Anda di halaman 1dari 6

Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan dasar dalam kehidupan

manusia modern. Energi listrik juga sudah terintegrasi dalam kehidupan sehari-
hari seperti penerangan, pendidikan, hiburan hingga rumah tangga. Indonesia
dengan jumlah penduduk lebih dari 250 juta jiwa ini memiliki kapasitas listrik
sebesar 52.231 megawatt (MW). Kapasitas listrik itu digunakan untuk menerangi
Rumah Tangga yang ada di tanah air dimana berdasarkan data dari Badan Pusat
Statistik (BPS) jumlah rumah tangga di Indonesia mencapai 61 Juta Rumah.
Menurut data dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) capaian
Elektrifikasi pada tahun 2017 sebesar 94,83%, Elektrifikasi merupakan
perbandingan antara rumah tangga yang sudah dialiri arus listrik dan yang belum
dialiri arus lisrtrik, artinya saat ini ada sekitar 3,1 juta rumah tangga yang sama
sekali belum menikmati listrik.
Kepala departemen ESDM, Ignasius Jonan menuturkan ada 10.000 desa di
Indonesia belum dialiri arus listrik secara penuh dan maksimal, itu berarti sekitar
5% penduduk Indonesia tidak bisa menikmati listrik dengan baik. Angka yang
cukup tinggi untuk negara yang memiliki sumber daya alam potensial seperti
Indonesia. Anggota Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Hendri
Saparani memperkirakan Indonesia akan mengalami krisis listrik sebesar 1.000
megawatt (MW) pada tahun 2018. Pendapat ini semakin kuat akibat fakta yang
terjadi di lapangan bahwasanya beberapa daerah di Indonesia masih sering
mengalami pemadaman akibat supply listrik yang kurang.
Dua pulau di Indonesia yang sering mengalami pemadaman listrik adalah
Sumatera dan Jawa. Ironinya, pemadaman listrik bergilir didua pulau ini selama
tahun 2016 masih sering terjadi akibat pasokan listrik yang defisit
(Republika 2018). Contohnya desa Oebela, Pulau Rote Ndao hanya bisa
menikmati listrik selama 2 jam perhari, yaitu pada pukul 19.00 WITA – 21
WITA. Bahkan daerah-daerah terpencil dan terbelakang di Indonesia masih ada
yang sama sekali belum teraliri arus listrik. Kurangnya pasokan listrik ini tentunya
sangat menghambat pertumbuhan ekonomi, kesehatan, dan Pendidikan.
Infrastruktur yang sangat minim seperti akses jalan yang masih susah menyulitkan
petugas menjangkau daerah-daerah tersebut.

1
Dari uraian permasalahan yang telah penulis sampaikan diawal tulisan ini
diperoleh fakta bahwa pemadaman listrik yang sering terjadi dibeberapa daerah di
Indonesia disebabkan karena kurangnya supply listrik tersedia. Kekurangan ini
semata-mata bukanlah karena kesalahan PLN saja tetapi juga kurangnya
kesadaran masyarakat Indonesia dalam menghemat penggunaan listrik sehari-hari.
Salah satu kebiasaan segelintir masyarakat Indonesia yang sampai saat ini masih
sering dilakukan adalah menghidupkan lampu saat sedang tidur dimalam hari. Hal
ini menyebabkan penggunaan listrik tidak efektif dan efisien, Setidaknya satu
lampu tidur memiliki daya 3 W/0,003 kW jika digunakan selama 8 jam maka akan
menghabiskan daya sebesar 0,024 kW perhari untuk satu kamar tidur, dan jika
ada 30.000 kamar tidur saja yang menyala selama 8 jam sepanjang malam
setidaknya akan menghabiskan daya sebesar 21.600 kW perbulannyan jumlah
yang lebih dari cukup untuk menerangi 1-2 dusun. Tentunya ini merupakan
pemborosan besar-besaran dalam penggunaan energi listrik, dan jika kegiatan
seperti ini mampu diminimalisir maka akan sangat membantu PLN untuk
memaksimal pasokan listrik ke daerah-daerah yang sering mengalami
pemadaman.
Bedasarkan analisis yang telah penulis paparkan maka timbul suatu
metode penyelesaian masalah sederhana untuk menyelesaikan permasalahan ini.
Penulis berargumentasi bahwa konsumsi energi listrik di malam hari khususnya
lampu tidur seharusnya tidak menggunakan energi yang berasal dari PLN tetapi
energi alternatif yang bisa kita dapatkan dari lingkungan sekitar. Oleh sebab itu
penulis menawarkan Inovasi berupa pemanfaatan Interaksi antara bakteri
Rizhosfer dengan akar tanaman. Menurut penelitian yang dilakukan oleh David
Stirk (2015) di Universitas Wageninge Belanda bakteri memiliki sel pembakaran
yang sering disebut dengan Microbial Fuel Cell (MFC), sel pembakaran bakteri
ini akan mengubah asam-asam organik yang berasal dari akar tanaman atau
disebut juga dengan eksudat akar menjadi elektron-elektron bebas.
Elektron yang keluar dari hasil pembakaran sel bakteri tersebut dapat
dimanfaatkan menjadi energi listrik dengan cara mengalirkannya melalui katoda.
Energi listrik ini bisa disimpan ke dalam baterai dan bisa digunakan untuk
menghidupkan lampu berdaya rendah seperti lampu tidur. Agar energi ini dapat

2
digunakan oleh masayarakat maka kami mengemasnya menjadi sebuah produk
kreatif bernama L-Plant (Lighting-Plant). Produk ini merupakan teknologi
sederhana yang kami ciptakan sebagai penerang di kamar tidur ketika malam hari.
Produk ini ditujukan untuk menjadi solusi terhadap konsumsi listrik yang
berlebihan dimalam hari mengingat kebiasaan masyarakat yang masih banyak
menghidupkan lampu ketika malam hari.

Gambar 1. Konsep L-Plant

L-Plant sendiri terdiri dari wadah yang terbuat dari plastik berbentuk
seperti pot tanaman pada umumnya, wadah ini berfungsi tempat penampung
lumpur dan air, kemudian tanaman Bambu Air (Equisetum Hyemale) ditanam
diatasnya. Menurut Damanik, et al (2010) lumpur memiliki populasi bakteri yang
tinggi karena kadungan bahan organik yang melimpah. Sedangkan tanaman
Bambu Air dipilih karena merupakan salah satu tanaman yang hidup di lumpur
dan memiliki eksudat akar yang tinggi.

Gambar 2. Tanaman Bambu Air


teknologi ini dibuat dengan memanfaatkan tanaman pada sebuah pot telah
dilengkapi dengan perangkat pada bagian dasar pot yang berfungsi untuk

3
mengalirkan dan menampung elektron yang dihasilkan oleh sel bakteri. Perangkat
ini terdiri anoda dan katoda yang terbuat dari karbon, karbon dipilih karena
memiliki sifat inert yaitu mampu mengalirkan dan mengeluarkan elektron tanpa
ikut bereaksi (Bambagioni et al, 2009). Selain anoda dan katoda pada perangkat
ini juga terdapat sebuah baterai yang berfungsi untuk menyimpan elektron. Dan
kabel yang berfungsi sebagai penghubung energi menuju ke lampu tidur.
Energi listrik yang dihasilkan dari alat ini akan dihasilkan secara terus
menerus selagi tanaman pada pot masih hidup dan terus melakukan fotosintesis
serta bakteri didaerah akar tanaman masih hidup. Oleh karena itu kondisi
lingkungan yang dibutuhkan bakteri yaitu dengan menjaga kandungan bahan
organik pada tanah hal ini dapat dilakukan dengan menambahkan kompos ke
tanah yang ada pada pot.
Teknologi ini mampu menghasilkan energi listrik yang ramah lingkungan
dan tidak menimbulkan emisi, energi listrik akan mengalir 24 jam selagi tanaman
masih hidup dan melakukan fotosintesis. Disamping itu dengan adanya teknologi
ini akan memberikan pengetahuan baru bagi masyarakat sehingga dapat
mengembangkan rasa cinta masyarakat terhadap tanaman. Selain itu teknologi ini
juga dapat dijadikan sebagai media pembelajaran bagi para siswa siswi sekolah
menengah pertama dan sekolah menengah atas untuk memberikan pemahaman
kepada mereka tentang proses fotosintesis. Disamping itu dengan adanya
teknologi ini akan memberikan pengetahuan baru bagi para siswa siswi sekolah
menengah pertama dan sekolah menengah atas untuk memberikan pemahaman
kepada mereka tentang proses fotosintesis serta berbagai manfaatnya untuk
kehidupan harapannya dengan adanya teknologi ini dapat merangsang mereka
untuk berfikir kreatif sehingga menciptakan karya-karya inovatif yang
bermanfaat.
Teknologi ini sangat bersahabat karena bisa diletakkan didalam kamar
tidur, dan dapat digunakan pada malam hari sebagai lampu tidur. Selain dapat
menghasilakn energi listrik tanaman pada teknologi ini akan menghasilkan energi
listrik tanaman pada teknologi ini akan menghasilkan oksigen sehingga dapat
udara pada ruangan yang ditempatinya tetap segar.

4
L-Plant (lighting plant) merupakan pemanfaatkan bakteri daerah Rhizosfer
tanaman bambu air (Equisetum Hyemale) sebagai sumber energi listrik alternatif
dengan teknologi Microbial Fuel Cell (MFC) yang dijadikan dalam bentuk night
lamp. Produk ini dibuat untuk menghemat penggunaan listrik PLN pada malam
hari, agar tingkat konsumsi listrik PLN berkurang dan dapat menyalurkan listrik
ke daerah-daerah yang belum mendapatkan pasokan listrik secara maksimal.
Sehingga Indonesia dapat mencapai Sustainable Development Goals pada tahun
2030 dengan inovasi Energi terbarukan.

5
DAFTAR PUSTAKA

Bambagioni, V., Bianchini,C., Masrchionni,A., Flippi,J.,Vizza,F., Teddy,J.,Serp,P., dan


Zhiani, M.,2009. Pd and Pt-Ru Anode Electrocatalysts Supported on Multi Walled
Carbon Nanotubes and Their Use in Passive and Active Direct Alcohol Fuel Cells
with An Anion-Exchange Membrane (alcohol, methanol, ethanol, glyceral). Journal
of power Sources, Vol.190, No. 2,241 -251, ISSN 0378- 7753
Detiklnet. 2014. Indonesia Masuk 5 Besar Negara Pengguna Smartphone. Diakses pada
11 Februari 2017.
Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2014. Outlook Energi Indonesia
2014. Edisi Desember 2014. Jakarta.
Saghir, J., 2005, “Energy and Poverty: Myths”, Links and Policy Issues. Energy Working
Notes, No. 4. May 2005. Energy and Mining Sector Board-The World Bank Groups.
https://media.neliti.com/media/publications/105229-ID-kandungan-hara-tanah-
dan-tanaman.pdf

Anda mungkin juga menyukai