PENDAHULUAN
terjadi seringkali disertai rhinitis, sehingga pada beberapa studi sering juga disebut
rhinosinusitis. Sinusitis dapat terjadi pada sinus maxillaris, frontalis, ethmoidalis dan
sphenoidalis. 1
pengaturan udara yang masuk serta pembentukan mukus. Terjadinya sumbatan akibat
adanya peradangan dapat menimbulkan gejala nyeri pada pasien. Hal ini paling sering
terjadi pada sinus ethmoidalis dan juga sinus maxillaris yang diperkirakan terutama
ditempat lain seperti di gigi rahang atas yang menyebar ke sinus. Sinusitis dapat
Indonesia, sinusitis merupakan kasus yang sering terjadi. Pada buku panduan klinis
yang dibuat oleh PERHATI KL, sinusitis kronik menjadi salah satu dari tiga penyakit
yang paling sering terjadi sehingga di bahas pada buku panduan tersebut. Pada
penelitian di RSUP Haji Adam Malik tahun 2011, didapatkan insidensi penyakit ini
paling sering pada rentang umur 31-45 tahun (31,6%), perempuan lebih rentan
mendapat rinosinusitis kronis (54,2%) dan keluhan utama yang paling banyak
pipi dan terkadang mencium bau tidak enak seperti bau amis. Pasien juga
mengaku sering bersin-bersin bila terkena debu. Pada saat pemeriksaan fisik,
ditemukan hipertrofi konka bilateral dan livid. Terdapat nyeri tekan pada
daerah maxillaris.
2.6. Tatalaksana
Asam traneksamat
Dexketrofen
- Edukasi: Pasien diharuskan tidur dalam posisi miring setelah operasi. Pipi
alergen lainnya.
2.1. Prognosis
TINJAUAN PUSTAKA
Sinusitis
Hidung dibagi menjadi dua bagian, yaitu hidung bagian luar dan
hidung bagian dalam (rongga nasal) yang dibatasi oleh apertura piriformis. 5
Hidung bagian luar memiliki ukuran dan bentuk yang berbeda pada
setiap orang. Pada bagian atas, terdapat cartilago nasi lateralis yang
membentuk atap, lalu kartilago alaris major dengan crus lateral dan medial
akan membentuk sayap hidung. Dibagian tengah terdapat kartolago septi nasi.
Dari bagian luar, nampak pangkal hidung, dorsum nasi, puncak hidung, ala
Septum nasi yang membagi kavum nasi menjadi bagian kanan dan kiri.
Septum Nasi terdiri dari lamina perpendikularis (bagian dari os ethmoidales)
dan vomer di bagian bawahnya. Nares atau nostril merupakan tempat pertama
udara mengalir masuk. Vestibula merupakan bagian yang lebih lebar yang
yang lebih dalam regio respiratoria, dimana terdapat tiga konka di bagian
lateral yaitu Konka nasal superior, medial dan inferior. Di bawah setiap konka
terdapat meatus nasalis. Os Pada bagian dasar terdapat os maxilla dan palatum
durum. Dibagian lebih dalam lagi terdapat regio olfaktoria yang terletak apikal
bagian atas, dimana saraf-saraf penciuman (fila olfaktorius) yang bersal dari
sekitar, termasuk mukosa pada konka nasal superior. Choanae terdapat pada
mengelilingi daerah nasal dan juga orbital. Sinus paranasalis diselubungi oleh
berbicara, dan mengalirkan sekresi mukus ke dalam rongga nasal. Bersin dan
juga meniup hidung akan membantu sekresi mukus untuk keluar dari sinus
paranasalis. 5
Gambar 4. Sinus Paranasalis (Netter, 2010)
drainase dari ethmoid anterior ke hiatus semilunaris (meatus media) dan dari
intraorbital dan alvelar, diperdarahi oleh arteri infraorbital dan alveolar, dan
6
memiliki drainase ke dalam hiatus semilunaris (meatus media).
a. Fungsi Respirasi
masuk ke dalam jalan nafas. Sehingga pada hidung, udara dapat diatur
kualitas udara yang masuk memiliki kualitas yang lebih baik serta bersih
mengalami humidifikasi oleh palut lendir. Suhu udara yang melalui hidung
0
diatur sehingga berkisar 37 C. Fungsi pengatur suhu ini dimungkinkan oleh
dan septum yang luas. Partikel debu, virus, bakteri, dan jamur yang terhirup
vestibulum nasi, silia, palut lendir. Debu dan bakteri akan melekat pada
palut lendir dan partikel-partikel yang besar akan dikeluarkan dengan reflex
bersin. 2,5
b. Fungsi Penghidu
Hidung bekerja sebagai indera penghidu dengan adanya mukosa olfaktorius
pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum.
Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut
c. Fungsi Fonetik
Resonansi oleh hidung penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan
menyanyi. Pada bunyi tertentu seperti “m”, “n” dan “ing”, resonansi hidung
Yang paling sering terjadi karena stroke, dan rhinolalia oklusa yang terjadi
akibat sumbatan benda cair (ketika pilek) atau padat (polip, tumor, benda
d. Fungsi Mukosiliar
Bila terjadi obstruksi di ostial, tekanan di rongga sinus dapat menurun, yang
dapat menimbulkan gejala nyeri pada pasien, terutama di daerah frontal. 2,5
e. Refleks Nasal
DAFTAR PUSTAKA