang diamanahkan untuk dibuat Undang-
Undang adalah adalah Undang-Undang Tenaga Kesehatan.
Pertama, fakta sosial tidak meratanya penyebaran tenaga dokter di pedesaan mengakibatkan
tenaga keperawatan melakukan intervensi medik bukan intervensi perawatan. Mengingat perawat
sebagai tenaga kesehatan terdepan dalam pelayanan kesehatan di masyarakat, Pemerintah
menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor HK.02/Menkes/148/2010
Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat.
Pasal 8 ayat (3) Permenkes menyebutkan praktik keperawatan meliputi pelaksanaan asuhan
keperawatan, pelaksanaan upaya promotif, preventif, pemulihan, dan pemberdayaan masyarakat
dan pelaksanaan tindakan keperawatan komplementer.
Berdasarkan pasal tersebut menunjukkan, bahwa aktivitas perawat dilaksanakan secara mandiri
(independent) berdasar pada ilmu dan asuhan keperawatan, dimana tugas utama adalah merawat
(care) dengan cara memberikan asuhan keperawatan (nurturing) untuk memuaskan kebutuhan
fisiologis dan psikologis pasien. Dengan kata lain, perawat memiliki hubungan langsung dengan
pasien secara mandiri. Hubungan langsung antara perawat dengan pasien utamanya terjadi di
rumah atau puskesmas yang mendapatkan rawat inap atau pasien yang mendapatkan perawatan
di rumah, home care.
Ada sebuah Penelitian Disertasi tentang masalah ini, yaitu M. Fakih, S.H., M.S, di Fakultas
Hukum UGM, yang berjudul “Aspek Keperdataan Dalam Pelaksanaan Tugas Tenaga
Keperawatan Di Bidang Pelayanan Kesehatan Di Propinsi Lampung".
Dalam pernyataaanya “Mengingat perawat sebagai tenaga kesehatan terdepan dalam pelayanan
kesehatan di masyarakat, Pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes)
Nomor HK.02/Menkes/148/2010 Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat.
Pasal 8 ayat (3) Permenkes menyebutkan praktik keperawatan meliputi pelaksanaan asuhan
keperawatan, pelaksanaan upaya promotif, preventif, pemulihan, dan pemberdayaan masyarakat
dan pelaksanaan tindakan keperawatan komplementer. dari pasal tersebut menunjukkan aktivitas
perawat dilaksanakan secara mandiri (independent) berdasar pada ilmu dan asuhan keperawatan,
dimana tugas utama adalah merawat (care) dengan cara memberikan asuhan keperawatan
(nurturing) untuk memuaskan kebutuhan fisiologis dan psikologis pasien.
Dengan kata lain, perawat memiliki hubungan langsung dengan pasien secara mandiri.
Hubungan langsung antara perawat dengan pasien utamanya terjadi di rumah atau puskesmas
yang mendapatkan rawat inap atau pasien yang mendapatkan perawatan di rumah, home care
Sementara perawat yang melakukan keperawatan mandiri menurut ketentuan Pasal 22 ayat (1)
PP No.32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan jo. Pasal 12 ayat (1) Permenkes Nomor
HK.02.02/Menkes/148/2010 memimiliki kewajiban diantaranya menghormati hak pasien,
memberi informasi, meminta persetujuan terhadap tindakan yang akan dilakukan dan
memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan standar profesi dan kode etik keperawatan.
Sehingga kewajiban perawat tersebut menjadi hak bagi pasien. "Dengan begitu, hubungan antara
prawat dan pasien merupakan hubungan hukum (perjanjian) yang menimbulkan hak dan
kewajiban bagi masing-masing pihak. Oleh karena itu, aspek keperdataan dalam pelayanan
keperawatan berpokok pangkal pada hubungan pasien dan perawat.
Hingga saat ini perjanjian keperawatan atau informed consent keperawatan belum diatur secara
tertulis dan baru mengatur informed consent tindakan kedokteran sebagaimana diatur dalam
Permenkes No. 290/Menkes/Per/III/2008. Sehingga tindakan medik yang dilakukan perawat
pada prinsipnya berdasar delegasi secara tertulis dari dokter. Kecuali dalam keadaan darurat,
perawat diizinkan melakukan tindakan medik tanpa delegasi dokter sesuai Pasal 10 ayat (1)
Permenkes No. HK. 02.02/Menkes/148/2010, dan aturan Permenkes ini pada dasarnya mirip
dengan rumusan yang dikeluarkan oleh American Nurse Association (ANA) di tahun 1970.
Perluasan tugas yang diberikan pada perawat di Amerika sejak tahun 1970 tentu tidak berarti
peranan perawat yang diperluas dapat ditafsirkan seluas-luasnya. Artinya, tidak semua tindakan
medik dan wewenang profesi kedokteran dapat dilakukan oleh perawat. Permasalahan ini tentu
saja tidak hanya berimplikasi pada upaya preventif dan kuratif, namun juga pada spek etika dan
hukum. Sebab tindakan medik yang dilakukan oleh perawat dalam kondisi darurat dalam praktik
belum menunjukan batas-batas yang jelas. Dalam konteks ini perlu dirumuskan secara yuridis
terhadap tindakan medik tersebut, sehingga tindakan medik yang dilakukan oleh perawat akan
lebih terlindungi.
Pasal RUU Perawatan yang manakah yang berkaitan dengan perlindungan hukum keperawatan
yang menjadi “krusial point ?
Jika kita kaitkan dengan kode etik dalam lampiran Keputusan Munas VI/PPNI Nomor :
09/MUNAS VI/PPNI/2000 tentang Kode Etik Perawatan Indonesia pada klasul Perawat dan
Praktik pada angka 3 yang menyatakan : Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada
informasi yang adekuat dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila
melakukan konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain.
Subtansi ini sudah tertampung dalam Permenkes nomor 148 tahun 2010 tentang praktik
keperawatan, kemudian SK Menkes no. 729 tahun 2006, Permenkes no. 1796 tahun 2011 tentang
sertifikasi, Sk Dirjen Yanmedik no. 00.06.5.1.311 dan MRA on Nursing Services tahun 2006.
2. Pasal 5
Praktik Keperawatan
4) Melaksanakan tugas limpah dari tenaga kesehatan lain dalam pelaksanaan program
pengobatan dan atau tindakan medik tertentu.
5) Tindakan kolaborasi keperawatan dengan tim kesehatan lain atau dengan sektor
terkait lain mencakup pembuatan dan pelaksanaan program kesehatan lintas sektoral,
lintas program dan lintas profesi untuk promosi kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan dan rehabilitasi kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat