BAB 1
PENDAHULUAN
China 21 juta, Pakistan 10 juta, Bangladest, Indonesia dan Nigeria sebesar 6 juta
kasus, mencakup 44% populasi anak balita di dunia pertahun (WHO, 2016).
Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia (Kemenkes RI, 2018), angka
kejadian ISPA pada balita usia 1-4 tahun sebanyak 1.817.579 orang dengan angka
kematian sebanyak 398 orang. Perkembangan jumlah kasus penderita ISPA pada
balita Provinsi Kalimantan Tengah jumlah kasus pada tahun 2017 degan kasus
705. Sedangkan kasus angka kejadian ISPA balita di Puskesmas Kayon terdapat
756 kasus tahun 2018, dan naik 911 kasus pada tahun 2019. Melaluis survey
pendahuluan yang di lakukan pada tangal 26-27 Februari 2020 di puskesmas
Kayon terdapat 15 balita dengan ISPA, terdapat 4 anak dengan gizi kurang (30%)
9 anak dengan gizi (60%) baik 2 (10%) anak dengan gizi lebih.
United Nation Childre Fund (UNICEF) (2019) menyebutkan 462.000 anak-
anak Yaman menderita kekurangan gizi akut, sepertiga anak di Dunia atau hampir
700 juta balita kekurangan gizi atau kelebihan berat badan dan berdasarkan hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan (2018) menunjukkan
177.000 anak usia di bawah 5 tahun (balita) masih mengalami masalah gizi.
Angka tersebut terdiri atas balita yang mengalami gizi buruk sebesar 3.900 anak
dan yang menderita gizi kurang sebesar 13.800 anak. Berdasarkan data dari Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah (2016) presentase Balita yang mengalami
Bawah Garis Merah (BGM) atau gizi kurang berjumlah 5.958 Balita (2,97%) dari
200.620 Balita dan kasus gizi buruk berjumlah 69 kasus. Menurut penelitian
Widia Nopita (2016) tentang hubungan status gizi dengan kejadian ISPA pada
balita di Puskesmas Pembantu (Pustu) Tompeyan Tegalrejo di Kota Yogyakarta
berjumlah 127 responden. Hasil penelitian status gizi balita dari 86 responden
yang mengalami ISPA didapatkan status gizi buruk 11 responden (6,4%), kurang
4 responden (2,3%), baik 70 responden (40,7%), lebih 1 responden (0,6%) dan
status gizi balita dari 86 responden yang tidak mengalami kejadian ISPA yaitu
status gizi buruk 9 responden (5,2%), kurang 18 responden (10,5%), baik 57
responden (33,1%), lebih 2 responden (1,2%). Faktor- faktor yang mempengaruhi
status gizi yaitu infeksi yang sering terjadi pada anak adalah infeksi saluran
pernafasan atas, bawah, diare dan kulit. Daya tahan tubuh balita masih belum
kuat, sehingga risiko anak menderita penyakit infeksi lebih tinggi. Kematian bayi
3
dan balita di negara berkembang sebagian besar dipengaruhi oleh masalah gizi
yang tidak baik dan meningkatnya penyakit infeksi pada bayi dan balita. Menurut
pudjiadi (2010). Malnutrisi akan menuruakan imunitas tubuh menurun dapat
menganggu proses fisiologi saluran nafas dalamhal proteksi terhadap agen
penyakit (Kemenkes RI, 2014). Faktor yang secara langsung dan tidak langsung
mempengaruhi status gizi adalah asupan makanan dan penyakit infeksi. Pada saaat
infeksi menyerang, maka nafsu makan anak balita mulai menurun dan mengurangi
konsumsi makanannya, sehingga berakibat berkurangnya zat gizi ke dalam tubuh
anak. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) jika telah terjadi infeksi
maka anak akan mengalami kesulitan bernafas dan bila tidak segera ditangani,
penyakit ini bisa semakin parah menjadi pneumonia yang menyebabkan kematian.
Solusi untuk mengatasi masalah tersebut, peran perawat dan petugas
kesehatan serta pemerintah memiliki peran penting terutama untuk meningkatkan
kunjungan rumah pada anak yang memiliki status gizi kurang dan terkena ISPA.,
melakukan pemantauan kepada orang tua tentang tata cara pengolahan makanan
untuk meminimalisir hilangnya kandungan gizi terhadap beberapa makanan yang
terindikasi kekurangan gizi, membantu dan mendukung upaya untuk mengatasi
masalah gizi dengan Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Berdasarkan
keadaan tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu balita tentang status gizi pada balita
dangan kejadian ISPA Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya”.
1.4.2 Praktis
1.4.2.1 Bagi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Memberikan masukan untuk perkembangan ilmu pengetahuan terutama
dibidang keperawatan anak dalam melakukan asuhan keperawatan agar dapat
lebih berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.
1.4.2.2 Bagi mahasiswa
Dalam penelitian ini diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan dan
mengaplikasikan ilmu pengetahuan tentang teori yang didapat selama pendidikan
dengan kenyataan yang ada di lapangan yang sangat berguna tentang ISPA pada
anak balita dengan status gizi dalam melakukan asuhan keperawatan anak di
Puskesmas terutama di poli anak.
1.4.2.3 Bagi institusi pendidikan
Penelitian ini dilaksanakan sebagai bagian dalam pelaksanaan institusi
pendidikan yaitu misi STIKes Eka Harap, melakukan berbagai pengembangan dan
penelitian guna pengembangan ilmu dan teknologi dibidang kesehatan dan
sebagai referensi untuk penelitian berikutnya.
1.4.2.4 Bagi tempat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan masukan bagi
tempat penelitian khususnya bagi perawat di poli anak Puskesmas Kayon
Palangka Raya dalam melaksanakan asuhan keperawatan anak tentang ISPA pada
anak balita dengan status gizi.